Share

Bab 79

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-24 09:45:15

Pov 3

Semenjak berbincang dengan Jingga, tujuan Huda lebih jelas. Pada akhirnya, Huda memberanikan diri berkunjung ke rumah Imelda. Meskipun, jelas … tiap hari Imelda sudah di antar jemput oleh pemilik bengkel dengan tampang urakan itu, Bang Ako.

Lelaki dengan pakaian kemeja lengan pendek dan celana jeans berwarna gelap itu tengah berada di perempatan. Dia tengah membeli martabak. Begitulah cara Huda. Dia akan mendekati keluarga Imelda untuk bisa merebut hati gadis itu.

“Martabaknya berapa, Mas?” Pertanyaan terlontar dari seorang penjual, sedangkan tangannya sibuk membubuhi topping pada martabak manis ketan hitam, pesanan orang.

“Martabak yang daging ikan tuna satu, martabak telor yang daging sapi satu, lalu martabak manis kombinasi satu.” Huda menjawab. Sesekali dia mengusasp rambutnya yang terpangkas rapi. Penampilannya terlihat kalem dengan paras yang cukup menarik perhatian.

“Yang ikan tuna, telor ayam atau bebek, Mas?” Tukang martabak itu menoleh.

“Telor bebek saja, Mas.”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Idadalia Mutiara79
ah syukurlah ga jd sm huda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 80

    Pov Alea Aku menatap layar ponsel yang berpendar. Nomor Banyu yang menelpon. Aku lekas mengangkatnya. “Ya ….” Aku menjawab malas. “Alea! Kapan kamu gabung lagi dengan tim kita?” Terdengar suara yang sejak dulu selalu membuat hatiku berdebar-debar. Namun, kini … entah kenapa tidak lagi. Aku seperti biasa saja ketika mendengar suaranya. “Ahm … sepertinya aku tak jadi menarik surat pengunduran dirinya.” Aku bicara setelah berpikir sejenak. “Loh? Maksudnya?” Suara Banyu terdengar heran. “Aku, tetap jadi resign. Soalnya … aku sudah menemukan pekerjaan baru di sini.” Aku berbohong. Padahal bukan menemukan pekerjaan baru, tetapi entah kenapa sikap Bara yang cuek dan masih marah justru membuatku penasaran. Aku masih butuh waktu untuk … hmmm … untuk apa, ya? Pokoknya, aku masih pengen di sini. Aku mengedik sendiri. Entah untuk apa aku mengejar-ngejar kata maaf dari Bara. Padahal dia bukan siapa-siapa. Entah kenapa, semua jadi sepenting ini? “Serius, Lea? Kamu jadi resign?” Kudengar sua

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 81

    Pov BaraAku baru saja pulang dari berbelanja bahan-bahan. Prospek toko kue yang di sini memang sedikit merambat. Berbeda dengan yang di Karawang. Karena itu juga, aku belum berani mengambil karyawan. Di sini, penjualan masih naik turun, belum juga dapat pelanggan tetap. Berbeda dengan di Karawang yang sudah bekerja sama dengan beberapa hotel. Di sini baru dapat satu pelanggan saja kemarin sudah dibuat kacau oleh hmmm, gadis aneh itu … Alea maksudnya. Dari dalam kamar Mama terdengar suara orang tertawa dan bercengkrama. Aku menautkan alis. Siapa yang berbicara dengan Mama. Mairani tadi bahkan sedang sibuk meladeni pembeli. Lagipula, Selama ini, Ma tak suka ditemui siapapun dan lebih memilih mengurung diri setiap hari. Menyendiri katanya lebih membuatnya tenang. Aku lekas berjalan menuju kamar Mama. Kamar Mama sengaja kutempatkan di bawah agar aku tak lelah wara-wiri kalau hendak membawakannya makanan. Daun pintu terbuka setelah kudorong perlahan. Aku tertegun. Tampak Mama sedang be

