Akbar sudah menyambut kami di depan pintu rumah. Mungkin lebih tepatnya menyambut istriku. Dia hanya mengucap selamat datang padanya. Brengsek memang.
"Apa semuanya sudah siap?"
"Sebentar lagi, Tuan."
"Cepat! Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi."
"Baik."
Aku menggiring Anya masuk ke kamar terlebih dulu. Dan sialnya, Mama juga keluar dari kamarnya. Malas sekali jika aku harus berdebat dengannya kali ini.
"Ngapain pulang?"
"Sayang," panggilku dengan memiringkan tubuh Anya. "Masuklah dulu, bersihkan dirimu." Aku mengecup keningnya sekali lagi. Entah sudah berapa banyak ciuman yang aku berikan padanya sejak tadi.
"Mama belum selesai, kenapa kamu pulang?!"
Aku tidak ingin Anya tertekan dengan kehadiran Mama. Lebih baik aku cepat-cepat menyuruhnya masuk dan menutup pintu kamar.
"Bisa gak, sih, Mama tidak bersikap seperti itu? Anya istriku, dan sampai kapan pun dia akan tetap menjadi
Aku berlari mengejarnya, tapi Manda pun mengikuti langkahku dan mencekal tangan ini sebelum masuk ke kamar. "Apa lagi, sih?!" "Re, kita mau nikah! Kamu gak bisa giniin aku!" "Bisa. Kita hanya bertunangan, dan itu pun karena akal-akalan kalian. Mulai sekarang, pertunangan kita batal. Jangan ganggu aku lagi!" "Kamu tidak bisa membatalkan ini begitu saja! Kenapa kamu jahat sekali denganku, Re? Kenapa?" Apa lagi sekarang? Manda mulai menangis seolah dia adalah korban. "Jadi ternyata kamu seperti ini? Kamu menikmati tubuhku saat istrimu tidak ada. Dan sekarang, kamu mencampakkan aku setelah istrimu pulang, iya? Kamu keterlaluan, Re!" "Manda!" bentakku. "Aku tidak pernah menyentuhmu, jangan bicara sembarangan!" "Sembarangan katamu? Setelah beberapa kali kamu meniduriku dan sekarang kamu bilang aku bicara sembarangan?!" Aku tidak tahan lagi. Aku tau dia sengaja mengeraskan suaranya agar Anya mendengar perka
Anya tertidur lebih awal. Dia mengatakan kalau dia kesulitan tidur beberapa hari ini. Dan sekarang, lihat! Dia sudah seperti orang pingsan saja di atas lenganku. Aku merindukan saat ini. Karena di saat ini, aku bisa puas menciuminya. Menyesap aroma rambutnya, dan menjelajah setiap wajah Anya. Melihat wajahnya, rasanya hati ini begitu tenang. Aku menemukan tujuan hidupku, iya. Tujuanku hanya membahagiakan keluarga kecilku nanti. Aku tidak sabar menunggunya keluar. Aku mengelus perut Anya berulang kali. Hingga ia menggeliat karena ulahku. Aku semakin mengeratkan pelukanku, agar ia kembali terlelap. Napasnya mulai kembali teratur, sepertinya dia sudah kembali bermimpi. "Aku keluar sebentar, tidurlah!" ujarku dengan mengecup keningnya. Aku meninggalkannya sebentar dan keluar kamar. Masih ada Akbar yang belum beristirahat. Aku melambai ke arahnya dan berkata, "Jaga istriku. Aku mau ke ruang kerja sebentar
Mendengar kabar Anya pulang, Rendi sudah nyosor saja. Apa dia gak tau, atau tidak punya jam di rumah? Enak sekali dia bertamu di pagi-pagi seperti ini. Brengsek, memang. Benar jika aku tidak suka, tapi kalau aku berlaku kasar lagi, Anya pasti akan semakin membenciku. Oke, kali ini aku membiarkan dia bertemu dengan istriku. Aku kembali masuk ke kamar dan berkata padanya, "Anya, di bawah ada Rendi. Dia mencarimu, apa kamu mau menemuinya?" Aku lihat, tatapan matanya seolah tidak percaya aku mengatakan itu. Dia pun terlihat bingung mau menjawab apa. "Kalau kamu mau menemuinya, tidak apa-apa. Tapi aku akan menemanimu." Shit! Anya mengangguk lagi. Padahal aku berharap dia menolak tadi. Sudahlah, toh tadi yang menawarkan juga aku. Anya masih menggunakan piyama, dia turun ke bawah. Tentu saja aku mengikutinya, bahkan aku melingkarkan tangan ke pinggangnya. Biar saja. Biar dia bisa melihat kalau
