Share

Bab 50

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pov Misye

[Mbak, sudah beberapa hari ini, Bu Jingga gak masuk sekolah. Dia lagi hamil dan kondisinya lemah.]

Aku membaca sederet pesan yang dikirimkan oleh informanku.

[Ada lagi yang lain, Huda?]

[Baru itu saja, Mbak. Hanya saja menurut saya ini peluang kamu, Mbak. Bukannya kamu sempat membahas ingin menggugat hak asuh anak?]

Huda, namanya. Seorang buruh pabrik yang habis kontrak dan tak sengaja bertemu denganku dalam kondisi butuh uang. Ayahnya sakit-sakitan, Ibunya tak kerja dan dia memiliki tanggungan yaitu adik-adiknya.

[Apa menurut kamu, saya akan menang kalau mengajukan gugatan?] Aku mengiriminya lagi pesan. Dalam beberapa hal, Huda cukup bisa diunggulkan.

[Setahu saya, Mbak. Dalam pasal 105 KHI menyebutkan bahwa pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun merpakan hak ibunya. Jadi, mumpung Aluna masih kecil, Mbak Misye jauh berhak menjaganya dari pada keluarga mantan suami Mbak Misye.]

Aku tersenyum menatap sederet kalimat yang dikirimkan Huda. Tak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
smga bayu tegas ampe aja bayu berkhianat lgi aplgi dgn masa lalunya gk mau lagi aku baca ne novel krn gk suka tokoh laki nya yg gk tegas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 51

    Tak lama, aku dirawat di rumah sakit. Hanya tiga hari. Kini aku sudah diperbolehkan pulang, tapi tetap masih harus bedrest. Kandunganku lemah, kata dokter. “Pak, Una mana?” Lirihku ketika suamiku membantuku berpindah ke tempat tidur. Rasanya kangen, tiga hari tak bertemu dengan gadis kecilku. “Pak lagi?” omelnya lirih. Ah, iya lupa. Papa, itu yang sudah kami sepakati ketika Pak Banyu tahu aku hamil. Tapi kan mirip, ya? Bapak sama Papa, cuma beda huruf depannya saja. Namun, ya sudahlah … “Iya, deh, iya … Papa, Una mana?” Aku mengulangi pertanyaan. “Kamu makan dulu, ya! Saya suapi.” Dia malah mengambil mangkuk berisi bubur yang sudah tersedia di sana dan tak menjawabku. Bi Sesa yang menyiapkannya sepertinya. “Tadi suruh nanya pake Papa, sudah ditanya pun gak dijawab pula.” Aku merajuk sambil membuang muka. Kudengar helaan napas Pak Banyu. Lalu dia memalingkan mukaku agar menghadapnya. “Saya cuma tak mau kamu sedih, Nda.” Mimiknya tampak serius. Dia pun sudah mulai membiasakan mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 52

    Pov Banyu“Banyu, pikirkan caranya? Kita gak boleh membiarkan Aluna ikut dengan Misye!” Mama menatapku. Kami berdiri di lorong rumah sakit karena Jingga masih dirawat di dalam, kandungannya lemah.“Hanya saja, umur Aluna masih di bawah 12 tahun.” Aku bergumam seolah bicara pada diri sendiri. “Ya, Mama tahu. Kita satu poin kalah dari Misye. Namun, Mama yakin … masih ada jalan lain.” Mama tampak berpikir. Aku juga terdiam dan merenung.“Pergilah, temui pengacara, Banyu! Lakukan apapun agar hak asuh itu tak akan jatuh padanya. Andai dia Ibu yang baik, Mama juga gak akan sekhawatir ini. Hanya saja … sepertinya, dia hanya menjadikan Aluna sebagai alat. Mungkin dia baru sadar setelah kamu yang memberikan Jingga mahar satu milyar itu. Dia sadar, kamu adalah pohon uang.”“Oke, Ma. Setelah Jingga keluar dari sini. Akan kutemui pengacara.” “Tidak, Banyu. Pergillah sekarang! Waktu kita tak banyak. Misye itu licik dan satu lagi, dia pandai melihat peluang!” “Baik, Ma! Aku pergi! Tolong jaga Ji

