Share

Bagian 20

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kamu yakin, Mar?” tanyaku memastikan.

“Iya, Mbak. Aku selalu mengawasi rumah Mbak Rasti setelah Mbak pergi. Aku selalu berharap, orang yang datang, itu adalah Mbak Rasti. Meskipun kita tidak akrab, tapi aku sangat menyayangi ibu Mbak Rasti yang sudah baik banget sama aku. Sering kok, Mbak, orang itu sama istrinya datang,” jelas Maryam membuatku sangat sedih.

Sedih karena penjelasan Maryam dan juga kenyataan lain, mertua yang aku kira sebagai penolong, ternyatadia telah membohongi aku sesuatu hal.

“Rumah kamu sudah disita pihak bank. Jadi, tinggallah di sini.” Ucapan Pak Har kala itu kembali terngiang di telinga ini.

Aku memang bodoh. Mengapa tidak mencari tahu perihal kematian mereka? Tentang apa saja yang mereka tinggalkan untukku?

Rasa sedih akan kenangan indah dulu, serta trauma dengan orang-orang yang menyebut mereka rentenir, membuatku en

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
nahhhh mulai pintar Rastinya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MADU SATU MERTUA   Bagian 21

    Setelah puas melepas rindu, aku pamit pada Bik Sum, juga Maryam. Tidak lupa, kuselipkan beberapa lembar uang ratusan pada Maryam. Ia menolak, tapi aku memaksa. “Buat jajan anak kamu. Aku tidak bisa bertemu dengannya,” ucapku membuat Maryam tidak bisa menolak.Kulajukan kembali sepeda motor menembus jalan yang penuh kenangan. Merapatkan jaket, memakai masker dan juga memastikan helm menutup kepala dengan sempurna. Ah, rasanya aku seperti maling saja.Entah kenapa, aku berpikir untuk berkeliling kompleks sejenak. Ingin mengetahui rumah beberapa temanku. Toh, anak-anak ada sama Mas Danang, mereka pasti tidak akan kesepian.Motorku berhenti di depan sebuah rumah yang sudah berubah modelnya. Hunian itu adalah milik Restu, kakak kelas yang pernah aku taksir.Dulu, aku harus berjalan jauh saat Ibu memintaku membeli sabun. Meskipun ada toko yang lebih dekat, aku memilih yang jauh karena melewati

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 22

    Apa yang kamu lakukan, Firna?” teriak Rasti kesal.“Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian berdua. Aku merasa, kamu terlalu egois, Mbak. Kita posisinya sama. Sama-sama menantu. Tidakkah kamu berpikir, bahwa aku juga kamu memiliki kewajiban yang sama? Membahagiakan Ibu. Mas Danang satu-satunya anak yang tersisa. Tidak mudah untuk Ibu memutuskan semua ini. Ada banyak hal yang beliau pertimbangkan. Aku juga menantunya sama seperti kamu, Mbak. Yasmin pun memiliki posisi yang sama dengan anak-anakmu. Jadi, jangan pernah menekan ataupun memaksa Mas Danang menjadi seorang pembangkang. Dan kamu, Mas, bila kamu menuruti apa yang dikatakan Mbak Rasti, maka tidak menutup kemungkinan kalau kita akan kembali kehilangan orang yang kita sayangi.” Ucapan Firna seperti sudah direncanakan. Ia mengungkapkan itu dengan sangat lancar, membuat Mas Danang menundukkan kepalanya.“Firna, aku mohon, keluarlah dari kamar kami. Kamu hany

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 23

    Ya Allah, kuatkan anak-anakku. Ucapku dalam hati. Kini aku kembali memeluk mereka berdua dan menangis sesenggukan. Hingga sebuah suara membuatku menoleh. “Ma, kamu sudah makan belum?” tanya Mas Danang lembut. “Sudah. Aku sudah makan, Mas,” jawabku jujur. “Kakak, Adek, nanti sore kita ke kolam renang, ya?” ajak Mas Danang. “Tapi,Papa tidak akanpindah jadi papanya Yasmin, ‘kan?” si kecil Raline bertanya dengan kepolosannya. Masih dalam posisi menoleh, aku melihat lelakiku mengangguk. *** “Jangan katakan apapun sama anak-anak,” ujar Mas Danang kala aku sudah kembali ke kamarku. Aku yang tengah merapikan baju dalam lemari menoleh, menatapnya yang duduk di sofa. “Bukankah keluargamu yang berusaha menjelaskan ini pada mereka, Mas? Tidakkah Ibu dan Bapak bisa bersabar unt

