Semua pegawai kembali ke tempatnya masing-masing, begitu juga dengan Yura dan Naemi. Suasana di kantor kembali seperti biasanya. Para pegawai sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sedangkan Harry di ruangannya sedang memeriksa berbagai dokumen yang harus dipelajarinya. Dia dibantu dengan sekretarisnya Lee Dongsun. Namun, Harry yang pikirannya sedang fokus, tiba-tiba terganggu dengan bayangan Yura tadi pagi.
"Sebenarnya ada apa dengan diriku? Ini sungguh nggak benar. Kenapa wajah Yura tiba-tiba muncul di pikiranku?" batin Harry gelisah.
Dongsun yang melihat kegelisahan pada muka Harry segera menghampirinya. "Apa yang sedang kamu pikirkan Harry? Sepertinya kamu tidak fokus." Pertanyaan Dongsun sebagai sahabat bukan sebagai sekretarisnya.
"Entahlah, Dongsun. Sepertinya aku harus pergi ke psikiater. Aku merasa otakku sudah nggak beres," ucap Harry gelisah.
Dongsun yang mendengar penuturan Harry merasa khawatir dengan kondisi sahabatnya itu. "Apa kamu masih memikirkan Hwan Yeunji?" tanya Dongsun dengan serius.
"Bukan. Justru aku merasa bersalah, karena aku nggak bisa menjaga kesetiaanku padanya," jawab Harry menyesal.
"Tunggu dulu, apa maksudmu Harry? Tentu saja kamu harus melanjutkan hidupmu. Yeunji akan tambah sedih di atas sana kalau melihat kamu merutuki dirimu sendiri. Sudah saatnya kamu harus membuka lembaran baru. Jangan sampai ada gosip lagi kalau kamu suka dengan sesama pria." Nasehat Dongsun.
"Bisa-bisanya kamu menghiraukan gosip murahan itu. Awalnya, aku berpikiran untuk nggak bermain dengan yang namanya cinta lagi. Namun, aku terjerat dengan omonganku sendiri dan aku tidak bisa lari dari masalah ini. Aku akan dijodohkan Dongsun dan aku akan menikah dua minggu lagi ...." Harry terlihat frustasi.
Dongsun terdiam dan tiba-tiba. "Wahahaha ... itu sangat menarik." Dongsun tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Harry. "Apa calon istrimu cantik? Ayolah, kenalkan denganku!" Dongsun begitu antusias.
Harry hanya kesal dengan tanggapan sahabatnya. Bukannya menghibur justru malah mengejeknya. "Yaakk ... sama sekali nggak lucu Dongsun. Ini sungguh bencana bagiku. Aku sama sekali belum mengenal betul kepribadian wanita itu. Tapi, malah disuruh nikah cepat-cepat tanpa ada perkenalan lebih lama lagi. Bagaimana jika dia bukan wanita baik-baik? Yaa, meskipun dia putri dari sahabat lama papaku, tapi 'kan, bisa jadi kepribadian dia berbeda dengan orang tuanya." Segala omelan Harry ditujukan pada sahabatnya itu.
Dongsun yang tadinya tersenyum-senyum sendiri, kini dia terdiam melihat perubahan wajah Harry yang terlihat benar-benar menyedihkan. "Oke. Maaf Harry (ekspresi menyesal). Tapi, aku ingin tahu siapa calon istrimu itu? Siapa tahu aku mengenalnya ya, 'kan?" tambah Dongsun penasaran.
"Yang hanya kamu pikirkan tentang wajahnya saja. Sudahlah, nanti kamu juga akan mengetahuinya sendiri. Sudah sana pergi dari ruanganku! Kamu membuat moodku tambah buruk." Harry mengusir Dongsun.
"Hehehe ... okelah, kalau begitu. Aku keluar dulu, ya. Semoga pernikahanmu berjalan dengan lancar nanti, byeee ..." Pamit Dongsun yang menyebalkan menurut Harry.
***
Yura yang sedang sibuk dengan komputer di depannya tiba-tiba diganggu dengan kedatangan Naemi. "Yuraa ... ayo temani aku ke kantin! Aku sudah laper banget, nih," rengek Naemi pada Yura.
