LOGINAshton didn't know how she would move on. How she would keeping putting one foot in front of another, until Z came along and changed everything. Would his darker world save her or destroy her?
View More"Tidak akan kubiarkan mereka hidup dengan tenang, nyawa harus ditukar dengan nyawa!"
Dengan kepalan tangan Bryan memukul meja hingga semua yang ada diatasnya berantakan, matanya merah melotot dan giginya menggeretak menahan amarah yang dahsyat. Pria 23 tahun ini seperti sedang mengalami suatu kejadian yang membuatnya begitu sangat marah. Ada apa gerangan?
____
Flashback
di sebuah rumah sakit kota, Bryan berlari menghampiri dua orang dengan tergesa-gesa. Kedua orang tersebut terlihat tengah menangis.
"Pah, apa yang terjadi kenapa Anjani dibawa ke sini, dan bagaimana keadaannya?" Tanyanya kepada pria paru baya yang duduk di kursi rumah sakit sambil menangis.
"Nak Bryan, Anjani kritis tadi pagi kami menemukan dia tergeletak di kamarnya dan dari mulutnya keluar busa, sepertinya dia mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara minum racun." Jawab Ridwan,dia adalah ayah dari Anjani, wanita yang kini berjuang antara hidup dan mati.
Mendengar pernyataan Ridwan, Bryan langsung terduduk lesu tatapannya kosong dan hatinya terasa perih. Kemudian, seorang wanita menghampirinya dan langsung melempar Bryan, dia adalah Anita ibu dari Anjani.
"Plak, ini semua gara-gara dirimu, andai malam itu kau tidak membawa putri kami Mungkin dia tidak akan mengalami hal yang mengerikan itu." Anita menyalakan Bryan atas apa yang menimpa Anjani.
Anjani adalah kekasih Bryan, bukan hanya kekasih tetapi sebentar lagi mereka akan bertunangan. Akan tetapi, sebuah kejadian yang dialami Anjani membuat pertunangan mereka ditunda. Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Anjani, mengapa dia sampai mencoba untuk mengakhiri hidupnya?
____
Flashback ke beberapa hari sebelumnya.
Jadi, seminggu yang lalu Bryan mengajak Anjani pergi ke kafe untuk berkencan, akan tetapi saat mereka tengah makan malam, ponsel Bryan berdering dan itu merupakan panggilan dari ayahnya. Setelah dijawab, ayahnya meminta untuk menjemput adiknya yang baru kembali dari Singapora dan kebetulan pesawatnya mendarat di malam hari. Sebenarnya ayahnya lah yang akan menjemputnya tetapi tiba-tiba ada urusan mendadak yang mesti ia kerjakan sehingga dia tidak bisa, itulah mengapa dia meminta Bryan untuk menggantikannya.
karena kebetulan malam itu Anjani juga ingin ke rumah sahabatnya untuk mengerjakan berkas penting dari tempat ia bekerja, membuatnya tidak bisa pergi bersama dengan Bryan. Oleh karena itu, setelah berbincang akhirnya Anjani memutuskan untuk pergi sendiri ke rumah Santi tanpa harus diantar oleh Bryan. awalnya Bryan ingin mengantarnya akan tetapi Anjani menolak dengan alasan jika adiknya lebih penting saat itu.
"Kamu yakin mau pergi sendiri ke rumah Santi, aku kan bisa mengantarmu dulu sebelum ke bandara?" Tanya Bryan sekali lagi pada sang kekasih.
"Iya tidak apa-apa, lagi pula mustika mungkin sudah menunggu di bandara saat ini, kan kasihan dia pasti sangat lelah setelah perjalanannya. Aku minta maaf karena tidak bisa menemanimu." Jawab Anjani yakin.
"Hmm, ya udah deh sayang, mestinya aku yang minta maaf karena tidak bisa mengantarmu." Ujar Bryan dengan raut wajah menyesal.
"Tidak apa-apa sayang, ya sudah aku pamit sekarang ya, Santi mungkin sudah menungguku." Ujar Anjani menenangkan pacarnya.
"Baiklah sayang, aku akan menemanimu sampai taksi datang." Bryan dengan terpaksa membiarkan Anjani pergi sendiri.
Setelah membayar makanan, Bryan dan Anjani keluar dari kafe, lalu mereka berdua menunggu taksi yang sebelumnya sudah dipesan oleh Bryan. Selang beberapa saat akhirnya taksi itu pun tiba, dan sekali lagi Anjani pamit pada Bryan. Tapi entah mengapa waktu itu Bryan seolah mendapat firasat sehingga dia tidak rela jika Anjani pergi dengan taksi. Akan tetapi Anjani terus meyakinkannya hingga ia mau melepasnya pergi.
"Aku pergi yah." Ujar Anjani sambil tersenyum.
Bryan hanya membalas senyum sang kekasih, setelah itu Anjani masuk ke taksi dan berlalu pergi. Bryan masih berdiri di sana hingga taksi yang ditumpangi Anjani hilang dari pandangannya. Barulah setelah itu ia masuk ke mobilnya dan bergegas menuju bandara.
____
Kini Bryan dan adiknya mustika, sudah tiba di rumah. Ibunya yaitu Siska sangat senang menyambut kedatangan putrinya yang kini kembali setelah menempuh pendidikan di Singapora selama 4 tahun. Bryan yang merasa cemas tanpa alasan bergegas pergi ke kamarnya dan langsung menghubungi Anjani. Akan tetapi ponsel Anjani tidak bisa dihubungi seketika rasa cemas dibenaknya bertambah besar, ia lalu menghubungi Santi untuk memastikan jika sang kekasih ada di rumahnya.
"Hallo!" Jawab Santi dari seberang telepon.