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 24

    Pagi itu, aku kembali menyusuri jalan kenangan masa kecil. Sebelum menemui seorang teman, aku akan ke rumah Bik Sum terlebih dahulu.Dari balik helm, aku melihat lagi, ibu Firna keluar dari rumah orang tuaku. Terlihat membawa sebuah kantung plastik sampah yang ia letakkan di tempat sampah yang tersedia di depan rumah.Tuas gas aku tarik dengan cepat, menghindari wanita itu melihatku.Rumah Bik Sum terlihat sepi, tapi pintunya terbuka. Kuketuk daun pintu yang berwarna cokelat usang. Meskipun sudah terbuka, aku tidak berani masuk.“Eh, Rasti!” Tergopoh wanita itu berlari ke arahku.Menit berikutnya, kami sudah terlibat obrolan hangat. Tak ingin membuang waktu, segera kutanyakan maksdu kedatanganku ke sini.“Bagaimana, Bik, apa Bibik sudah menemui ketua RT saat itu untuk menanyakan perihal rumahku?” tanyaku pada Bik Sum.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 25

    Ia lalu kembali, meninggalkanku dengan Bik Sum. Sejenak bernafas lega, karena tidak jadi menjawab pertanyaan wanita yang akrab dengan keluargaku sejak dulu. Berharap dirinya akan lupa dengan keingintahuannya.“Bik, aku harus segera pergi. Karena mau menemui temanku. Kapan-kapan, aku datang lagi ke sini, ya?” ujarku dengan mengambil dan mencangklongkan tas di pundak.“Mbak Rasti anaknya Pak Sasmita pemilik dan Ibu Fitri, ya? Pemilik showroom mobil bekas dulu kala?” Tiba-tiba, Huda kembali dan berkata demikian, membuatku menghentikan aktivitas hendak pergiku.“Iya, kamu kenal dengan kedua orang tuaku?” tanyaku kemudian.“Sangat mengenal, Mbak. Kadang-kadang, bapak mengajakku ke sana. Saat orang tua Mbak Rasti meninggal, aku masih kelas tiga SMA. Rencananya, setelah lulus akan bekerja di showroom Pak sasmita. Akan tetapi, takdir berkata lain,” ujar Huda de

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 26

    “Mas?” ucapku tak kalah kaget. “Kenapa bisa ada di sini?” tanyaku kemudian.“Itu, aku sedang mencari ….”Belum sempat Mas Danang meneruskan ucapannya, seorang karyawan datang tergopoh. “Pak Danang, ada orang yang mau menjual mobil. Sepertinya buru-buru,” ujarnya membuat suamiku salah tingkah dan terlihat panik.Dari situ aku berpikir kalau pria yang telah lama hidup bersamaku itu ikut menyembunyikan sesuatu hal. Sertifikat yang kutemukan di lemari, juga keberadaan Mas Danang di tempat yang dahulu adalah milik orang tuaku membuat pikiran dan hati ini semakin yakin, mereka telah mengambil alih apa yang seharusnya menjadi hakku.“Rasti, kamu sedang apa di sini? Kenapa bisa kamu ke sini?” tanyanya gugup.“Aku hanya ingin menyambangi tempat yang menjadi kenangan dengan orang tuaku, Mas. Entahlah, aku sangat merin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 27

    Mas Danang bercerita tentang perjuangan Pak Har untuk bisa membuatku terbebas dari segala tuntutan orang-orang yang terlibat.“Dari mana kamu tahu, Mas? Dan kapan kamu tahu itu?” tanyaku setelah sekian lama terdiam.“Bapak bercerita semuanya setelah kita menikah. Bapak menceritakan ini saat memintaku mengelola kembali showroom milik bapak kamu. Namun, aku diminta merahasiakan ini dari kamu karena tidak ingin kamu terluka lagi dengan kejadian di masa lalu saat kamu kehilangan mereka,” jawab Mas Danang lancar.“Dan sekarang, memberikan luka baru lagi dengan memintaku berbagi suami dengan Firna?” ujarku jujur.Mas Danang terdiam tidak bisa menjawab.“Mas, bolehkah aku bekerja di showroom? Aku ingin mendapatkan uang. Toh bagaimanapun, tempat itu yang merintis adalah orang tuaku. Jadi, berikanlah sedikit tempat agar aku merasa menjadi or

