Hari ini Krystal pergi ke pesta pernikahan sahabatnya, Ellaine. Di sana ia melihat Sean yang merupakan kakak dari calon suami sahabatnya.
Ini adalah pertemuan pertama Krystal dengan Sean setelah hampir satu tahun berlalu. Krystal sudah menyiapkan dirinya untuk hari ini, dan ia bersikap seolah tidak ada apapun di antara mereka.
Saat Krystal sedang menikmati acara pesta itu, Sean datang mendekati.
"Lama tidak bertemu, Nona Krystal." Sean menyapa Krystal. Pria itu sudah bisa berjalan kembali.
Krystal mengalihkan pandangannya pada Sean lalu kemudian tersenyum ringan. "Lama tidak bertemu, Tuan Sean."
"Apakah kau memiliki sesuatu yang ingin kau katakan padaku, Nona Krystal?"
Krystal menatap Sean sedikit heran. "Apa yang ingin Anda dengar, Tuan Sean?"
"Malam itu aku telah membantumu, tapi keesokan paginya kau pergi begitu saja. Bukankah seharusnya kau mengucapkan terima kasih padaku?"
Krystal tersenyum geli. "Tuan Sean, Anda terlalu perhitungan, tapi itu memang salahku karena tidak sopan. Kalau begitu saya mengucapkan terima kasih atas bantuanmu malam itu."
"Ya, sama-sama," jawab Sean. "Aku pikir masih ada hal lain yang juga perlu kau katakan padaku."
"Masih ada hal lain?"
"Sesuatu yang kau sembunyikan dariku."
Krystal membeku, wajahnya yang tadinya tenang kini menjadi kaku. Apa sebenarnya maksud dari kata-kata Sean. Apakah mungkin Sean sudah tahu bahwa mereka memiliki anak bersama?
"Saat ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya, mari kita bicara lagi nanti." Ini adalah acara pernikahan adiknya, jelas bukan waktu yang tepat baginya untuk menyebutkan tentang anaknya karena suasana mungkin akan berubah menjadi serius.
"Nikmatilah pestanya." Sean lalu meninggalkan Krystal yang sekarang merasa tidak nyaman.
Seperginya Sean, Krystal terjebak dalam pikirannya sendiri. Tidak ada hal lain yang ia sembunyikan dari Sean selain dari kebenaran bahwa mereka memiliki anak.
Krystal tahu bahwa ia tidak akan bisa menyembunyikan tentang anak-anaknya dalam waktu lama karena Kylian adalah adik Sean. Ia sudah memikirkan kemungkinan Kylian bercerita pada Sean tentang dirinya lalu kemudian Sean merasa curiga dan mulai mencocokan beberapa hal.
Hanya saja ia tidak berpikir bahwa hal itu akan datang lebih cepat dari perkiraannya.
Jika Sean memang mengetahui kebenarannya maka ia tidak akan menyangkal. Ia tidak keberatan mengurus anak-anaknya bersama dengan Sean jika Sean ingin bertanggung jawab pada anak-anak mereka.
Namun, jika Sean berpikir untuk mengambil putra dan putrinya darinya maka ia pasti akan bertarung sampai tetes darah terakhir dengan Sean.
Mereka adalah hartanya yang paling berharga, tidak akan ia biarkan siapapun mengambil mereka darinya termasuk ayah dari anaknya sendiri.
Krystal mengambil segelas wine, wanita itu menenggak cairan di dalamnya untuk membuatnya merasa sedikit lebih baik.
Setelah pesta berakhir, Krystal kembali ke kediamannya. Wanita itu bergegas mencari anak-anaknya yang dijaga oleh Sylvia.
"Nona, Anda sudah kembali."
"Ya, Bibi. Apakah anak-anak sudah tidur?"
"Ya, Tuan kecil dan Nona muda sudah tidur."
"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke kamar mereka."
"Ya, Nona."
Krystal melanjutkan langkahnya, wanita itu masuk ke dalam kamar anaknya dan menemukan bayi kembarnya tidur di dalam box bayi mereka masing-masing.
Suasana hati Krystal menjadi lebih baik setelah melihat anak-anaknya. Selanjutnya Krystal memutuskan untuk membersihkan tubuhnya, ia tidak bisa menyentuh anak-anaknya sebelum membersihkan diri terlebih dahulu.