"Kamu pergi bersama yang lain saja, ya. Aku sedang malas, nih, ke kantin." Yura masih fokus berkutat dengan komputer di depannya.
"Yaahhh ... Apa kamu nggak lapar? Kenapa kamu nggak bosan melihat komputer sialan itu, sih?" tanya Naemi sedikit kesal.
"Aku nggak bosan sama sekali. Hanya saja aku lagi malas kemana-mana, Naemi," jawab Yura malas.
"Ya sudahlah kalau gitu. Aku pergi dulu, ya. Tapi kamu jangan sampai tidak makan apa-apa, nanti kamu bisa sakit. Sayangi, tuh, perut." Berbagai ocehan Naemi pada Yura.
"Ya, aku mengerti. Sudah sana cepat ke kantin!" jawab Yura tersenyum melihat tingkah sahabatnya ini yang begitu perhatian terhadap dirinya.
Saat ini Yura benar-benar sendiri di ruangannya, karena semua rekannya pergi untuk makan siang. Yura kembali mengerjakan laporan untuk persiapan meeting nanti bersama sang direktur barunya.
Namun tiba-tiba bayangan Harry muncul dalam pikirannya. "Ya Tuhaannn ... kenapa aku memikirkan penampilannya yang tampan tadi pagi? Ohh, tunggu dulu. Apa yang aku pikirkan barusan, tampan? Pria gila itu? Ohh, tidak mungkin. Otakku memang sudah tercemar dengan pria angkuh itu." Kesal Yura mengacak rambutnya frustasi.
"Apa kamu benar-benar sudah gila karena perjodohan ini?" ujar seseorang tiba-tiba. Yura terkejut dengan perkataan orang tersebut. Sontak dia langsung menolehkan kepalanya dan dia lebih terkejut lagi dengan siapa yang datang.
Harry yang melihat keterkejutan Yura hanya tersenyum simpul dan segera mendekatinya. "Apa yang kamu lakukan di sini? Apa yang kamu bilang tadi, aku gila? Yang benar saja. Justru kamu itu yang gila, tuan Harry Borison." Ucapan Yura begitu sinis pada pria yang ada di hadapannya sekarang.
"Tunggu dulu, apa yang kamu bilang barusan?" Tatapan nyalang Harry pada Yura.
"Dasar pria gila, pria angkuh, pria tak tau---." Belum sempat Yura melanjutkan perkataannya, tiba-tiba tangan Harry menarik pinggangnya yang membuat tubuhnya menabrak tubuh Harry.
"Katakan sekali lagi! Aku kurang jelas mendengarnya," ucap Harry tepat di wajah Yura. Sedangkan Yura terkejut dengan posisinya sekarang.
"Oh, Tuhan. Selamatkan aku dari pria gila ini," batin Yura. Tak mau kalah, akhirnya Yura menatap Harry dengan nyalang membuat mata mereka bertemu dengan begitu dekatnya.
Yura mengulangi perkataannya. "Dasar pria gila, pria ang---." Belum sempat Yura menyelesaikan perkataannya, Harry mencium bibir Yura secara tiba-tiba membuat wanita itu melototkan matanya terkejut dengan perlakuan Harry terhadapnya.
Harry yang merasakan tubuh Yura mulai menegang, segera melepaskan tautan bibirnya dengan bibir Yura. Kemudian, Harry mendekatkan dirinya pada telinga Yura.
"Dengar baik-baik! Jika kamu mengulanginya lagi, aku nggak akan segan-segan untuk menyumpal mulutmu seperti yang aku lakukan barusan. Apa kamu mengerti, Han Yura?" bisik Harry yang membuat deru napasnya menerpa wajah Yura yang membuat wanita itu semakin merasakan panas pada tubuhnya.
Harry yang melihat tidak ada respon dari Yura, segera melepaskan tangannya dari pinggang Yura dan meninggalkannya sendirian seolah-olah tidak ada sesuatu yang telah terjadi di antara mereka. Sedangkan Yura hanya terdiam saja, tubuhnya terasa kaku untuk digerakkan. "Apa yang telah terjadi barusan dan apa yang telah dia lakukan padaku?" Yura masih melongo tak percaya. "Ahh ... bagaimana ini? Dia telah mencuri my first kiss." Gerutu Yura merasa kesal dan memegang dadanya yang sedang bergemuruh hebat.
