Emily mulai menikmati hari-harinya dengan status baru dalam percintaannya. Anggap saja ia kurang beruntung dalam hal ini, tetapi setidaknya, tidak dengan nasibnya dalam karir. Jelas ia sangat beruntung.Kini ia adalah seorang pemilik perusahaan yang bergerak di bidang desain dan konstruksi, sesuai dengan minatnya dalam hal desain dan seni, meski untuk jenjang pendidikan ia menempuh bisnis dan pemasaran kala itu. Namun, tak menyurutkan semangatnya pada hal yang ia sukai.Kini ia tengah duduk di ruangannya, dengan beberapa lembar desain ada di atas meja, tepat di hadapannya. Ia mengamati dari sekian gambar, yang mana paling menarik.“Kau tetap saja bekerja, padahal baru pagi tadi kau meneleponku dan mengeluh kalau kau sedang tidak enak badan.” Shila menggerutu sembari menyiapkan susu hangat untuk Emily. Emily tak segera menjawab omelan sahabatnya melainkan tetap fokus pada pekerjaan yang ada di hadapannya. Ia sedang bersemangat saat ini, jadi ia tak ingin terpaku pada keluhan yang itu
Emily tidak begitu mudah memberi jawaban pada Jared. Tentu saja sebuah penolakan halus yang ia sampaikan atas pertanyaan yang dilontarkan oleh pria itu mengenai hatinya.Baru beberapa hari ia bercerai dari Jason, dan menerima pria lain untuk mengisi ruang kosong di hatinya tentu saja bukan hal mudah. Terlebih perpisahannya dengan Jason dikarenakan permasalahan yang cukup rumit.Emily ingin memberikan kesempatan hatinya untuk menyembuhkan diri terlebih dahulu. Terlebih tanggung jawab besar yang diberikan oleh Charles membuat Emily jadi jauh lebih sibuk dibanding sebelumnya—hal lain yang bisa membuat Emily lupa akan rasa sakit dan patah hatinya.Belum lagi proyek yang akan ia kerjakan sesuai permintaan Jared. Tentu saja, pada akhirnya Emily menerima permintaan pria itu untuk membantunya mengerjakan sebuah gedung sekolah musik untuknya. Ada hal lain yang membuat Emily tertarik untuk mengerjakan proyek ini, Jared menjanjikan pada Emily kalau dirinya bersedia bekerja sama, Emily boleh mem
Emily terpaku seketika mendengar ancaman dan tantangan yang datang dari Jason. Tak biasanya pria itu mau berurusan dengan Emily hingga membuat sebuah challenge yang pastinya mempertaruhkan banyak hal. Meski sudah jelas alasannya, untuk merebut apa yang sudah Charles dan Emma berikan pada Emily, tetapi bukankah Charles sudah mempersiapkan untuk anak-anaknya? Atau jangan-jangan Jason tidak mengetahui tentang itu?Jason memutar tubuhnya dan meninggalkan Emily seorang diri di ruangannya dengan kegamangan yang berdesakan. Memang tidak seharusnya Emily mengambil dan menerima begitu saja apa yang keluarga McKennel berikan padanya. Ia masih bisa mengusahakan banyak hal, tetapi bagaimana caranya menolak jika ini merupakan bentuk kasih sayang dari Charles dan Emma McKennel?Emily membiarkan Jason pergi. Ia tak ingin menghalangi pria itu yang menyebabkan masalah baru. Mengenai tantangan yang datang darinya, Emily tak mau terlalu memikirkan itu, karena nanti hanya akan membuat fokusnya terpecah.