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 28

    Danang menatap wajah Rasti yang tertidur lelap. Diusapnya perlahan dahi yang tertutup rambut. Ada sakit yang menyayat hati, kala mengingat segala masa lalu dari wanita yang telah ia nikahi selama bertahun-tahun itu. Tentang sebuah hal yang ia ikut sembunyikan, dan juga sikap orang tuanya terhadap Rasti.Segala hal yang ia pikirkan tentang sang istri membuat hatinya semakin mantap akan keputusan untuk mengakhiri pernikahannya dengan Firna. Sebuah hubungan yang hanya status semata demi menyenangkan hati wanita yang telah melahirkannya. Dan ia sama sekali tidak mencintai wanita dengan status aduk ipar."Sabarlah, semua akan kembali seperti sedia kala. Aku berjanji," ucapnya lirih seraya mengecup dahi Rasti.*"Kenapa menatapku seperti itu, Mas?" tanya Rasti penuh selidik suatu pagi kala sepasang suami istri itu masih berada di dalam kamar. Kedua anaknya telah diantar ke sekolah."Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PART 4

    Melihat hal itu, tentu saja Rasti merasa lega. Karena ia tidak akan menghabiskan waktu berdua saja dengan Huda di kamar rumah sakit.“Makan dulu, ya? Nanti minum obat,” ucap Huda seolah memberi kesan bahwa ia adalah orang yang menjaga Rasti.“Jangan sentuh makanan itu! Biar aku yang nyuapi mama,” kata Nadine sewot.“Baiklah,” ucap Huda mengalah.Beberapa jam, Danang terpaksa duduk memperhatikan segala gerak-gerik Huda yang begitu perhatian terhadap mantan istrinya. Meski berkali-kali Nadine menunjukkan ketidaksukaannya pada Huda, tapi lelaki itu seolah tidak peduli.Rasti hanya terbaring dalam posisi lemah dengan perasaan yang cemas. Takut, bila terjadi sebuah pertengkaran di saat ia tengah sakit.Danang hanya duduk diam di kursi, merasa dirinya hanya datang untuk menemani Nadine, dan tidak ada hak lagi atas Rasti.“Dari mana kamu tahu aku sakit?” tanya Rasti setelah didudukkan oleh Nadine pandangan matanya tertuju pada Huda. Saat itu, Nadine tengah keluar untuk membeli minuman. Hanya

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PART 3

    Mentari pagi terasa hangat menyentuh kulit tangan Rasti yang tengah terampil memetik cabai di kebun. Kesehatan sang nenek sudah memburuk akibat usia yang sudah senja. Ia merasa takut kehilangan Watri, setelah sebelumnya Priono disusul Muryani menghadap Sang Pencipta. Kini, ia lebih memilih fokus merawat ibu dari ayahnya itu.Sebuah suara mobil terdengar memasuki halaman rumah watri. Rasti berhenti dari aktivitasnya, gegas berjalan menuju halaman yang posisinya berada di atas kebun. Ia memicingkan mata, melihat kode plat mobil yang menandakan area Jogjakarta. Tangannya masih memegang sebuah baskom plastic kecil berisi cabai.“Tante!” Sebuah sapaan lembut terucap dari mulut gadis yang baru saja turun dari mobile.“Alea!” Reflex, mulut Rasti menyebut nama seorang gadis yang terlihat kurus.“Tante ….” Alea kembali memanggil Rasti dengan mata berkaca-kaca.“Maaf, menyusul kamu ke sini.” Hanung yang baru saja turun dari mobil langsung menyahut.“Mama, siapa yang datang?” tanya Nadine yang b

