“Jadi, sebenarnya sudah berapa lama kamu terjebak di dalam sini?” tanya Claire sambil mengunyah ayam panggangnya.
“Waktu di dalam sini rasanya tidak sama dengan di luar sana. Aku benar-benar tidak tahu. Mungkin beberapa minggu, atau beberapa bulan,” jawab Leon.
“Pasti mengerikan,” sahut Claire lagi. Membayangkan berada di dalam sebuah game begitu lama.
“Hal terakhir yang kuingat di luar sana adalah Donald Trump menjadi presiden. Jadi bagaimana selama beberapa bulan ini? Sudah ada kejadian apa semenjak pemerintahannya?” tanya Leon santai, mencoba memulai pembicaraan kasual.
Namun, kata-kata Leon itu membuat Claire terperangah dan berhenti mengunyah sesaat. Matanya menatap Leon tanpa berkedip.
“Kenapa?” tanya Leon. Pria itu bahkan menoleh ke belakang, mengira ada sesuatu di belakangnya, tapi tidak ada apa-apa di sana. Leon kembali menatap Claire dengan bingung. Claire menunduk sedikit lalu m
Tiba-tiba getaran di tanah itu berhenti. Claire dan Leon saling bertatapan, sebab tidak ada yang terjadi di sekitar mereka.“Tidak ada apa-apa?” tanya Claire.“Sepertinya begitu,” jawab Leon.Mereka menunggu beberapa menit lagi, tapi tetap saja tidak ada yang terjadi. Intuisi Claire mengatakan ada sesuatu yang ganjil, tapi atmosfir di sekeliling mereka mengatakan sebaliknya. Keadaan sangat tenang dan damai.“Kurasa sebaiknya kita memanfaatkan waktu untuk beristirahat sekarang, sebelum ada hal lain yang terjadi. Setelah tidur, kita selesaikan level ini,” ujar Leon.“Baiklah,” jawab Claire.Mereka berdua menghabiskan makanan terakhir yang ada di atas nampan dan seketika semua alat makan itu berkedip-kedip lalu menghilang. Claire dan Leon tidur berbaring bersebelahan di atas rumput. Rasanya lelah sekali, Claire langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh rerumputan yang lembut itu. Suasana yang h
“Shit!” seru Leon. Ia merogoh saku bajunya dengan panik dan mengeluarkan benang merah Ariadne. Tanpa pikir panjang ia menjatuhkannya ke tanah, berharap sesuatu terjadi, tapi ternyata tidak terjadi apa-apa.“Apakah kita harus mengikatkannya pada sesuatu?” tanya Claire.“Mari kita coba,” jawab Leon. Ia cepat-cepat mencari sesuatu untuk bisa mengikatkan ujung benang itu. Leon memutuskan untuk mengikatkannya pada ujung tanaman yang menjadi dinding labirin. Ia kemudian cepat-cepat menjatuhkan gulungannya ke bawah. Leon dan Claire berharap sesuatu terjadi sekarang, namun tetap saja tidak ada yang terjadi.“Waktunya tiga menit lagi! We are not gonna make it!” seru Claire panik.Sementara itu Ariadne hanya diam mematung, menunggu Leon dan Claire mencari cara untuk menggunakan benangnya. Leon dengan kesal memutuskan simpul yang tadi ia buat dengan benang itu lalu melemparkannya ke udara. Namun tiba-tiba, gulungan ben
“Claire!” seru Leon saat menyadari apa yang sedang terjadi.Namun semuanya sudah terlambat, Claire berkedip-kedip menghilang. Sedetik kemudian ia jatuh dari langit tepat ke hadapan Ariadne. Sekali lagi, Ariadne akan menusuk Claire. Namun kali ini, Leon berhasil menangkis tangan Ariadne dan membuat pisau itu jatuh dan menancap ke lantai kayu kapal. Di saat yang sama, Leon mendorong Claire menjauh. Ia tidak bisa membiarkan Claire kehilangan satu nyawa lagi.“Shit!” seru Claire saat ia kembali ke atas kapal. Ia sudah melawan monster-monster mengerikan dan bisa mempertahankan nyawanya, tapi kini ia harus kehilangan nyawa hanya karena sebuah belati kecil. Menggelikan! Claire sangat kesal, ia hampir menyerang Ariadne saat itu juga.“Claire... Tenanglah. Kita tidak bisa menang dengan cara seperti itu,” kata Leon berusaha menenangkan Claire. Wanita itu menghela napas panjang, ia tahu Leon benar. Ia berbalik badan lalu kembali duduk ja
