Benar saja, Fanya belum juga membuka mata. Sampai Regan menyelesaikan mandinya pun, wanita itu tetap dengan posisi yang sama.
Regan memandangi tubuh Fanya yang masing menggulung. Dia pun dengan sengaja mendekatkan kepalanya yang masih meneteskan air dari sisa mandi.
Dan tetesan itu jatuh tepat di mata Fanya yang masih lengket. Dia pun mengerjap, dan mengusap matanya. Wajah Regan, terlihat samar sebelum akhirnya terpampang jelas.
"Kamu sudah mandi?"
"Tentu saja. Aku lihat matamu masih lengket, jadi aku membantumu membukanya."
"Cih, memang kamu berniat membangunkan aku, 'kan?"
"Tentu saja. Aku juga ingin mendapat morning kiss dari mu."
"Jangan mengada-ngada, pakai bajumu sana!"
Fanya membalikkan tubuhnya, merangkul semua bantal dan guling dengan menggesekkan wajah. Terasa begitu lembut dan sangat empuk. "Mmm ... nyamannya! Apa kamu yang menata semua ini?"
"Tentu saja. Aku tidak bisa bergerak samp
Fanya bukan hanya sekedar malu, tapi dia juga sangat kesal dengan apa yang Regan lakukan. Bisa-bisanya dia melakukan itu di depan banyak orang tanpa merasa terganggu sedikit pun.Bagaimana bisa dia tidak memikirkan pendapat orang tentangnya?Dia sudah tidak habis pikir lagi dengan apa yang dilakukan Regan. Fanya menyandarkan tubuhnya di jok belakang dengan menghela napas panjang.Lebih baik tidak memikirkan itu lagi sebelum dia sendiri yang akan menjadi senewen nanti."Jihan, apa kamu sudah menikah?" tanya Fanya tiba-tiba. Kepalanya masih berat, jadi dia tetap bersandar dengan mata yang terpejam."Belum Nona. Saya belum ada rencana buat menikah.""Belum ada rencana karena belum menemukan yang pas. Begitu, 'kan?""Bisa jadi." Jihan pun tertawa kecil dengan jawabannya sendiri. Jangankan memilih yang pas untuknya, pacar saja dia tidak punya."Kamu umur berapa?""Saya dua puluh
Ternyata Rendi pun tidak berhenti sekali dua kali. Entah bagaimana bisa lelaki itu tahu kalau hari ini Fanya datang ke salon. Saat melihat mobil Fanya yang terparkir di depan salon, wajahnya berubah sumringah.Langkahnya pasti dan masuk ke dalam salon itu begitu saja. Dia mendekat ke arah Mira dan bertanya, "Di mana Anya?""Di dalam ruangannya. Tapi dia gak mau-"Rendi sudah tidak sabar lagi menemui Fanya. Sampai dia tidak mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Mira. Saat Rendi masuk lebih dalam lagi, sudah ada seorang wanita yang berdiri di depan ruangan Fanya.Jihan tidak pernah beranjak dari sana jika Fanya pun tidak keluar dari ruangannya. Saat melihat kedatangan Rendi, wanita itu bergerak dengan cepat dan menghadang langkahnya."Maaf Pak, anda tidak diperkenankan menemui Nona Muda.""Siapa kamu?""Saya adalah pengawal Nona Muda mulai hari ini. Dan saya diperintahkan untuk menjauhkan anda dari Nona Muda.