Siang ini sudah ada beberapa calon yang didatangkan Kaisar ke perusahaan. Tapi, satu persatu dari mereka tidak ada yang bertahan sampai lima menit.Regan mulai kesal, dan Kaisar yang menjadi pelampiasan. Pria itu mulai jengah karena belum ada yang pantas untuk ia rekrut sebagai pengawal Fanya.Dia pun menyandarkan punggungnya dengan menghela napas kasar. Melirik ke arah Kaisar dan berkata, "Sejak kapan seleramu rendah?"Jika pilihan pertama semuanya sudah gagal, maka jelas Regan tidak akan berselera lagi dengan pilihan berikutnya.Regan memajukan dirinya, menelisik ke arah Kaisar. Sepertinya ada sesuatu yang pria itu sembunyikan. "Aku tau kamu punya seseorang yang belum kamu serahkan."Lagi-lagi, pria itu diam. Dan itu semakin membuat Regan penasaran seperti apa wanita yang berhasil mengusik Kaisar."Saya butuh waktu untuk membawanya, Tuan.""Baiklah. Bawa dia kalau kamu sudah siap."Kaisar mengangguk da
"Lepas, sakit!" "Tidak sebelum kamu menjawab pertanyaanku," ujar Kaisar dengan mempertahankan tangan Jihan di belakang tubuhnya. Kaisar mendekatkan kepalanya sampai sejajar dengan wajah Jihan. Dia berbisik di telinga gadis itu, "Kamu tidak ingin orang tuamu kelaparan, bukan?" Untuk sesaat, Jihan terdiam dengan pandangan matanya yang kosong. Sampai mulutnya terbuka dan berkata, "Kamu sudah tau tentangku, lalu kenapa kamu melakukan ini padaku?" "Kamu akan mendapat pekerjaan dengan gaji dua kali lipat dari pekerjaanmu sekarang, dan aku akan melipatkan gajimu juga. Apa itu masih sulit, untuk kamu jadikan pertimbangan?" "Cari saja orang lain. Masih banyak orang yang membutuhkan uangmu. Dan aku sama sekali tidak tertarik dengan itu." Kaisar melepas Jihan dengan manggut-manggut dia berkata, "Baiklah, tapi mungkin kamu tertarik jika kabar pemecatanmu sampai ke telinga orang tuamu." "Ada apa den
Tidak ada jam kerja kelewat malam lagi sekarang. Hari ini, Regan sudah tidak sabar untuk pulang dan melihat wajah istrinya. Sepanjang perjalanan pun, dia hanya menscroll foto-foto Fanya dengan tersenyum-senyum sendiri. "Kai, apa kamu pikir dia akan senang, kalau aku membawakan sesuatu untuknya?" "Tentu saja Tuan, semua wanita menyukai itu." "Bagaimana kalau aku membelikannya kalung berlian. Atau cincin, atau ... menurutmu aku harus bawa apa?" "Menurut saya, membawa oleh-oleh tidak harus mewah. Mungkin anda bisa memulainya dengan hal yang sederhana. Seperti makanan, contohnya." "Makanan?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan. "Kamu benar, Anya sedang hamil. Nafsu makannya pun pasti meningkat. Apa yang harus bawa?" Sejak kapan anda malas berpikir? Apa jatuh cinta membuat orang sebodoh itu? "Biasanya wanita suka dengan hal manis. Ice cream mungkin, saya pernah melihat Nona Muda memakan itu dengan A
