Share

Nyalakan Api

Author: Cindy Chen
last update Last Updated: 2021-05-26 09:05:51

“Shit!” seru Claire saat melihat Leon sudah pergi meninggalkannya sendirian. Ia kemudian mengencangkan pegangannya pada tombak emasnya. Ia tidak yakin akan bisa bertahan sepuluh menit melawan monster ini. Belum lagi, Claire melihat bercak darah yang ditimbulkan monster itu di tanah, berasap dan membuat tanah berlubang. Betapa beracunnya darah monster ini.

Claire memperhitungkan apa yang harus ia lakukan, melawan Hydra bukanlah hal yang pintar. Ia harus memikirkan cara lain. Bertahan adalah satu-satunya cara. Tapi kepala-kepala naga itu mulai menyerang Claire tanpa ampun. Claire terpaksa hanya menghindar, berguling kesana kemari sambil menghindari noda darah yang sudah ada di tanah.

Kini total sebelas kepala naga yang menyerang Claire seorang diri, ia harus mencari tempat bersembunyi. Namun, Claire kesulitan untuk mencapai ke tempat lain karena kepala-kepala naga itu terus menyerangnya. Ia terpaksa hanya berlarian di sektiar tanah di depan naga itu saja, setiap ia berlari ke suatu arah, pasti ada kepala naga yang berusaha menerkam dirinya, menghalangi langkahnya.

Claire sudah hampir kehabisan napas, tapi Leon tidak terlihat dimana-mana. Di saat yang sama, tiga kepala Hydra menyerangnya. Dengan kekuatannya, Clare menahan kepala naga itu menggunakan tombaknya yang ternyata bisa memanjang. Claire menahannya dengan seluruh kekuatannya, tapi Hydra terlalu kuat. Naga itu mendorong Claire hingga kaki Claire mundur dan meninggalkan jejak bergaris di tanah.

“Arggghhhh!!” seru Claire sambil terus menahan. Ia berharap delapan kepala lainnya tidak memutuskan untuk membantu tiga kepala yang sedang menyerangnya ini. Claire ingin mengumpat! Kemana Leon? Jika ia kembali, Claire bersumpah akan membuatnya kesakitan.

Sementara itu, Leon pergi ke dalam hutan di tepi Danau Lerna. Pasti ada api yang bisa ia buat dalam game. Tidak ada game yang tidak memiliki cara untuk menyelesaikan level. Entah di mana api itu. Leon kemudian melihat ranting kayu kering berserakan di tanah. Ada dua batu juga yang tergeletak di tanah. Sebuah kayu obor tergeletak juga di sana.

Leon berjalan untuk mengambilnya, ia tidak menyangka akan semudah ini. Namun, saat ia mendekat tiba-tiba tanah yang gelap itu seolah bergerak. Leon menghentikan langkahnya ketika melihat yang bergerak itu adalah ular-ular. Desisan mereka terdengar sebelum kepala-kepala mereka terangkat. Kumpulan ular cobra berada di atas obor, ranting kayu, serta batu untuk membuat api.

“Damn!” seru Leon. Ini baru level ketiga dalam game, masih ada puluhan level dalam game ini dan ia tidak mau membuang satu nyawanya sekarang. Hanya ada tiga nyawa. Leon tidak ingat ada ular kobra dalam game ini sebelumnya. Kini ia meragukan yang terjadi dalam game ini adalah sebuah bug.

Leon dengan ragu-ragu memegang pedangnya, tapi ia tidak yakin kobra sebanyak ini akan bisa dilawan dengan pedang. Hercules juga bukan dewa yang pandai bermain musik seandainya ada seruling di sini. Leon berpikir sejenak. Tapi tunggu, dia sekarang adalah Hercules, demi god terkuat di bumi. Bukan lagi Adonis yang tampan.

Dalam benaknya, Leon bisa memperhitungkan bagaimana kira-kira ia bisa membunuh ular-ular itu dengan cepat. Sebagian ia tebas dengan pedang, sebagian lagi akan berusaha mematuknya, akan ia tangkap lehernya lalu dilempar jauh ke hutan. Selagi melakukan itu, Leon akan menebas sisanya. Ular-ular itu mulai mendesis lebih kencang seolah menantang Leon untuk berduel.