Fanya tidak mengerti, semua orang di rumah Regan nampak sibuk hari ini. Memang setiap hari sibuk, tapi tidak berlebihan seperti ini.Apa lagi Kaisar, yang datang terlampau pagi. Dia hanya berdiri di tengah-tengah, memandangi semua pelayan Regan yang kesibukannya melebihi pejabat negara."Kalian ini kenapa, sih? Kayaknya pada sibuk banget."Akbar tau, Regan pasti belum memberitahu Fanya tentang jadwal hari ini. Dia pun mendekat ke arah Fanya dengan menyeret kursi di sebelahnya, "Nona, dari pada Nona hanya berdiri di sini sejak tadi, mending anda duduk di sini.""Kalian semua ini kenapa, sih?""Nanti anda pasti tau. Sekarang, apa anda mau makan sesuatu? Nanti saya siapkan."Fanya mencebik, dan naik ke lantai atas. Tidak akan ada yang memberi tahunya jika ia tidak menanyakan sendiri pada Regan. Saat ia masuk ke dalam kamar, ternyata sudah ada satu pelayan yang mengepak Baju-bajunya di dalam sana."Mbak, kenapa baj
Kawasan puncak, sudah seperti lautan manusia sekarang. Untungnya para anggota berwajib bergerak cepat dengan mengamankan jalan untuk rombongan Regan.Para petugas keamanan perusahaan pun sudah Kaisar kerahkan untuk hari ini. Menyibakkan kerumunan, yang berebut untuk mengambil foto mereka."Jadi ini, tempat yang kamu resmikan?""He'em. Bagaiamana, kamu suka? Aku membangun ini untukmu.""Suka sekali! Kenapa kita tidak berhenti di sini?""Ini masih jauh Nona, kawasan kita berada paling puncak."Fanya sampai ternganga melihat semua dekorasi rumah yang didominasi dengan warna putih. Terlihat sangat mewah, dan juga sangat indah.Sejak masuk kawasan di pintu utama, sudah ada papan kayu yang bertuliskan, "Welcome To Erland Area." Dan itu terletak di pintu masuk pertama.Entah berapa luas dari kawasan White House itu. Sepertinya itu sama dengan dua desa yang digarap oleh Regan."Anya's White House," lirih Fanya
"Aku, Jihan Gunawangsa. Setelah ini aku bersumpah untuk tidak jatuh cinta lagi dengan Kaisar sampai kapan pun."Aku masih ingat dengan jelas kata-kata yang aku ucapkan dengan lantang beberapa tahun yang lalu. Semua itu hanya karena satu nama, Almira.Entah wanita itu punya dendam kesumat apa denganku, sampai dia mengirimkan semua foto yang tidak jelas ke nomor Kaisar.Saat itu dia melayangkan kata-kata yang sangat menyakitiku. Aku tidak ingin lagi berurusan dengannya. tidak sampai kapan pun.Tapi sepertinya takdir ingin bermain-main denganku. Aku berurusan kembali dengan pria itu. Dan sekarang, aku terikat kontrak dengannya.Sudah beberapa hari ini aku bekerja dengannya. Rasanya masih sulit aku percaya. Aku ingin menyapanya, aku ingin mengucapkan, "Hai, Kaisar. Bagaimana keadaan hatimu?"Ah ... sial! Aku bahkan tidak bisa hanya sekedar untuk menyapanya. Nyatanya, jarak kita memang terlampau jauh. Hanya aku yang dungu
Aku tidak menyangka, dia bukan hanya tidak mencintaiku, tapi dia juga membenciku. Kedua mataku terasa panas sekali, dada ini begitu sesak. Aku berusaha menahan air mataku agar tidak sampai terjatuh di depannya."Ada apa dengan kalian?" Tiba-tiba saja Nona Muda datang dan menatap kami bergantian. "Hai Kai, apa ini caramu mendekati wanita?""Tidak Nona, kami hanya membicarakan masalah pekerjaan."Aku tidak tahan lagi. Sebelum Nona Muda tau kalau aku menangis, aku buru-buru berkata, "Maaf Nona, saya permisi."Aku berjalan cepat, hampir seperti berlarian kecil. Menghindar dari kerumunan. Aku tau, aku masih bertanggung jawab untuk selalu berada di dekat Nona Muda. Tapi untuk saat ini, aku perlu menenangkan hatiku.Cukup lama aku duduk termenung di sini. Mungkin Kaisar akan menghukumku karena meninggalakan pekerjaan, tidak masalah. Aku aku menerimanya.Apa aku salah? Tidak, 'kan?Jika sudah begini, aku memilih untuk menutup diri