“Selamat pagi, Theseus,” kata Ariadne yang tiba-tiba muncul di belakangnya.“Selamat pagi. Pagi yang indah ya? Bagaimana kalau kita berhenti dan berjalan-jalan di pulau itu dulu?” tanya Leon pada Ariadne sambil menunjuk pulau di hadapan mereka. Di atas pulau itu ada panah merah berkedip-kedip dengan tulisan Naxos Island di atasnya.“Tapi kita tidak bisa buang-buang waktu, Theseus. Kita harus pergi ke Athena secepatnya,” jawab Ariadne.“Tapi...”“Tapi kita tidak bisa buang-buang waktu, Theseus. Kita harus pergi ke Athena secepatnya,” kata Ariadne mengulangi kata-katanya lagi. Ia kemudian kembali masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Di saat yang sama, Claire membuka pintu lalu melambai-lambaikan tangannya menyuruh Leon cepat masuk. Leon cepat-cepat masuk ke dalam kamar Claire dan menutup pintunya rapat-rapat.“Pulau Naxos ada di sana, jika kita melewatinya level ini gagal, kita h
Layar digital kembali tertutup diiringi bunyi beep. Leon dan Claire bertatapan sejenak dari kejauhan.“Serahkan ini padaku,” kata Leon tanpa suara. Ia berharap Claire dapat membaca gerakan mulutnya. Claire mengangguk pelan. Leon kemudian berpaling pada Ariadne yang sedang berjalan di sebelahnya.“Ariadne, mari kita lanjutkan, kita cari tempat yang romantis di dalam pulau ini,” kata Leon sambil tersenyum.“Tentu,” jawab Ariadne senang. Senyumnya yang menawan terkadang membuat Leon lupa kalau Ariadne sebenarnya hanyalah sebuah tokoh dalam game.Leon membawa Ariadne masuk ke dalam pulau, menyusuri tepian pantai lalu masuk ke dalam hutan. Leon melihat ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada siapa-siapa di sini. Ariadne menggenggam tangannya dengan erat sambil tersenyum. Membuat Leon hampir merasa tak tega meninggalkannya sendirian di pulau ini. Ia harus mengingatkan dirinya sendiri berkali-kali, kalau Ariadne tidaklah nyata
“Apa?” tanya Claire. Ia sudah sedikit kelelahan, tapi Leon kembali menindih tubuhnya.“Leon...” Claire hendak memprotes lagi tapi bibir Leon sudah melumat bibirnya dengan penuh nafsu. Entah kenapa, Claire begitu menyukai Leon yang penuh nafsu terhadap dirinya. Gairahnya kembali memuncak saat Leon kini menikmati lehernya dan meninggalkan banyak kiss mark di sana. Claire mendesah penuh kenikmatan. Semenit tadi ia ingin Leon berhenti, tapi sekarang ia tidak ingin Leon berhenti. Tubuhnya seperti terkena candu.Leon membuat lebih banyak kiss mark di sekitar dada Claire lalu menghisap putingnya kuat-kuat. Claire memekik kaget saat Leon melakukannya. Leon menikmati setiap suara dan gerakan tubuh yang Claire lakukan saat bercinta dengannya. Ia kemudian melakukannya dari posisi ini. Leon bergerak lebih liar sekarang, membuat Claire tak henti-hentinya mendesah dan memekik menikmati setiap sensasi yang dihasilkan dari gesekkan di bawah tubuhnya.Kal
“Claire...” panggil Leon, berharap Claire akan berbalik menghadap ke arahnya. Namun sebaliknya, gadis itu meneruskan langkahnya keluar dari kamar itu.Leon memukul meja kayu yang ada di hadapannya saat Claire sudah tidak terlihat lagi. Seharusnya Leon tidak mengatakannya secepat itu dan ia menyesalinya sekarang. Ia tidak peduli punggung tangannya sekarang terasa sakit dan berdenyut sebab pikirannya sedang kacau sekarang. Leon jatuh cinta pada Claire itu bukan sebuah kebohongan dan ini yang pertama kalinya setelah bertahun-tahun yang lalu ia patah hati. Saat Leon jatuh cinta lagi, keadaannya malah serumit ini.Sementara itu, Claire berlari ke atas dek kapal. Ia kemudian bersandar di tepian kayu dan menghadap ke arah lautan. Entah kenapa, Claire tidak bahagia saat mendengar Leon mengucapkan cinta. Entah momentnya yang tidak tepat, atau karena Claire tidak terlalu percaya kata-kata itu. Ditambah lagi, ia masih belum bisa mencerna fakta yang baru saja diteriman