Emily menghambur ke arah Alex yang tersungkur dan menatap pria yang dengan sembarangan melakukan kekerasan di tempat umum, tanpa alasan.Ia tidak menyangka pria itu terus menghantui hari-hari Emily hingga terus membuat kekacauan.Baru kemarin ancaman itu dialamatkan padanya, dan hari ini Jason mulai berulah seolah dirinya punya hak atas kehidupan Emily. Padahal tidak sama sekali.Sejak Emily menanda tangani lembar perceraian itu, ia sudah memutuskan untuk tidak lagi berurusan dengan Jason, dalam hal apa pun. Bahkan mengenai pekerjaan, ia sudah meminta Charles untuk memindahkannya ke gedung yang berbeda. Ia tahu benar seperti apa perangai Jason, maka menjauh sejauh-jauhnya adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan.Meski tak yakin pria itu akan mengejarnya, karena pastilah kehidupannya bersama Tamara sudah sangat bahagia, tetapi tetap saja, ia tak akan sanggup jika masih terus melihat pria itu dari jarak dekat. Jika seperti itu, akan semakin sulit untuk menyembuhkan patah hatinya.Dan ki
Emily melipat kakinya, menikmati udara segar dengan pemandangan menghijau di hadapannya. Tak ada seorang pun yang tahu di mana keberadaannya, tetapi setidaknya ia sudah mengabari Shila bahwa ia akan baik-baik saja.Seorang wanita dengan seragam rapi berwarna abu-abu muda, datang membawa sebuah nampan berisi makanan untuk Emily. Emily membalas dengan ucapan terima kasih dan senyum di wajahnya. Ia sudah lupa kapan terakhir kali menikmati kesendirian seperti ini. Mungkin nanti kalau ia sudah bosan, ia akan mengajak Shila untuk datang dan menemaninya.Namun, untuk saat ini, lebih baik ia menikmati kesendirian. Tak lama, hanya sampai pikirannya lebih tenang dan bisa berpikir jernih.Dan setelah seharian menikmati kesendirian di pulau yang jauh dari negaranya, tepatnya di sebuah negara dengan penduduk yang ramah, serta salah satu pulau terindah di dunia—Bali—Emily mulai merasa bosan.Ia kemudian menekan nomor di ponselnya dan mendengar pekik penuh rasa kesal dari sahabatnya di seberang.“DI
Charles mengepalkan tangan setelah menggebrak meja yang ada di hadapannya. Berita yang ia dengar cukup mengejutkan, tetapi ia tahu bahwa semua ini tak akan terjadi tanpa alasan.Putri angkatnya tidak mungkin meninggalkan tanggung jawab begitu saja tanpa keterangan. Dan ia yakin pasti ada alasan di balik itu semua. Itu sebabnya ia mendatangi Shila tepat setelah ia mendengar dari salah satu pegawai bahwa Emily tidak masuk untuk bekerja dan beberapa pria berpakaian serba hitam terus mengawasi kantornya.“Aku tak percaya Emily tidak mengatakan apa pun padamu, Nona Andreas.” Charles terus mencecar Shila dengan berbagai pertanyaan dan keraguan.Mulanya Shila memang tidak tahu-menahu mengenai kepergian Emily yang begitu mendadak, tetapi kemudian ia menebak kalau wanita itu kini sedang berada di pulau Bali. Namun, tak mungkin Shila mengatakan pada pria paruh baya yang merupakan bos besar Kennel’z Industry tersebut.“Nona Andreas, katakan sesuatu! Ini bisa gawat karena pesta penyerahan akan di