Leon menghela napas sejenak. Ia kemudian memejamkan matanya dan memulai apa yang telah ia bayangkan. Dengan cepat Leon menebas belasan ekor cobra dengan pedangnya sembari menangkap leher kobra-kobra yang akan mematuknya dengan tangan kiri dan melemparkan mereka kuat-kuat ke hutan. Selagi melakukannya, ia menebas sisa kobra yang juga hendak mematuknya. Cepat dan efektif. Leon berdiri di tempatnya selama beberapa detik, masih tidak percaya ia bisa melakukannya.

Tiba-tiba, Leon mendengar suara teriakan Claire dari kejauhan.

“Gawat!” seru Leon. Ia harus cepat menyalakan api. Leon berlari di antara mayat ular lalu mengambil dua batu itu dan menyalakannya di atas ranting-ranting kering. Api dengan cepat terbentuk di tanah seperti api unggun. Leon mengambil kayu obor lalu menyalakan ujungnya di api unggun kecil itu. Leon kemudian berlari kembali ke tempat Hydra.

“Claire!” serunya.

“Leon!” seru Claire dengan suara tertahan. Punggung Claire kini sudah membentur sebuah batu besar yang ada di tepi danau. Tangannya memegang tombak yang kini semakin panjang dengan kedua tangan. Hydra nampaknya senang mempermainkan Claire. Lima kepala Hydra kini mendorong Claire dan tombaknya, sementara enam kepala lain hanya diam memperhatikan.

Namun, ada saatnya Hydra berhenti bermain-main. Hanya tinggal menunggu waktu kepala-kepala Hydra yang lain akan menggigit kepala Claire hingga putus. Kini kepala-kepala Hydra yang lain mulai merendah ke arah Claire dengan cepat. Leon melompat tinggi dan duduk di atas leher salah satu Hydra. Dengan cepat, ia menebas kepala Hydra itu dengan sebelah tangan lalu membakarnya dengan obor yang ia bawa di tangan kirinya.

Kepala itu tidak tumbuh lagi dan jatuh berdebam ke tanah. Hydra itu mengamuk dan kini kesepuluh kepala yang tersisa menghadap ke arah Leon, meninggalkan Claire. Gadis itu menghela napas lega lalu terduduk di atas tanah.

“Bantu aku, Claire!” seru Leon.

“Aku lelah!” jawab Claire asal. Ia beristirahat sambil bersandar di batu besar itu. Tangannya terasa sangat sakit meskipun ini hanya di dalam permainan video game.

Leon melompat dari leher satu kepala Hydra ke lehernya yang lain. Menebasnya lalu membakarnya dengan cepat.

“Claire! Menyingkir dari sana! Kamu tidak ingin terciprat darah Hydra,” seru Leon.

Hanya tersisa tiga kepala naga lagi. Leon kemudian melompat dan berusaha menyabet tiga kepala itu sekaligus dengan pedangnya. Posisi kepala naga itu sangat dekat dengan Claire, gadis itu pun memaksa dirinya untuk bangkit dan berlari menjauh. Ia bahkan harus melompat-lompat menghindari banyak ceceran darah Hydra di tanah.

“Mati kau!” seru Leon sambil menebas ketiga kepala naga itu sekaligus. Ia membakarnya bersamaan sebelum kepala itu tumbuh lagi. Leon menghela napas panjang setelah berhasil mengalahkan semua kepala Hydra. Mayat Hydra serta kepala-kepalanya yang tergeletak di tanah, juga ceceran darahnya tiba-tiba berkedip-kedip dan menghilang. Claire pun menghela napas lega dan terduduk lelah di tanah.

Level 3 completed.

“Baru level tiga, tapi sudah sesulit ini,” gumam Claire.

“Setidaknya kita masih punya tiga nyawa utuh masing-masing,” jawab Leon sambil terduduk di sebelah Claire.

“Eh, kenapa tidak ada perintah untuk melanjutkan ke level berikutnya?” tanya Claire.

“Entahlah. Tapi jika tidak ada perintah untuk melanjutkan, ini kesempatan untuk kita beristirahat dulu,” jawab Leon lagi.

“Aneh... tapi ya sudahlah, aku terlalu lelah untuk berpikir,” ujar Claire sambil memijit lengannya yang pegal.

