Siang ini sudah ada beberapa calon yang didatangkan Kaisar ke perusahaan. Tapi, satu persatu dari mereka tidak ada yang bertahan sampai lima menit.
Regan mulai kesal, dan Kaisar yang menjadi pelampiasan. Pria itu mulai jengah karena belum ada yang pantas untuk ia rekrut sebagai pengawal Fanya.
Dia pun menyandarkan punggungnya dengan menghela napas kasar. Melirik ke arah Kaisar dan berkata, "Sejak kapan seleramu rendah?"
Jika pilihan pertama semuanya sudah gagal, maka jelas Regan tidak akan berselera lagi dengan pilihan berikutnya.
Regan memajukan dirinya, menelisik ke arah Kaisar. Sepertinya ada sesuatu yang pria itu sembunyikan. "Aku tau kamu punya seseorang yang belum kamu serahkan."
Lagi-lagi, pria itu diam. Dan itu semakin membuat Regan penasaran seperti apa wanita yang berhasil mengusik Kaisar.
"Saya butuh waktu untuk membawanya, Tuan."
"Baiklah. Bawa dia kalau kamu sudah siap."
Kaisar mengangguk da
"Lepas, sakit!" "Tidak sebelum kamu menjawab pertanyaanku," ujar Kaisar dengan mempertahankan tangan Jihan di belakang tubuhnya. Kaisar mendekatkan kepalanya sampai sejajar dengan wajah Jihan. Dia berbisik di telinga gadis itu, "Kamu tidak ingin orang tuamu kelaparan, bukan?" Untuk sesaat, Jihan terdiam dengan pandangan matanya yang kosong. Sampai mulutnya terbuka dan berkata, "Kamu sudah tau tentangku, lalu kenapa kamu melakukan ini padaku?" "Kamu akan mendapat pekerjaan dengan gaji dua kali lipat dari pekerjaanmu sekarang, dan aku akan melipatkan gajimu juga. Apa itu masih sulit, untuk kamu jadikan pertimbangan?" "Cari saja orang lain. Masih banyak orang yang membutuhkan uangmu. Dan aku sama sekali tidak tertarik dengan itu." Kaisar melepas Jihan dengan manggut-manggut dia berkata, "Baiklah, tapi mungkin kamu tertarik jika kabar pemecatanmu sampai ke telinga orang tuamu." "Ada apa den
Tidak ada jam kerja kelewat malam lagi sekarang. Hari ini, Regan sudah tidak sabar untuk pulang dan melihat wajah istrinya. Sepanjang perjalanan pun, dia hanya menscroll foto-foto Fanya dengan tersenyum-senyum sendiri. "Kai, apa kamu pikir dia akan senang, kalau aku membawakan sesuatu untuknya?" "Tentu saja Tuan, semua wanita menyukai itu." "Bagaimana kalau aku membelikannya kalung berlian. Atau cincin, atau ... menurutmu aku harus bawa apa?" "Menurut saya, membawa oleh-oleh tidak harus mewah. Mungkin anda bisa memulainya dengan hal yang sederhana. Seperti makanan, contohnya." "Makanan?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan. "Kamu benar, Anya sedang hamil. Nafsu makannya pun pasti meningkat. Apa yang harus bawa?" Sejak kapan anda malas berpikir? Apa jatuh cinta membuat orang sebodoh itu? "Biasanya wanita suka dengan hal manis. Ice cream mungkin, saya pernah melihat Nona Muda memakan itu dengan A
Regan sudah bisa menebak itu. Sarah tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa maksud di dalamnya. Tapi ya sudahlah, toh wanita itu akan kembali ke Amerika hari ini."Apa yang Mama inginkan?"Sarah tersenyum lebar dengan memajukan dirinya. "Antar Mama ke Bandara."Jawaban apa, itu? Dia kira Sarah akan memintanya menikahi Amanda atau mengajak gadis itu kencan, atau sederet permintaan aneh lainnya.Tapi ternyata, itu hanya permintaan remeh bagi Regan. Padahal, Fanya sudah mempersiapkan hatinya tadi. Tapi setelah mendengar jawaban Sarah, wanita itu menghela napas lega."Mama," panggil Fanya. "Kenapa untuk mengantar Mama ke bandara saja Mama harus meminta, Regan pasti akan melakukannya.""Anya benar Ma, aku sudah berencana menyuruh Kaisar untuk ke kantor terlebih dulu karena aku akan mengantar Mama."Kenapa hanya untuk meminta mengantar ke bandara saja harus ada drama? Padahal Sarah selalu mengambil keputusan sepi