Emily berada dalam kegamangan. Ia sesungguhnya tak ingin bertemu siapa pun, tetapi pertanyaan dan pernyataan Jared mengenai dirinya membuat Emily kelimpungan.Bukan karena ia tak mampu menghadapi pria sekelas Jared—ia sama seperti Jason yang sering dikelilingi para wanita—melainkan karena ia tidak sedang dalam suasana hati yang baik. Ia kini tengah mempersiapkan mood untuk pesta perusahaan yang akan diadakan minggu depan.Bahkan sahabatnya pun tidak ia biarkan datang untuk menemuinya.“Maafkan aku, Jared. Aku masih butuh waktu untuk sendiri. Setidaknya satu minggu ini. Aku pasti akan kembali, tetapi untuk sementara waktu, biarkan aku sendiri dulu.”Permintaan Emily cukup jelas, bahwa ia sedang tak ingin siapa pun mengganggu liburannya. Meski itu untuk hal yang katanya penting, Emily masih bisa mengabaikannya demi menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri. Ia sungguh tak akan biarkan siapa pun mengganggu kehidupannya saat ini.“Baiklah kalau kau memang tak ingin aku mengganggumu. Mungk
Emily sudah bersiap dan siap untuk berangkat ke kelab pantai yang tak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Namun, belum saja membuka pintu kamarnya, terdengar suara ketukan.Emily bergegas membuka pintu dan menemukan Jeffry Allen telah berdiri di hadapannya.Ia dengan kemeja dan celana tanggung, berdiri mengulas senyum ramah dan sejenak memerhatikan tampilan Emily yang saat itu mengenakan dress sifon bermotif bunga setinggi lutut. Membuat penampilan Emily terlihat manis seperti seorang remaja.Namun, semua tahu usianya, kecuali kehamilannya, tentu saja.“Kau sudah siap?” tanya Jeffry sembari mengulurkan tangan.Emily yang belum pernah mendapat perlakuan semanis itu terlebih dari orang asing, ragu untuk menyambut uluran tangan pria itu.Ia tidak menaruh curiga, hanya tidak ingin terlalu membuka kesempatan untuk hal lain selain bisnis. Namun, tak urung ia terima juga uluran tangan itu akhirnya. Ia kemudian berjalan beriringan dengan Jeffry sembari mengobrol ringan mengenai tantangan
Jason dan Emily sedang dalam perjalanan. Di dalam mobil, Emily terus menangis karena tidak menyangka bahwa anaknya masih hidup. Berkali-kali ia menanyakan hal yang sama kepada Jason mengenai Liam dan dijawab dengan jawaban yang sama pula oleh laki-laki itu. Jason mengerti bagaimana keadaan Emily. Dirinya juga rindu dengan Liam, darah dagingnya. Namun, setidaknya ia lega karena Liam sudah berada di tangan yang tepat saat ini. Mobil Jason berhenti di halaman rumah kediaman Charles dan Emma. Langsung saja mereka masuk. Di ruang tamu, semua orang berkumpul. Charles, Emma, Alex, Shila, bahkan Jared—kakaknya ada di sana. Emily lantas menghampiri Emma yang sedang menggendong bayi. Emma yang tahu perasaan Emily pun menyerahkan bayi itu. Dengan perasaan yang sulit dijelaskan serta air mata yang mewakili kebahagiaannya, Emily akhirnya kembali menggendong Liam. Anaknya yang sudah menghilang beberapa waktu. Emily menangis. Shila pun mendekat ke arah sahabatnya dan memeluknya. “Sekarang, Liam
Di tempat yang berbeda, Jason berkali-kali berdecak dan mengumpat karena Alex tidak kunjung datang. Ke mana laki-laki itu, apakah menuntaskan hajat sampai harus bermenit-menit. Jason curiga kalau sebenarnya Alex bukannya ke kamar mandi untuk buang air, tetapi justru bertapa. Jason melihat jam berwarna hitam yang melingkar di tangannya. Jarum panjang jam sudah berganti ke angka empat. Itu artinya sudah lebih dari dua puluh menit laki-laki itu di apartemennya.“Ke mana dia?” gumam Jason.Jason memeriksa ponselnya. Tadi, ponselnya mati jadi tidak bisa digunakan untuk menghubungi Alex. Setelah dicharger di dalam mobil, akhirnya ponselnya menyala. Jason buru-buru mencari kontak nama Alex. Begitu ingin dihubungi, ada tiga pesan muncul dari orang yang ditunggu. Jason membukanya. Ada satu video sedikit panjang di sana. Sedikit curiga, akhirnya Jason memutarnya. Di dalam video itu, ia hanya melihat gambar berwarna putih. Jason mendengus kesal. “Apa yang dilakukan dia sebenarnya.” Baru saja