Setelah selesai mandi, Krystal berpakaian. Ia hendak pergi ke kamar anak-anaknya lagi, tapi sebuah panggilan menghentikannya.
Ia menjawab panggilan dari Daisy terlebih dahulu, sejak satu minggu lalu, Krystal telah kembali ke dunia model.
"Ada apa, Daisy?"
"Aku telah memeriksa beberapa kontrak yang cocok denganmu. Aku akan mengirimkan berkasnya melalui email."
"Baik."
"Hanya itu saja, selamat malam dan selamat beristirahat."
"Selamat malam, Daisy."
Panggilan itu berakhir, Krystal kemudian memeriksa kotak masuk emailnya. Di sana ada kontrak yang dikirimkan oleh Daisy.
Belum sempat Krystal membaca kontrak itu, pintu kamarnya diketuk dari luar. Berikutnya Sylvia masuk.
"Nona, ada tamu."
"Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini?"
"Tuan itu mengatakan bahwa namanya adalah Sean Lannister."
Krystal segera meninggalkan kamarnya. Sean, untuk apa pria itu datang malam-malam ke tempatnya.
"Tuan Sean, apa yang Anda lakukan di tempat saya di jam seperti ini?" Krystal langsung bertanya.
Sean menatap Krystal yang mengenakan gaun tidur, meski itu bukan gaun tidur seksi, tapi itu terlihat sangat bagus di tubuh Krystal.
"Bukankah masih ada hal yang perlu kita bicarakan."
"Dari sekian banyak waktu, Anda memilih di jam seperti ini, Tuan Sean?"
"Aku merasa ini adalah waktu yang tepat, dan aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi."
"Jadi, apa yang ingin Anda bicarakan?"
"Di mana anak-anakku?" Sean langsung pada intinya.
Krystal sudah menduga hal ini, tapi ia masih merasa sedikit terkejut. "Bagaimana Anda begitu yakin bahwa mereka adalah anak-anak Anda?"
"Aku melakukan tes DNA pada hari kelahiran mereka."
Jadi, rupanya Sean sudah mengetahuinya cukup lama. Sepertinya Sean memang menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengannya.
"Anda mengetahui kebenarannya, lalu apa yang Anda inginkan sekarang?"
"Aku ingin bertemu dengan mereka."
"Saat ini mereka sedang tidur, jika Anda ingin melihat mereka maka ikuti saya."
Krystal tidak akan menghalangi Sean bertemu dengan anak-anak mereka. Sebelumnya mereka tidak memiliki konflik sama sekali, jadi tidak ada alasan baginya untuk melarang Sean.
Sean memasuki kamar si kembar, di ruangan itu aroma bayi tercium. Sean masih melangkah, mendekati dua box bayi yang diletakan bersebalahan.
Ini adalah pertama kalinya Sean melihat anak-anaknya, ada perasaan yang tidak bisa ia jelaskan di dalam dadanya.
Usia anak-anaknya saat ini sudah memasuki dua bulan, mereka terlihat lebih berisi dari sebelumnya.
"Siapa nama mereka?" Sean mengalihkan pandangannya kembali pada Krystal.
"Brian Oliver, Brianna Olivia."
"Brian Oliver Lannister, Brianna Olivia Lannister." Sean menambahkan. Anak-anaknya pantas menyandang nama besar keluarganya.
Krystal tidak begitu senang mendengarnya, tapi ia juga tidak bisa menentang Sean. Nyatanya anak-anak mereka memang keturunan Lannister.
Karena anak-anaknya sedang tidur nyenyak, Sean tidak akan mengganggu mereka. Ia bisa datang di lain waktu untuk bermain dengan anak kembarnya.
"Mari lanjutkan pembicaraan di luar." Sean melangkah lebih dahulu dari Krystal. Mereka kembali ke ruang tamu.
"Ayo menikah." Sean tidak pandai berbasa-basi. Ia menyatakan keinginannya dengan lugas dan jelas.
Krystal menatap Sean tidak percaya. Sean mengajaknya menikah hanya setelah tiga kali pertemuan singkat. Bukankah pria ini terlalu sembrono?
"Maafkan saya, Tuan Sean. Saya tidak memiliki keinginan untuk menikah." Krystal menolak.
"Nona Krystal, apakah kau akan membiarkan mereka terus hidup dengan status anak di luar nikah selamanya?" Sean menatap Krystal seksama.
Kata-kata Sean membuat Krystal terdiam.
