***Dara terkejut karena Jessica dan juga Nichole datang ke perusahannya. Dan dia meminta pada sekretarisnya untuk mengizinkan keduanya masuk ke ruang kerjanya.Nichole dan juga Jessica memasuki kantor Dara dengan sikap sinis yang sulit disamarkan. Dara, yang duduk di meja kerjanya, menyambut mereka dengan senyuman tenang, seolah-olah sudah mengetahui bahwa kunjungan ini tidak akan berjalan mulus. Dara tahu apa yang akan kedua wanita itu katakan padanya, semuanya karena KEVIN LIU."Selamat pagi, Nichole, dan Nyonya Jessica. Ada yang bisa saya bantu? Saya terkejut karena mendapatkan kunjungan mendadak dari anda berdua," ucap Dara sambil menyipitkan mata, mengetahui bahwa pertemuan ini tidak semata-mata tentang pekerjaan atau hal yang menyangkut bisnis.Jessica melirik Nichole sebentar sebelum menjawab dengan sinis, "Oh, cuma ingin melihat bagaimana seorang wanita seperti kamu bisa bertahan di dunia ini. Apakah pekerjaan kamu cukup untuk membiayai gaya hidup yang kamu impikan? Dan baga
***Zea melangkah dengan langkah yang mantap, wajahnya penuh dengan ekspresi keteguhan hati dan kemarahan yang terpendam. Di dalam hatinya, api kemarahan berkobar-kobar karena kekecewaannya pada pria tua itu, Mr. Frost. Pria tua itu sudah menjadikannya budak kenikmatan, ia menerimanya karena tahu kalau Mr. Frost bisa membantu rencananya, faktanya pria tua itu bahkan tidak berkutik saat Adam bisa dengan mudah terbebas dari segala tuduhan.Di depan pintu mewah apartemen Mr. Frost, Zea mengetuk dengan tegas. Pintu terbuka, dan di ambang pintu, Mr. Frost dengan santainya menyambutnya.“ Selamat pagi, Mr. Frost. Sangat pantas sekali tempat ini cocok untuk pria sepertimu. Kamu bahkan tidak membalas pesan dariku,” ucap Zea, ia menatap dingin pria tua di di depannya.“ Zea, apa yang membawa mu ke sini?” tanya Mr. Frost tertawa sinis.Zea marah mendengar jawaban dari pria itu. “Oh, jangan pura-pura tidak tahu! Kau gagal membuat Adam di penjara, Mr. Frost! Apa yang terjadi? Bukankah Anda ini s
***Ruang perawatan di rumah sakit itu terasa hening, hanya terdengar bunyi alat monitor dan langkah-langkah perawat yang lewat. Dara duduk di samping tempat tidur Zea yang terbaring lemah. Di seberang ranjang, Sarah duduk dengan ekspresi wajah yang penuh amarah. Ruangan itu terasa tegang, layaknya mendung sebelum hujan."Dara, kamu tidak bisa menyembunyikan niat busukmu selamanya, Dara!" desis Sarah dengan suara yang sarat amarah.Dara mengangkat kepalanya, matanya memandang tajam ke arah Sarah. "Apa yang Kakak bicarakan? Ini bukan saat yang tepat untuk berdebat.""Oh, ini sangat tepat! Sangat tepat, karena aku sudah tahu semua rahasia kotormu," sahut Sarah, suaranya meninggi.Dara menahan diri, mencoba tetap tenang di tengah gejolak emosi Sarah. "Jangan membuat keadaan ini lebih buruk, Kak. Kita berada di rumah sakit.”Sarah bangkit berdiri, wajahnya merah padam. "Ah, jangan pura-pura! Aku tahu kau merencanakan semua ini. Kamu dendam pada mama sejak kecil, bukan?"Dara terdiam seje
*** Hujan deras membasahi jendela kaca tinggi kantor Kevin yang megah di gedung pencakar langit Singapura. Ia sudah kembali ke Singapura secara diam-diam dan dengan mudahnya lolos dari jeratan hukum di Indonesia. Gemuruh petir memecah kesunyian malam, menciptakan atmosfer tegang di dalam ruangan yang penuh dengan layar komputer dan lampu indikator yang berkedip-kedip. Kevin duduk di kursinya dengan ekspresi wajah yang keras dan matanya yang tajam menatap layar komputer. Kertas-kertas berceceran di sekitarnya, dan aroma kopi dingin menggantung di udara. Chen, sahabat dan CFO perusahaan, berdiri di hadapannya dengan tatapan tegang. "Darn it, Chen! Semua data kita dihack!" Kevin melemparkan mouse ke layar komputer, membiarkan rasa frustrasi dan kemarahan mengambil alih. Chen mencoba menjelaskan, "Kevin, aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Kami sudah memiliki sistem keamanan yang canggih, tetapi hacker ini begitu lihai." "Kita tidak punya waktu untuk