“Leon! Turunkan pedangnya!” seru Claire.Namun Leon sama sekali tidak sadarkan diri, ia langsung menghunuskan pedangnya ke arah Claire. Claire berhasil menghindar hingga pedang Leon menusuk pintu kayu di belakang Claire. Dengan cepat, Leon menarik kembali pedang itu dan menebaskannya ke arah leher Claire. Wanita itu menghindar lagi dengan cepat.“Leon, hentikan! Sadarlah!” seru Claire lagi, tapi sekali lagi Leon menghunuskan pedangnya ke arah Claire. Dengan kekuatan Aphrodite, Claire menendang tangan Leon hingga ia hampir saja melepaskan pedangnya. Namun karakter Theseus terlalu kuat, setelah ditendang, ia malah membalikkan serangan itu langsung telak ke arah leher Claire.Claire menangkap pedang itu dengan menangkupkan kedua tangannya. Kekuatan Aphrodite memungkinkannya melakukan itu. Namun, Leon menekan pedangnya hingga mata pedangnya hampir menyentuh leher Claire. Kekuatan Theseus yang besar membuat Claire tidak bisa menahan pedang itu
“Lepaskan aku! Aku ini calon presiden kalian! Lepaskan aku sekarang juga!” seru Boston Hopkins pada para polisi yang memborgol tangannya.“Anda berhak untuk diam. Semuanya bisa Anda jelaskan di pengadilan. Anda juga bisa menyewa pengacara untuk membela Anda,” jawab polisi itu.“Pengawal! Pengawal!” teriak Boston Hopkins dengan panik. Tetapi tidak ada satupun pengawal yang mendekat. Sebab Leon sudah menyuruh mereka pergi sejauh mungkin.Boston Hopkins terpaksa menyerah kepada para polisi. Ia masuk ke dalam mobil polisi dan dibawa pergi. Sepanjang perjalanan, orang-orang melemparinya dengan telur busuk. Polisi harus menertibkan masyarakat agar tidak melempari Boston dengan telur dan benda-benda lainnya. Boston tidak percaya ini benar-benar menimpa dirinya. Padahal selangkah lagi saj
Fox kembali berbaring di sofa meluruskan kakinya yang sakit. Claire membantu Fox dengan mengganjal kakinya dengan bantal agar bengkaknya tidak semakin parah.“Aku bisa membantu Leon,” katanya.“Kamu tidak akan bisa membantu kalau kamu belum sehat. Istirahatlah dulu, kamu membutuhkannya,” jawab Claire.Claire pergi ke dapur dan ia pun memanaskan air untuk membuatkan teh hangat untuk Leon. Masih ada teh yang belum basi di apartemen itu. Ia pun membawakannya untuk Leon. Pria itu bahkan belum beristirahat sejak tadi. Tubuhnya masih basah kuyup.“Terima kasih,” kata Leon sambil tersenyum. Senyuman yang selalu membuat jantung Claire berdegup dua kali lebih cepat.“Apakah kamu tidak bisa ber
Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L
Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L
“Hey bro, kamu sudah lihat berita di televisi?” tanya salah seorang bodyguard yang sedang berjaga di markas tempat Fox menjalani hukumannya.“Sudah. Aku berpikir kita sebaiknya pergi sebelum polisi menangkap kita juga,” jawab bodyguard yang satunya.“Ssst!! Pelankan suaramu. Jika yang lain mendengar kita bisa dibunuh,” jawabnya.“Hey... let me go, please...” kata Fox mengiba pada kedua orang yang sedang berbisik-bisik itu.Dua orang itu berpandang-pandangan lalu melihat ke arah Fox.“Sorry, kid. Kalau kami melepaskanmu, kami pasti akan mati. Sekarang kecilkan suaramu atau kita akan dapat masalah!” seru orang itu dengan suara berbisik.