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 82

    Pov 3“Mairani benar, Bara. Alea cantik. Mama juga suka.” Bara melongo melihat Mamanya yang sudah berdiri dan tersenyum. Wajahnya, terlihat lebih semringah dari pada biasanya. Apakah benar ini pengaruh dia dekat dengan Alea? Namun, Bara lekas menepis pikirannya sendiri. Alea bukan gadis tipenya. Dialah perempuan yang sudah membuat namanya rusak di depan Banyu dan Jingga. “Sudahlah, Ma. Gak usah terprovokasi oleh tampang pura-pura baik Alea. Dia tak sebaik yang Mama pikirkan.” “Loh, kok ngomongnya gitu, sih, Bara? Alea membuat Mama merasakan Rani datang lagi. Dia cantik, pintar, lembut.” “Ahm, Ma … sebaiknya Mama lekas tidur … sudah malam! Ayo Bara antar ke kamar!” Bara memangkas kalimat Mamanya dan lekas menggandeng lengan Mama ke kamar. Namun, entah seperti apa Alea mencoba menarik perhatian Mama. Sepanjang sebelum tidur, Mama terus-terusan bercerita tentang Alea dan itu benar-benar membuat kepala Bara cenat-cenut dibuatnya. Kuping Bara terasa panas hingga Mama akhirnya terlelap

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 83

    [Jingga, boleh share lokasi sekolahan kamu. Aku Alea. Ingin ketemu. Ada perlu. Please, ya! Demi masa depanku.] “Alea?” Jingga menggumam dalam dada. Sedikit bingung, apa hubungan dirinya dengan masa depan gadis itu. [Saya di sekolah, Alea. Ada urusan apa, ya?] Jingga mengirim pesan dengan cepat. [Boleh ke sana? Jam berapa kalau boleh? Ada hal yang tak bisa dibahas ditelepon.] Alea mengirim pesan lagi. [Hmmm, datanglah selepas makan siang.] Jingga pun mengirimkan share lokasi. Membiarkan Alea datang ke sekolahannya. Untuk Aluna, banyak opsi transportasi. Dia bisa memesankan mobil online, bisa juga nitip pesan pada wali kelasnya agar bisa ikut jemputan. Alea menatap pesan yang diterimanya. Udara Bandung yang sejuk sebetulnya masih membuatnya betah. Namun, demi Bara … dia pun segera bersiap untuk ke Karawang. Bandung-Karawang tak lama, hanya cukup waktu dua jam saja. Dia pun bergegas dan berpamitan pada pamannya. Alea mengarahkan kamera ke wajahnya, lalu menguploadnya di status wha

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-26
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 84

    Aku mengusap perut yang sudah terasa mulas-mulas dari tadi. Keringat mengucur pada pelipis karena tegang dan takut. Bagaimanapun, lahiran pertama itu operasi cesar. Dokter dulu pernah bilang, kalau untuk bisa melahirkan secara normal itu harus berjarak lima tahunan dari kehamilan pertama. Namun, rupanya program KB-ku kebobolan. Usia Cakra saja baru satu tahun lebih bebebrapa bulan dan kini adiknya sudah sembilan bulan di dalam perut. “Unda, ini minumnya!” Aluna manyodorkan botol air mineral. “Makasih, Kakak.” Aku menerima botol itu dengan tangan gemetar. Jujur, ada rasa takut berlebih ketika mendengar penuturan dokter tadi, mereka akan membuka bekas jahitan yang lama dan itu katanya cukup makan waktu. “Baby Cakra rewel gak?” Aku menoleh pada Aluna setelah hening beberapa saat. “Rewel, Unda … tadi lagi ditenangin sama Bi Mul, Oma juga.” Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala mendengar jawaban dari Aluna. “Nek, Papanya Cakra masih ngurus administrasi, ya?” Aku melirik pada Ibu yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 85

    Hari yang ditunggu, akhirnya datang juga. Acara lamaran yang dulu dilakukan secara sederhana tak serta merta mengurangi khidmatnya acara. Hari suci yang dinantikan pun kini tiba. Imelda masih tak percaya jika beberapa jam ke depan, statusnya akan segera berubah. Menuju status baru, menjadi istri seorang Pak Huda.Masih terkenang dalam benaknya kata-kata yang dulu diyakininya sebagai kata-kata terakhir untuk Pak Huda. Bahkan dia sudah mengucapkan selamat tinggal dan selamat jalan. Melepaskan rasa kecewanya yang mendalam. “Selamat tinggal, Pak Huda … selamat jalan … semoga kehidupan yang baik buat kita sudah menunggu di masa depan.” Itulah kalimat yang sampai saat ini masih terngiang dalam benaknya. Kalimat yang dia ucapkan untuk seorang yang sudah membuatnya kecewa, Huda. Bagaimana tidak, dulu Imelda sangat terpesona dengan sosok Pak Huda yang terlihat bersahaja, cerdas dan pekerja keras. Namun, ketika dirinya tahu jika Pak Huda hanya memanfaatkannya, rasa kagumnya itu menguap dan ha