"Aku mengerti jika kau memiliki prinsip tidak ingin memiliki hubungan yang terikat, tapi saat ini kau memiliki anak. Kau tidak bisa mengedepankan egomu dan mengabaikan hak yang seharusnya didapatkan oleh anak-anak kita.
Aku yakin kau adalah ibu yang baik, ibu yang menyayangi anak-anakmu. Aku berharap bahwa kau bisa lebih berpikir ke depan tentang apa yang akan mereka hadapi dengan status mereka sebagai anak di luar nikah.
Kau dan aku memang bisa membesarkan mereka bersama tanpa pernikahan, tapi aku yakin mereka akan tumbuh jauh lebih baik dengan orangtua yang terikat dalam status yang resmi."
"Pernikahan bukan sesuatu yang bisa diputuskan dalam waktu singkat. Orang-orang yang saling mencintai saja bisa bercerai, lalu bagaimana dengan yang tidak saling mencintai sama sekali.
Untuk apa menikah jika pada akhirnya hanya akan bercerai?"
"Bagaimana kau bisa tahu akhirnya sebelum mencoba?" balas Sean. "Tidak semua pernikahan ada karena cinta, ada beberapa di antaranya karena kompromi. Dan aku bersedia berkompromi denganmu selama-lamanya demi mereka.
Kita bisa menjadi pasangan suami istri yang akur meski tidak saling mencintai sama sekali."
Di kalangan atas, cinta adalah hal kesekian. Ada begitu banyak pernikahan yang dilakukan karena kompromi, dan banyak di antara mereka bertahan sampai maut memisahkan.
Krystal diam, kata-kata yang diucapkan oleh Sean memang benar. Tidak semua pernikahan terjadi karena cinta. Dan tidak semua pernikahan juga berakhir dengan perceraian.
"Aku rasa sudah cukup untuk hari ini. Pikirkan lagi apa yang aku katakan. Selain itu, tidak ada ruginya menikah denganku. Aku yakin, di kalangan atas hanya sedikit pria yang bisa menyaingiku."
Krystal tidak bisa menyela kata-kata Sean, meski pria itu terdengar narsis, tapi apa yang ia katakan memang benar. Di kalangan atas, hanya sedikit pria yang bisa menyaingi Sean karena Sean sangat baik dalam segala hal, entah itu penampilan, latar belakang atau kecerdasan.
Setelah selesai bicara, Sean meninggalkan penthouse Krystal. Pria itu masuk ke dalam mobilnya yang dikemudikan oleh Jacob, asisten pribadinya.
"Beli unit penthouse yang berseberangan dengan milik Krystal," seru Sean.
"Baik, Tuan."
Sean ingin berada lebih dekat dengan anak-anaknya, dengan tinggal di seberang kediaman Krystal, ia bisa lebih mudah jika ingin melihat anak-anaknya.
tbc
"Tuan Sean?" Krystal mengerutkan keningnya ketika ia melihat Sean sudah berada di rumahnya sepagi ini."Aku datang ke sini untuk melihat anak-anakku." Semalam Sean datang sudah larut dan anak-anaknya sedang tidur, jadi pagi ini ia datang kembali agar bisa menggendong si kembar. "Apakah mereka sudah bangun?""Mereka baru saja selesai mandi.""Aku ingin melihat mereka.""Silahkan."Sean melangkah menuju ke kamar si kembar bersama dengan Krystal. Di dalam sana ada Sylvia yang baru saja selesai memakaikan pakaian Brianna.Sylvia bertanya-tanya, kenapa tamu semalam datang lagi pagi ini."Bibi, ini adalah Tuan Sean, ayah si kembar." Krystal tidak ingin Sylvia kebingungan jadi ia memberitahu Sylvia.Sylvia sedikit terkejut, jadi rupanya alasan pria itu datang lagi adalah karena pria itu merupakan ayah dari anak-anak Krystal. Sekarang setelah Sylvia melihat lagi, wajah si kembar memang terlihat sama dengan pria yang berdiri tidak jauh di depannya."Tuan Sea