Regan baru sadar saat ia melihat tubuhnya pun hanya terbalut selimut. Seperti batu besar, yang menghantam kepalanya dengan keras.Dia mengumpati dirinya sendiri yang begitu bodoh masuk perangkap. "Argghh ...!" teriaknya dengan menjambak rambut."Lepas brengsek! Kamu tidak berhak ikut campur! Regan yang menginginkan ini!"PLAKKTamparan kedua kembali melayang. Percayalah, Kaisar sangat menyeramkan saat ini. Dia menarik lengan Manda dengan kasar, dan menghempaskannya di depan kamar.Tubuh Manda seperti tidak berharga lagi. Kaisar menatapnya dengan jijik. "Kamu akan membayar atas apa yang kamu lakukan!" teriak Manda. Wanita itu masuk ke kamar lain dan memakai bathdrobe untuk menutupi tubuhnya.Bersamaan dengan itu, Regan keluar setelah ia memakai pakaiannya kembali. Langkahnya penuh amarah, dengan meneriaki nama Manda.Kedua tangannya mengepal, dan langsung mendorong tubuh wanita itu dengan kasar
Sepertinya Amanda memang bermain api sekarang. Saat Regan tertidur, dia sengaja mengambil foto sekaligus menyimpan hasil rekaman permainan panas mereka.Dan sekarang, Regan tidak bisa berpikir lagi. Niatnya hanya satu, menghabisi Manda.Kaisar memasang badan, menghalangi Regan saat ia akan keluar dari ruangan. "Tidak, saya tidak akan membiarkan anda pergi.""Menyingkirlah Kai! Atau aku tidak akan segan-segan menghabisimu.""Apa akal sehat anda masih tidak berfungsi? Jika anda seperti ini, anda akan menghancurkan diri anda sendiri, Tuan! Manda seorang publik figur. Salah melangkah sedikit saja, video anda akan tersebar luas."Regan mencekram kerah jas Kaisar dengan berteriak, "Lalu aku harus apa, hah? Katakan! Diam dan melihat dia menyebarkan semua itu, iya?" "Anda sudah terjebak, tidak ada pilihan selain diam.""Jadi kamu juga menghancurkan aku?!""Tidak. Anda yang sudah mengahancurkan diri
Regan benar menuruti perkataan Manda. Pukul tujuh ini, dia sudah berada di Cafe Lazious bersama dengan Kaisar. Tapi Manda juga belum terlihat. Seperti sengaja membuat dia menunggu.Regan semakin kesal. Dia hanya ingin ini segera berakhir, itu saja. Sampai di menit ke empat puluh lima, Amanda muncul seolah tidak berdosa. Berjalan berlenggak-lenggok, dengan memakai gaun merah selutut."Selama malam Sayang," sapa Manda dengan mendekat ke mejanya. Niat ingin mencium pipi, justru Kaisar sudah terlebih dulu menjauhkan tubuh Manda dengan kasar. Sepertinya pria itu punya dendam kesumat dengan Manda.Manda berdecak, dan menyeret kursi yang berada di depan Regan. Terlihat sekali tatapan Regan yang jijik memandangnya."Kalian belum pesan makanan? Aku yang pesan, ya?"Kali ini Manda sengaja mempermainkan Regan. Pria yang sudah geram sejak tadi pun memajukan dirinya dengan memelotiti Manda. "Jangan membuang waktuku. Cepat katakan apa yang kamu
