Share

49. Menolak Lamaran

Penulis: Sheila FR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hamdan, Najma dan Salwa tercengang mendengar penuturan pak Beni, bagaimana bisa seorang ayah melamar seorang laki-laki untuk menjadi suami dari anaknya, padahal Hamdan sudah memiliki istri, bahkan sudah ada dua.

"Allahuakbar!" Seru Hamdan

"Saya sudah memiliki dua istri, Pak. Dan saya tak ada niatan untuk menambah istri lagi, cukup Umma Najma dan ummi Salwa yang menjadi pendamping saya," Hamdan berusaha setenang mungkin menjelaskan apa yang seharusnya sudah tidak perlu di jelaskan lagi.

"Nak Hamdan, kami tak meminta jawaban kamu sekarang. Kami akan beri waktu nak Hamdan beserta kedua istri untuk memusyawarahkan lamaran kami. Toh, dalam Al-Qur'an pun sudah di jelaskan bahwa lelaki boleh memiliki istri lebih dari satu bahkan sampai empat,"

"Maaf, Bu, sampai kapanpun saya tidak akan menikah lagi, mereka berdua sudah lebih dari cukup buat saya. Oh, ya, jangan hanya tahu yang itu saja, di sana juga di jelaskan jika si lelaki itu mampu, tapi jika tidak maka satu saja cukup,"

"Saya pun sebaga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Luka di Balik Senyum Istriku   50. Prasangka Buruk Salwa Kepada Najma

    "Memang sepi, Ummi. Disini hanya tinggal Najma sama Alifah. Mas Hamdan sedang nganterin Salwa sama ibu kondangan,""Mereka keluar, sedangkan kamu disuruh jaga Alifah? Kamu di jadikan baby sitter sama suami dan madumu, Nak? Ya Allah tega sekali mereka kepada anakku!""Ummi, nggak seperti itu kok ceritanya. Memang aku yang melarang mereka membawa Alifah karena suara sound sistem nggak baik buat kesehatan jantung Alifah. Kasihan kan kalau di bawa ke tempat yang ramai dan bising," jelas Najma agar sang ibu tak salah paham pada kondisinya saat ini."Kamu bahagia, Nak?"Pertanyaan Ummi membuat Najma terdiam, ia menatap lekat pada wajah Ummi Habibah yang terpampang di layar ponselnya."Kenapa ummi tiba-tiba menanyakan itu? Najma bahagia kok, Ummi," jawabnya setelah sekian detik terdiam dalam tatapan yang dalam."Kamu nggak lagi bohongin ummi 'kan, Nak?""Nggak kok Ummi, Najma bahagia beneran kok,""Kala

  • Luka di Balik Senyum Istriku   51. Adopsi Anak

    Abah, ini sudah satu tahun lebih, dan aku belum juga hamil. Apakah Abah mau mengabulkan permintaanku waktu itu?"Di sore hari, ketika senja sedang menyapa penduduk bumi dengan segala pesona keindahan. Di taman belakang rumah dengan harum bunga yang semerbak memanjakan penciuman, Najma kembali mengutarakan keinginannya yang ia utarakan sekitar setahun yang lalu yang belum sempat di jawab oleh Hamdan."Apakah Umma akan bahagia jika kita mengadopsi anak?" Tanya Hamdan dengan menatap dalam kedua netra Najma."Tentu saja Abah, Umma akan bahagia. Umma akan menyayangi anak itu selayaknya anak kandung Umma sendiri,""Jika memang itu bisa membuat Umma bahagia, baiklah, Abah akan mengabulkan permintaan Umma. Besok siang, kita akan ke panti mencari anak yang cocok untuk kita asuh," putus Hamdan membuat senyum Najma seketika merekah.Najma tentu saja sangat bahagia saat Hamdan akan mengabulkan keinginannya. Di peluknya erat sang suami dan membenamkan wajahnya di dada bidang Hamdan dengan senyum y

  • Luka di Balik Senyum Istriku   52. Insiden

    Dan kini bayi yang baru mau belajar merangkak itu sudah berada di kediaman Hamdan. Agak rewel memang awalanya, mungkin Bilal belum terbiasa dengan orang baru. Dengan penuh kesabaran Najma menimang dan berusaha menenangkan Bilal, berusaha membuat bayi yang berusia lima bulan itu merasa nyaman didekatnya. Kerepotan memang, tapi lama-lama Najma juga sudah bisa menguasai keadaan, sudah bisa membuat Bilal luluh dan nyaman bersamanya. Namun, meskipun begitu Bilal tetap rewel sebagaimana yang diberitahukan oleh ibu panti, bahwa anak itu tak bisa ada salah sedikit saja pada tubuhnya, tak nyaman sedikit saja Bilal akan langsung menangis. Sehingga butuh kesabaran dan kepekaan yang ekstra untuk merawat Bilal."Mam mam, mam mam!" Seruan Bilal ketika sedang bermain ditemani oleh Najma. Sedangkan Alifah sudah tidur siang terlebih dahulu."Ululuh, Anak Umma mau mam mam ya?" Kata Najma sambil mengangkat Bilal membawanya ke dapur guna untuk membuatkan susu untuk putranya tersebut."Mbok, minta tolong

  • Luka di Balik Senyum Istriku   53. Tak Tahu Rasanya Jadi Aku

    Setelah menelpon Salwa, Najma bergegas mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia begitu khawatir melihat Alifah yang semakin terlihat lemas di gendongan si mbok. Alifah masih sesenggukan dengan mulut yang berkali-kali memanggil sang ummi dengan suara lemah. Sedangkan Bilal tetap berada di gendongannya sambil meminum susu sehingga bocah lelaki itu terlihat anteng dan tak menyusahkan ummanya yang sedang menyetir.Rasa cemas sekaligus takut bercampur menjadi satu. Najma cemas akan kondisi Alifah, sekaligus takut kalau dirinya nantinya akan disalahkan. Tidak! Dia tidak lalai menjaga Alifah, dia tidak abai menjaga anak suaminya tersebut."Astagfirullah, Allah, Engkau maha tahu ya, Allah!"Sedangkan di tempat lain, Salwa yang baru saja mendapat telepon dari Najma seketika merasa lemas tak bertenaga. Ia begitu shock mendengar kabar bahwa anaknya terluka.Kenapa bisa?Terkena apa sehingga bisa terluka?"Ada apa, Nduk?" Tanya ibu Salwa yang masih kebingungan melihat putrinya

  • Luka di Balik Senyum Istriku   54. Tak Peduli

    "Ibu tak tahu, setelah ini hubungan kalian bertiga akan baik-baik saja atau malah renggang.""Hamdan, lekaslah susul Najma, sapa tahu dia masih ada di rumah sakit ini. Tunjukkan kalau kamu masih suaminya yang mencintainya. Tunjukkan kalau kamu menyesal atas sikapmu yang tadi, ini juga sudah petang, takut terjadi apa-apa pada Najma. Alifah biar ibu dan Salwa yang menungguinya."Dia memang ibu Salwa, tapi dia tak akan membela anaknya ketika salah. Besannya sudah tiada, jadi sudah menjadi tugasnya menasehati anak-anaknya agar tidak salah jalan. "Mbak Najma sudah ada si Mbok. Tetaplah di sini, Abah. Alifah pasti akan mencarimu ketika bangun nanti." Permintaan Salwa membuat Hamdan seketika tanpa pikir panjang menyetujui permintaan wanita yang menjadi istri keduanya tersebut. Hamdan sangat mengkhawatirkan Alifah. Ia ingin tahu kondisi Alifah bagaimana, karena dokter belum juga keluar sampai saat ini."Baiklah. Najma biar menenangkan diri dulu. Dia sudah ada si Mbok yang menemani."Entahla