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PASRT 2

    “Akhirnya kamu datang, Mbak. Dan baru kali ini kita bertemu,” ucap Huda.Rasti yang kini telah berbalik sedikit mundur.“Jangan takut, Mbak! Aku tidak akan melukai Mbak Rasti lagi. Aku datang untuk minta maaf. Maaf, aku telah berpesan pada tetangga Mbak Rasti untuk menghubungiku saat Mbak datang.”Rasti masih belum percaya apa yang dikatakan Huda. “Untuk apa?” tanyanya ketus.“Aku ingin minta maaf, Mbak. Duduklah sebentar denganku,” ajak Huda.Dengan ragu-ragu, Rasti mengikuti Huda yang duduk di tepi teras. Lantai masih terlihat bersih karena setiap pagi dibersihkan oleh karyawan.“Aku sudah bercerai dari Maryam. Aku benar-benar telah menyakiti hatinya. Tapi, aku tidak berbohong jika rasa cintaku hilang terhadap dia saat Mbak Rasti datang kembali dalam hidupku dulu kala. Dan sampai saat ini, aku masih memendam rasa itu.” Huda berhenti sebentar lalu memandang Rasti dengan posisi kepala menoleh. “Aku masih mencintaimu. Maaf, aku telah berusaha mendapatkanmu dengan cara yang salah. Maaf,

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PART 1

    “Saya terima nikah dan kawinnya Rasti Efrianti binti Rusdi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai ….”Ucapan sah menggelegar di ruang tamu rumah Rasti yang ada di kampung. Senyum Nadine dan Raline mengembang dengan sumringah.Rasti yang memakai hijab syari dengan riasan sederhana mencium takzim tangan lelaki yang kini telah sah menjadi suaminya. Mereka lalu saling tatap dan mengurai senyuman.Setitik air mata jatuh dari pria yang memakai kemeja berwarna putih.***Rasti memperhatikan orang yang dibayar untuk memotong rumput yang sudah meninggi di rumahnya yang di Jogja. Anak-anaknya tidak ikut serta karena mereka tidak mau. Setelah pekerjaan orang suruhannya selesai, ia bersiap untuk kembali masuk rumah.“Rasti ….” Sebuah suara membuatrnya urung masuk.Mata Rasti menatap pria yang baru datang tanpa berkedip. “Pak Hanung,” sapanya dingin.“Akhirnya kamu kembali,” sahut Hanung. “Aku sering datang ke sini untuk menunggumu pulang. Dan hari ini, aku bertemu denganmu.”“Unt

  • MADU SATU MERTUA   ENDING

    Mereka basa-basi sebentar, saling menceritakan hidup yang dialami masing-masing. Setelah lama berbincang, Firna menyampaikan maksud kedatangannya menemui Rasti. “Aku minta maaf atas semuanya, Mbak. Aku telah bersalah sama Mbak Rasti. Aku sudah egois dalam mencintai Mas Danang. Dan pada akhirnya aku sadar, aku hanyalah pelampiasan baginya. Cinta Mas Danang sepenuhnya untuk Mbak Rasti. Aku menikah dengan seorang pria yang hidupnya di jalan, tapi mengajarkanku banyak hal. Kami memulai semua dari bawah. Dia tahu semua kisah hidupku dan perlahan mengubah sifat egoisku. Dia juga pria yang sangat baik. Melindungi dan menyayangi Yasmin seperti anaknya sendiri. Bahkan, saat aku marah sama Yasmin, Mas Dion tak segan memarahiku bali. Aku merasa beruntung. Ini bukan hal yang penting bagi Mbak Rasti. Tapi, perlu aku ceritakan agar Mbak tahu bagaimana aku saat ini,” ucapnya lalu berhenti. Memandang Danang dengan ragu, kemudian mengeluarkan sebuah kotak. Rasti tertunduk. Hampir saja ia berpikir buru

  • MADU SATU MERTUA   ENDING

    Part 93 Semua sibuk dan larut dengan perasaan masing-masing. Nadine dn Raline yang bahagia bertemu ayahnya. Firna yang terlihat malu-malu pada Rasti. Dan Rasti yang sibuk menenangkan hati. ‘Aku sudah bercerai sama Mas Danang. Aku harus bersikap biasa saja melihat mereka,’ tekan Rasti dalam hati. “Mbak, apa kabar?” tanya Firna sopan. Seyogyanya seorang tamu dipersilahkan masuk, tapi yang terjadi justru tamu Rasti yang menyapa lebih dulu. “Ba-baik. Kamu apa kabar?” tanya Rasti kaku. “Baik, Mbak. Alhamdulillah,” jawab Firna. Rasti mengamati penampilan sederhana dari mantan madunya. Anak Firna menangis merengek di dalam gendongan. “Yas, tolongin Bunda, pegangin adek. Bunda pengen ke belakang,” pinta Firna pada anaknya yang terlihat lemas. “Aku pusing dan mual, Bunda. Ayah saja dipanggil,” tolak Yasmin. Entah mengapa, Rasti serasa tidak kuat melihat pemandangan keharmonisan keluarga Firan dan Danang. Ia mencoba menahan segala rasa yang berkecamuk agak tidak terlihat. “Ayah, ini p