Fanya tidak mengerti, saat ia mendekat, Jihan justru pergi begitu saja dengan menahan air mata. Sampai ia berpikir, apa Kaisar memang benar tidak punya hati?Saat Fanya melihat Kaisar, pria itu hanya menatap dingin melihat Jihan yang semakin menjauh. "Kai, kenapa kamu tidak mengejarnya? Apa kamu mau menjadi bujang lapuk seumur hidupmu, hah?""Maaf Nona, saya tidak akan pernah mencampurkan urusan pribadi di saat jam kerja."Regan datang, dan melingkarkan tangan ke leher istrinya. "Kamu mau Kaisar mengejar Jihan?""Tentu saja. Apa-apan dia? Seenaknya saja menyakiti wanita.""Kalau begitu, ikut aku!"Regan dengab pedenya menggendong Fanya, padahal semua karyawannya masih memenuhi taman."Re, bisa tidak, sih, kamu bersikap biasa saja jika di depan umum?""Bisa. Hanya saja aku tidak bisa bersikap bisa saja jika di dekatmu."Cih. Jawaban apa itu? Bukannya itu sama saja."Kenapa kamu malah m
Fanya terbangun setelah matahari sudah terik. Tubuhnya masih hanya berbalut selimut tebal sepanjang malam. Tumpukan bantal masih berdiri rapi mengapitnya.Tidak ada Regan di sisinya, tapi itu sama sekali bukan hal yang baru. Sudah hal yang biasa, sejak kehamilannya Regan lebih sering bangun terlebih dulu dan menyiapkan susu untuknya.Padahal, dia lebih suka jika Regan hanya diam dan tetap mendekapnya sampai ia membuka mata dan melihat wajah pria itu saat terbangun.Sudah ada bathdrobe yang terlipat di atas meja. Mungkin Regan yang sudah menyiapkannya. Dengan malas, ia menyahut itu dan membersihkaan dirnya dengan cepat.Tapi sampai dia menyelesaikan mandinya pun Regan belum juga menampakkan kehadirannya. Padahal dia sudah berendam air hangat sampai hampir satu jam lamanya."Regan ke mana, sih?" tanyanya sendiri degan buru-buru mengganti baju. Ia sudah tidak sabar hanya untuk mengeringkan rambut. Handuk putih kecil, ia lilitkan ke atas kepala u
Seiring waktu, semua permasalahan yang mereka lalui terlupakan. Kehidupan terus berjalan dan seolah memberikan dunia baru untuk mereka. Tiba di saat hari yang mereka tunggu, Anya melahirkan dan dia melakukannya secara normal.Regan tidak pernah meninggalkan istrinya, bahkan dia yang menangis saat Anya mengeluh sakit yang luar biasa. Namun, menit kemudian, tangisnya berubah senyum lebar mendengar suara tangisan bayi.“Pak Regan, anak anda laki-laki.” Dokter itu memberikan anak mereka padanya. Dia sangat tampan, tapi wajah Anya mendominasi hingga dia terlihat tampan sekaligus imut di waktu yang sama.Anya menangis bahagia setelah beberapa jam menangis kesakitan. Setelah dibersihkan, mereka pindah ke ruang inap dan bayi itu tidak juga turun dari gendongan Regan. Kaisar yang ingin menggendongnya pun tidak memiliki kesempatan.Di saat itu, pintu ruangan terbuka, Sarah masuk dengan wajah memelas. Sejak dia mendengar jika Anya akan melahirkan, dia se