“Aku akan mencari tempat yang cukup baik untuk bermalam,” kata Leon lagi.

Related chapters

  • Love in The Game (INDONESIA)   Gadis di Dekat Api

    “Jangan berani tinggalkan aku lagi!” kata Claire ketus.“Ehm, baiklah kalau begitu mari kita mencari tempat untuk bermalam,” jawab Leon sambil tersenyum kikuk. Ia kemudian membantu Claire berdiri. Tubuh Claire terasa sakit di beberapa bagian, seperti lengan. Rasanya lelah sekali dan ia ingat dia belum tidur sama sekali. Setelah mendapati kekasihnya berselingkuh di tengah malam, Claire lalu terjebak di sebuah rumah tua, dan sekarang ia terjebak di dalam game. Sungguh kesialan yang luar biasa.Mereka kemudian berjalan menyusuri tepian danau. Rasanya, tadi Leon melihat sebuah gua di dekat sini saat ia sedang mencari obor. Claire sudah menguap berkali-kali sambil berjalan. Leon hampir saja ingin memapah tubuh Claire, tapi ia takut gadis itu akan marah. Jadi dia diam saja sambil terus berjalan.Akhirnya, Leon menemukan sebuah gua yang tadi ia lihat. Leon mengajak Claire masuk ke dalam gua itu sambil membawa obor yang masih menyala di tangannya

    Last Updated : 2021-05-26
  • Love in The Game (INDONESIA)   Masih di Level Ini

    Empusa itu menghindari tombak Claire dengan mudah kemudian terbang melayang-layang dengan rambutnya yang berapi-api.“Jangan hanya diam saja!” seru Claire pada Leon.Leon baru tersadar, ia kini mengangkat pedangnya. Sambil berteriak, Leon berlari lalu melompat tinggi. Dengan cepat ia menebas ke arah makhluk buruk rupa itu lalu mendarat di tanah. Sedetik kemudian, makhluk yang masih berada di udara itu terbelah dua lalu jatuh ke tanah. Darahnya yang hitam kehijauan memenuhi tanah di bawahnya.Tak lama kemudian tubuh Empusa yang terbelah dua beserta ceceran darahnya berkedip-kedip dan menghilang. Kini bahaya yang tersisa hanyalah tatapan sadis dari Claire. Gadis itu menatapnya seakan ingin membunuhnya saat ini juga.“C-Claire ...”“Tutup mulut mesummu itu!” seru Claire sambil menghadap ke arah Leon sambil memegang tombaknya. Belum habis kemarahannya saat di level sebelumnya, kini Leon sudah membuatnya semakin jijik

    Last Updated : 2021-05-27
  • Love in The Game (INDONESIA)   Labirin

    Setelah tulisan ‘Start’ menghilang, mereka diperhadapkan dengan labyrinth yang entah seluas apa. Kabut tipis melayang-layang di hadapan mereka. Sunyi sepi, tidak terdengar apapun di labyrinth berkabut itu.“Kurasa kita harus mulai sekarang, Claire,” kata Leon.“Kurasa begitu,” jawab Claire.Mereka kemudian melangkahkan kaki menuju pintu masuk labirin itu. Seketika terdengar bunyi berdetak, seperti bunyi jam. Claire dan Leon saling berpandangan.“Jangan bilang kita berpacu dengan waktu!” seru Claire.“Entahlah. Tidak ada game seperti ini seingatku, semuanya sudah berubah,” jawab Leon.Leon kemudian menjulurkan tangannya ke depan, mengeluarkan layar opsi miliknya. Layar itu terbuka, di bagian atasnya terlihat jelas angka dengan warna kuning yang berkedip sesuai dengan bunyi detakan jam itu. ‘23:59:40’ dan terus menurun.“Sial! Mereka hanya memberi kita waktu d

    Last Updated : 2021-05-27
  • Love in The Game (INDONESIA)   Nafsu

    “Aphrodite bisa terbang,” bisik Claire ke telinga Leon. “Lalu?” tanya Leon bingung. Claire dengan cepat mengeluarkan layar digital dari tangannya, membuat suara yang menarik perhatian Minotaur itu. “Claire! Apa yang kamu lakukan?” tanya Leon panik. Minotaur itu berlari cepat dengan langkah-langkahnya yang berat berdebam di tanah. Napasnya yang terdengar mendengus itu terdengar semakin keras. Leon panik, sementara Claire malah memilih-milih tombol yang menampilkan gambar-gambar berbeda. Entah apa yang Claire cari. “Cepat, kita pergi sekarang, Claire!” seru Leon. Kini ia tidak repot-repot lagi untuk mengecilkan suaranya. Minotaur itu sudah tahu dimana mereka berada. Leon hampir saja menyeret Claire pergi dari situ, namun tiba-tiba Claire berseru dengan keras. “Ini dia!” seru Claire. Di saat yang sama, Minotaur itu terdengar di belakang mereka, tanduknya menyeruduk ke arah mereka. “Tukar karakter ke Aphrodite!” seru Claire. Dalam

    Last Updated : 2021-05-27
  • Love in The Game (INDONESIA)   Fire

    Claire tidak bisa berhenti. Entah dirinya yang benar-benar menginginkan Leon, entah karakter Aphrodite yang membuatnya begini. Yang jelas, gairahnya tak terbendung lagi. Ia tahu akan menyesali ini setelahnya, tapi saat ini ia benar-benar tidak peduli. Medkipun otaknya menuruhnya berhenti, tapi Claire lebih mendengarkan nada tubuhnya yang menginginkan Leon.“C-Claire... Minotaur itu hmmm... Claire... hmmm...” Leon mencoba berbicara namun Claire terus melumat bibirnya dengan penuh gairah. Leon menyerah. Dalam tubuh Aresnya, Leon tidak bisa menolak Aphrodite. Meskipun ia tahu, jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam Leon memang menyukai Claire sejak pertama mereka bertemu. Untuk itu, Leon tidak merasa ragu. Gadis itu gadis pertama yang menggetarkan hati Leon selama sepuluh tahun terakhir ini.Hal berikutnya yang mereka tahu adalah mereka sudah melucuti pakaian masing-masing, bercumbu seolah di dunia ini hanya ada mereka berdua. Leon mencumbui leher Claire de

    Last Updated : 2021-05-28
  • Love in The Game (INDONESIA)   Yang Tercantik

    “Aaaaahhh!” teriakan Claire sudah tidak karuan ketika mereka sudah hampir sampai ke tanah. Entah akan terasa sakit atau tidak, tapi yang jelas mereka akan kehilangan nyawa. Claire memejamkan matanya, bersiap menerima hantaman namun setelah menunggu beberapa detik, tidak terjadi apa-apa. Saat Claire membuka matanya, tepat di depan matanya adalah rumput hijau yang berjarak hanya sekitar lima centimeter saja.Claire menghela napas saat mengetahui bahwa mereka melayang lima centimeter di atas tanah. Gadis itu menengok ke arah Leon yang masih memeluk pinggangnya kuat-kuat. Pria itu masih memejamkan mata.“Buka matamu dan lepaskan aku,” kata Claire.Leon membuka matanya perlahan, lalu menghela napas lega. Di saat yang sama mereka langsung jatuh ke tanah begitu saja.“Leon!” protes Claire saat berusaha bangkit. Meskipun hanya berjarak lima centimeter saja, jatuh seperti tadi rasanya cukup sakit. Apalagi rerumputan seakan menus

    Last Updated : 2021-05-28
  • Love in The Game (INDONESIA)   Benang Merah

    “Kamu sangat cantik dan aku mencintaimu,” jawab Minotaur itu dengan mata bersinar keemasan.“Benar. Aku juga mencintaimu. Karena itu, biarkan aku dan temanku pergi ke tempat yang ditempa dengan api. Mungkin kamu tahu dimana itu?” tanya Claire lagi sambil tersenyum kikuk. Ia menaruh sebelah tangan di pinggang, berusaha terlihat seksi.“Tempat yang ditempa dengan api?” tanya Minotaur itu.“Iya, yang menyimpan benang merah milik Ariadne...?” Claire tidak yakin dengan nama yang ia sebutkan. Ia menoleh ke arah Leon yang dengan cepat mengangguk-angguk. Dalam legenda, Theseus berhasil keluar dari labirin Pulau Kreta dengan mengandalkan benang merah dari Ariadne yang jatuh cinta padanya.“Rasanya aku tahu tempat itu. Ada di bagian pusat dari labirin ini. Di sebelah sana, beberapa blok lagi. Ambil saja tikungan ke kanan. Ares pasti bisa menemukannya,” jawab Minotaur itu.“Seharusnya kamu kata