  • MADU SATU MERTUA   MENUJU ENDING

    “Kalau ketemu lagi, namaku Dion,” ucap preman itu kemudian melangkah cepat.“Jangan mengemis lagi. Bentar lagi Bunda akan bisa beli mesin cuci. Bunda mau buka laundry saja. Biar bisa bekerja di rumah. Nanti, Bunda akan pasang iklan,” ucap Firna.Hari setelah itu, pria yang mengaku bernama Dion sering datang ke kontrakan. Lama kelamaan, Yasmin menjadi terbiasa dan akrab. Dibalik tubuhnya yang kekar dan sangar, ia ternyata memiliki sebuah kepedulian. Sikap Firna masih cuek. Namun, berkali-kali pria itu datang membawakan setumpuk cucian kotor. Lalu memaksa Firna untuk memberikan cucian yang sudah bersih dan mengantarkannya ke pelanggan.Terkadang Dion datang di pagi hari, membawa cucian kotor, lalu mengantarkan yang bersih sambil mengantar Yasmin ke sekolah. Lalu ia akan pergi dan kembali lagi keesokan harinya. Seolah hal seperti itu adalah rutinitas Dion saat ini.Di dalam sel tahanan, Danang mengenal seorang narapidana yang sangat taat beragama. Hal itu membuat ayah Nadine dan Raline s

  • MADU SATU MERTUA   MENUJU ENDING

    Part 91 Gadis kecil memakai seragam itu berlari menuju rumahnya. Segera berganti baju setelah sampai. Berlalu kembali dengan membawa plastic bungkus permen yang sudah using. Ia menengadahkan tangan ada setiap motor dan mobil yang berhenti di perempatan lampu merah. Setelah dirasa cukup, ia lalu bersiap pulang. “Ayo, setoran!” hardik seorang preman membuatnya ketakutan. “Jangan ambil, Om. Aku butuh uang ini,” pinta Yasmin memelas. “Hanya kamu pengemis yang tidak pernah setor. Mau kamu, aku bawakan satpol PP buat menangkap kamu biar masuk penjara?” Yasmin menggeleng. “Tapi aku butuh uang ini,” ucapnya dengan bibir bergetar. “Ibu kamu kemana?” “Bunda mengamen, mau buat beli mesin cuci biar bisa kerja di rumah,” jawab Yasmin jujur. Di saat bersamaan, serombongan satpol PP bergerak menertibkan pengemis yang dirasa semakin banyak. Biasanya akan ada pembinaan dan pelatihan kerja bagi orang dewasa. Preman yang menghardik Yasmin dengan cepat mengangkat tubuh anak kecil dan membawanya

  • MADU SATU MERTUA   MENUJU ENDING

    “Aku belum memikirkan itu,” sahut Rasti. “Kamu harus memikirkannya. Kamu harus menikah lagi dan mempunyai seseorang yang menemani dan melindungi kamu. Kamu tidak bisa hidup seorang diri selamanya. Usia kamu masih muda.” “Jangan membahas hal itu, Mas.” Rasti merasa sedih dengan perkataan mantan suaminya. Ada ruang hampa yang seketika hadir dalam hati. “Rasti. aku serius. Anak-anak butuh figur ayah penggantiku. Dengan siapapun, aku akan merestui. Aku yakin sekali, kamu bisa memilih orang yang tepat. Doakan aku, bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Tinggalkan alamat. Setelah aku bebas, aku akan mencari Nadine dan Raline. Semoga mereka masih mengingatku.” Danang tersenyum getir. Berusaha keras menahan tangisnya untuk tidak keluar. “Iya. Aku berdoa semoga kamu juga bisa menjadi suami dan ayah yang baik buat Firna dan Yasmin. Salam buat mereka.” Danang tertawa. Namun, saat tawa itu keluar, tangisnya juga pecah. “Aku sudah menceraikannya. Aku tidak mencintainya. Itu hanya akan meny

DMCA.com Protection Status