Regan sudah bisa menebak itu. Sarah tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa maksud di dalamnya. Tapi ya sudahlah, toh wanita itu akan kembali ke Amerika hari ini."Apa yang Mama inginkan?"Sarah tersenyum lebar dengan memajukan dirinya. "Antar Mama ke Bandara."Jawaban apa, itu? Dia kira Sarah akan memintanya menikahi Amanda atau mengajak gadis itu kencan, atau sederet permintaan aneh lainnya.Tapi ternyata, itu hanya permintaan remeh bagi Regan. Padahal, Fanya sudah mempersiapkan hatinya tadi. Tapi setelah mendengar jawaban Sarah, wanita itu menghela napas lega."Mama," panggil Fanya. "Kenapa untuk mengantar Mama ke bandara saja Mama harus meminta, Regan pasti akan melakukannya.""Anya benar Ma, aku sudah berencana menyuruh Kaisar untuk ke kantor terlebih dulu karena aku akan mengantar Mama."Kenapa hanya untuk meminta mengantar ke bandara saja harus ada drama? Padahal Sarah selalu mengambil keputusan sepi
Regan baru sadar saat ia melihat tubuhnya pun hanya terbalut selimut. Seperti batu besar, yang menghantam kepalanya dengan keras.Dia mengumpati dirinya sendiri yang begitu bodoh masuk perangkap. "Argghh ...!" teriaknya dengan menjambak rambut."Lepas brengsek! Kamu tidak berhak ikut campur! Regan yang menginginkan ini!"PLAKKTamparan kedua kembali melayang. Percayalah, Kaisar sangat menyeramkan saat ini. Dia menarik lengan Manda dengan kasar, dan menghempaskannya di depan kamar.Tubuh Manda seperti tidak berharga lagi. Kaisar menatapnya dengan jijik. "Kamu akan membayar atas apa yang kamu lakukan!" teriak Manda. Wanita itu masuk ke kamar lain dan memakai bathdrobe untuk menutupi tubuhnya.Bersamaan dengan itu, Regan keluar setelah ia memakai pakaiannya kembali. Langkahnya penuh amarah, dengan meneriaki nama Manda.Kedua tangannya mengepal, dan langsung mendorong tubuh wanita itu dengan kasar
Seiring waktu, semua permasalahan yang mereka lalui terlupakan. Kehidupan terus berjalan dan seolah memberikan dunia baru untuk mereka. Tiba di saat hari yang mereka tunggu, Anya melahirkan dan dia melakukannya secara normal.Regan tidak pernah meninggalkan istrinya, bahkan dia yang menangis saat Anya mengeluh sakit yang luar biasa. Namun, menit kemudian, tangisnya berubah senyum lebar mendengar suara tangisan bayi.“Pak Regan, anak anda laki-laki.” Dokter itu memberikan anak mereka padanya. Dia sangat tampan, tapi wajah Anya mendominasi hingga dia terlihat tampan sekaligus imut di waktu yang sama.Anya menangis bahagia setelah beberapa jam menangis kesakitan. Setelah dibersihkan, mereka pindah ke ruang inap dan bayi itu tidak juga turun dari gendongan Regan. Kaisar yang ingin menggendongnya pun tidak memiliki kesempatan.Di saat itu, pintu ruangan terbuka, Sarah masuk dengan wajah memelas. Sejak dia mendengar jika Anya akan melahirkan, dia se
Jihan membeku, dia merasa sangat kecil di sana. Perlahan, hinaan dari Padmana yang selama ini hanya dia telan bulat-bulat, seolah doa yang menjadi kenyataan. Dia merasa senang sekaligus menangisi dirinya sendri. Bahkan dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang seperti itu.Kaisar hanya memandangnya, semakin dilihat Jihan semakin menyedihkan. Jihan memang tidak mengatakan apa pun, tapi kedua mata yang menyorotkan kekosongan di hatinya itu terlihat sangat jelas. Kaisar menjadi gelisah, entah karena apa.Pria itu menyahut botol minum dan meskipun dia menegaknya hingga tersisa setengah, perasaannya masih gelisah. Tubuhnya tergerak untuk mendekat, lalu tiba-tiba mencium bibir Jihan dengan cepat hingga membuat wanita itu terkejut dengan responnya.“Kau hanya membuatku takut dengan ekspresimu yang diam saja. Makanlah, aku akan menyusul Tuan Regan.”Jihan tercengang, sampai Kaisar keluar dari ruangan pun dia masih tidak berkedip.“Kamu
“Aku tidak akan pergi dan aku akan tidur di sini.” Jihan melengos dan masuk ke kamar mandinya. Selesai mandi, dia terlihat sangat segar dengan rambut yang masih basah.Kemeja yang dia pakai pun sangat longgar dan kebesaran, tapi panjangnya hanya sampai paha dan itu sangat minim. Jika dia mengangkat kedua tangan, maka dia akan mengekspose pahanya yang mulus itu membuat Kaisar berkali-kali memalingkan pandangan.“Kau hanya boleh tidur di sofa.”“Tidak masalah, selagi aku tidak sendri.”Kaisar melempar selimut ke arahnya, dan dia memejamkan mata terlebih dulu. Saat dia pikir Jihan pun sudah mulai tertidur, mendadak kasur yang berada di sisinya tenggelam seperti ada seseorang yang meniduri.“Mau apa kau?” teriak Kaisar, yang mendapati Jihan merayap di sisinya.“Tidakkah kau merasa di sini seram? Mira pasti pernah tinggal di sini. Aku tidak berani di sofa sendirian. Kalau kau tidak menahanku p
“Si- siapa ini?”“Kaisar. Mulai saat ini, jika kau berani mendekati Jihan lagi, aku tidak akan ragu untuk mematahkan semua tulangmu.”“Jihan adalah tunanganku dan apa yang aku perbuat padanya, sama sekali tidak ada hubungan apa pun denganmu.”“Dia bukan milikmu lagi dan sebaiknya kau enyah dari kota ini sebelum aku menyeretmu ke lubang kuburmu sendiri.”Setelah mengatakan itu, Kaisar memutus sambungan dan menyerahkan ponsel ke Jihan dengan entengnya. Jihan tidak mendengar apa jawaban Padmana, tapi yang jelas pria itu pasti ketakutan. Satu-satunya hal yang ditatuti pria itu adalah dia yang kembali dengan Kaisar karena dia tahu jika dia tidak akan mampu melawan pria itu.“Anda membuatku dalam masalah besar.”“Aku sudah menyelamatkanmu dan kau mengatakan aku membawa masalah besar?”“Anda tidak tahu, saya berhutang padanya untuk biaya pengobatan ibu saya di kamp
Anya menyandar di pundak Regan, rasanya sangat nyaman dan tenang. Malam ini, Wira mengendara dengan santai, dan sesekali kedua matanya melirik ke arah spion. Melihat Regan yang memejamkan mata dengan Anya yang memeluknya, hatinya pun ikut bahagia.Sayang sekali, hanya dia yang tersiksa karena sudah melajang cukup lama. Namun, melihat Regan, keinginan untuk memiliki satu wanita dalam hidupnya muncul begitu kuat. Wira sudah lama bekerja dengan Kaisar, menjadi pengawal Regan dan mengikuti dia ke mana pun.Selama hidupnya, dia telah menyaksikan sendiri jika Regan tidak pernah bermain-main dengan wanita. Ada pun Manda, tapi saat itu jusru sang wanitalah yang menjebaknya. Dalam arti, Regan tidak pernah berniat untuk bermain-main dengan istrinya.Wira juga masih mengingat dengan jelas, di mana saat itu Regan kehilangan istrinya selama beberapa bulan dan melihat betapa kacaunya dia. Regan memang sangat arogan waktu itu, pemarah dan terlihat bukan pria yang banyak memili