  • Luka di Balik Senyum Istriku   55. Ikatan Batin Seorang Ibu dan Anak

    "Ya Allah, Anakku Alifah. Maafkan Ummi, Nak. Maafkan Ummi yang sudah meninggalkanmu sehingga kamu menjadi seperti ini sekarang. Bangun sayang. Ummi sedih lihat Alifah seperti ini.""Sabar, Sayang. Ini ujian untuk kita. Kita berdoa semoga anak kita segera sembuh dan kembali ceria seperti sedia kala.""Dengan kejadian ini, aku semakin mantap untuk keluar dari rumah itu, Abah." Ucapan Salwa membuat Hamdan terbelalak. Dia sudah mengartikan lain maksud dari perkataan istri keduanya tersebut."Apa maksud Ummi? Apa Ummi berniat meninggalkan Abah?""Bukan seperti itu, Abah. Ummi ingin kembali ke rumah ummi yang dibelikan Abah. Ummi ingin tinggal di sana saja bersama ibu dan Alifah. Ini demi kenyamanan dan kebaikan Alifah, Bah. Beberapa hari ini ummi memang berpikir seperti itu, karena sering kali Alifah terganggu karena rewelnya Bilal, tapi agak ragu. Dan sekarang tak ada keraguan lagi. Aku tak ingin anakku mengalami kejadian lebih parah lagi dari ini."Seribu kebaikan, hilang karena satu ke

  • Luka di Balik Senyum Istriku   56. Perubahan Sikap

    "Abi, tak di jawab. Ya Allah, semoga anakku tidak apa-apa." kata Ummi dengan pandangan redup."Ummi, kita coba berpositif thinking ajah ya, sapa tahu Najma sedang menemani Bilal dan Alifah bermain." Abi berusaha berpikir positif, meskipun hatinya juga diliputi kegelisahan, tapi kyai Hasan tak ingin menunjukkannya di depan sang istri agar Nyai Habibah tidak semakin khawatir."Apa kita ke Jakarta saja ya, Bi, untuk memastikan kondisi putri kita?" Usul Ummi Habibah membuat Abi terbelalak.Sungguh beliau benar-benar khawatir akan kondisi putrinya. Putri satu-satunya juga kesayangannya."Ummi, apa Ummi lupa kalau besok ada acara wisuda anak didik kita?""Tapi, Ummi begitu khawatir sama Najma, Abi. Tak biasanya Ummi se-khawatir ini kepada Najma." ujarnya dengan suara parau."Sabar ya, tunggu sekitar setengah jam atau satu jam lagi kita hubungi kembali Najma."Ummi Habibah menatap Abi Hasan lama, sedetik kemudian ia mengangguk pelan. Ia mendesah pelan, kemudian matanya menatap lekat nomor sa

  • Luka di Balik Senyum Istriku   57. Sebatas Singgah

    Tiga hari sudah semenjak kepulangan Alifah, tak sekalipun Hamdan datang menemuinya walau hanya untuk melihat kabarnya dan kabar Bilal. Hanya pesan singkat yang berisikan permintaan maaf dari Hamdan yang tak bisa pulang ke rumah Najma karena Alifah tak mau di tinggalkan olehnya. Hanya pesan itu, dan itu di dapatkan Najma kemaren siang, dan sampai sekarang tak ada lagi pesan atau panggilan dari Hamdan. Padahal ketika Najma menghubungi orang kantor, kata sekretarisnya Hamdan, Hamdan sudah mulai masuk kerja lagi sejak kemaren. Bagaimana luka itu tak semakin menganga lebar, jika belati terus menerus menghujam hatinya tanpa ampun. Mendapati sikap dingin Hamdan saja waktu itu sudah sangat menyakitinya, apalagi di tambah lelaki itu tak pernah pulang dan lebih betah di rumah madunya. Berusaha memaklumi apa yang dilakukan Hamdan adalah demi Alifah, tapi hatinya menolak keras. Kesakitan itu semakin membuatnya tak berdaya. "Allah, kenapa harus seperti ini jalannya? Padahal sebelumnya kami baik-