Jam istirahat telah selesai dan para pegawai kembali ke tempat kerja mereka masing-masing. Sedangkan Yura hanya menopangkan wajahnya pada meja. Fokusnya sudah terganggu oleh kejadian beberapa menit yang lalu. Naemi yang melihat wajah sahabatnya itu yang tiba-tiba kusut segera menghampirinya. "Heii, kamu kenapa? Wajahmu sudah nggak terlihat bersemangat lagi. Apa kamu mulai merasa lapar?" tanya Naemi khawatir.
"Ohh, nggak. Hanya saja aku marah pada seseorang. Rasanya, aku ingin menampar wajahnya dan menjambak rambutnya sampai botak supaya dia tahu diri," jawab Yura kesal.
"Siapa yang telah membuatmu marah, Yura? Biar aku yang menghajarnya." Naemi ikut kesal.
"Sudah, nggak perlu. Aku bisa mengatasinya sendiri. Lagian aku nggak mau kamu ikut terseret dalam masalahku." Yura menenangkan Naemi.
"Aku akan selalu membantumu jika kamu butuh bantuanku, Yura. Jadi, kalau ada apa-apa cerita padaku, ya?" ujar Naemi yang dibalas anggukan oleh Yura.
"Siap wanita cantik. Sudah sana kamu kembali ke tempat kerjamu!" perintah Yura.
"Oke sahabatku yang manis." Naemi langsung menuju ke tempat duduknya.
Harry yang sudah berada di ruangannya, segera merebahkan tubuhnya pada sofa yang ada di ruangannya. Entah mengapa dia memegang dadanya yang bergemuruh hebat saat ini belum lagi ditambah dengan kemunculan Dongsun secara tiba-tiba yang semakin membuat Harry terkejut dibuatnya. "Yaaakk. Astagaaa ... kamu nggak bisa mengetuk pintu dulu? Kenapa kamu selalu saja muncul di hadapanku secara tiba-tiba? Dan itu selalu membuatku terkejut. Untung saja aku tidak mempunyai jantung." Bentakan Harry pada Dongsun. "Kenapa IQ-mu sekarang jadi menurun drastis begini? Lagian mana bisa kamu hidup kalau kamu tak punya jantung." Jawaban Dongsun mampu membuat Harry berpikir ulang tentang apa yang diucapkannya barusan. "Kenapa sekarang aku jadi bodoh gini? Semua itu gara-gara wanita jadi-jadian itu. Bisa-bisanya dia sudah meracuni otakku yang berlian ini." Perkataan Harry dalam hatinya. Sedangkan Dongsun menatap Harry dengan mata menyipit seolah-olah dia akan menerkamnya. "Kenapa kamu meliha
Sudah dua jam berlalu, akhirnya meeting kali ini sudah selesai. Direktur beserta sekretarisnya meninggalkan ruangan meeting. Dari semua tim ada yang merasa senang karena rancangannya diterima dan juga ada yang kecewa karena rancangannya ditolak mentah-mentah. Seperti halnya yang terjadi pada tim pemasaran, wajah mereka sangat kusut setelah keluar dari ruang meeting. "Mengapa bisa direktur menolak mentah-mentah rancangan kita tanpa harus mempertimbangkannya lagi?" tanya salah satu rekan Yura. "Entahlah. Sepertinya, direktur kita kali ini sangat tegas dan tidak bisa menerima toleransi," tambah yang lain. Sedangkan Yura hanya diam saja memikirkan bagaimana dia bisa menyelesaikan laporan selama tiga bulan dalam waktu satu hari karena besoknya sudah harus diserahkan kepada direktur. "Dasar pria menyebalkan, gila. Aisshhh (meremas dokumen yang dibawanya)." Yura merasa begitu kesal. Hari sudah sore, waktunya semua pegawai untuk pulang. "Han Yura ayo pulang!"