Tidak butuh waktu lama, Claire dan Leon sudah sampai ke apartemen lama Leon. Mereka berlari menuju ke elevator setelah memarkirkan mobil di garasi pribadi Leon. Elevator pribadi itu langsung mengantarkan mereka ke apartemen Leon yang ditinggal dalam keadaan berantakan. Bekas-bekas peluru masih ada di tembok, kaca jendela yang pecah, bahkan bantal sofa yang berlubang.Leon tidak menunggu waktu lama, ia langsung berlari ke ruang kerja lamanya lalu mengeluarkan laptop milik Claire dan segala peralatan yang ia bawa di dalam tas. Claire langsung menyalakan TV untuk mendengarkan ada berita apa di televisi. Begitu dinyalakan, berita di televisi langsung menayangkan hal yang sudah Claire dan Leon duga sebelumnya.“Sejumlah pejabat negara mendatangi kantor polisi secara tiba-tiba hari ini. Belum ada konfirmasi resmi dari pihak kepolisian tetapi informasi yang bere
Api yang keluar dari mulut Chimera itu kini sudah disemburkan ke arah Claire dan Leon. Air mata Claire meleleh turun ke pipinya. Dengan perlahan dan lembut, ia menyentuhkan bibirnya ke bibir Leon. Mungkin ini ciuman mereka yang terakhir. Tidak ada cukup kata-kata bagi Claire untuk mengungkapkan perasaannya pada Leon, ia memilih untuk mengungkapkannya melalui ciuman terakhir ini.Namun sesaat sebelum api itu membakar tubuh mereka, tiba-tiba Claire dan Leon merasa diri mereka tersedot ke dimensi yang berbeda. Saat mereka membuka mata, mereka kembali ke tempat mereka semula. Ini di apartemen Claire, di depan laptop mereka.“Apakah kita sudah mati sekarang?” tanya Claire.“Kurasa tidak,” jawab Leon.“Apakah ini ilusi?” tanya Claire lagi.
“Kamu akan menyusul mereka secepatnya. Jangan khawatir,” kata Boston sambil melihat ke mana arah pandang Fox.Fox tetap tidak menjawab. Ia tetap menatap Boston tanpa ekspresi. Wajahnya memerah, senada dengan warna rambutnya. Setiap melihat wajah Boston, ia teringat bagaimana Mrs. Andrew meninggal. Kepalanya mengeluarkan darah, bahkan kini masih meninggalkan noda di pakaian Fox. Dalam hati, Fox bersumpah bahwa ia akan menuntut balas. Boston harus mati di tangannya.“Terserah jika kamu ingin tetap membisu seperti itu. Tapi sekarang kamu harus mengirimkan hipnotis pada semua orang di Amerika. Akses ke satelitnya sudah kuberikan padamu,” kata Boston Hopkins lagi.Fox hanya diam saja, menatap Boston tanpa berkata apapun. Boston mulai jengah dengan sikap Fox, ia memberikan kode pada orang yang meno
“Ayo kita lakukan sekarang. Lebih cepat, lebih baik. Kita tidak ingin kehilangan momen ini,” kata Leon lagi. Ia sudah duduk di depan laptopnya bersiap untuk kembali masuk ke dalam The Myth. Matanya menatap ke arah Claire menunggu gadis itu duduk di sebelahnya dan segera memulai misi kali ini.Claire menghela napas panjang, berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia kemudian melangkahkan kakinya dan duduk di sebelah Leon. Jantungnya berdebar, perasaannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah. Namun, ia harus melakukan ini. Seperti kata Leon, ini mungkin kesempatan mereka untuk menghancurkan Boston Hopkins untuk selamanya.“Kamu sudah siap?” tanya Leon.“Iya,” jawab Claire singkat.Ia menatap wajah Leon lalu sesaat kemudian, tanpa