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 53

    Pov MisyeAluna, dia memang putriku. Bahkan kegemarannya ternyata sama sepertiku. Dia suka musik, dia juga pintar seperti hmmm … Mas Banyu. Aku akui, otak Mas Banyu lebih dari pada aku, hanya saja sayang, kadang dia terlalu lurus. Masih terbayang ekspresi Aluna ketika kuajak jalan-jalan dan kujanjikan banyak hal. “Wah jadi nanti Una bisa masuk tivi, Ma?” Bola matanya berbinar. “Tentu! Selama kamu mau tinggal bareng Mama.” Aku mengusap rambutnya. Aluna rupanya cukup mandiri dan memang sangat tidak merepotkan. Dalam hal ini, aku cukup berterima kasih pada Mas Banyu dan Nenek Tua itu. Rupanya dia menjagakan putriku dengan baik. “Wah Una boleh main games terus sama yutub, Mama?” Sepasang matanya berbinar. “Tentu!” “Horeee! Kalau ada Unda, pasti gak boleh. Cuma boleh dipinjaim HP sebentar sama Unda atau Oma. Nanti disimpan lagi.” “Kasihannya anak Mama. Kalau sama Mama, boleh banget, Sayang. Nanti Mama beliin HP khusus buat Una. Jadi kalau Una mau maen games dan nonton yutub, Una bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 54

    “Gimana keadaannya? Apa dia dirawat dengan baik?” Kudengar suara Bu Fera menjeda. Dia tengah duduk di teras rumah sambil menikmati satu cangkir teh kamomil yang aku buat. Sesekali helaan napas panjangnya kudengar. “Syukurlah … tolong awasi terus, ya, Bi!” Kudengar lagi dia bicara. Suaranya terdengar berat. Kutahu ada kerinduan di sana. Ya, aku paham. Dia pasti sangat merindukan Aluna. “Ya sudah, saya tutup dulu!” Dia sepertinya sudah mengakhiri panggilannya. Lekas aku mendekat dan tersenyum padanya. “Jingga?” Bu Fera menoleh padaku dan tersenyum. Selalu saja begitu. Di depanku tak pernah sedikitpun dia mengeluh. Bahkan kunilai dia selalu bersikap tegar. “Aku mau pamit dulu, Ma. Mau periksa kandungan.” Aku tersenyum padanya. “Sama Banyu?” tanyanya. Aku menggeleng. Setahuku Pak Banyu masih sangat sibuk berkutat dengan pekerjaan. “Naik mobil online saja, Ma.” “Kalau gitu, biar Mama anter.” Dia langsung bangun, lalu pergi ke dalam. Tak lama, dia kembali dengan kunci mobil dan tas ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 55

    Kepalaku masih terasa berat. Perlahan kubuka mata dan memperhatikan sekitar. Ini bukan di rumah. “Alhamdulilah … akhirnya Mama sadar.” Suara lembut itu. Kumenoleh ke sebelah kanan, rupanya Jingga yang barusan bicara. Dia berjalan mendekat dan menyimpan botol air mineral yang tadi dia pegang ke atas meja kecil. “Kamu sendirian bawa Mama ke sini?” “Sama Pak Banyu, Ma.” “Oh sama Banyu, ya? Mana dia?” Aku mengedarkan pandangan.“Urus administrasi, Ma.” Aku menjawab cepat. “Oh ya sudah … ngomong-ngomong … masih saja nyebut Bapak sama suami kamu?” Aku terkekeh. Menantuku ini lucu sekali. “Ahm itu, biasanya Papa.” Dia menggaruk tengkuk sambil nyengir kuda.“Sini, Jingga. Mama mau bicara.” Aku mengisyaratkan dia untuk mendekat.“Iya, Ma.” Dia pun duduk di sampingku.“Cobalah cari panggilan yang mesra. Banyu belum terlalu tua untuk kamu panggil Aa, Akang, Mas atau Abang. Mama dulu sama almarhum Papa kamu, kalau tak ada anak di depan kami masih manggil Mas, tuh. Meskipun menurut sebagian