"Halo Santi, aku Bryan bisa aku bicara pada Anjani, karena aku tidak bisa menghubungi ponselnya.." ujar Bryan.
"Anjani? Dia tidak ada disini." Jawab Santi bingung.
"Apa, katanya tadi dia ingin ke rumahmu untuk mengerjakan berkas, tolong jangan berbohong Aku tahu Anjani pasti ada bersamamu kan." Ujar Bryan Tak percaya.
"Maksud kamu apa sih, Memang benar kok Anjani tidak ada disini, lagipula mengapa aku mesti berbohong." Ujar Santi semakin bingung.
"Kamu yang benarlah aku tahu Anjani ada di rumahmu, mungkin dia marah padaku karena tidak mengantarnya tadi." Lagi-lagi Bryan Tak percaya.
"Lah, memang tidak ada Bryan. kemarin dia memang mengatakan akan datang, tapi dari tadi Aku menunggunya, namun Anjani tidak muncul juga ,aku berpikir dia tidak akan datang." Jelas santi sedikit kesal.
Mendengar pernyataan Santi, hati Bryan langsung campur aduk. ia lalu memeriksa jam tangan miliknya dan terkejut karena jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam.mendapat keheningan dari panggilan Bryan, Santi kembali bertanya.
"Bry, ada apa, semuanya baik-baik saja kan?" tanya Santi, namun tidak ada jawaban dari Bryan dan justru panggilannya terputus.
"Lah kok dimatikan sih." Ujarnya agak kesal.
"Apa yang terjadi, kenapa Bryan terdengar begitu cemas, ada apa dengan Anjani?" Gumamnya bertanya-tanya.
Di sisi lain, Bryan panik dan sekali lagi menghubungi Anjani, namun hasilnya tetap sama, ponsel Anjani tidak aktif. Bryan lalu mencoba menghubungi rumah Anjani akan tetapi Anita mengatakan jika Anjani belum kembali.
Deg.... Perasaan Bryan semakin tidak karuan, dia panik sekaligus cemas tentang keberadaan sang kekasih saat ini. Dan tanpa berpikir panjang ia menyambar kunci mobil di atas meja dan langsung bergegas pergi mencari Anjani.
"Did I tell you how great you look tonight?" Zain rumbles in my ear.My back is pressed up against him as we dance to one of the few slow songs playing."No, Sir.""What was that?""I said no Sir.""Hmm, how do you feel about that?""I like it.""Good.""How did you feel about it.""I find that I don't mind it." Zain answers and leans down and softly kisses my neck."Let's get out of here. I have a few things in mind for when we get back to your place if that is okay.""Sounds good to me." I saw with a small smile playing on my lips."You okay to drive, I have had a few more than you tonight.""I can drive, I only had the one. I don't know how we drank so much of that shit when we were younger.""Because we drank what we could get our hands on.""That is true."We head out to the parking lot and Zain unlocks the drivers door for me. I am climbing in when his hand reaches a
It's 9:00pm and I hear Zain pull up in the driveway. I shoot him a text."Come in, I'm almost ready. Make us a drink before we go.""Cool."I hear the front door open and close again and Z's booted steps in the kitchen.I finish flat ironing my dark hair trying to tame it best I can. I begin putting on makeup when Zain steps in with two glasses."I made you rum punch." He says as he hands me my glass."Perfect. So, where are we going?""To a bar in town."I roll my eyes and go back to my mirror.
"Ashton. Love we are home. "I opened my eyes to see we were parked in my driveway."I'm sorry I fell asleep on you.""It's fine. Are you still tired?""No, just car rides make me sleep. You coming in? I could make us something to eat.""That sounds good. I can help."A small smile tugs at my lips. It's sweet of him, but I know he has no idea what he is doing in the kitchen unless it involves a microwave or noodles."Okay."We climb out of his truck and head in."Hey Z, thank you for this morning. It has been a lo
I laid in bed wrapped in Zain’s arms trying my hardest not to think. The sun has yet to make his full appearance , My brain has other plans apparentlyand I wanted to go back to sleep. Apparently, my brain has other plans . This was okay.. I did not do anything wrong. Ryan wanted nothing but the best for me, always. I know he would want me to do more than survive. I just can’t help this guilt that lays so heavy on my heart. “Stop.” Zain’s voice rumbles. “What?”
I suddenly feel very nervous looking up to meet his whiskey eyes. My crystal blue ones must show everything I am feeling. I have never been very good at controlling my face.“Don’t be nervous, Love. I’ve got you. This only goes as far as you want it to. Tonight is not the night to try new things. I want you Ash. Do you want this too?”I nod my head in response unable to bring the words to my tongue.“Use your words, Ashton. I need to hear you say it.”“Yes.” I whisper to him.I duck my head trying to hide my blush and all of the emotions that must be running right across my face. Why does he have this affect on me? This is my friend. There is not much I have not shared with him. It isn’t like this simple act would mean that we were more than friends. He has not indicated in anyway that he wanted more. In fact, he was clear that this was to help me. It has been a long time since anyone other than
He settles his arms around my waist and wrap mine around his neck as we begin to sway to the music. We have never danced like this before. It was strange to be wrapped in someone else’s arms. Instead of overthinking it, as I tend to do, I decided to just enjoy the moment.“Can I kiss you?”My stomach did a flip at his question. It’s not like he hasn’t before, but him asking me made things different. I suddenly feel like a nervous schoolgirl.“Yes.” I whisper into his chest.His hand reaches up and he tilts my chin up with two fingers. Our eyes meet for a brief moment before he bends down and places his lips on mine. It is a gentle meeting of the lips that lasts only a few seconds.“Your lips are so soft.” He whispers with his face inches from mine.“You already said that.” Remembering those exact words the first time he kissed me.“Well, they are.”












Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments