Share

Kepulangan Vina

Vina telah selesai berkemas. Ia sudah bersiap akan pergi. Sendiri. Ibunya berpesan untuk hati-hati. Ketika sampai, jangan lupa mengabari.

Gadia muda itu termenung sedih mengingat kepulangannya adalah untuk menjual satu-satunya harta yang mereka miliki di Jakarta.

Jika bukan demi kakaknya, Vina tak akan mau melakukan itu. Tanah warisan sang kakek adalah yang paling berharga untuknya. Vina amat sedih harus melepas tanah itu. Sungguh.

“Aku akan kembali, Ma, Mas.” Vina berkaca-kaca. Menggusur kopernya dengan kepala kosong.

***

Ara tengah tidur nikmat, tetapi mimpi buruk mengganggu. Wanita itu berjalan di atas tebing bebatuan, dan melihat Fery di seberangnya.

Demi apa pun, Ara yang rindu setengah mati menangis tersedu. Bahkan air matanya berjatuhan begitu deras walau matanya terpejam rapat.

“Mas ... aku kangen,” pilunya menangis lebih keras.

Fery masih di tempat sama, berdiri dengan senyumnya yang merekah. Laki-laki itu terkadang melambai tanpa suara. Namun, Ara tahu matanya tetap tertuju
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status