    Last Updated : 2021-05-29
  • Love in The Game (INDONESIA)   Chit Chat

    “Jadi, sebenarnya sudah berapa lama kamu terjebak di dalam sini?” tanya Claire sambil mengunyah ayam panggangnya.“Waktu di dalam sini rasanya tidak sama dengan di luar sana. Aku benar-benar tidak tahu. Mungkin beberapa minggu, atau beberapa bulan,” jawab Leon.“Pasti mengerikan,” sahut Claire lagi. Membayangkan berada di dalam sebuah game begitu lama.“Hal terakhir yang kuingat di luar sana adalah Donald Trump menjadi presiden. Jadi bagaimana selama beberapa bulan ini? Sudah ada kejadian apa semenjak pemerintahannya?” tanya Leon santai, mencoba memulai pembicaraan kasual.Namun, kata-kata Leon itu membuat Claire terperangah dan berhenti mengunyah sesaat. Matanya menatap Leon tanpa berkedip.“Kenapa?” tanya Leon. Pria itu bahkan menoleh ke belakang, mengira ada sesuatu di belakangnya, tapi tidak ada apa-apa di sana. Leon kembali menatap Claire dengan bingung. Claire menunduk sedikit lalu m

    Last Updated : 2021-05-30

Latest chapter

  • Love in The Game (INDONESIA)   The End

    “Lepaskan aku! Aku ini calon presiden kalian! Lepaskan aku sekarang juga!” seru Boston Hopkins pada para polisi yang memborgol tangannya.“Anda berhak untuk diam. Semuanya bisa Anda jelaskan di pengadilan. Anda juga bisa menyewa pengacara untuk membela Anda,” jawab polisi itu.“Pengawal! Pengawal!” teriak Boston Hopkins dengan panik. Tetapi tidak ada satupun pengawal yang mendekat. Sebab Leon sudah menyuruh mereka pergi sejauh mungkin.Boston Hopkins terpaksa menyerah kepada para polisi. Ia masuk ke dalam mobil polisi dan dibawa pergi. Sepanjang perjalanan, orang-orang melemparinya dengan telur busuk. Polisi harus menertibkan masyarakat agar tidak melempari Boston dengan telur dan benda-benda lainnya. Boston tidak percaya ini benar-benar menimpa dirinya. Padahal selangkah lagi saj

  • Love in The Game (INDONESIA)   Chasing Boston

    Fox kembali berbaring di sofa meluruskan kakinya yang sakit. Claire membantu Fox dengan mengganjal kakinya dengan bantal agar bengkaknya tidak semakin parah.“Aku bisa membantu Leon,” katanya.“Kamu tidak akan bisa membantu kalau kamu belum sehat. Istirahatlah dulu, kamu membutuhkannya,” jawab Claire.Claire pergi ke dapur dan ia pun memanaskan air untuk membuatkan teh hangat untuk Leon. Masih ada teh yang belum basi di apartemen itu. Ia pun membawakannya untuk Leon. Pria itu bahkan belum beristirahat sejak tadi. Tubuhnya masih basah kuyup.“Terima kasih,” kata Leon sambil tersenyum. Senyuman yang selalu membuat jantung Claire berdegup dua kali lebih cepat.“Apakah kamu tidak bisa ber

  • Love in The Game (INDONESIA)   Nearly

    Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L

  • Love in The Game (INDONESIA)   Revealed

    Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L

  • Love in The Game (INDONESIA)   Saving Fox

    “Hey bro, kamu sudah lihat berita di televisi?” tanya salah seorang bodyguard yang sedang berjaga di markas tempat Fox menjalani hukumannya.“Sudah. Aku berpikir kita sebaiknya pergi sebelum polisi menangkap kita juga,” jawab bodyguard yang satunya.“Ssst!! Pelankan suaramu. Jika yang lain mendengar kita bisa dibunuh,” jawabnya.“Hey... let me go, please...” kata Fox mengiba pada kedua orang yang sedang berbisik-bisik itu.Dua orang itu berpandang-pandangan lalu melihat ke arah Fox.“Sorry, kid. Kalau kami melepaskanmu, kami pasti akan mati. Sekarang kecilkan suaramu atau kita akan dapat masalah!” seru orang itu dengan suara berbisik.