"Apa kamu sedang bersama seorang pria?" tanya salah satu rekannya yang melihat ada jas di samping kursi Yura. Belum sempat Yura menjawab, tiba-tiba suara Jian (salah satu rekan Yura) mengagetkan semua orang yang ada di sana. "Ohh ... direktur," ucap Jian terkejut melihat Harry yang datang dari arah toilet. Sedangkan Harry sangat terkejut melihat beberapa orang yang tak lain adalah pegawainya sendiri sudah berada di tempat duduknya dengan Yura. Yura yang melihat kemunculan Harry mulai panik. Sedangkan rekan-rekannya berdiri melihat keberadaan direkturnya itu dengan rasa canggung. Harry yang masih berada di tempatnya ragu untuk melangkahkan kakinya. Dia mulai panik alasan apa yang akan ia katakan nanti kepada para pegawainya. "Direktur, silakan bergabung bersama kami (mendekati Harry)." Jian mengajak Harry yang masih terbengong. "Ohh, iya," jawab Harry sedikit panik. "Apa nggak ada kursi lagi?" tanya Naemi sambil mencari kursi. "Itu ada
Yura menoleh ke belakang dan ia terkejut kalau sekarang dirinya sedang diperhatikan oleh rekan-rekannya. "Gawat ..." ucap Yura segera melesat masuk ke dalam mobil Harry. Sedangkan Harry segera menghidupkan mobilnya dan melaju meninggalkan kafe. Untung saja kaca mobilnya gelap sehingga dia tidak harus tertangkap basah sedang bersama Yura. "Huuhh... hampir saja kita ketahuan." Yura merasa lega sambil memegang dadanya yang masih berdetak kencang. Harry yang melihatnya hanya tersenyum dan kembali fokus mengemudi. "Harry ...." panggil Yura pelan dan tidak berani menatap pria di sampingnya. "Heemm," jawab Harry yang masih fokus menyetir. "Terima kasih untuk traktiran makannya tadi," lanjut Yura menundukkan kepalanya karena malu. "Hei, ada apa dengan dirimu? Biasanya kamu selalu memakiku, kenapa kamu sekarang jadi bersemu merah begini?" goda Harry sengaja. "Yaakk, siapa juga yang bersemu merah? Mungkin ini efek dari kegugupanku tadi," bantah Yura kes
Keesokan harinya, Yura yang berada di tempat duduknya di mana tempat ia bekerja hanya tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian semalam. Dia ternyata sudah bangun saat Harry membawanya ke kamar. Tapi, dia enggan untuk membuka matanya. Dia juga mengetahui semua yang Harry lakukan padanya, termasuk ucapan isi hati Harry dan juga ciuman di keningnya. Wajah Yura langsung memanas seketika dan detak jantungnya berdebar begitu kencang. Hingga suara ponsel menyadarkannya. From: Crazy Borison Nanti jam istirahat kutunggu kamu di parkiran, karena kita nanti akan fitting baju pengantin. "Astaga ... laporanku saja belum juga selesai dan sekarang dia malah mengajakku keluar. Apa yang harus aku lakukan?" Yura hanya menatap ponselnya. Belum sempat dia membalas pesan Harry, ponselnya berbunyi lagi. From: Crazy Borison Jangan banyak mikir. "Dasar pria gilaa ... kenapa dia selalu saja memaksaku? Aku tak akan membala
Beberapa menit berlalu, mobil Harry akhirnya sampai di depan sebuah butik terkenal di Korea Selatan. Harry dan Yura segera memasuki butik tersebut. Ketika Harry baru membuka pintunya, dia langsung disambut oleh semua pelayan yang membungkuk hormat ke arahnya. Harry yang melihatnya tidak begitu terkejut karena butik ini adalah salah satu aset milik keluarganya. "Sebegitu terkenalkah seorang Harry Borison sehingga mampu membuat semua orang tunduk padanya?" batin Yura tidak melepaskan seinci pun pandangannya dari sosok Harry. "Jangan terlalu lama memandangiku! Nanti kamu akan terjerat oleh pesonaku," bisik Harry pada Yura. "Ciihh, amit-amit. Aku nggak segampang itu untuk bisa menyukai pria," ketus Yura. "Jadi, kamu selama ini menyukai sesama wanita gitu maksudnya." Harry langsung mendapatkan pukulan dari Yura. "Dasar menyebalkan ..." Yura langsung meninggalkan Harry "Kamu begitu keras kepala Yura. Tapi, itu yang membuatmu semakin menarik," batin
Yura yang merasa diperhatikan menolehkan wajahnya. "Apa kamu lihat-lihat?" tanya Yura sinis kepada pegawai wanita itu. "Dasar nggak sopan." Pegawai wanita itu mengomentari Yura. Belum sempat Yura membalas perkataan pegawai itu, Harry sudah menyela. "Sudah cukup, sekarang kamu boleh keluar dari ruanganku." Tegas Harry kepada pegawai wanita itu sebelum terjadi pertengkaran di antara keduanya. Pegawai wanita itu langsung pergi dengan penuh kekesalan. Harry segera menutup pintu ruangannya dan duduk di hadapan Yura sambil bersedekap tangan. "Jangan bertanya apa-apa kepadaku, karena aku lagi malas bicara. Aku hanya ingin mencari tempat yang tenang tanpa ada gangguan dari rekan-rekanku yang terus bergosip tentang hubunganku denganmu. Dan aku rasa tempat ini paling cocok untuk menyelesaikan dokumen-dokumen ini." Yura langsung membuka dokumen-dokumennya di depan Harry. "Baiklah, tapi ini nggak gratis," jawab Harry menatap Yura. "Oke, nggak masalah," uc
"Sudah-sudah itu urusan anak muda Jerry, kita tidak usah ikut campur. Sebaiknya kita membicarakan tentang pernikahan mereka saja," ujar tuan Han menenangkan sedikit perseteruan antara bapak dan anak yang memiliki sifat sama-sama keras kepala. "Baiklah kamu menang kali ini Harry (pura-pura sebal). Oke begini, berhubung pernikahan kalian diajukan dan kami sepakat lebih cepat akan lebih baik. Jadi, pernikahan kalian diadakan lusa depan. Kalian besok jam 02.00 siang berangkat ke Shanghai, China bersama Daniel juga. Sedangkan kami, habis ini langsung berangkat karena harus menyiapkan segala sesuatunya di sana. Persiapkan semua barang-barang kalian malam ini. Harry, tolong jaga Yura dan juga Daniel oke!" Jelas tuan Park Jerry yang membuat Harry dan Yura melongo atas penuturan orang tuanya. Namun, mereka tidak bisa mengelak apa pun karena mereka merasa percuma juga hal itu tidak akan berubah meskipun mereka mengajukan argumen. "Oh iya satu lagi, setelah kamu pulang dan meny
"Aku tidak menyimpannya, karena aku pikir data itu aman dan tidak mungkin orang luar bisa mencuri data itu. Lagian Naemi juga tidak mungkin mencurinya. Dia juga tidak tahu kalau rumah sakit ini milik keluargaku," jelas Marwin yang mulai merasakan ada keganjalan dari situasi saat ini."Oke, begini saja masalah tentang penyelidikan ini hanya kita berdua saja yang tahu. Jangan sampai ada yang tahu lagi termasuk orang terdekat kita sekali pun, karena kita juga tidak tahu siapa yang benar-benar tulus membantu dan siapa yang menyembunyikan sesuatu di belakang kita," saran Jungwo. Dia juga merasakan sesuatu yang aneh tentang kejadian ini."Oke, baiklah. Terima kasih kamu sudah mau membantu. Kalau gitu, kamu pulang dulu. Aku juga akan membantu menyelidiki mengenai masalah ini," jawab Marwin."Oke, aku pulang dulu. Oh iya, sebaiknya kamu bicarakan masalah ini dengan Harry juga karena dia yang sangat berpengaruh dalam menyelesaikan masalah ini," ucap Jungwo dan langsung m
Saat ini, Naemi sudah ada di kediaman pamannya. "Huufftt, kenapa masalah terus saja muncul kepadaku? Oh Tuhan, aku nggak ingin ada orang yang kehilangan nyawanya, karena ulahku lagi. Sudah berapa banyak orang yang sudah mati di tanganku? Aku ingin bertobat, Tuhan. Maka dari itu, tolong berikan Harry padaku, agar aku bisa menebus segala kesalahanku selama ini," batin Naemi sedikit memaksa sambil duduk di kursi taman rumah sambil menunggu pamannya pulang. "Kenapa kamu ada di sini, Naemi? Bukankah seharusnya kamu ada di rumah suamimu?" tanya Jo Jingri membuyarkan lamunan Naemi. "Ohh, paman sudah pulang? Aku hanya ingin mengunjungimu saja. Pikiranku sedang kalut saat ini. Oh iya, apa paman tahu tentang Rachel penyanyi terkenal itu?" tanya Naemi. "Sepertinya nama itu nggak asing. Sebentar, kamu punya fotonya nggak?" Kemudian Naemi memberikan foto Rachel yang ia dapat dari media sosial kepada pamannya. "Oh, aku ingat. Dia dulu itu penyanyi di club m
Malam yang begitu sunyi hanya terdengar suara hembusan angin dan aliran air sungai yang meneduhkan hati. Di sana, terdapat sosok wanita cantik duduk berdiam diri sambil menatap bintang-bintang yang seakan-akan sedang menghiburnya malam ini. Angin yang berhembus semakin menusuk kulit putih wanita itu. Rasa dinginnya malam sama sekali tidak ia pedulikan, tergantikan akan hatinya yang kembali hangat saat dirinya menyendiri seperti ini.Entah sampai kapan semua cobaan yang menimpa dirinya berakhir, menggantikan semuanya dengan kebahagian. Ingin rasanya dia tidak bersikap egois seperti ini. Namun, dia sudah lelah akan semua hal yang telah terjadi dalam hidupnya. Kata menyerah selalu menghantui pikirannya. Dia sakit di saat statusnya yang sebenarnya harus disembunyikan di hadapan publik, membuat semua pergerakannya harus dikendalikan.'Harry calling'Nama itu, membuat hatinya kembali merasakan rasa sakit. Rasa egois lebih dominan daripada rasa rindu, hingga m
"Hei bro, ke mana Calista?" tanya Harry pada Marwin."Entahlah. Tadi dia pergi ke toilet dan mukanya seperti habis melihat dirimu selingkuh, bung," bisik Marwin sambil ketawa.Harry langsung meninggalkan Marwin dan bergegas untuk mencari Calista. Namun, langkahnya terhenti saat namanya di panggil."Hai, direktur Harry. Senang bisa menjadi bintang tamu spesial di perusahaanmu aku sangat merasa terberkati," ucap Rachel manis di hadapan Harry."Sama-sama. Saya juga berterima kasih, karena anda sudah meluangkan waktu untuk menghadiri acara perusahaan kami," jawab Harry formal.Perbincangan mereka menjadi sorotan banyak orang bahkan wartawan tak menyia-nyiakan mengabadikan kesempatan emas itu."Bisakah anda menemani saya untuk mengobrol? Saya tidak terlalu kenal dengan orang-orang di sini." Ucapan Rachel begitu manis mungkin jika itu diucapkan di depan pria lain pasti hatinya sudah berbunga-bunga. Namun, ucapan manis itu ditujukan pada Harr
"Kenapa hatiku sakit, ya, saat melihat mereka berjalan berdampingan seperti itu?" tanya Harry pada hatinya sendiri.‘’Hei bukannya dia itu Han Yura?”“Waawww, apa aku nggak salah lihat? Wanita itu sangat mirip dengan mendiang istri Direktur Harry, loh.”“Apakah dia reinkarnasi dari sosok Han Yura? Daebaakkk ....”“Berita kali ini membuat gempar warga Korea pastinya.” Semua para tamu undangan, banyak yang dibuat terkejut dengan kedatangan Calista dan Marwin kecuali pegawai Rank Group yang memang sudah tahu dengan sosok Calista. Pasalnya, wajah mendiang istri sang direktur muda Harry Borison menjadi sorotan publik pasca kecelakaan terjadi yang menewaskan wanita malang tersebut. Sehingga, saat Calista menginjakkan kaki di tempat pagelaran akbar tersebut, wajar saja banyak or