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 86

    Kondisi Jingga yang belum pulih, tak menjadi alasan untuknya tak hadir dalam acara spesial Imelda, sahabatnya. Hanya saja, memang dirinya tak terlalu memaksakan diri. Dia hanya datang pada hari H saja dan itu pun mendekati jam akad terlaksana. Kedua putranya tak dia bawa. Cakra dan Buma ditangani oleh dua orang baby sitter dibawah pengawasan Oma Fera. Jingga tak mengajak mereka. Bagaimanapun, kondisinya yang belum pulih akan menghambat gerak tubuhnya. “Unda yakin akan berangkat?” Papa Banyu menatap sang istri yang sudah mengenakan setelan gamis di depannya. Tubuh Jingga tak terlalu banyak berubah setelah kehamilannya. Total penambahan berat badannya hanya 10 kg termasuk berat bayi. Jadi meskipun belum sampai pada tahapan diet lagi, tubuhnya tak terlihat gemuk berlebihan. Hanya sedikit semok saja. “Iya, Papa. Imelda loh yang nikah,” tukas Jingga sambil memoleskan lip mate cream warna merah bata pada bibirnya menimbulkan kesan dewasa. “Hmmm … kalau gitu, Unda harus pakai kursi roda,

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 87

    “Makasih, Jingga.” Alea tersenyum. Mereka berpelukan singkat dan saling mendoakan. Lalu pada Bara, Jingga hanya menangkupkan tangan di depan dada dan mengangguk saja. Ucapan selamat teriring bersama doa dari bibirnya. Pak Banyu mengikuti langkah Jingga, ketika turun dari pelaminan, dia meminta Jingga menunggu. Sementara dirinya bergegas mengambil kursi roda. Dia tak sadar, ada sepasang mata yang mengembun menatapnya dari balik kerumunan para tamu yang tengah menikmati hidangan. Entah kenapa, dirinya selalu merasa sakit melihat perhatian berlebih lelaki itu pada istrinya. Perempuan itu adalah Misye. Misye yang memang sudah tiba sejak tadi di pernikahan Alea menyeka sudut matanya. Semenjak kejadian yang membuat Aluna terseret ke dalamnya, Misye tak mau terang-terangan menampakkan lagi batang hidungnya di depan Pak Banyu.Dia selalu takut melihat kilat kemarahan yang terpancar beringas dari sepasang netra tajam lelaki itu. Dia pun takut akan ancaman Pak Banyu yang kala itu murka. Dia me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28

Bab terbaru

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 120

    “Oke, satu kali lagi bersiap! Tiga, dia, sat-”“Mbak!” pekikkan Cakra membuat semua terkaget. Tubuh Aluna akhirnya ambruk juga karena kelelahan. Untung Cakra dan Adrian yang berada di sisi kanan kirinya sigap menangkap sang pengantin. Suasana sedikit kacau. Untung saja, Aluna tak sampai kehilangan kesadaran. Hanya pusing dan berkunang-kunang saja. Adrian yang cemas, meminta Aluna untuk istirahat sebentar. Meskipun demikian beberapa tamu undangan yang kebetulan baru datang bertanya-tanya tentang keberadaan pengantin perempuan. Salah satunya Jenny---sahabat lama Unda Jingga. Seorang psikolog yang dulu menjadi tempat konsultasi saat penyembuhan trauma Aluna.“Loh pengantinnya mana?” Jenny bersama suami dan anaknya menyalami Unda Jingga.“Kecapekan, Jen. Makasih ya sudah datang!” Unda Jingga menerima uluran tangan Jenny. “Oalah, kok bisa? Jangan-jangan diajak lembur terus tiap malam,” kekeh Jennya sambil melirik Adrian. Dalam hatinya mengakui jika Adrian memang lebih tampan dari pada ad

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 119

    Aluna keluar dari kamar mandi dengan ekspresi datar. Oma Fera yang menunggu tak sabar langsung memburunya dan bertanya, “Gimana hasilnya, Una?” Aluna tersenyum masam, sambil menggeleng, membuat harapan Oma Fera yang sudah meninggi tadi perlahan meredup dengan sendiri. “Ya sudah, gak apa. Masih baru juga. Semangat pokoknya!” Oma Fera mengedipkan mata dan menepuk bahu cucunya dengan senyuman lembut. “Iya, Oma.” Aluna tersenyum. Dia pun kembali meneruskan kegiatannya yang tadi yaitu rebahan.Oma Fera pun mulai mengeluarkan wejangan-wejangan khas orang tua, mulai dari makanan apa saja yang harus dimakan, suplemen, bahkan sampai posisi yang katanya agar bisa hamil. Aluna tak menggubrisnya, tubuh yang lemas membuatnya tak banyak merespon ucapan Oma Fera. Hanya iya-iya dan mengangguk saja.Hari-hari berlalu, semua kesibukkan menjelang resepsi semakin membuat jadwal mereka kian padat. Meskipun dibantu EO, tapi tetap mereka harus terlibat untuk memutuskan ini dan itu. Tak ada hal yang lebih