Fanya kesal sekali dengan Regan. Dia heran, kenapa Regan tiba-tiba mengusik ponselnya. Padahal selama ini tidak ada masalah dengan itu. Dia mencebik, dan kembali masuk ke kamar.Regan benar membuktikan perkataannya. Dia menyuruh Akbar menyimpan ponsel milik Fanya dengan catatan agar dia tidak sampai memberikan ponsel itu tanpa seizin darinya."Jangan pura-pura tidur, kamu tidak bisa tidur jika tanpa aku, 'kan?""Kata siapa? Aku bisa tidur tanpamu. Jangan mendekat! Atau aku akan menendangmu nanti.""Kita lihat saja."Regan masih sibuk dengan menghabiskan makan malamnya. Dan Fanya sibuk melirik Regan berulang kali. Sepertinya Fanya memang tidak sadar saat ia mengatakannya tadi.Sekarang, itu dimanfaatkan oleh Regan agar Fanya mengatakan sendiri kalau dia membutuhkannya. Dia sengaja mengulur-ulur waktu makannya seolah tengah menikmati hidangan terbaik sedunia.Jengkel karena Regan tidak selesai juga, F
Benar saja, Fanya belum juga membuka mata. Sampai Regan menyelesaikan mandinya pun, wanita itu tetap dengan posisi yang sama. Regan memandangi tubuh Fanya yang masing menggulung. Dia pun dengan sengaja mendekatkan kepalanya yang masih meneteskan air dari sisa mandi. Dan tetesan itu jatuh tepat di mata Fanya yang masih lengket. Dia pun mengerjap, dan mengusap matanya. Wajah Regan, terlihat samar sebelum akhirnya terpampang jelas. "Kamu sudah mandi?" "Tentu saja. Aku lihat matamu masih lengket, jadi aku membantumu membukanya." "Cih, memang kamu berniat membangunkan aku, 'kan?" "Tentu saja. Aku juga ingin mendapat morning kiss dari mu." "Jangan mengada-ngada, pakai bajumu sana!" Fanya membalikkan tubuhnya, merangkul semua bantal dan guling dengan menggesekkan wajah. Terasa begitu lembut dan sangat empuk. "Mmm ... nyamannya! Apa kamu yang menata semua ini?" "Tentu saja. Aku tidak bisa bergerak samp
Seiring waktu, semua permasalahan yang mereka lalui terlupakan. Kehidupan terus berjalan dan seolah memberikan dunia baru untuk mereka. Tiba di saat hari yang mereka tunggu, Anya melahirkan dan dia melakukannya secara normal.Regan tidak pernah meninggalkan istrinya, bahkan dia yang menangis saat Anya mengeluh sakit yang luar biasa. Namun, menit kemudian, tangisnya berubah senyum lebar mendengar suara tangisan bayi.“Pak Regan, anak anda laki-laki.” Dokter itu memberikan anak mereka padanya. Dia sangat tampan, tapi wajah Anya mendominasi hingga dia terlihat tampan sekaligus imut di waktu yang sama.Anya menangis bahagia setelah beberapa jam menangis kesakitan. Setelah dibersihkan, mereka pindah ke ruang inap dan bayi itu tidak juga turun dari gendongan Regan. Kaisar yang ingin menggendongnya pun tidak memiliki kesempatan.Di saat itu, pintu ruangan terbuka, Sarah masuk dengan wajah memelas. Sejak dia mendengar jika Anya akan melahirkan, dia se
Jihan membeku, dia merasa sangat kecil di sana. Perlahan, hinaan dari Padmana yang selama ini hanya dia telan bulat-bulat, seolah doa yang menjadi kenyataan. Dia merasa senang sekaligus menangisi dirinya sendri. Bahkan dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang seperti itu.Kaisar hanya memandangnya, semakin dilihat Jihan semakin menyedihkan. Jihan memang tidak mengatakan apa pun, tapi kedua mata yang menyorotkan kekosongan di hatinya itu terlihat sangat jelas. Kaisar menjadi gelisah, entah karena apa.Pria itu menyahut botol minum dan meskipun dia menegaknya hingga tersisa setengah, perasaannya masih gelisah. Tubuhnya tergerak untuk mendekat, lalu tiba-tiba mencium bibir Jihan dengan cepat hingga membuat wanita itu terkejut dengan responnya.“Kau hanya membuatku takut dengan ekspresimu yang diam saja. Makanlah, aku akan menyusul Tuan Regan.”Jihan tercengang, sampai Kaisar keluar dari ruangan pun dia masih tidak berkedip.“Kamu
