"Kejar dia! Jangan sampai lolos. Aku tidak mau dia hidup dengan tenang di sana atas apa yang telah dia perbuat," ujar seorang pria yang sedang menelepon suruhannya. Dia terlihat begitu marah, matanya nyalang memandang ke arah luar ruangan.
"Harry, apa kau yakin akan kembali ke Korea?" tanya seseorang di belakangnya membuat pria itu menoleh ke arahnya.
"Aku sangat yakin. Aku ingin mencarinya dengan tanganku sendiri. Dia harus menebus dosa-dosanya, karena dia tidak akan berhenti kalau bukan aku sendiri yang menghentikannya." Aura dingin sangat terpancar pada sosok pria itu. Ambisinya untuk mencari seorang wanita psikopat begitu kuat. Dalang dari semua pembunuhan kekasih dan beberapa teman SMA-nya.
***
Hanya terdengar suara rintikan hujan di luar sana yang menemani di malam yang sunyi ini. Han Yura sedang duduk termenung sambil memikirkan perkataan orang tuanya. Mereka ingin dirinya segera menikah. Sampai-sampai mereka mempersiapkan kencan buta dengan beberapa pria untuk dirinya. Namun, semua itu sia-sia. Di antara dari semua pria itu tidak ada yang bisa memikat hati Yura.
"Haaahhh ... benar-benar, ya. Dunia ini sungguh nggak adil. Kenapa semua orang malah menanyakan tentang pernikahan kepadaku? Gimana mungkin aku memikirkannya? Pacar aja aku belum punya," gerutu Yura di dalam kamarnya sambil berguling-guling tak tentu arah di atas king size-nya.
"Yaakk. Kenapa juga diumurku yang ke 26 tahun ini masih aja single?" Yura mengacak rambutnya frustasi.
"Apa aku nggak cantik dimata para pria? Tapi, ahh, nggak mungkin kalau aku memang nggak cantik. Mengapa mereka mendekati aku di kantor? Kalau dilihat-lihat, mereka lumayan juga sih, bisa di bilang banyak yang tampan. Entahlah, mereka nggak ada yang istimewa di mataku. Apa jangan-jangan aku nggak tertarik sama pria? Astagaaaa ... ini sungguh membuat kepalaku pusing."
Berbagai pikiran melayang-layang di kepalanya. Karena sampai sekarang, dia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran itu. Sudah jam dua belas malam, Yura masih betah untuk terjaga seolah-olah matanya enggan untuk menutup. Sampai jam satu dini hari, matanya sudah mulai lelah. Akhirnya Yura memutuskan untuk istirahat.
Keesokan harinya, Yura berangkat ke perusahaan Rank Group tempat di mana dia bekerja. Dengan kondisi yang kurang baik dan mata yang sedikit sembab karena dia terjaga semalaman sehingga harus tidur telat.
"Hei, Kenapa dengan matamu Han Yura? Kau seperti panda aja dengan mata seperti itu. Apa jangan-jangan kamu habis putus sama pacarmu, ya?" ejek Naemi sahabat karib Yura.
"Ahh, ini nggak apa-apa, kok. Hanya saja, aku terjaga semalam karena nonton melodrama. Terus aku harus mengeluarkan air mataku yang berharga ini. Ya, beginilah hasilnya mataku sedikit sembab." Yura terus membantah Naemi.
"Ohh, gitu rupanya. Tapi tunggu dulu, sepertinya aku nggak yakin dengan jawabanmu. Nggak biasanya kamu nonton film sampai larut malam. Apalagi film sedih kayak gitu. Biasanya kamu lebih memilih istirahat karena besok kamu harus bekerja, ya, kan?"
Berbagai ocehan yang diberikan Naemi membuat Yura gugup seketika. Bagaimana mungkin Yura menceritakan masalahnya kepada Naemi. Pada akhirnya dia malah dapat ejekan dari sahabatnya itu. Mau ditaruh di mana mukanya jika hal tersebut terjadi?