Bab terbaru

  • Luka di Balik Senyum Istriku   23. RASA YANG SAMA. END

    Kamu pantas mendapatkan itu, karena kamu manusia yang tidak tahu diri!" ujar Kinan dengan penuh emosi. "Pergi sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu! Jangan sampai atasanku keluar dan memberimu sanksi atas keributan yang kau lakukan. Jangan pernah ganggu hidupku lagi. Jangan pernah ikut campur urusanku lagi. Tante hanyalah orang asing yang kebetulan dinikahi papa karena hamil duluan!" Ucapan pedas Maira membuat Kinan semakin naik pitam. "Heh, semakin kurang ajar kamu ya sama orang tua!" Geram Kinan sambil menjambak rambut Maira dari balik kerudung yang dikenakan wanita itu. "Panggil selingkuhanmu ke sini! Gara-gara dia kamu kehilangan Reno dan gara-gara dia kamu semakin tak bisa diatur!" "Aauuwwhh, sakiiiit! Lepasin, Mak lampir! Dasar Gila!" Maira berusaha melepaskan cekalan ibu tirinya pada rambutnya. Sungguh saat ini kepalanya terasa kebas dan kulit kepalanya terasa mau copot. Sontak saja mereka di hampiri orang beberapa orang termasuk para pelayan di restoran tersebu

  • Luka di Balik Senyum Istriku   22. Playing Victim

    "Kenapa anak nakal itu belum juga di temukan?!"Entah kemana perginya Laura yang sesungguhnya, sehingga orang punya kuasa sekuat ayahnya saja tak dapat menemukan keberadaannya. Bahkan detektif handal yang biasanya tak pernah gagal dalam misinya, juga tak dapat menemukan keberadaan wanita muda itu. Jangan menemukan Laura, mendapatkan jejak kepergiannya saja tidak.Tuan Derial mulai ketakutan, ia takut kalau Laura di culik oleh musuhnya. Dia adalah pebisnis yang besar, tentu tak sedikit orang yang membencinya, sisi gelap dalam dunia bisnis salah satunya adalah bersaing dengan kotor, dan itu sudah menjadi rahasia umum."Tapi, siapa yang sudah memanfaatkan Laura demi bisa menyaingi ku? Selama lima bulanan ini tak ada yang berusaha menekan atau menyenggol diriku dengan kepala menunduk, dan satu tangan yang memikat pangkal hidungnya. Ia terlalu pusing memikirkan kemana perginya Laura. Ditambah sang istri yang sering jatuh sakit akibat kepikiran kepada putri mereka satu-satunya.Tak mau piki

  • Luka di Balik Senyum Istriku   21. Berakhirnya Kehidupan Salwa

    "Bil, maafkan aku, gara-gara aku kamu jadi korbannya Reno." Kini Bilal dan Maira tengah duduk di sebuah kursi yang terletak di teras minimarket di seberang restoran. Maira memaksa untuk membantu Bilal mengompres wajah lelaki itu yang memar dan mengobatinya. Saat terjadi adu jotos tadi, teman-teman yang semula hanya menonton kini turun tangan untuk memisahkan Bilal dan Reno, begitupun satpam dan kang ojol yang di pesan Bilal. "Gak papa, Mai. Lagian aku memang geram sama lelaki yang beraninya hanya sama perempuan, apalagi sampai main fisik segala. Beruntunglah kamu sudah bebas dari lelaki seperti itu." Jawab Bilal sambil mengompres wajahnya sendiri, karena ia tak mau jika Maira yang melakukannya. Tentu Bilal masih sangat ingat akan batasan-batasan dalam agamanya. Bilal membantu Maira bukan karena apa, tapi ia tak suka saja melihat kekerasan yang dilakukan oleh lelaki kepada perempuan, apalagi kejadian itu tepat berada di depan matanya. Bilal tak bisa untuk pura-pura tak melihat, apa