“Aku tidak akan pergi dan aku akan tidur di sini.” Jihan melengos dan masuk ke kamar mandinya. Selesai mandi, dia terlihat sangat segar dengan rambut yang masih basah.Kemeja yang dia pakai pun sangat longgar dan kebesaran, tapi panjangnya hanya sampai paha dan itu sangat minim. Jika dia mengangkat kedua tangan, maka dia akan mengekspose pahanya yang mulus itu membuat Kaisar berkali-kali memalingkan pandangan.“Kau hanya boleh tidur di sofa.”“Tidak masalah, selagi aku tidak sendri.”Kaisar melempar selimut ke arahnya, dan dia memejamkan mata terlebih dulu. Saat dia pikir Jihan pun sudah mulai tertidur, mendadak kasur yang berada di sisinya tenggelam seperti ada seseorang yang meniduri.“Mau apa kau?” teriak Kaisar, yang mendapati Jihan merayap di sisinya.“Tidakkah kau merasa di sini seram? Mira pasti pernah tinggal di sini. Aku tidak berani di sofa sendirian. Kalau kau tidak menahanku p
“Si- siapa ini?”“Kaisar. Mulai saat ini, jika kau berani mendekati Jihan lagi, aku tidak akan ragu untuk mematahkan semua tulangmu.”“Jihan adalah tunanganku dan apa yang aku perbuat padanya, sama sekali tidak ada hubungan apa pun denganmu.”“Dia bukan milikmu lagi dan sebaiknya kau enyah dari kota ini sebelum aku menyeretmu ke lubang kuburmu sendiri.”Setelah mengatakan itu, Kaisar memutus sambungan dan menyerahkan ponsel ke Jihan dengan entengnya. Jihan tidak mendengar apa jawaban Padmana, tapi yang jelas pria itu pasti ketakutan. Satu-satunya hal yang ditatuti pria itu adalah dia yang kembali dengan Kaisar karena dia tahu jika dia tidak akan mampu melawan pria itu.“Anda membuatku dalam masalah besar.”“Aku sudah menyelamatkanmu dan kau mengatakan aku membawa masalah besar?”“Anda tidak tahu, saya berhutang padanya untuk biaya pengobatan ibu saya di kamp
Anya menyandar di pundak Regan, rasanya sangat nyaman dan tenang. Malam ini, Wira mengendara dengan santai, dan sesekali kedua matanya melirik ke arah spion. Melihat Regan yang memejamkan mata dengan Anya yang memeluknya, hatinya pun ikut bahagia.Sayang sekali, hanya dia yang tersiksa karena sudah melajang cukup lama. Namun, melihat Regan, keinginan untuk memiliki satu wanita dalam hidupnya muncul begitu kuat. Wira sudah lama bekerja dengan Kaisar, menjadi pengawal Regan dan mengikuti dia ke mana pun.Selama hidupnya, dia telah menyaksikan sendiri jika Regan tidak pernah bermain-main dengan wanita. Ada pun Manda, tapi saat itu jusru sang wanitalah yang menjebaknya. Dalam arti, Regan tidak pernah berniat untuk bermain-main dengan istrinya.Wira juga masih mengingat dengan jelas, di mana saat itu Regan kehilangan istrinya selama beberapa bulan dan melihat betapa kacaunya dia. Regan memang sangat arogan waktu itu, pemarah dan terlihat bukan pria yang banyak memili
Mengorbankan dua nyawa? Regan tertegun sejenak dan pikirannya jatuh pada Manda dan juga anaknya. Dia yang mendesak Manda agar mengatakan semua tentang Lyan, dan apakah itu maksudnya Lyan akan membunuh mereka?Regan menendang tubuh Lyan, hingga dia menggelinding beberapa kali. “Patahkan semua tulangnya hingga dia mati dan buang mayatnya ke laut.”“Baik.” Wira mengeksekusi Lyan dan menyelesaikan tugas Regan dengan sangat ganas.Di samping itu, dia mengambil istrinya dari Kaisar dan membawanya di atas kedua tangan lalu pergi dari gedung itu. Namun, Regan tidak pergi begitu saja. Dia hanya meletakkan Anya di dalam mobil dan kembali keluar untuk menghubungi Sandi.Seharusnya Sandi masih menangani masalah cafe, tapi dalam beberapa sambungan dia juga tidak mendapatkan jawaban atas panggilannya. Regan mengumpat, dan melayangkan pukulan ke udara. Dia sudah meletakkan bodyguard untuk melindungi Manda, tapi Lyan itu sangat licik! Kemungkinan
Mobil yang membawa Anya bergerak dengan cepat sekali, tapi Wira sudah menyambungkan dengan sistem navigasi di mobil dan mereka tidak perlu untuk mencarinya. Mereka pikir Lyan akan membawanya keluar dari Jakarta, tapi ternyata tidak. Mobil mereka berbelok dan menuju ke suatu tempat.Melihat itu, Regan semakin menambah kecepatan, hingga Jihan kehilangan jejak mereka. Kaisar dengan cepat melacak mobil Regan, dan mengikuti rute mereka meskipun sudah tertinggal jauh.Saat Regan tiba di sana, tempat itu merupakan gedung kosong dengan bangunan terbengkalai. Semuanya gelap dan tidak terlihat cahaya apa pun. Meskipun begitu, Regan tidak merasa ragu sama sekali untuk meneruskan langkahnya. Ada Anya yang menunggu untuk diselamatkan di dalam sana.Mereka masuk dengan waspada, berbekal hanya lampu senter di ponsel dan mengarahkan itu segela arah. Awalnya tidak ada yang aneh, hanya saja tepat saat mereka masuk lebih dalam lagi, terlihat Lyan yang berdiri dengan me
“Benar, tampar aku! Tampar!” teriak Mira sekencang-kencangnya. Entah saat ini dia memang sedang menangis menyesal atau masih dengan kepura-puraannya, kedua mata wanita itu mengalirkan air mata. “Aku iri denganmu, aku benci melihat kehidupanmu yang sempurna sedangkan banyak orang yang menderita di bawahmu. Aku benci!”“Jadi kau menyalahkan semua orang yang menderita itu padaku? Apa kau tidak pernah berpikir, jika sikapmu sendiri yang membuat semua orang menjauhimu?”“Kau yang sudah merebut perhatian Kaisar! Kau merebut kasih sayangnya, hingga aku tidak akan pernah menjadi yang pertama baginya. Kau sudah memiliki Regan, dan kau masih serakah dengan merebut perhatian Kaisar! Aku membencimu!”PLAKKSekarang, bukan hanya Anya yang menampar dia, melainkan Akbar yang melakukan itu. “Salah Apa Nona Anya padamu hingga kau berulang kali ingin melenyapkan nyawanya, hah? Apa dia mencoba untuk membunuhmu? Hanya kar
Baru juga mereka masuk, pelayan lelaki itu itu berdiri dan menghadang. “Maaf, Pak, untuk malam ini cafe tidak bisa dipesan karena sudah ada seseorang yang memesan untuk acara penting.”“Tenang saja, aku ke sini tidak untuk menyewa tempat ini. Aku hanya ingin sedikit melakukan renovasi.”“Mungkin kamu lebih butuh ini.” Kaisar menyodorkan pemukul itu ke arah Sandi dan dia dengan senang hati menerimanya.Sekali ayunan, dia memecahkan etalase kaca hingga membuat semua pengunjung ketakutan dan termasuk pelayan juga di dalamnya.“Maaf untuk ketidak nyamanannya, tapi kalian semua bisa pergi dari sini sekarang juga dan tidak perlu membayar makanan yang sudah kalian pesan.” Kaisar berteriak ke arah mereka semua dan di saat itu mereka berlarian sendiri-sendiri.“Pak, apa yang anda lakukan?” teriak salah satu dari pelayannya. Semuanya tampak panik, tapi hanya Kila yang sudah tidak terkejut sama sekal