Jason tidak menghiraukan ucapan Alex. Tadi, di rumah Alex, Jason sempat berdebat sengit dengan pria itu. Shila bahkan sampai harus melerai. Karena ucapan wanita itu, Jason memilih keluar dan pulang ke apartemennya untuk mengambil sesuatu. Dia akan bersiap untuk menemui Jeffry. Siapa yang menyangka kalau ternyata Alex mengikutinya. Hingga akhirnya, laki-laki itu menghadang di depan pintu apartemen miliknya. “Minggir!” ucap Jason yang ke sekian kalinya namun tidak juga mendapatkan respon dari Alex. Alex menggeleng. “Kau mau mendapatkan masalah lain? Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jeffry, maka dia bisa saja mengelak atas semua tuduhan,” jelas Alex. Wajah laki-laki itu terlihat sangat serius. “Lalu, kau mau aku hanya diam sementara dia berhasil membuat Emily menjadi korban kekerasan fisik dan seksualnya. Kau mau aku tetap diam dan membiarkan dia terbahak keras di ranjang rumah sakit?!” sorot mata Jason penuh kobaran api amarah.Alex bahkan sampai menunduk karena tidak kuat menatap
Shila menggigit bibir dan meremas jemarinya. Jantungnya berdetak kencang karena sejak tadi dua orang yang ia tunggu tidak kunjung keluar daei bangunan megah itu. “Mereka sebenarnya sedang mencari apa? Kenapa lama sekali? Apakah jangan-jangan mereka ketahuan lagi?”Pikiran buruk mengenai dua sahabatnya langsung terbayang. Namun, Shila segera menepis pikiran buruk itu agar tak menjadi sugesti baginya.Jantungnya nyaris mencelus ketika mendengar suara berisik di sampingnya. Ia mengira salah seorang pengawal berhasil mengetahui keberadaannya. Namun, jauh dari dugaan karena Jason dan Alex-lah yang datang. Shila yang semula tak berani bergerak dan hanya mematung di tenpat, menghampiri dua lelaki itu setelah memastikan bahwa mereka adalah kawan-kawannya. “Apakah kalian baik-baik saja? Kalian berhasil?”Jason mengangguk. “Sepertinya keberuntungan sedang berpihak. Kita berhasil mendapatkan rekamannya.” Jason mengambil flashdisk yang ia simpan dan menunjukkannya pada Shila. Wanita itu menghel
Tiga orang yang baru saja datang dipersilakan duduk oleh seorang pria yang mengenakan jas berwarna hitam. Pria yang berumur sekitar empat puluhan itu tampak masih bugar, walau rambutnya memutih di beberapa bagian.“Jadi, apa rencanamu?” celetuk Jason sembari melihat-lihat dokumen di hadapaannya. “Kau belum mengenalkan mereka padaku.” timpal Mark yang bergantian menatap Alex dan Shila. "Kuharap kalian tidak tersinggung. Aku tidak bisa mengatakan langkahku pada orang asing, karena ijni menyangkut nyawa seseorang. Bukan begitu?""Kau benar. Perkenalkan, aku Alexander Danison, sahabat Emily."Mark menyambut jabatan tangan itu ramah dengan senyum terkembang. "Oh, Tuan Danison. Bagaimana mungkin aku tidak mengenalimu. Seorang pengusaha besar dan selevel dengan Jeffry Allen. Kuharap aku tidak salah.""Kau terlalu berlebihan, Tuan Jefferson." Alex membalas sambutan Mark dengan sikapnya yang rendah hati. Ia lantas menoleh pada Shila. "Ini Shila Andreas. Ia juga sahabat Emily." "Hmm ... aku j