Yura terlalu malu karena dia tidak berpengalaman sama sekali dengan seorang lelaki di umurnya yang sudah terbilang cukup untuk berpacaran bahkan menikah. Sehingga, mau tak mau Yura harus mengalihkan pembicaraan sebelum Naemi memberi pertanyaan yang aneh-aneh terhadap dirinya.
'Astagaaa ... nih anak, kenapa otaknya begitu encer sekali pagi ini? Bisa-bisanya dia membombardir pertanyaan yang membuatku mati kutu,' batin Yura sedikit jengkel.
"Ahh, itu--- itu"--- Yura tergagap sambil memikirkan jawaban yang tepat. "Yaakk. Kenapa kamu cerewet sekali pagi ini? Ah, sudahlah. Aku nggak mau bahas ini lagi. Lebih baik aku menyiapkan laporan buat besok sebelum si nenek sihir itu," maksudnya adalah Im Yhuna, "marah-marah nggak jelas. Telingaku sakit kalau dengerin omelannya dan suaranya yang cempreng." Yura terus mencari alasan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ya sudahlah. Aku nggak akan mengganggumu kali ini. Meskipun sebenarnya aku penasaran, sih. Hehehe ...," jawab Naemi sambil senyum-senyum menggoda Yura.
"Sudah sana fokus kerja!" perintah Yura sambil menarik Naemi agar duduk di tempat kerjanya.
"Dia benar-benar aneh pagi ini. Ahh, masa bodoh. Mungkin perkataan Yura ada benarnya. Oke. Sekarang fokus kerja demi mencapai target supaya bonus bulanan bisa cair," batin Naemi mulai berkutat dengan komputernya.
Semua karyawan berada di meja kerjanya masing-masing. Mereka sibuk dengan komputer dan tumpukan kertas yang berada di meja kerjanya. Sampai-sampai mereka tidak menyadari dengan kedatangan sang direktur.
"Ekheemm. Selamat pagi semuanya," sapa sang direktur yang didampingi oleh beberapa asistennya.
Semua yang ada di dalam ruangan tersebut menoleh ke sumber suara. Sontak mereka semua berdiri terkejut akan kedatangan sang direktur Park Jerry.
"Selamat pagi direktur." Para karyawan serentak berdiri sambil membungkukkan badannya kepada direktur besar Rank Group.
"Baiklah. Semuanya tidak usah berlebihan seperti itu." Park Jerry menampilkan seulas senyuman di wajah.
"Maaf, sudah mengganggu waktu kalian bekerja. Jadi begini, maksud kedatangan saya sekarang hanya menyampaikan informasi penting kepada kalian semua. Dua hari lagi saya akan pensiun dari perusahaan ini. Maklum saja saya sudah tua dan saya ingin menikmati masa tuaku bersama keluarga tercinta. Jadi, saya akan menyerahkan tanggung jawab saya untuk memimpin perusahaan ini kepada putra semata wayang saya." Para karyawan sedikit terkejut dengan perkataan direkturnya yang secara tiba-tiba.
"Hari ini, dia baru akan pulang ke Korea setelah dia menyelesaikan study di Harvard Amerika selama dua tahun. Dia mengambil fakultas Harvard Business School. Dia bisa dibilang masih muda, umurnya saat ini masih 29 tahun. Tapi, tenang saja. Dia sudah berpengalaman untuk mengurus perusahaan karena saya bisa menjaminnya. Saya mohon bantuannya kepada kalian semua untuk berbagi pengalaman bersama putraku. Saya harap kalian semua bisa menerimanya dengan baik," ujar direktur Park Jerry yang dijawab anggukan oleh semua karyawan.
Mereka tidak menyangka kalau direktur baru mereka masih muda. Tapi, tidak sedikit para karyawan khususnya karyawan wanita senang dengan kabar barusan. Wanita mana yang tidak tertarik dengan pria muda yang sudah mapan dan satu-satunya pewaris perusahaan Rank Group. Salah satu perusahaan yang berpengaruh di Asia. Tidak mudah untuk bisa masuk ke perusahaan Rank Group, berbagai seleksi yang ketat harus dilalui oleh banyak orang yang ingin menjadi pegawai di perusahaan ternama tersebut.
"Oke. Hanya itu saja yang perlu saya sampaikan. Terima kasih atas waktunya. Saya undur diri dulu sampai jumpa dan semangat buat kalian semua," pamit Park Jerry kepada para karyawannya.
Setelah kepergian direktur Park Jerry, para pegawai bergerombol membicarakan tentang bagaimana sosok direktur baru mereka yang terbilang masih muda. Mereka tidak sabar menunggu dua hari lagi. Akan tetapi berbeda dengan Yura, dia terlihat cuek seolah-olah tidak ada berita apa pun pagi ini. Dia lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya daripada harus bergosip yang tak jelas menurutnya.
"Haahh ... ada-ada aja, sih, mereka. Belum tentu juga dia tampan. Umurnya boleh muda, tapi siapa tahu wajahnya sudah kayak om-om. Lagian buat apa juga, sih, mereka menggosipkan hal yang tidak penting itu," gerutu Yura dalam hatinya. Dia merasa terganggu dengan suara berisik teman-temannya yang heboh.
Langit biru dengan awan putih membumbung tinggi menghiasi cakrawala siang ini. Di sana ada seorang pemuda tampan yang baru menginjakkan kakinya di Bandara Incheon Korea Selatan. Dia sangat merindukan negara tempat di mana ia dilahirkan. Seulas senyum terpancar dari wajahnya. Rasanya sudah lama dia tidak berkunjung ke negara tercintanya ini. Masih 2 tahun saja sudah banyak yang berubah. "Selamat datang Korea. Semoga hari-hariku cerah dari sekarang," ucap Harry Borison dengan senyuman yang begitu menawan khas pria dingin dan angkuh namun terlihat wibawa. Harry Borison adalah pria blasteran Korea Inggris, sehingga dia mempunya wajah setengah bule setengahnya khas wajah orang asia membuat wajahnya dikagumi oleh banyak orang. Dia putra semata wayang dari tuan Park Jerry dan nyonya Fiona Angeline. Setelah kepulangannya dari Amerika, Harry langsung diberi tanggung jawab oleh papanya untuk menggantikan posisinya sebagai direktur utama di Rank Group perusahaan milik keluarga
"Waahh, dia sangat tampan Jerry. Sama seperti waktu aku masih muda, iya, kan?" ujar tuan Han dengan penuh percaya diri yang ditanggapi dengan tertawaan oleh kedua keluarga kecil tersebut. "Nggak mirip sama sekali. Dia lebih mirip aku waktu muda. Astaga, ternyata kamu masih sama seperti dulu ya, Baek. Selalu percaya diri," ujar Tuan Park sambil tertawa mengejek. "Ngomong-ngomong, ke mana putra dan putrimu?" "Mereka masih siap-siap di atas." Tak lama kemudian, Daniel keluar dari kamarnya. "Ohh, itu dia (Daniel) putraku yang bungsu. Cepat sini, Nak! Beri salammu kepada keluarga sahabat papa," ujar tuan Han. Kemudian Daniel memberikan ucapan salam untuk keluarga Park Jerry. Mereka semua berbincang-bincang dengan begitu bahagianya. Sedangkan Harry, dia mulai merasa bosan dan memilih untuk bermain ponsel. "Ah, tunggu dulu. Di mana putrimu, Baek? Apa masih belum selesai juga siap-siapnya?" tanya tuan Park Jerry. Belum sempat tuan Ha
"Ohh iya, Yura. Tolong ambilkan buah yang ada di dapur, ya! Tadi sudah mama siapkan, tinggal ambil saja." Perintah nyonya Han Hyemi kepada Yura. "Baik, Ma," jawab Yura sambil melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil buah. Harry yang melihat kepergian Yura segera mencari alasan untuk bisa menyusulnya. "Maaf semuanya. Saya izin ingin pergi ke kamar mandi sebentar," ujar Harry kepada semua orang yang berada di ruangan itu. Harry melangkahkan kakinya menuju dapur tempat di mana Yura berada. "Apa kau sungguh mau menerima perjodohan ini?" tanya Harry tiba-tiba yang membuat Yura terkejut dengan kedatangannya. "Yaakk. Kamu benar-benar mengejutkanku tuan Harry Borisonnn ..." Cibir Yura dengan menekankan nama Harry secara lengkap dengan tatapan sebal terhadap pria di depannya sekarang. "Kenapa kamu jadi sinis begitu? Cepat jawab pertanyaanku!" ujar Harry sedikit kesal. "Ya, aku menerimanya. Kenapa memangnya, kamu nggak setuju?" tanya Yu