  • Love in The Game (INDONESIA)   Hypnotized

    Tidak butuh waktu lama, Claire dan Leon sudah sampai ke apartemen lama Leon. Mereka berlari menuju ke elevator setelah memarkirkan mobil di garasi pribadi Leon. Elevator pribadi itu langsung mengantarkan mereka ke apartemen Leon yang ditinggal dalam keadaan berantakan. Bekas-bekas peluru masih ada di tembok, kaca jendela yang pecah, bahkan bantal sofa yang berlubang.Leon tidak menunggu waktu lama, ia langsung berlari ke ruang kerja lamanya lalu mengeluarkan laptop milik Claire dan segala peralatan yang ia bawa di dalam tas. Claire langsung menyalakan TV untuk mendengarkan ada berita apa di televisi. Begitu dinyalakan, berita di televisi langsung menayangkan hal yang sudah Claire dan Leon duga sebelumnya.“Sejumlah pejabat negara mendatangi kantor polisi secara tiba-tiba hari ini. Belum ada konfirmasi resmi dari pihak kepolisian tetapi informasi yang bere

  • Love in The Game (INDONESIA)   Fox's Revenge

    Api yang keluar dari mulut Chimera itu kini sudah disemburkan ke arah Claire dan Leon. Air mata Claire meleleh turun ke pipinya. Dengan perlahan dan lembut, ia menyentuhkan bibirnya ke bibir Leon. Mungkin ini ciuman mereka yang terakhir. Tidak ada cukup kata-kata bagi Claire untuk mengungkapkan perasaannya pada Leon, ia memilih untuk mengungkapkannya melalui ciuman terakhir ini.Namun sesaat sebelum api itu membakar tubuh mereka, tiba-tiba Claire dan Leon merasa diri mereka tersedot ke dimensi yang berbeda. Saat mereka membuka mata, mereka kembali ke tempat mereka semula. Ini di apartemen Claire, di depan laptop mereka.“Apakah kita sudah mati sekarang?” tanya Claire.“Kurasa tidak,” jawab Leon.“Apakah ini ilusi?” tanya Claire lagi.

  • Love in The Game (INDONESIA)   Deceiving

    “Kamu akan menyusul mereka secepatnya. Jangan khawatir,” kata Boston sambil melihat ke mana arah pandang Fox.Fox tetap tidak menjawab. Ia tetap menatap Boston tanpa ekspresi. Wajahnya memerah, senada dengan warna rambutnya. Setiap melihat wajah Boston, ia teringat bagaimana Mrs. Andrew meninggal. Kepalanya mengeluarkan darah, bahkan kini masih meninggalkan noda di pakaian Fox. Dalam hati, Fox bersumpah bahwa ia akan menuntut balas. Boston harus mati di tangannya.“Terserah jika kamu ingin tetap membisu seperti itu. Tapi sekarang kamu harus mengirimkan hipnotis pada semua orang di Amerika. Akses ke satelitnya sudah kuberikan padamu,” kata Boston Hopkins lagi.Fox hanya diam saja, menatap Boston tanpa berkata apapun. Boston mulai jengah dengan sikap Fox, ia memberikan kode pada orang yang meno

  • Love in The Game (INDONESIA)   Inside The Myth Again

    “Ayo kita lakukan sekarang. Lebih cepat, lebih baik. Kita tidak ingin kehilangan momen ini,” kata Leon lagi. Ia sudah duduk di depan laptopnya bersiap untuk kembali masuk ke dalam The Myth. Matanya menatap ke arah Claire menunggu gadis itu duduk di sebelahnya dan segera memulai misi kali ini.Claire menghela napas panjang, berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia kemudian melangkahkan kakinya dan duduk di sebelah Leon. Jantungnya berdebar, perasaannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah. Namun, ia harus melakukan ini. Seperti kata Leon, ini mungkin kesempatan mereka untuk menghancurkan Boston Hopkins untuk selamanya.“Kamu sudah siap?” tanya Leon.“Iya,” jawab Claire singkat.Ia menatap wajah Leon lalu sesaat kemudian, tanpa

DMCA.com Protection Status