Share

4. Ayo Menikah

Hari   ini Krystal pergi ke pesta pernikahan  sahabatnya, Ellaine. Di sana ia   melihat Sean yang merupakan kakak dari  calon suami sahabatnya.

Ini   adalah pertemuan pertama Krystal  dengan Sean setelah hampir satu tahun   berlalu. Krystal sudah  menyiapkan dirinya untuk hari ini, dan ia   bersikap seolah tidak ada  apapun di antara mereka.

Saat Krystal sedang menikmati acara pesta itu, Sean datang mendekati.

"Lama tidak bertemu, Nona Krystal." Sean menyapa Krystal. Pria itu sudah bisa berjalan kembali.

Krystal mengalihkan pandangannya pada Sean lalu kemudian tersenyum ringan. "Lama tidak bertemu, Tuan Sean."

"Apakah kau memiliki sesuatu yang ingin kau katakan padaku, Nona Krystal?"

Krystal menatap Sean sedikit heran. "Apa yang ingin Anda dengar, Tuan Sean?"

"Malam    itu aku telah membantumu, tapi keesokan paginya kau pergi begitu  saja.   Bukankah seharusnya kau mengucapkan terima kasih padaku?"

Krystal    tersenyum geli. "Tuan Sean, Anda terlalu perhitungan, tapi itu memang    salahku karena tidak sopan. Kalau begitu saya mengucapkan terima  kasih   atas bantuanmu malam itu."

"Ya, sama-sama," jawab Sean. "Aku pikir masih ada hal lain yang juga perlu kau katakan padaku."

"Masih ada hal lain?"

"Sesuatu yang kau sembunyikan dariku."

Krystal    membeku, wajahnya yang tadinya tenang kini menjadi kaku. Apa   sebenarnya  maksud dari kata-kata Sean. Apakah mungkin Sean sudah tahu   bahwa mereka  memiliki anak bersama?

"Saat ini bukan waktu yang   tepat untuk  membicarakannya, mari kita bicara lagi nanti." Ini adalah   acara  pernikahan adiknya, jelas bukan waktu yang tepat baginya untuk    menyebutkan tentang anaknya karena suasana mungkin akan berubah menjadi    serius.

"Nikmatilah pestanya." Sean lalu meninggalkan Krystal yang sekarang merasa tidak nyaman.

Seperginya    Sean, Krystal terjebak dalam pikirannya sendiri. Tidak ada hal lain    yang ia sembunyikan dari Sean selain dari kebenaran bahwa mereka    memiliki anak.

Krystal tahu bahwa ia tidak akan bisa    menyembunyikan tentang anak-anaknya dalam waktu lama karena Kylian    adalah adik Sean. Ia sudah memikirkan kemungkinan Kylian bercerita pada    Sean tentang dirinya lalu kemudian Sean merasa curiga dan mulai    mencocokan beberapa hal.

Hanya saja ia tidak berpikir bahwa hal itu akan datang lebih cepat dari perkiraannya.

Jika    Sean memang mengetahui kebenarannya maka ia tidak akan menyangkal. Ia    tidak keberatan mengurus anak-anaknya bersama dengan Sean jika Sean    ingin bertanggung jawab pada anak-anak mereka.

Namun, jika Sean    berpikir untuk mengambil putra dan putrinya darinya maka ia pasti akan    bertarung sampai tetes darah terakhir dengan Sean.

Mereka  adalah   hartanya yang paling berharga, tidak akan ia biarkan siapapun  mengambil   mereka darinya termasuk ayah dari anaknya sendiri.

Krystal mengambil segelas wine, wanita itu  menenggak cairan di dalamnya untuk membuatnya merasa sedikit lebih baik.

Setelah pesta berakhir, Krystal kembali ke kediamannya. Wanita itu bergegas mencari anak-anaknya yang dijaga oleh Sylvia.

"Nona, Anda sudah kembali."

"Ya, Bibi. Apakah anak-anak sudah tidur?"

"Ya, Tuan kecil dan Nona muda sudah tidur."

"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke kamar mereka."

"Ya, Nona."

Krystal    melanjutkan langkahnya, wanita itu masuk ke dalam kamar anaknya dan    menemukan bayi kembarnya tidur di dalam box bayi mereka masing-masing.

Suasana    hati Krystal menjadi lebih baik setelah melihat anak-anaknya.    Selanjutnya Krystal memutuskan untuk membersihkan tubuhnya, ia tidak    bisa menyentuh anak-anaknya sebelum membersihkan diri terlebih dahulu.

Setelah selesai mandi, Krystal berpakaian. Ia hendak pergi ke kamar anak-anaknya lagi, tapi sebuah panggilan menghentikannya.

Ia menjawab panggilan dari Daisy terlebih dahulu, sejak satu minggu lalu, Krystal telah kembali ke dunia model.

"Ada apa, Daisy?"

"Aku telah memeriksa beberapa kontrak yang cocok denganmu. Aku akan mengirimkan berkasnya melalui email."

"Baik."

"Hanya itu saja, selamat malam dan selamat beristirahat."

"Selamat malam, Daisy."

Panggilan itu berakhir, Krystal kemudian memeriksa kotak masuk emailnya. Di sana ada kontrak yang dikirimkan oleh Daisy.

Belum sempat Krystal membaca kontrak itu, pintu kamarnya diketuk dari luar. Berikutnya Sylvia masuk.

"Nona, ada tamu."

"Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini?"

"Tuan itu  mengatakan bahwa namanya adalah Sean Lannister."

Krystal segera meninggalkan kamarnya. Sean, untuk apa pria itu datang malam-malam ke tempatnya.

"Tuan Sean, apa yang Anda lakukan di tempat saya di jam seperti ini?" Krystal langsung bertanya.

Sean    menatap Krystal yang mengenakan gaun tidur, meski itu bukan gaun  tidur   seksi, tapi itu terlihat sangat bagus di tubuh Krystal.

"Bukankah masih ada hal yang perlu kita bicarakan."

"Dari sekian banyak waktu, Anda memilih di jam seperti ini, Tuan Sean?"

"Aku merasa ini adalah waktu yang tepat, dan aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi."

"Jadi, apa yang ingin Anda bicarakan?"

"Di mana anak-anakku?" Sean langsung pada intinya.

Krystal    sudah menduga hal ini, tapi ia masih merasa sedikit terkejut.    "Bagaimana Anda begitu yakin bahwa mereka adalah anak-anak Anda?"

"Aku melakukan tes DNA pada hari kelahiran mereka."

Jadi, rupanya Sean sudah mengetahuinya cukup lama. Sepertinya Sean memang menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengannya.

"Anda mengetahui kebenarannya, lalu apa yang Anda inginkan sekarang?"

"Aku ingin bertemu dengan mereka."

"Saat ini mereka sedang tidur, jika Anda ingin melihat mereka maka ikuti saya."

Krystal    tidak akan menghalangi Sean bertemu dengan anak-anak mereka.   Sebelumnya  mereka tidak memiliki konflik sama sekali, jadi tidak ada   alasan  baginya untuk melarang Sean.

Sean memasuki kamar si   kembar, di  ruangan itu aroma bayi tercium. Sean masih melangkah,   mendekati dua box  bayi yang diletakan bersebalahan.

Ini adalah pertama kalinya Sean melihat anak-anaknya, ada perasaan yang tidak bisa ia jelaskan di dalam dadanya.

Usia anak-anaknya saat ini sudah memasuki dua bulan, mereka terlihat lebih berisi dari sebelumnya.

"Siapa nama mereka?" Sean mengalihkan pandangannya kembali pada Krystal.

"Brian Oliver, Brianna Olivia."

"Brian Oliver Lannister, Brianna Olivia Lannister." Sean menambahkan. Anak-anaknya pantas menyandang nama besar keluarganya.

Krystal    tidak begitu senang mendengarnya, tapi ia juga tidak bisa menentang    Sean. Nyatanya anak-anak mereka memang keturunan Lannister.