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 56

    Pov 3 Banyu meremas kertas yang ada di depannya ketika hasil sidang dikeluarkan pengadilan. Rasa sakit dan kesal menjalar. Bagaimanapun memang usahanya hanya membuahkan hasil tipis. Dari alat penyadap yang dipasang di mobil Misye, tak ada sedikit pun petunjuk terkait kegiatan yang dia tuduhkan. Begitupun dari pantauan Bi Sesa yang sengaja dikirimnya untuk mengawasi Misye. Banyu hanya memiliki sedikit bukti foto-foto lama Misye dari Alea. Bukti yang tak terlalu menguatkan. Di mana mereka tampak terlibat dalam sebuah club dan tengah pesta minuman. “Maaf Pak Banyu. Saya sudah berusaha maksimal. Hanya saja ini semua sudah keputusan hakim. Namun, tenang saja … jika suatu saat terbukti mantan istri Anda berbuat buruk, kita bisa mengambil alih hak asuh itu lagi,” jelas Pak Roy. Banyu hanya meliriknya dingin. Tak ada tanggapan. Benar-benar kecewa berat. Memang selama Bi Sesa mengikuti Aluna di sana. Dia bilang jika Misye tak pernah kelayapan, bahkan tak pernah pulang malam. Alat penyadap y

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 57

    Tadinya memang enggan turun, malas bertemu dengan Bu Misye. Hanya saja … dari balik kaca jendela mobil kulihat pakaian perempuan itu, astaghfirulloh … bahkan aku yang perempuan saja malu melihatnya. Apalagi di depannya ada lelaki yang bukan mahramnya. Aku pun memutuskan untuk keluar dan berjalan mendekat. Wajah Pak Banyu tampak serius kulihat. “Jingga sudah jadi Ibu yang baik buat dia. Kalau kamu tak bisa merawatnya sendirian, kembalikan pada kami!”Obrolan sebelumnya aku tak mendengar dengan jelas. Namun pada kalimat tersebut, terdengar jelas di telinga. Pak Banyu tengah meminta Aluna.“Aku bisa saja sih balikin Aluna ke kalian, tapi ada syaratnya, Mas!” Kali ini Bu Misye bicara. Jarakku yang menyisakkan beberapa langkah lagi membuat obrolan mereka terdengar jelas. “Syarat? Apa syaratnya?” Pak Banyu menatap mantan istrinya itu sekilas. Lalu membuang pandang. Kulihat dia melihat ke ujung meja. Pakaian Bu Misye memang membuatku yang perempuan juga tak nyaman melihatnya, “Nikahi aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 58

    Pov BanyuBell belum berdering ketika aku sudah rapi memasukkan laptop ke dalam tas. Lekas kutenteng. Meskipun sebetulnya tak baik mencontohkan pulang cepat pada karyawan. Namun, Jingga tengah menunggu untuk menjenguk putriku yang katanya sedang sakit. Misye itu kurang ajar sekali. Anak sakit pun sampai gak bilang. “Wah, baru saja saya mau minta tanda tangan!” Aku yang baru menarik pintu kaca menatap wajah Alea yang tampak kecewa. “Banyak gak?” Aku melirik berkas yang ada di tangannya. “Lumayan sih, Pak! Ini draft MOU juga sih, Pak.” Dia menunjukkan lembar-lembar yang ada di tangannya. Kulirik jam tangan. Sudah tak ada waktu lagi. Jingga pasti sudah menungguku dari tadi. “Simpan saja di meja saya.” Dia tampak sedikit merengut. Aku tak peduli. Jadwalku sudah tak bisa diganggu gugat lagi. Setibanya di rumah. Jingga sudah menunggu. Tak berlama-lama lagi, kami pun langsung menuju ke rumah Misye. Sepanjang perjalanan kulihat wajah cemasnya Jingga. Mungkin karena perempuan maennya pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 120