  • Luka di Balik Senyum Istriku   20. Baku hantam

    Kamu gak ada rencana buat pulang, Nak?" Tanya Nafisah saat menghubungi Bilal."InsyaaAllah awal Ramadhan ini Hamdan pulang, Mi, tapi belum tahu pastinya tanggal berapa." jawab Bilal.Satu bulan lagi sudah memasuki bulan Ramadhan, dan tanpa disadarinya sudah empat bulan Bilal bekerja di restoran."Syukurlah kalau begitu. Abi dan Umi sangat merindukan kamu, Nak." ujar Nafisah dari seberang sana dengan raut wajah yang begitu kentara menatap penuh rindu kepada sang putra."Bilal juga sangat merindukan Abi dan Umi. Kalian sehat-sehat kan di situ?""Alhamdulillah, kami semua sehat, Nak.""Alhamdulillah kalau umi dan Abi sehat semua."Setelah mengobrol lama dengan sang ibu, Bilal mengakhiri panggilannya dikarenakan ia sudah tiba di tempat kerjanya. Bilal turun dari angkot setelah membayar ongkos. Dihalaman depan, Bilal berpapasan dengan beberapa rekannya yang juga baru tiba di restoran. Bilal menyapa dengan ramah, dan mereka juga membalas sapaan Bilal tak kalah ramahnya. Namun, ada satu oran

  • Luka di Balik Senyum Istriku   19. Tempat Kerja Baru

    "Halo, Baby, mau aku temani?" Tanya Salwa dengan suara yang dibuat sesensual mungkin di dekat telinga pada salah satu pengunjung yang kini tengah menenggak anggur merah.Salwa kini tengah berdiri di belakang pria itu sambil mengalungkan tangannya pada leher pria itu. Tubuhnya bergerak bergoyang kesana-kemari mengikuti alunan musik DJ yang berputar."Owwhh, yees babyy." jawab lelaki tersebut sambil menarik tangan Salwa dan mendudukkan Salwa di atas pangkuannya.Semenjak kematian sang putri, lebih tepatnya kematian Riko, Salwa tak memiliki ladang uang lagi. Bukannya menyesal atas apa yang menimpa Alifah, tapi Salwa justru semakin menjadi-jadi. Bahkan kini wanita itu bekerja sebagai kupu-kupu malam di sebuah klub terkenal di ibukota. Tanpa ada sedikitpun rasa risih atau malu mengenakan pakaian yang begitu mini dan mencetak seluruh lekuk tubuhnya itu. Bahkan dengan bangganya ia memamerkan tubuhnya pada setiap pengunjung yang datang. Sekalipun usianya tak lagi muda, tapi bentuk tubuh Salwa

  • Luka di Balik Senyum Istriku   18. Mengenang masa Lalu

    "Ini adalah surat pemecatanmu, silahkan ambil gaji terakhirmu dan juga bonusnya. Maaf saya tak dapat membantumu untuk bertahan dalam pekerjaan ini."Sesuai dengan permintaan tuan Derial, jikalau dalam tiga hari Laura belum juga ditemukan, maka Bilal harus dikeluarkan dari kantor ini. Dan saat ini, dengan berat hati Tuan Xavier memberikan surat pemecatan untuk Bilal. Pernah kemarin tuan Xavier berusaha membela Bilal dan berusaha mempertahankan Bilal di perusahaan, tapi tanpa kata, satu proyek besar mengalami kegagalan dan kekacauan. Dan tentu itu menimbulkan kerugian yang fantastis.Dengan berat hati, Tuan Xavier mengeluarkan surat pemecatan untuk Bilal."Tidak apa-apa, Pak. Jangan mengorbankan banyak orang hanya demi satu orang, saya sungguh tidak apa-apa. Saya bisa mencari pekerjaan di tempat lain." jawab Bilal yang berusaha berlapang dada dengan apa yang diterimanya hari ini.Tuan Xavier semakin menatap iba kepada Bilal, "Tapi, namamu sudah di blacklist di seluruh perusahaan manapun