"Yaa, tapi 'kan, dua minggu lagi Nunna akan segera menikah. Lagian kak Harry tadi sangat tampan. Pasti anak kalian nanti imut sekali seperti diriku," jawab Daniel tanpa dosa. "Ya Tuhaann ... kenapa aku memiliki adik seperti dia? Sudahlah pergi sana! Jangan membuatku semakin marah Daniell .... Kamu tahu sendiri 'kan, kalau aku lagi marah kayak gimana?" ujar Yura mengancam. "Emmm, aku tahu. Kalau Nunna lagi marah kayak gimana. Kamu akan teriak-teriak dan menjambak rambutku sampai rontok," jawab Daniel polos. "Waahh ... kamu semakin pintar juga ternyata adikku sayang. Apa kamu mau merasakannya lagi?" Yura berniat mendekati Daniel. Namun belum sempat Yura melangkahkan kakinya, Daniel sudah lari terbirit-birit keluar dari kamar Yura. "Wahahaha ... Lihat bagaimana cara dia lari tadi? Sungguh menggemaskan sekali. Rasanya semua penatku terhibur dengan kelakuannya yang konyol." Yura tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya melihat tingkah lucu adiknya b
Semua pegawai kembali ke tempatnya masing-masing, begitu juga dengan Yura dan Naemi. Suasana di kantor kembali seperti biasanya. Para pegawai sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sedangkan Harry di ruangannya sedang memeriksa berbagai dokumen yang harus dipelajarinya. Dia dibantu dengan sekretarisnya Lee Dongsun. Namun, Harry yang pikirannya sedang fokus, tiba-tiba terganggu dengan bayangan Yura tadi pagi. "Sebenarnya ada apa dengan diriku? Ini sungguh nggak benar. Kenapa wajah Yura tiba-tiba muncul di pikiranku?" batin Harry gelisah. Dongsun yang melihat kegelisahan pada muka Harry segera menghampirinya. "Apa yang sedang kamu pikirkan Harry? Sepertinya kamu tidak fokus." Pertanyaan Dongsun sebagai sahabat bukan sebagai sekretarisnya. "Entahlah, Dongsun. Sepertinya aku harus pergi ke psikiater. Aku merasa otakku sudah nggak beres," ucap Harry gelisah. Dongsun yang mendengar penuturan Harry merasa khawatir dengan kondisi sahabatnya itu. "Apa ka
Harry yang sudah berada di ruangannya, segera merebahkan tubuhnya pada sofa yang ada di ruangannya. Entah mengapa dia memegang dadanya yang bergemuruh hebat saat ini belum lagi ditambah dengan kemunculan Dongsun secara tiba-tiba yang semakin membuat Harry terkejut dibuatnya. "Yaaakk. Astagaaa ... kamu nggak bisa mengetuk pintu dulu? Kenapa kamu selalu saja muncul di hadapanku secara tiba-tiba? Dan itu selalu membuatku terkejut. Untung saja aku tidak mempunyai jantung." Bentakan Harry pada Dongsun. "Kenapa IQ-mu sekarang jadi menurun drastis begini? Lagian mana bisa kamu hidup kalau kamu tak punya jantung." Jawaban Dongsun mampu membuat Harry berpikir ulang tentang apa yang diucapkannya barusan. "Kenapa sekarang aku jadi bodoh gini? Semua itu gara-gara wanita jadi-jadian itu. Bisa-bisanya dia sudah meracuni otakku yang berlian ini." Perkataan Harry dalam hatinya. Sedangkan Dongsun menatap Harry dengan mata menyipit seolah-olah dia akan menerkamnya. "Kenapa kamu meliha
Sudah dua jam berlalu, akhirnya meeting kali ini sudah selesai. Direktur beserta sekretarisnya meninggalkan ruangan meeting. Dari semua tim ada yang merasa senang karena rancangannya diterima dan juga ada yang kecewa karena rancangannya ditolak mentah-mentah. Seperti halnya yang terjadi pada tim pemasaran, wajah mereka sangat kusut setelah keluar dari ruang meeting. "Mengapa bisa direktur menolak mentah-mentah rancangan kita tanpa harus mempertimbangkannya lagi?" tanya salah satu rekan Yura. "Entahlah. Sepertinya, direktur kita kali ini sangat tegas dan tidak bisa menerima toleransi," tambah yang lain. Sedangkan Yura hanya diam saja memikirkan bagaimana dia bisa menyelesaikan laporan selama tiga bulan dalam waktu satu hari karena besoknya sudah harus diserahkan kepada direktur. "Dasar pria menyebalkan, gila. Aisshhh (meremas dokumen yang dibawanya)." Yura merasa begitu kesal. Hari sudah sore, waktunya semua pegawai untuk pulang. "Han Yura ayo pulang!"