Jihan membeku, dia merasa sangat kecil di sana. Perlahan, hinaan dari Padmana yang selama ini hanya dia telan bulat-bulat, seolah doa yang menjadi kenyataan. Dia merasa senang sekaligus menangisi dirinya sendri. Bahkan dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang seperti itu.Kaisar hanya memandangnya, semakin dilihat Jihan semakin menyedihkan. Jihan memang tidak mengatakan apa pun, tapi kedua mata yang menyorotkan kekosongan di hatinya itu terlihat sangat jelas. Kaisar menjadi gelisah, entah karena apa.Pria itu menyahut botol minum dan meskipun dia menegaknya hingga tersisa setengah, perasaannya masih gelisah. Tubuhnya tergerak untuk mendekat, lalu tiba-tiba mencium bibir Jihan dengan cepat hingga membuat wanita itu terkejut dengan responnya.“Kau hanya membuatku takut dengan ekspresimu yang diam saja. Makanlah, aku akan menyusul Tuan Regan.”Jihan tercengang, sampai Kaisar keluar dari ruangan pun dia masih tidak berkedip.“Kamu
“Aku tidak akan pergi dan aku akan tidur di sini.” Jihan melengos dan masuk ke kamar mandinya. Selesai mandi, dia terlihat sangat segar dengan rambut yang masih basah.Kemeja yang dia pakai pun sangat longgar dan kebesaran, tapi panjangnya hanya sampai paha dan itu sangat minim. Jika dia mengangkat kedua tangan, maka dia akan mengekspose pahanya yang mulus itu membuat Kaisar berkali-kali memalingkan pandangan.“Kau hanya boleh tidur di sofa.”“Tidak masalah, selagi aku tidak sendri.”Kaisar melempar selimut ke arahnya, dan dia memejamkan mata terlebih dulu. Saat dia pikir Jihan pun sudah mulai tertidur, mendadak kasur yang berada di sisinya tenggelam seperti ada seseorang yang meniduri.“Mau apa kau?” teriak Kaisar, yang mendapati Jihan merayap di sisinya.“Tidakkah kau merasa di sini seram? Mira pasti pernah tinggal di sini. Aku tidak berani di sofa sendirian. Kalau kau tidak menahanku p
“Si- siapa ini?”“Kaisar. Mulai saat ini, jika kau berani mendekati Jihan lagi, aku tidak akan ragu untuk mematahkan semua tulangmu.”“Jihan adalah tunanganku dan apa yang aku perbuat padanya, sama sekali tidak ada hubungan apa pun denganmu.”“Dia bukan milikmu lagi dan sebaiknya kau enyah dari kota ini sebelum aku menyeretmu ke lubang kuburmu sendiri.”Setelah mengatakan itu, Kaisar memutus sambungan dan menyerahkan ponsel ke Jihan dengan entengnya. Jihan tidak mendengar apa jawaban Padmana, tapi yang jelas pria itu pasti ketakutan. Satu-satunya hal yang ditatuti pria itu adalah dia yang kembali dengan Kaisar karena dia tahu jika dia tidak akan mampu melawan pria itu.“Anda membuatku dalam masalah besar.”“Aku sudah menyelamatkanmu dan kau mengatakan aku membawa masalah besar?”“Anda tidak tahu, saya berhutang padanya untuk biaya pengobatan ibu saya di kamp
Anya menyandar di pundak Regan, rasanya sangat nyaman dan tenang. Malam ini, Wira mengendara dengan santai, dan sesekali kedua matanya melirik ke arah spion. Melihat Regan yang memejamkan mata dengan Anya yang memeluknya, hatinya pun ikut bahagia.Sayang sekali, hanya dia yang tersiksa karena sudah melajang cukup lama. Namun, melihat Regan, keinginan untuk memiliki satu wanita dalam hidupnya muncul begitu kuat. Wira sudah lama bekerja dengan Kaisar, menjadi pengawal Regan dan mengikuti dia ke mana pun.Selama hidupnya, dia telah menyaksikan sendiri jika Regan tidak pernah bermain-main dengan wanita. Ada pun Manda, tapi saat itu jusru sang wanitalah yang menjebaknya. Dalam arti, Regan tidak pernah berniat untuk bermain-main dengan istrinya.Wira juga masih mengingat dengan jelas, di mana saat itu Regan kehilangan istrinya selama beberapa bulan dan melihat betapa kacaunya dia. Regan memang sangat arogan waktu itu, pemarah dan terlihat bukan pria yang banyak memili