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 118

    “Ini rumah siapa, Bang?” Aluna menatap heran. Tiba-tiba Adrian mengajak ke tempat ini. Hanya berbeda beberapa rumah dari tempat Oma Fera.“Kita bulan madu lagi, Dek!” bisik Adrian diselingi kekehan yang membuat Aluna semakin tak paham. Reflek Aluna mencubit pinggang Adrian, tapi tangan Adrian sigap menangkap sang pengganggu dan menggenggamnya. Jemari kokoh Adrian hampir menenggelamkan jari-jari lentik milik Aluna. Keduanya berjalan melewati pekarangan yang masih terhampar pasir dan sisa-sisa paving blok di mana-mana. Setelah berdiri di depan pintu yang dicat pernis itu Adrian mengeluarkan kunci dari dalam saku. Perlahan dia memasukkan anak kunci itu dan membaca basmallah. Daun pintu yang bebentuk model kupu-kupu itu dibuka lebar. Aluna tertegun ketika melihat funiture lengkap sudah memenuhi ruangan yang ada di depannya. Bagian dalam rumah dicat putih membuat kesan yang semakin luas pada ruangan. Tirai-tirai yang terkesan mahal dan elegan menjuntai di sepanjang jendela kaca yang tin

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 117

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (117)Adzan ashar berkumandang ketika keduanya baru saja selesai berpetualang. Aluna memberengut di tepi tempat tidur, malu mau keluar. Siang-siang rambutnya basah pula. “Ayo, Dek! Kita jalan-jalan sore!” Adrian tampak cuek dan tak merasa bersalah. Dia bicara sambil menyeka rambutnya yang sama-sama masih basah. “Ck, malu lah, Bang!” Aluna mengisyaratkan pada rambutnya yang masih basah. Adrian terkekeh, wajahnya mendekat. Jiwa jahilnya yang dulu seringkali keluar ketika berdebat dengan Alisha, kini mulai terlihat. Belum semua, Aluna belum tahu semua aslinya Adrian seperti apa. Baru sehari mereka menuai madu manis pernikahan dan sedang manis-manisnya. Semua terpampang masih yang baik-baik saja. “Jadi mau di sini saja? Kita ulangi sampai Isya?” godanya seraya mengangkat alisnya ke atas. Wajahnya tampak cerah seperti langit setelah hujan. Cubitan dari Aluna membuat Adrian terkekeh, lalu dia menarik lengan sang istri perlahan. “Ayolah, bisa jalan ‘kan?” ke

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 116

    Aluna melingkarkan tangan ke pinggang Adrian. Kepalanya bersandar pada dada bidang yang membuanya nyaman. Mobil yang dikemudikan Mang Parmin mengantar mereka hendak kembali ke kediaman Oma Fera. Satu tangan Adrian merangkul sang istri yang sejak tadi bergelayut tak mau melepasnya. Sesekali satu tangan lainnya mengusap pucuk kepala Aluna.Senyum pada dua sejoli itu terkembang sempurna. Seperti dua orang musafir gurun yang menemukan oase. Seolah mendapat siraman rasa sejuk yang memadamkan gundah yang berkepanjangan. “Mau beli makan gak?” bisik Adrian. Hembusan napasnya bahkan terasa hangat di dahi Aluna. Sesekali kecupan singkat dilabuhkan pada pucuk kepala gadis yang bersandar di dadanya. “Oma gak masak?” tanya Aluna tanpa mengubah posisinya. “Hmmm … masak.” Adrian menjawab singkat. Otaknya sudah tak bisa konsen karena jarak tubuh yang nyaris tanpa celah.“Aku kangen masakan di rumah Oma.” Aluna bicara lagi.“Oh, ya sudah. Kita makan di sana, ya!” Adrian berbicara setenang mungkin.