Ide yang Jason lontarkan lantas membuat ketiga orang menaruh perhatian penuh pada Tamara. Mulai sekarang, Jason yang akan mengambil alih penyelidikan wanita itu. Sementara, Alex dan Shila akan mencari sesuatu soal Jeffry. Keduanya bertekat akan membuat laki-laki itu membayar atas apa yang dilakukan pada sahabatnya. “Aku akan pulang ke rumah,” ucap Jason setelah merancang rencana di kepalanya“Untuk apa?” kening Shila berkerut. “Bagaimana dengan Tamara? Bukankah kau mau menyelidikinya sendiri?” “Memang. Tapi, aku akan minta bantuan orang tuaku untuk menghubungi detektif Jefferson. Kemarin aku belum sempat bertemu dengan mereka.” “Baiklah. Pulang saja, kita berdua nanti akan mencari informasi soal Jeffry.”“Bagus. Kalau begitu, aku akan mengunjungi kwdua orang tuaku. Kalian urus dengan baik dan kabari aku perkembangannya.” Alex dan Shila mengangguk sebagai respon atas ucapan Jason yang layaknya seorang pimpinan. Jason pamit dan segera menuju ke kediaman orang tuanya. Ia tak sempat
Emily memang jauh lebih aman berada di mansion Alex. Setelah Shila dan Jason secara bergantian mengunjunginya, hari ini, dikarenakan akhir pekan, keempatnya berkumpul dan membahas mengenai Liam.Jason yang semula memang curiga pada Tamara, memutuskan membiarkan wanita itu untuk tinggal di apartemennya bersama Aaron. Namun, dengan adanya Emily di kediaman Alex, Jason harus bolak-balik apartemen dan rumah Alex untuk memastikan Emily benar-benar dalam keadaan baik-baik saja.Bagaimanapun, ia tak mengenal Alex dan lagi pula Alex adalah pria yang dulu sangat dekat dengan Emily. Bahkan sampai kini Jason tidak rela menerima kenyataan itu.“Aku tidak bisa mengatakan apa pun selain satu hal, aku tengah mengawasi seseorang yang mungkin akan memberi titik terang pada kita mengenai Liam,” ucap Jason sembari memeriksa berkas-berkas tentang pelaporan yang diajukan olehnya pada pihak kepolisian. “Mereka tidak bergerak sama sekali. Lihatlah!”Alex tampak
Tamara baru saja selesai membersihkan diri dan tak juga menwmukan Jason pulang ke apartemennya. Ia menunggu Jason yang juga sama sekali tidak menghubungi. “Ke mana Jason sebenarnya? Dia bahkan tidak meneleponku seharian.” Tamara memberengut dan menuju meja riasnya. Ia melihat pantulan dirinya sendiri. Tamara melihat seorang wanita cantik dengan guratan senyum yang menawan. Ia menyukai bentuk wajahnya. “Tak heran banyak pria menggilaimu, Tamara. Kau memang memesona,” pujinya pada diri sendiri. Mengenang banyak lelaki yang masuk dalam hidupnya, Tamara hampir tidak percaya kalau dirinya sempat menjalin hubungan dengan Jared. Semua bermula dari kehadirannya di kediaman McKennel dan dirinya tak menemukan Jason di mana pun. Lalu ketika sedang berjalan-jalan di dalam rumah keluarga McKennel, ia menemukan sosok yang dikenalnya, tengah berada di dalam ruangan yang asing baginya.Tamara kala itu masuk dan mengunci pintu. Ia lalu mendekap tubuh Jared dari belakang serta memberikan sentruhan se
Jeffry tak pedulikan ponselnya yang terus berdering. Ia terus menyumpah serapah Emily. Wanita itu berani sekali menusuknya. Jeffry mengabari dua penjaga untuk membantu. Tidak butuh waktu lama akhirnya anak buahnya menemukan Jeffry yang masih berada di ranjang dengan pisau menancap di tubuhnya. Salah satu penjaga memanggil ambulans. Sekitar lima belas menit kemudian, ambulans tiba dan membawa Jeffry ke rumah sakit. Laki-laki itu bersumpah akan membuat Emily merasakan penderitaan yang jauh lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Karena perempuan itu, ia sampai masuk ke tempat yang sangat dibencinya. ***Di lain tempat, Emily berhasil sampai di telepon umum. Ia pun menghubungi Alex dan menceritakan garis besar tentang kondisinya saat ini. Tentu saja, Alex terkejut ketika mendengar penuturan Emily. Meski larut, Alex segera melajukan tunggangannya membawa Emily ke mansionnya. Alex juga menghubungi Shila untuk datang begitu juga dengan Jason. Kini, mereka bertiga ada di kediaman Alex. Sh