Tiba sudah hari pergelaran akbar yang ditunggu-tunggu para kolega dan seluruh pebisnis Korea Selatan. Di mana mereka saling mencari muka di depan sang direktur Perusahaan Rank Group. Bahkan di antara mereka ada yang ingin mendapatkan perhatian, ada juga yang ingin mendapatkan kerja sama bersama perusahaan raksasa tersebut.Calista yang berada di kediaman Marwin, merasa sangat gelisah. Dia bingung mau memakai baju yang mana. Setidaknya penampilannya malam ini tidak boleh kalah dengan para wanita yang ingin mencari perhatian Harry."Hei, kenapa mukamu kusut begitu, hemm?" tanya Marwin yang tiba-tiba berada di samping calista."Aku bingung ini, gaun apa yang akan aku pakai nanti? Apalagi gaun-gaun kesayanganku ada di rumahku dan Harry ...." Wajah Calista cemberut hanya karena gaun."Dasar wanita. Ribet sekali, sih. Nih, Harry tadi sudah mengirimkan gaun untukmu," ucap Marwin sambil memberikan gaun itu kepada Calista."Waahh, benarkah
"Yang pasti mulai keluar dari ruang rapat tadi, kami tidak tahu keberadaan dia direktur.""Baiklah, masalah laporan itu gampang bisa diatur, yang penting kalian temukan dulu teman kalian itu." Harry meninggalkan ruangan perwakilan CN grup. Dengan perasaan yang begitu berkecamuk, Harry terus menghubungi nomor Calista. Namun, tidak ada jawaban sama sekali."Tolong cari keberadaan Calista, jika kalian menemukan petunjuk, segera hubungi aku." Harry menyuruh anak buahnya untuk mencari Calista.Sambil terus menghubungi Calista, Harry memasuki ruangannya dengan perasaan tidak tenang sama sekali. Namun saat sudah duduk di sofa sambil terus memegang hp nya berharap ada jawaban, tiba-tiba Harry mendengar deringan ponsel di ruangannya meskipun suaranya tidak terlalu keras tapi Harry mampu mendengarnya. Selangkah demi selangkah, Harry telusuri di setiap detail ruangannya. Saat tiba di depan pintu ruang peristirahatannya, bunyi ponsel itu semakin terdengar jelas.'Cek
Di perusahaan CN Grup, sedang gencar dengan berita perselingkuhan istri dari direktur mereka dengan pewaris Rank Group. Bahkan semua orang sedang menonton video wawancara Harry tadi lewat ponsel mereka masing-masing. Banyak para wanita sakit hati dengan perkataan Harry yang mengatakan bahwa tidak ada wanita yang bisa menggantikan sosok istrinya. Dan itu membuat semua harapan para wanita musnah untuk bisa mendampingi pria sukses dan wibawa seperti sosok Harry yang menjadi idola di kalangan para wanita."Aku sangat tidak setuju kalau pria tampan seperti direktur Harry harus mendapatkan wanita seperti Naemi." Salah satu pegawai wanita berkomentar."Kau benar. Lagian sudah punya suami masih saja menggoda pria lain," pungkas yang lain."Jelas-jelas di sini Naemi yang menggoda direktur Harry. Sampai-sampai direktur Rank Group i mengungkapkan hal seperti itu di hadapan para wartawan.""Dasar wanita tidak tahu malu. Gimana ya, reaksi direktur Daehan k
Di perusahaan Rank Group, sudah terdapat banyak wartawan di lobi. Kedatangan wartawan itu membuat para pegawai bahkan seluruh penghuni perusahaan bertanya-tanya apa yang menyebabkan para wartawan itu berada di perusahaan mereka. Hingga sebuah mobil sport hitam tiba di depan pintu lobi membuat semua wartawan langsung mendekat ke sekitar mobil tersebut. Sang pemilik mobil hanya bisa memandang mereka dengan tanda tanya besar, apa mau mereka dan siapa yang telah mengundang mereka datang ke sini. Sedangkan kalau diingat-ingat tidak ada acara penting di perusahaan. Dengan perasaan tenang dan aura kewibawaan direktur perusahaan tersebut keluar dari mobilnya. Di adalah direktur utama Rank Group (Harry Borison).Berbagai kamera menyoroti dirinya dan bermacam-macam pertanyaan mereka lontarkan di hadapan Harry. Tindakan yang secara tiba-tiba itu membuat para pengawalnya kualahan menghadapi para wartawan."Direktur Harry, sebenarnya apa hubungan anda dengan Naemi istri dari putra