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 115

    Sepeninggalnya Vina, Misye sudah terhanyut dalam halusinasinya. Moodnya akan membaik dengan cepat ketika dia bertemu dengan obat-obatan terlarang tersebut. Dia keluar dari kamar apartemen dan membuka pintu. “Vin! Vina!” Tok Tok Tok!Bersamaan dengan itu, pintu diketuk dari arah luar. Otaknya yang sudah setengah tak sadar, tak bisa berpikir kalau itu bukan Vina. “Ngapain kamu ketuk-ketuk pintu, Vin!” omel Misye sambil membuka daun pintu. Namun seketika netranya melihat beberapa orang yang mengarahkan kamera kepadanya. “Bu Misye, ada waktu sebentar!” “Siapa kamu, ya!” “Maaf, saya selebgram lambe-lambean, Bu! Ini kita lagi di acara ngegap aktris! Boleh kami wawancara sebentar terkait kasus yang lagi viral sekarang! Bagaimana tentang menantu Ibu, kok bisa, Ibu gak tahu kalau putri Ibu nikah dengan anak pengusaha?” Pemburu berita itu seperti tebal muka. Dia langsung saja mencecar Misya dengan pertanyaan. Semua itu tak lain dan tak bukan karena gagalnya para wartwan televisi yang men

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 114

    Misye pontang-panting mencari cara untuk bertemu dengan Pak Dirga. Hanya saja, laki-laki itu sudah menutup semua aksesnya. Bahkan laporan pada kepolisian sudah dilayangkan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Karena sejauh ini, pergerakan Misye yang diminta untuk memberikan klarifikasi dan permohonan maaf, tak ada pergerakan. “Mbak Misye, sepertinya lebih aman kalau bikin klarifikasi lagi ke wartawan!” “Vina, kamu gila. Itu sama saja menghancurkan reputasiku. Aku yakin, semua yang awalnya masih ragu, jadinya mereka nanti malah membullyku nanti. Image aku sebagai super mama bisa langsung anjlok!"Keduanya lalu terdiam lagi. Kepala Misye berdenyut nyeri memikirkan semua itu. Vina sudah berulang kali membujuk Misye untuk membuat klarifikasi, tapi tak berhasil. “Minta barangnya, Vin!” “Jangan, Mbak! Kita lagi disorot sekarang!” “Ck, mereka menyorot hal yang beda! Penakut kamu!” tukas Misye seraya merebut tas selempang yang tergeletak di meja kecil, lalu mengambil sebuah kunci dari sa

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 113

    Usai memberi pernyataan pada media. Misye tersenyum senang. Dia sangat yakin, kalau menantu miskin yang sakit-sakitan itu akan segera hengkang. Misye yakin laki-laki itu akan minder dan kena mental lalu mundur dengan sendirinya. “Ah, Misye memang hebat! Tak percuma punya otak cemerlang,” kekehnya memuji diri sendiri. Dia pun segera pulang ke apartemen yang masa sewanya sudah hampir habis itu. Pastinya setelah menyapa beberapa rekan wartawan yang sengaja dihubunginya tadi. Bagaimanapun dia harus berusaha mendapatkan pekerjaan lagi. Uang untuk kehidupan mewahnya sudah hampir habis.Setibanya di apartemen dia langsung merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dia pun segera memantau sosial media, berharap para wartawan itu langsung bergerak cepat sesuai rencananya. Sudah ada postingan yang muncul, meskipun belum ada gambar penyerta. “Start yang bagus.” Misye bicara sendirian. Lalu dia menghubungi managernya yang sama-sama sepi job juga. Misye minta managernya segera memberikan alamat ru

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 112

    “Abang gak usah dengerin!” tukas Aluna seolah paham. “Tidak, Dek! Kali ini Abang minta izin untuk melawan! Hanya saja Abang minta satu hal. Jangan pernah terpikir untuk mengorbankan rumah tangga kita apapun yang terjadi setelah ini, janji?” Adrian menatap tajam sepasang mata Aluna yang menatapnya penuh rasa bersalah. “Ngomongnyo gitu mulu, sih?” gerutu Aluna samar. “Apa?!” Adrian yang tak mendengar jelas karena volume televisi yang cukup keras menoleh.“Iya,” tukas Aluna malas menjelaskan. “Iya apa?” Adrian menatap Aluna. Satu bulan ini hubungannya sudah lumayan membaik. Hanya saja, Adrian tetap khawatir jika Aluna tiba-tiba pergi karena merasa dibohongi. “Iya, janji!” tukas Aluna sambil mengerucutkan bibirnya dan bicara dalam hati, “Dia itu kenapa, sih? Bahas-bahas ginian melulu. Dia kira aku ini main-main sama pernikahan?” Adrian yang melihat raut wajah Aluna merengutpun menjadi sangsi, “Wajahnya kayak kesal, apa sebenarnya dia merasa tersiksa dengan pernikahan ini, ya?”“Semo

DMCA.com Protection Status