Karena    anak-anaknya sedang tidur nyenyak, Sean tidak akan mengganggu mereka.    Ia bisa datang di lain waktu untuk bermain dengan anak kembarnya.

"Mari lanjutkan pembicaraan di luar." Sean melangkah lebih dahulu dari Krystal. Mereka kembali ke ruang tamu.

"Ayo menikah." Sean tidak pandai berbasa-basi. Ia menyatakan keinginannya dengan lugas dan jelas.

Krystal    menatap Sean tidak percaya. Sean mengajaknya menikah hanya setelah   tiga  kali pertemuan singkat. Bukankah pria ini terlalu sembrono?

"Maafkan saya, Tuan Sean. Saya tidak memiliki keinginan untuk menikah." Krystal menolak.

"Nona    Krystal, apakah kau akan membiarkan mereka terus hidup dengan status    anak di luar nikah selamanya?" Sean menatap Krystal seksama.

Kata-kata Sean membuat Krystal terdiam.

"Aku    mengerti jika kau  memiliki prinsip tidak ingin memiliki hubungan  yang   terikat, tapi saat ini kau memiliki anak. Kau tidak bisa  mengedepankan   egomu dan mengabaikan hak yang seharusnya didapatkan  oleh anak-anak   kita.

Aku yakin kau adalah ibu yang baik, ibu  yang menyayangi   anak-anakmu. Aku berharap bahwa kau bisa lebih  berpikir ke depan tentang   apa yang akan mereka hadapi dengan status  mereka sebagai anak di luar   nikah.

Kau dan aku memang bisa  membesarkan mereka bersama tanpa   pernikahan, tapi aku yakin mereka  akan tumbuh jauh lebih baik dengan   orangtua yang terikat dalam status  yang resmi."

"Pernikahan bukan   sesuatu yang bisa diputuskan  dalam waktu singkat. Orang-orang yang   saling mencintai saja bisa  bercerai, lalu bagaimana dengan yang tidak   saling mencintai sama  sekali.

Untuk apa menikah jika pada akhirnya hanya akan bercerai?"

"Bagaimana    kau bisa tahu akhirnya sebelum mencoba?" balas Sean. "Tidak semua    pernikahan ada karena cinta, ada beberapa di antaranya karena kompromi.    Dan aku bersedia berkompromi denganmu selama-lamanya demi mereka.

Kita bisa menjadi pasangan suami istri yang akur meski tidak saling mencintai sama sekali."

Di    kalangan atas, cinta adalah hal kesekian. Ada begitu banyak  pernikahan   yang dilakukan karena kompromi, dan banyak di antara mereka  bertahan   sampai maut memisahkan.

Krystal diam, kata-kata yang  diucapkan   oleh Sean memang benar. Tidak semua pernikahan terjadi  karena cinta. Dan   tidak semua pernikahan juga berakhir dengan  perceraian.

"Aku  rasa  sudah cukup untuk hari ini. Pikirkan lagi  apa yang aku katakan.  Selain  itu, tidak ada ruginya menikah denganku.  Aku yakin, di kalangan  atas  hanya sedikit pria yang bisa menyaingiku."  

Krystal tidak  bisa  menyela kata-kata Sean, meski pria itu  terdengar narsis, tapi apa  yang  ia katakan memang benar. Di kalangan  atas, hanya sedikit pria yang  bisa  menyaingi Sean karena Sean sangat  baik dalam segala hal, entah  itu  penampilan, latar belakang atau  kecerdasan.

Setelah selesai   bicara, Sean meninggalkan penthouse  Krystal. Pria itu masuk ke dalam   mobilnya yang dikemudikan oleh Jacob,  asisten pribadinya.

"Beli unit penthouse yang berseberangan dengan milik Krystal," seru Sean.

"Baik, Tuan."

Sean    ingin berada lebih dekat dengan anak-anaknya, dengan tinggal di    seberang kediaman Krystal, ia bisa lebih mudah jika ingin melihat    anak-anaknya.

tbc

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status