Di sebuah hotel, Krystal berjalan terhuyung. Wanita itu baru saja keluar dari mulut singa. Untuk melebarkan sayapnya di dunia hiburan manajernya telah mengatur pertemuan dengan beberapa orang penting di bidangnya.Ia hanya tidak menyangka bahwa ternyata ia akan masuk ke dalam sebuah jebakan di mana ia meminum minuman yang telah dibubuhkan obat perangsang.Di belakangnya ada beberapa orang yang mengejar. Ia semakin mempercepat langkahnya. Berbelok di tikungan dan terus melangkah.Tubuhnya terasa begitu panas. Ia kemudian berhenti melangkah karena sudah tidak tahan lagi. Secara tidak sengaja ia membuka pintu sebuah kamar, ia masuk ke dalam sana untuk bersembunyi.Suara air mengalir terdengar oleh Krystal, tubuhnya yang panas pasti akan dingin jika dialiri oleh air. Tanpa memikirkan apapun Krystal masuk ke kamar mandi.Pria yang sedang ada di bawah pancuran air segera mematikan kran air dan mengalihkan pandangannya pada Krystal."Siapa kau, Nona?"Krystal yang melihat tubuh telanjang pri
Sean bangun dari tempat tidurnya, pria itu melihat ke sisi lain tempat tidur dan ia menemukan ranjang itu sudah kosong. Apakah ia ditinggal begitu saja oleh wanita yang memperkosanya semalam?Sean meraih ponselnya, wajah wanita yang bersamanya semalam tidak begitu asing, tapi ia tidak terlalu ingat siapa wanita itu. Pagi ini ia mencoba mengingat kembali di mana kiranya ia pernah melihat wanita itu?Ia kemudian mengetik di pencarian di ponselnya. "Rupanya benar dia." Sean sudah tahu identitas wanita yang bersamanya semalam.Krystal Aslyne, seorang supermodel yang digilai oleh banyak rekan kerjanya dan juga teman-temannya.Sean tidak pernah bersinggungan dengan Krystal sebelumnya, tapi ia sudah mendengar cukup banyak mengenai sepak terjang Krystal.Tidak begitu heran jika pagi ini ia bangun sendirian. Wanita itu terkenal sering bermain-main dengan pria.Sean turun dari ranjang, ia pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, setelahnya ia segera berpakaian.Beberapa saat kemudian Jac
Hari-hari berlalu, Krystal tidak mencoba menghubungi Sean setelah malam itu. Seperti yang dipikirkan oleh Sean, Krystal hanya menganggap malam itu sebagai one night stand, ia tidak mencoba menggunakan apa yang terjadi malam itu untuk mengikat Sean.Bagi Krystal pria tidak pernah menjadi hal yang penting. Hari ini bersamanya, besok sudah ia lupakan.Krystal menyelesaikan pemotretan terakhirnya hari ini. Wanita itu memutuskan untuk kembali ke penthousenya dan beristirahat karena kegiatannya hari ini sangat melelahkan.Malam harinya Krystal dibangunkan oleh kepala pelayannya, Sylvia. Wanita berusia hampir lima puluh tahun yang telah merawat Krystal sejak Krystal berusia lima tahun dan akhirnya ikut pindah ke penthouse Krystal saat Krystal berusia enam belas tahun."Nona, makan malam Anda sudah siap.""Baik, Bibi."Krystal segera turun dari ranjang. Ia pergi ke kamar mandi dan mencuci wajahnya lalu pergi ke ruang makan.Aroma makanan membuat Krystal merasa mual, wanita yang hendak duduk i
Sembilan bulan kemudian...Krystal telah melahirkan anak kembarnya, sekarang wanita itu berada di ruang rawat dengan bayi kembarnya yang berada di sisinya.Krystal masih tidak percaya bahwa saat ini ia telah menjadi seorang ibu dari dua anak sekaligus.Saat Krystal melihat wajah anak-anaknya, air matanya menetes karena terharu, ia jatuh cinta pada putra dan putrinya pada pandangan pertama. Setelah hari ini ia tidak akan kesepian lagi. Ia memiliki dua malaikat kecil yang akan menemani hari-harinya. Mengisi setiap kekosongan yang ia rasakan dengan kehadiran mereka.Beberapa waktu lalu ia merasa khawatir tentang persalinan anak-anaknya. Ia takut jika terjadi hal buruk, di mana mungkin ia atau anak-anaknya tidak bisa diselamatkan.Namun, semua kekhawatiran Krystal lenyap setelah ia mendengar suara tangis anak-anaknya yang dilahirkan melalui operasi.Krystal merasa bahwa semua perjuangannya selama mengandung anak-anaknya telah terbayarkan ketika ia berhasil mendekap tubu