    “Oke, satu kali lagi bersiap! Tiga, dia, sat-”“Mbak!” pekikkan Cakra membuat semua terkaget. Tubuh Aluna akhirnya ambruk juga karena kelelahan. Untung Cakra dan Adrian yang berada di sisi kanan kirinya sigap menangkap sang pengantin. Suasana sedikit kacau. Untung saja, Aluna tak sampai kehilangan kesadaran. Hanya pusing dan berkunang-kunang saja. Adrian yang cemas, meminta Aluna untuk istirahat sebentar. Meskipun demikian beberapa tamu undangan yang kebetulan baru datang bertanya-tanya tentang keberadaan pengantin perempuan. Salah satunya Jenny---sahabat lama Unda Jingga. Seorang psikolog yang dulu menjadi tempat konsultasi saat penyembuhan trauma Aluna.“Loh pengantinnya mana?” Jenny bersama suami dan anaknya menyalami Unda Jingga.“Kecapekan, Jen. Makasih ya sudah datang!” Unda Jingga menerima uluran tangan Jenny. “Oalah, kok bisa? Jangan-jangan diajak lembur terus tiap malam,” kekeh Jennya sambil melirik Adrian. Dalam hatinya mengakui jika Adrian memang lebih tampan dari pada ad

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 119

    Aluna keluar dari kamar mandi dengan ekspresi datar. Oma Fera yang menunggu tak sabar langsung memburunya dan bertanya, “Gimana hasilnya, Una?” Aluna tersenyum masam, sambil menggeleng, membuat harapan Oma Fera yang sudah meninggi tadi perlahan meredup dengan sendiri. “Ya sudah, gak apa. Masih baru juga. Semangat pokoknya!” Oma Fera mengedipkan mata dan menepuk bahu cucunya dengan senyuman lembut. “Iya, Oma.” Aluna tersenyum. Dia pun kembali meneruskan kegiatannya yang tadi yaitu rebahan.Oma Fera pun mulai mengeluarkan wejangan-wejangan khas orang tua, mulai dari makanan apa saja yang harus dimakan, suplemen, bahkan sampai posisi yang katanya agar bisa hamil. Aluna tak menggubrisnya, tubuh yang lemas membuatnya tak banyak merespon ucapan Oma Fera. Hanya iya-iya dan mengangguk saja.Hari-hari berlalu, semua kesibukkan menjelang resepsi semakin membuat jadwal mereka kian padat. Meskipun dibantu EO, tapi tetap mereka harus terlibat untuk memutuskan ini dan itu. Tak ada hal yang lebih

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 118

    “Ini rumah siapa, Bang?” Aluna menatap heran. Tiba-tiba Adrian mengajak ke tempat ini. Hanya berbeda beberapa rumah dari tempat Oma Fera.“Kita bulan madu lagi, Dek!” bisik Adrian diselingi kekehan yang membuat Aluna semakin tak paham. Reflek Aluna mencubit pinggang Adrian, tapi tangan Adrian sigap menangkap sang pengganggu dan menggenggamnya. Jemari kokoh Adrian hampir menenggelamkan jari-jari lentik milik Aluna. Keduanya berjalan melewati pekarangan yang masih terhampar pasir dan sisa-sisa paving blok di mana-mana. Setelah berdiri di depan pintu yang dicat pernis itu Adrian mengeluarkan kunci dari dalam saku. Perlahan dia memasukkan anak kunci itu dan membaca basmallah. Daun pintu yang bebentuk model kupu-kupu itu dibuka lebar. Aluna tertegun ketika melihat funiture lengkap sudah memenuhi ruangan yang ada di depannya. Bagian dalam rumah dicat putih membuat kesan yang semakin luas pada ruangan. Tirai-tirai yang terkesan mahal dan elegan menjuntai di sepanjang jendela kaca yang tin