Mengorbankan dua nyawa? Regan tertegun sejenak dan pikirannya jatuh pada Manda dan juga anaknya. Dia yang mendesak Manda agar mengatakan semua tentang Lyan, dan apakah itu maksudnya Lyan akan membunuh mereka?Regan menendang tubuh Lyan, hingga dia menggelinding beberapa kali. “Patahkan semua tulangnya hingga dia mati dan buang mayatnya ke laut.”“Baik.” Wira mengeksekusi Lyan dan menyelesaikan tugas Regan dengan sangat ganas.Di samping itu, dia mengambil istrinya dari Kaisar dan membawanya di atas kedua tangan lalu pergi dari gedung itu. Namun, Regan tidak pergi begitu saja. Dia hanya meletakkan Anya di dalam mobil dan kembali keluar untuk menghubungi Sandi.Seharusnya Sandi masih menangani masalah cafe, tapi dalam beberapa sambungan dia juga tidak mendapatkan jawaban atas panggilannya. Regan mengumpat, dan melayangkan pukulan ke udara. Dia sudah meletakkan bodyguard untuk melindungi Manda, tapi Lyan itu sangat licik! Kemungkinan
Mobil yang membawa Anya bergerak dengan cepat sekali, tapi Wira sudah menyambungkan dengan sistem navigasi di mobil dan mereka tidak perlu untuk mencarinya. Mereka pikir Lyan akan membawanya keluar dari Jakarta, tapi ternyata tidak. Mobil mereka berbelok dan menuju ke suatu tempat.Melihat itu, Regan semakin menambah kecepatan, hingga Jihan kehilangan jejak mereka. Kaisar dengan cepat melacak mobil Regan, dan mengikuti rute mereka meskipun sudah tertinggal jauh.Saat Regan tiba di sana, tempat itu merupakan gedung kosong dengan bangunan terbengkalai. Semuanya gelap dan tidak terlihat cahaya apa pun. Meskipun begitu, Regan tidak merasa ragu sama sekali untuk meneruskan langkahnya. Ada Anya yang menunggu untuk diselamatkan di dalam sana.Mereka masuk dengan waspada, berbekal hanya lampu senter di ponsel dan mengarahkan itu segela arah. Awalnya tidak ada yang aneh, hanya saja tepat saat mereka masuk lebih dalam lagi, terlihat Lyan yang berdiri dengan me
“Benar, tampar aku! Tampar!” teriak Mira sekencang-kencangnya. Entah saat ini dia memang sedang menangis menyesal atau masih dengan kepura-puraannya, kedua mata wanita itu mengalirkan air mata. “Aku iri denganmu, aku benci melihat kehidupanmu yang sempurna sedangkan banyak orang yang menderita di bawahmu. Aku benci!”“Jadi kau menyalahkan semua orang yang menderita itu padaku? Apa kau tidak pernah berpikir, jika sikapmu sendiri yang membuat semua orang menjauhimu?”“Kau yang sudah merebut perhatian Kaisar! Kau merebut kasih sayangnya, hingga aku tidak akan pernah menjadi yang pertama baginya. Kau sudah memiliki Regan, dan kau masih serakah dengan merebut perhatian Kaisar! Aku membencimu!”PLAKKSekarang, bukan hanya Anya yang menampar dia, melainkan Akbar yang melakukan itu. “Salah Apa Nona Anya padamu hingga kau berulang kali ingin melenyapkan nyawanya, hah? Apa dia mencoba untuk membunuhmu? Hanya kar
Baru juga mereka masuk, pelayan lelaki itu itu berdiri dan menghadang. “Maaf, Pak, untuk malam ini cafe tidak bisa dipesan karena sudah ada seseorang yang memesan untuk acara penting.”“Tenang saja, aku ke sini tidak untuk menyewa tempat ini. Aku hanya ingin sedikit melakukan renovasi.”“Mungkin kamu lebih butuh ini.” Kaisar menyodorkan pemukul itu ke arah Sandi dan dia dengan senang hati menerimanya.Sekali ayunan, dia memecahkan etalase kaca hingga membuat semua pengunjung ketakutan dan termasuk pelayan juga di dalamnya.“Maaf untuk ketidak nyamanannya, tapi kalian semua bisa pergi dari sini sekarang juga dan tidak perlu membayar makanan yang sudah kalian pesan.” Kaisar berteriak ke arah mereka semua dan di saat itu mereka berlarian sendiri-sendiri.“Pak, apa yang anda lakukan?” teriak salah satu dari pelayannya. Semuanya tampak panik, tapi hanya Kila yang sudah tidak terkejut sama sekal