menyalahkan siapa pun sekar
***Kevin Liu merenung ke arah pelabuhan yang sibuk dengan aktivitas. Dia menyusup masuk dengan identitas palsu, menutupi wajahnya dengan topi renda dan jas hujan. Namanya sudah menjadi buruan polisi Singapura, dan dia tahu dia harus keluar dari negara ini secepat mungkin.Angin malam yang dingin menerpa wajah Kevin ketika dia berjalan melewati deretan peti kemas yang berjejer. Dia melangkah dengan cepat, berusaha menyamarkan kegugupannya. Tapi di balik wajah dinginnya, ada ketegangan yang tak terbendung.Kevin berhenti sejenak di depan papan keberangkatan kapal. Dia melihat kapal besar yang akan membawanya keluar dari Singapura. Namun, ketika dia melihat petugas keamanan yang berpatroli di sekitar area itu, hatinya berdegup kencang. Apakah mereka mengetahui keberadaannya?Sementara itu, di dek kapal, Kapten Jackson sedang memberikan perintah kepada krunya.“Bagaimana persiapan, semua?” tanya Kapten Jackson.“ Semua siap, Kapten. Mesin dalam keadaan baik, dan barang-barang muatan suda
***Ruangan CEO PT. Shinee Serein tampak begitu elegan dengan sentuhan modern dan nuansa yang memberikan kesan kekuatan dan keberhasilan. Dara duduk di meja kerjanya yang besar, fokus pada pekerjaannya yang menumpuk. Suasana ruangan diisi dengan keheningan, hanya terdengar bisikan ringan dari mesin pencetak dokumen dan suara langkah kaki di lantai marmer.Pintu ruangan terbuka perlahan, mengungkapkan seorang asisten dengan senyum misterius di wajahnya. Dara menoleh dan terkejut melihat seorang kurir membawa sebuah paket yang cantik terbungkus rapi."Maaf mengganggu, Bu Dara. Paket ini baru saja datang untuk Anda," kata asisten sambil menyerahkan paket itu pada Dara.Dara tersenyum dan meraih paket itu dengan tanda tanya di wajahnya. Dia membaca nama pengirim di label: Adam Tanaka, suaminya. Hatinya berdebar-debar saat dia membuka paket itu dengan hati penuh harap.Di dalamnya, dia menemukan sekotak cokelat coklat gelap yang menggoda dan sebuket bun
***Riky duduk gelisah di ruang tunggu rumah sakit, tatapannya kosong menuju pintu kamar tempat istrinya, Zea, dirawat. Pikirannya bergejolak di tengah ketidakpastian tentang nasib Zea yang masih belum sadarkan diri. Seiring waktu berlalu, kekhawatiran Riky semakin membesar, terutama setelah tadi ke rumah sakit mengantar Kana untuk melihat Dara yang juga dirawat di ruang gawat darurat karena keracunan. Keduanya dirawat di rumah sakit yang sama.Dokter langsung keluar dari kamar Zea dan menghampiri pria itu yang sedang melamun. “Pak Riky, kondisi istri anda masih belum stabil. Kami masih mencoba mencari penyebab luka yang parah ini. Mohon bersabar."Riky tambah gelisah. “Terima kasih, Dokter. Bagaimana dengan putri saya, Dara? Bagaimana keadaannya?""Bu Dara sedang dalam perawatan intensif. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mendeteksi dan mengatasi dampak keracunan,” balas dokter itu.Riky mengangguk dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang ke masa lalu, mencari tahu bagaimana k
***Suri duduk sendirian di pojok kamar, matanya yang kecil dan cemerlang kini dipenuhi oleh air mata. Rambut hitam kecilnya berantakan, dan wajahnya terlihat lesu. Di tangan kecilnya, dia memeluk erat boneka kelinci kesayangannya, seolah-olah mencari kenyamanan dari objek kecil itu.Di sudut ruangan, Tiara dan Wijaya saling pandang, keprihatinan tergambar di wajah mereka. Mereka menyadari betapa sulitnya bagi Suri menghadapi kenyataan bahwa ibunya, Dara, harus dirawat di rumah sakit.Tiara mendekati Suri dengan langkah lembut, duduk di sampingnya, dan memeluknya erat. "Sayangku, apa yang membuat Suri begitu sedih?" tanya wanita paruh baya itu dengan lembut.Suri menoleh ke arah Tiara, air mata masih terus mengalir. "Suri sangat merindukan bunda, Nenek. Kapan bunda pulang? Suri mau lihat bunda."Tiara memahami perasaan cucunya dan mencoba menenangkan hatinya. "Bunda sedang sakit, sayang. Dokter harus merawatnya agar segera sembuh. Tapi jangan khawa