"Apa kamu sedang bersama seorang pria?" tanya salah satu rekannya yang melihat ada jas di samping kursi Yura. Belum sempat Yura menjawab, tiba-tiba suara Jian (salah satu rekan Yura) mengagetkan semua orang yang ada di sana. "Ohh ... direktur," ucap Jian terkejut melihat Harry yang datang dari arah toilet. Sedangkan Harry sangat terkejut melihat beberapa orang yang tak lain adalah pegawainya sendiri sudah berada di tempat duduknya dengan Yura. Yura yang melihat kemunculan Harry mulai panik. Sedangkan rekan-rekannya berdiri melihat keberadaan direkturnya itu dengan rasa canggung. Harry yang masih berada di tempatnya ragu untuk melangkahkan kakinya. Dia mulai panik alasan apa yang akan ia katakan nanti kepada para pegawainya. "Direktur, silakan bergabung bersama kami (mendekati Harry)." Jian mengajak Harry yang masih terbengong. "Ohh, iya," jawab Harry sedikit panik. "Apa nggak ada kursi lagi?" tanya Naemi sambil mencari kursi. "Itu ada
"Aku tidak menyimpannya, karena aku pikir data itu aman dan tidak mungkin orang luar bisa mencuri data itu. Lagian Naemi juga tidak mungkin mencurinya. Dia juga tidak tahu kalau rumah sakit ini milik keluargaku," jelas Marwin yang mulai merasakan ada keganjalan dari situasi saat ini."Oke, begini saja masalah tentang penyelidikan ini hanya kita berdua saja yang tahu. Jangan sampai ada yang tahu lagi termasuk orang terdekat kita sekali pun, karena kita juga tidak tahu siapa yang benar-benar tulus membantu dan siapa yang menyembunyikan sesuatu di belakang kita," saran Jungwo. Dia juga merasakan sesuatu yang aneh tentang kejadian ini."Oke, baiklah. Terima kasih kamu sudah mau membantu. Kalau gitu, kamu pulang dulu. Aku juga akan membantu menyelidiki mengenai masalah ini," jawab Marwin."Oke, aku pulang dulu. Oh iya, sebaiknya kamu bicarakan masalah ini dengan Harry juga karena dia yang sangat berpengaruh dalam menyelesaikan masalah ini," ucap Jungwo dan langsung m
Saat ini, Naemi sudah ada di kediaman pamannya. "Huufftt, kenapa masalah terus saja muncul kepadaku? Oh Tuhan, aku nggak ingin ada orang yang kehilangan nyawanya, karena ulahku lagi. Sudah berapa banyak orang yang sudah mati di tanganku? Aku ingin bertobat, Tuhan. Maka dari itu, tolong berikan Harry padaku, agar aku bisa menebus segala kesalahanku selama ini," batin Naemi sedikit memaksa sambil duduk di kursi taman rumah sambil menunggu pamannya pulang. "Kenapa kamu ada di sini, Naemi? Bukankah seharusnya kamu ada di rumah suamimu?" tanya Jo Jingri membuyarkan lamunan Naemi. "Ohh, paman sudah pulang? Aku hanya ingin mengunjungimu saja. Pikiranku sedang kalut saat ini. Oh iya, apa paman tahu tentang Rachel penyanyi terkenal itu?" tanya Naemi. "Sepertinya nama itu nggak asing. Sebentar, kamu punya fotonya nggak?" Kemudian Naemi memberikan foto Rachel yang ia dapat dari media sosial kepada pamannya. "Oh, aku ingat. Dia dulu itu penyanyi di club m
Malam yang begitu sunyi hanya terdengar suara hembusan angin dan aliran air sungai yang meneduhkan hati. Di sana, terdapat sosok wanita cantik duduk berdiam diri sambil menatap bintang-bintang yang seakan-akan sedang menghiburnya malam ini. Angin yang berhembus semakin menusuk kulit putih wanita itu. Rasa dinginnya malam sama sekali tidak ia pedulikan, tergantikan akan hatinya yang kembali hangat saat dirinya menyendiri seperti ini.Entah sampai kapan semua cobaan yang menimpa dirinya berakhir, menggantikan semuanya dengan kebahagian. Ingin rasanya dia tidak bersikap egois seperti ini. Namun, dia sudah lelah akan semua hal yang telah terjadi dalam hidupnya. Kata menyerah selalu menghantui pikirannya. Dia sakit di saat statusnya yang sebenarnya harus disembunyikan di hadapan publik, membuat semua pergerakannya harus dikendalikan.'Harry calling'Nama itu, membuat hatinya kembali merasakan rasa sakit. Rasa egois lebih dominan daripada rasa rindu, hingga m
"Hei bro, ke mana Calista?" tanya Harry pada Marwin."Entahlah. Tadi dia pergi ke toilet dan mukanya seperti habis melihat dirimu selingkuh, bung," bisik Marwin sambil ketawa.Harry langsung meninggalkan Marwin dan bergegas untuk mencari Calista. Namun, langkahnya terhenti saat namanya di panggil."Hai, direktur Harry. Senang bisa menjadi bintang tamu spesial di perusahaanmu aku sangat merasa terberkati," ucap Rachel manis di hadapan Harry."Sama-sama. Saya juga berterima kasih, karena anda sudah meluangkan waktu untuk menghadiri acara perusahaan kami," jawab Harry formal.Perbincangan mereka menjadi sorotan banyak orang bahkan wartawan tak menyia-nyiakan mengabadikan kesempatan emas itu."Bisakah anda menemani saya untuk mengobrol? Saya tidak terlalu kenal dengan orang-orang di sini." Ucapan Rachel begitu manis mungkin jika itu diucapkan di depan pria lain pasti hatinya sudah berbunga-bunga. Namun, ucapan manis itu ditujukan pada Harr
"Kenapa hatiku sakit, ya, saat melihat mereka berjalan berdampingan seperti itu?" tanya Harry pada hatinya sendiri.‘’Hei bukannya dia itu Han Yura?”“Waawww, apa aku nggak salah lihat? Wanita itu sangat mirip dengan mendiang istri Direktur Harry, loh.”“Apakah dia reinkarnasi dari sosok Han Yura? Daebaakkk ....”“Berita kali ini membuat gempar warga Korea pastinya.” Semua para tamu undangan, banyak yang dibuat terkejut dengan kedatangan Calista dan Marwin kecuali pegawai Rank Group yang memang sudah tahu dengan sosok Calista. Pasalnya, wajah mendiang istri sang direktur muda Harry Borison menjadi sorotan publik pasca kecelakaan terjadi yang menewaskan wanita malang tersebut. Sehingga, saat Calista menginjakkan kaki di tempat pagelaran akbar tersebut, wajar saja banyak or
Tiba sudah hari pergelaran akbar yang ditunggu-tunggu para kolega dan seluruh pebisnis Korea Selatan. Di mana mereka saling mencari muka di depan sang direktur Perusahaan Rank Group. Bahkan di antara mereka ada yang ingin mendapatkan perhatian, ada juga yang ingin mendapatkan kerja sama bersama perusahaan raksasa tersebut.Calista yang berada di kediaman Marwin, merasa sangat gelisah. Dia bingung mau memakai baju yang mana. Setidaknya penampilannya malam ini tidak boleh kalah dengan para wanita yang ingin mencari perhatian Harry."Hei, kenapa mukamu kusut begitu, hemm?" tanya Marwin yang tiba-tiba berada di samping calista."Aku bingung ini, gaun apa yang akan aku pakai nanti? Apalagi gaun-gaun kesayanganku ada di rumahku dan Harry ...." Wajah Calista cemberut hanya karena gaun."Dasar wanita. Ribet sekali, sih. Nih, Harry tadi sudah mengirimkan gaun untukmu," ucap Marwin sambil memberikan gaun itu kepada Calista."Waahh, benarkah
"Yang pasti mulai keluar dari ruang rapat tadi, kami tidak tahu keberadaan dia direktur.""Baiklah, masalah laporan itu gampang bisa diatur, yang penting kalian temukan dulu teman kalian itu." Harry meninggalkan ruangan perwakilan CN grup. Dengan perasaan yang begitu berkecamuk, Harry terus menghubungi nomor Calista. Namun, tidak ada jawaban sama sekali."Tolong cari keberadaan Calista, jika kalian menemukan petunjuk, segera hubungi aku." Harry menyuruh anak buahnya untuk mencari Calista.Sambil terus menghubungi Calista, Harry memasuki ruangannya dengan perasaan tidak tenang sama sekali. Namun saat sudah duduk di sofa sambil terus memegang hp nya berharap ada jawaban, tiba-tiba Harry mendengar deringan ponsel di ruangannya meskipun suaranya tidak terlalu keras tapi Harry mampu mendengarnya. Selangkah demi selangkah, Harry telusuri di setiap detail ruangannya. Saat tiba di depan pintu ruang peristirahatannya, bunyi ponsel itu semakin terdengar jelas.'Cek
Di perusahaan CN Grup, sedang gencar dengan berita perselingkuhan istri dari direktur mereka dengan pewaris Rank Group. Bahkan semua orang sedang menonton video wawancara Harry tadi lewat ponsel mereka masing-masing. Banyak para wanita sakit hati dengan perkataan Harry yang mengatakan bahwa tidak ada wanita yang bisa menggantikan sosok istrinya. Dan itu membuat semua harapan para wanita musnah untuk bisa mendampingi pria sukses dan wibawa seperti sosok Harry yang menjadi idola di kalangan para wanita."Aku sangat tidak setuju kalau pria tampan seperti direktur Harry harus mendapatkan wanita seperti Naemi." Salah satu pegawai wanita berkomentar."Kau benar. Lagian sudah punya suami masih saja menggoda pria lain," pungkas yang lain."Jelas-jelas di sini Naemi yang menggoda direktur Harry. Sampai-sampai direktur Rank Group i mengungkapkan hal seperti itu di hadapan para wartawan.""Dasar wanita tidak tahu malu. Gimana ya, reaksi direktur Daehan k
Di perusahaan Rank Group, sudah terdapat banyak wartawan di lobi. Kedatangan wartawan itu membuat para pegawai bahkan seluruh penghuni perusahaan bertanya-tanya apa yang menyebabkan para wartawan itu berada di perusahaan mereka. Hingga sebuah mobil sport hitam tiba di depan pintu lobi membuat semua wartawan langsung mendekat ke sekitar mobil tersebut. Sang pemilik mobil hanya bisa memandang mereka dengan tanda tanya besar, apa mau mereka dan siapa yang telah mengundang mereka datang ke sini. Sedangkan kalau diingat-ingat tidak ada acara penting di perusahaan. Dengan perasaan tenang dan aura kewibawaan direktur perusahaan tersebut keluar dari mobilnya. Di adalah direktur utama Rank Group (Harry Borison).Berbagai kamera menyoroti dirinya dan bermacam-macam pertanyaan mereka lontarkan di hadapan Harry. Tindakan yang secara tiba-tiba itu membuat para pengawalnya kualahan menghadapi para wartawan."Direktur Harry, sebenarnya apa hubungan anda dengan Naemi istri dari putra