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 117

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (117)Adzan ashar berkumandang ketika keduanya baru saja selesai berpetualang. Aluna memberengut di tepi tempat tidur, malu mau keluar. Siang-siang rambutnya basah pula. “Ayo, Dek! Kita jalan-jalan sore!” Adrian tampak cuek dan tak merasa bersalah. Dia bicara sambil menyeka rambutnya yang sama-sama masih basah. “Ck, malu lah, Bang!” Aluna mengisyaratkan pada rambutnya yang masih basah. Adrian terkekeh, wajahnya mendekat. Jiwa jahilnya yang dulu seringkali keluar ketika berdebat dengan Alisha, kini mulai terlihat. Belum semua, Aluna belum tahu semua aslinya Adrian seperti apa. Baru sehari mereka menuai madu manis pernikahan dan sedang manis-manisnya. Semua terpampang masih yang baik-baik saja. “Jadi mau di sini saja? Kita ulangi sampai Isya?” godanya seraya mengangkat alisnya ke atas. Wajahnya tampak cerah seperti langit setelah hujan. Cubitan dari Aluna membuat Adrian terkekeh, lalu dia menarik lengan sang istri perlahan. “Ayolah, bisa jalan ‘kan?” ke

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 116

    Aluna melingkarkan tangan ke pinggang Adrian. Kepalanya bersandar pada dada bidang yang membuanya nyaman. Mobil yang dikemudikan Mang Parmin mengantar mereka hendak kembali ke kediaman Oma Fera. Satu tangan Adrian merangkul sang istri yang sejak tadi bergelayut tak mau melepasnya. Sesekali satu tangan lainnya mengusap pucuk kepala Aluna.Senyum pada dua sejoli itu terkembang sempurna. Seperti dua orang musafir gurun yang menemukan oase. Seolah mendapat siraman rasa sejuk yang memadamkan gundah yang berkepanjangan. “Mau beli makan gak?” bisik Adrian. Hembusan napasnya bahkan terasa hangat di dahi Aluna. Sesekali kecupan singkat dilabuhkan pada pucuk kepala gadis yang bersandar di dadanya. “Oma gak masak?” tanya Aluna tanpa mengubah posisinya. “Hmmm … masak.” Adrian menjawab singkat. Otaknya sudah tak bisa konsen karena jarak tubuh yang nyaris tanpa celah.“Aku kangen masakan di rumah Oma.” Aluna bicara lagi.“Oh, ya sudah. Kita makan di sana, ya!” Adrian berbicara setenang mungkin.

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 115

    Sepeninggalnya Vina, Misye sudah terhanyut dalam halusinasinya. Moodnya akan membaik dengan cepat ketika dia bertemu dengan obat-obatan terlarang tersebut. Dia keluar dari kamar apartemen dan membuka pintu. “Vin! Vina!” Tok Tok Tok!Bersamaan dengan itu, pintu diketuk dari arah luar. Otaknya yang sudah setengah tak sadar, tak bisa berpikir kalau itu bukan Vina. “Ngapain kamu ketuk-ketuk pintu, Vin!” omel Misye sambil membuka daun pintu. Namun seketika netranya melihat beberapa orang yang mengarahkan kamera kepadanya. “Bu Misye, ada waktu sebentar!” “Siapa kamu, ya!” “Maaf, saya selebgram lambe-lambean, Bu! Ini kita lagi di acara ngegap aktris! Boleh kami wawancara sebentar terkait kasus yang lagi viral sekarang! Bagaimana tentang menantu Ibu, kok bisa, Ibu gak tahu kalau putri Ibu nikah dengan anak pengusaha?” Pemburu berita itu seperti tebal muka. Dia langsung saja mencecar Misya dengan pertanyaan. Semua itu tak lain dan tak bukan karena gagalnya para wartwan televisi yang men