Mengorbankan dua nyawa? Regan tertegun sejenak dan pikirannya jatuh pada Manda dan juga anaknya. Dia yang mendesak Manda agar mengatakan semua tentang Lyan, dan apakah itu maksudnya Lyan akan membunuh mereka?Regan menendang tubuh Lyan, hingga dia menggelinding beberapa kali. “Patahkan semua tulangnya hingga dia mati dan buang mayatnya ke laut.”“Baik.” Wira mengeksekusi Lyan dan menyelesaikan tugas Regan dengan sangat ganas.Di samping itu, dia mengambil istrinya dari Kaisar dan membawanya di atas kedua tangan lalu pergi dari gedung itu. Namun, Regan tidak pergi begitu saja. Dia hanya meletakkan Anya di dalam mobil dan kembali keluar untuk menghubungi Sandi.Seharusnya Sandi masih menangani masalah cafe, tapi dalam beberapa sambungan dia juga tidak mendapatkan jawaban atas panggilannya. Regan mengumpat, dan melayangkan pukulan ke udara. Dia sudah meletakkan bodyguard untuk melindungi Manda, tapi Lyan itu sangat licik! Kemungkinan
Mobil yang membawa Anya bergerak dengan cepat sekali, tapi Wira sudah menyambungkan dengan sistem navigasi di mobil dan mereka tidak perlu untuk mencarinya. Mereka pikir Lyan akan membawanya keluar dari Jakarta, tapi ternyata tidak. Mobil mereka berbelok dan menuju ke suatu tempat.Melihat itu, Regan semakin menambah kecepatan, hingga Jihan kehilangan jejak mereka. Kaisar dengan cepat melacak mobil Regan, dan mengikuti rute mereka meskipun sudah tertinggal jauh.Saat Regan tiba di sana, tempat itu merupakan gedung kosong dengan bangunan terbengkalai. Semuanya gelap dan tidak terlihat cahaya apa pun. Meskipun begitu, Regan tidak merasa ragu sama sekali untuk meneruskan langkahnya. Ada Anya yang menunggu untuk diselamatkan di dalam sana.Mereka masuk dengan waspada, berbekal hanya lampu senter di ponsel dan mengarahkan itu segela arah. Awalnya tidak ada yang aneh, hanya saja tepat saat mereka masuk lebih dalam lagi, terlihat Lyan yang berdiri dengan me
“Benar, tampar aku! Tampar!” teriak Mira sekencang-kencangnya. Entah saat ini dia memang sedang menangis menyesal atau masih dengan kepura-puraannya, kedua mata wanita itu mengalirkan air mata. “Aku iri denganmu, aku benci melihat kehidupanmu yang sempurna sedangkan banyak orang yang menderita di bawahmu. Aku benci!”“Jadi kau menyalahkan semua orang yang menderita itu padaku? Apa kau tidak pernah berpikir, jika sikapmu sendiri yang membuat semua orang menjauhimu?”“Kau yang sudah merebut perhatian Kaisar! Kau merebut kasih sayangnya, hingga aku tidak akan pernah menjadi yang pertama baginya. Kau sudah memiliki Regan, dan kau masih serakah dengan merebut perhatian Kaisar! Aku membencimu!”PLAKKSekarang, bukan hanya Anya yang menampar dia, melainkan Akbar yang melakukan itu. “Salah Apa Nona Anya padamu hingga kau berulang kali ingin melenyapkan nyawanya, hah? Apa dia mencoba untuk membunuhmu? Hanya kar
Baru juga mereka masuk, pelayan lelaki itu itu berdiri dan menghadang. “Maaf, Pak, untuk malam ini cafe tidak bisa dipesan karena sudah ada seseorang yang memesan untuk acara penting.”“Tenang saja, aku ke sini tidak untuk menyewa tempat ini. Aku hanya ingin sedikit melakukan renovasi.”“Mungkin kamu lebih butuh ini.” Kaisar menyodorkan pemukul itu ke arah Sandi dan dia dengan senang hati menerimanya.Sekali ayunan, dia memecahkan etalase kaca hingga membuat semua pengunjung ketakutan dan termasuk pelayan juga di dalamnya.“Maaf untuk ketidak nyamanannya, tapi kalian semua bisa pergi dari sini sekarang juga dan tidak perlu membayar makanan yang sudah kalian pesan.” Kaisar berteriak ke arah mereka semua dan di saat itu mereka berlarian sendiri-sendiri.“Pak, apa yang anda lakukan?” teriak salah satu dari pelayannya. Semuanya tampak panik, tapi hanya Kila yang sudah tidak terkejut sama sekal