  • Luka di Balik Senyum Istriku   17. Ancaman Untuk Bilal

    "Kamu tahu kenapa saya memanggilmu kesini?" Tanya Tuan Xavier yang kini sudah berdiri dari duduknya.Berbeda dengan orang yang duduk di depan meja tuan Xavier yang tetap duduk di tempatnya tapi kursinya ia putar agar bila melihat ke arah Bilal."Tidak, Tuan!" Jawab Bilal sambil menunduk."Ada yang ingin bertemu denganmu." ujar Tuan Xavier sambil melangkahkan kakinya menuju sofa.Bilal sontak mendongak dan menatap seseorang yang baru saja memutar kursinya. Lelaki itu! Ya, Bilal masih sangat ingat siapa lelaki yang sedang menatap tak ramah kepadanya tersebut."Dimana kamu menyembunyikan putriku?" Pertanyaan tanpa basa basi tersebut membuat Bilal menyerukan dahinya.Ya, lelaki itu adalah tuan Derial, orang tua dari Laura, yang seminggu yang lalu membuat Bilal babak belur."Putri Anda? Maksud Anda Laura? Kenapa Anda bertanya pada saya?"Tuan Derial yang tak mendapatkan jawaban atas pertanyaan, dan justru di balas dengan pertanyaan pula, seketika amarahnya semakin memuncak. Tuan Derial ban

  • Luka di Balik Senyum Istriku   16. Duka Hamdan untuk Kesekian Kali

    Hamdan masih terpaku menatap batu nisan dengan tanah yang masih merah di hadapannya. Sekalipun air matanya tak lagi menetes, tapi kesedihan masihlah tergambar jelas di wajah lelaki yang usianya sudah lebih dari kepala enak tersebut. Jika dilihat lebih dekat lagi, kedua sudut mata Hamdan masih basah oleh sisa-sisa air mata.Sungguh, semua ini masih seperti mimpi buruk bagi Hamdan, lelaki itu sangat berharap ada yang membangunkannya dan membuktikan bahwa semua ini hanyalah mimpi. Namun, rintik-rintik hujan yang semakin deras membasahi bumi dan mengguyur tubuhnya membuat Hamdan tersadar bawa semua ini adalah nyata adanya."Om, ayo pulang, hujannya sudah semakin deras!" Ajak Airi yang sejak tadi setia menemani Hamdan beserta kedua orang tuanya."Iya, mari pulang Pak Hamdan, belajarlah mengikhlaskan Alifah, karena dia sudah tenang di sana." sahut pak Herman, papanya Airi."Kalian pulanglah terlebih dahulu, saya masih ingin disini. Terimakasih sudah menemani saya dari tadi." tolak Hamdan t

  • Luka di Balik Senyum Istriku   15. Tidak Selamat

    "Bu, beli es batunya ya, dua," kata Hamdan saat baru pulang dari pertemuannya dengan papanya Laura.Hamdan membeli es batu di warung dekat kontrakannya untuk mengompres wajahnya yang terasa sakit akibat terkena bogeman dua kali dari nak buah tuan Derial."Ini, Mas, 4000 ribu ya." Ibu pemilik warung menyodorkan satu kantung plastik berisi dua es batu yang terbungkus plastik setengah kilo kepada Bilal.Bilal mengambil uang di dalam dompetnya dan menyerahkan uang pecahan sepuluh ribuan kepada pemilik warung, "Ini, Bu, sisanya beli soklin yang 5000 ya Bu, seribunya kasih permen dah." Bilal teringat jika di kontrakannya sudah tidak ada sabun cuci baju. Ya, Bilal memang terbiasa mencuci bajunya sendiri sejak ia remaja.Si pemilik warung mengambilkan pesanan Bilal dan menyerahkannya kepada si empunya. "Itu kenapa wajahnya, Mas? Habis berantem ya?""Gak apa-apa, Bu, ini cuma terjadi kesalahpahaman saja tadi.""Walahh.. Mau heran tapi ini Jakarta, Mas Bilal harus terbiasa ya sama kerasnya kota

DMCA.com Protection Status