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 114

    Misye pontang-panting mencari cara untuk bertemu dengan Pak Dirga. Hanya saja, laki-laki itu sudah menutup semua aksesnya. Bahkan laporan pada kepolisian sudah dilayangkan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Karena sejauh ini, pergerakan Misye yang diminta untuk memberikan klarifikasi dan permohonan maaf, tak ada pergerakan. “Mbak Misye, sepertinya lebih aman kalau bikin klarifikasi lagi ke wartawan!” “Vina, kamu gila. Itu sama saja menghancurkan reputasiku. Aku yakin, semua yang awalnya masih ragu, jadinya mereka nanti malah membullyku nanti. Image aku sebagai super mama bisa langsung anjlok!"Keduanya lalu terdiam lagi. Kepala Misye berdenyut nyeri memikirkan semua itu. Vina sudah berulang kali membujuk Misye untuk membuat klarifikasi, tapi tak berhasil. “Minta barangnya, Vin!” “Jangan, Mbak! Kita lagi disorot sekarang!” “Ck, mereka menyorot hal yang beda! Penakut kamu!” tukas Misye seraya merebut tas selempang yang tergeletak di meja kecil, lalu mengambil sebuah kunci dari sa

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 113

    Usai memberi pernyataan pada media. Misye tersenyum senang. Dia sangat yakin, kalau menantu miskin yang sakit-sakitan itu akan segera hengkang. Misye yakin laki-laki itu akan minder dan kena mental lalu mundur dengan sendirinya. “Ah, Misye memang hebat! Tak percuma punya otak cemerlang,” kekehnya memuji diri sendiri. Dia pun segera pulang ke apartemen yang masa sewanya sudah hampir habis itu. Pastinya setelah menyapa beberapa rekan wartawan yang sengaja dihubunginya tadi. Bagaimanapun dia harus berusaha mendapatkan pekerjaan lagi. Uang untuk kehidupan mewahnya sudah hampir habis.Setibanya di apartemen dia langsung merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dia pun segera memantau sosial media, berharap para wartawan itu langsung bergerak cepat sesuai rencananya. Sudah ada postingan yang muncul, meskipun belum ada gambar penyerta. “Start yang bagus.” Misye bicara sendirian. Lalu dia menghubungi managernya yang sama-sama sepi job juga. Misye minta managernya segera memberikan alamat ru

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 112

    “Abang gak usah dengerin!” tukas Aluna seolah paham. “Tidak, Dek! Kali ini Abang minta izin untuk melawan! Hanya saja Abang minta satu hal. Jangan pernah terpikir untuk mengorbankan rumah tangga kita apapun yang terjadi setelah ini, janji?” Adrian menatap tajam sepasang mata Aluna yang menatapnya penuh rasa bersalah. “Ngomongnyo gitu mulu, sih?” gerutu Aluna samar. “Apa?!” Adrian yang tak mendengar jelas karena volume televisi yang cukup keras menoleh.“Iya,” tukas Aluna malas menjelaskan. “Iya apa?” Adrian menatap Aluna. Satu bulan ini hubungannya sudah lumayan membaik. Hanya saja, Adrian tetap khawatir jika Aluna tiba-tiba pergi karena merasa dibohongi. “Iya, janji!” tukas Aluna sambil mengerucutkan bibirnya dan bicara dalam hati, “Dia itu kenapa, sih? Bahas-bahas ginian melulu. Dia kira aku ini main-main sama pernikahan?” Adrian yang melihat raut wajah Aluna merengutpun menjadi sangsi, “Wajahnya kayak kesal, apa sebenarnya dia merasa tersiksa dengan pernikahan ini, ya?”“Semo

DMCA.com Protection Status