Share

3. Bertukar Lagi?

Penulis: Rizu Key
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi itu Zinnia tengah mematut diri di depan cermin. Menyisir rambutnya agar terlihat rapi. Kemeja berwarna putih serta rok hitam panjang telah ia kenakan. Hari ini merupakan hari penentuannya agar bisa diterima di SJ Grup atau tidak. Zinnia berharap ia dapat diterima menjadi karyawan tetap di perusahaan itu.

Kini gadis itu pun keluar dari kontrakan seluas kurang lebih empat puluh lima meter persegi. Tidak luas memang. Namun, kontrakan itu sudah lebih dari cukup untuk ditinggali satu orang saja.

Zinnia sebenarnya tinggal di sebuah desa di sebuah kota yang disebut kota Adipura Kencana. Ia pindah ke Jakarta untuk mencari kerja. Berharap dapat memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Terutama ayah dan ibunya yang sudah tak muda lagi. Dengan berbekal ijazah kuliah, gadis itu memberanikan diri mengadu nasib di ibu kota.

Butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai ke SJ Grup menggunakan sepeda motor. Hari itu Zinnia beserta beberapa orang lainnya hendak mengikuti tes wawancara. Setelah berjam-jam lamanya akhirnya tiba waktu untuk mendapatkan hasil dari wawancara tersebut. Seleksi di SJ Grup memang terbilang ketat. Perusahaan itu memilih kualitas dari para calon karyawannya. Dengan segala rasa cemas serta lelah, Zinnia akhirnya mendapatkan hasil yang ia inginkan. Hal ini juga tak luput dari doa kedua orangtuanya.

"Selamat, Mbak Zinnia Shafira. Anda diterima di perusahaan ini." Seorang pria yang diketahui sebagai salah satu pihak HRD memberikan ucapan selamat pad gadis itu. Zinnia pun dengan senang hati menyambut jabat tangannya.

"Terima kasih, Pak."

"Hari Senin kamu sudah bisa mulai bekerja di sini. Lakukan yang terbaik ya!" ujar pria itu ramah.

 "Baik, Pak. InsyaAllah. Terima kasih banyak, Pak," balas Zinnia sembari tersenyum.

"Ya."

Tak lama kemudian gadis itu kembali menuruni anak-anak tangga yang tempo hari ia lewati. Tak ada satu orang pun yang lewat. Termasuk pria bernama Rey yang ia tabrak. Kembali ia teringat kejadian aneh yang belum pernah ia alami sebelumnya, bahkan dapat dikatakan mustahil untuk terjadi.

'Cowok kemarin mana ya? Kok aku gak lihat dia hari ini? Atau mungkin dia naik lift ya?' batin Zinnia penasaran. Ia benar-benar masih heran dengan kejadian bertukar jiwa itu. Ingin rasanya bertemu pria itu dan membicarakan keanehan yang mereka alami.

***

Setelah tes wawancara yang dilakukan dan Zinnia sudah jelas diterima sebagai karyawan SJ Grup, gadis itu dapat bernapas lega. Impiannya untuk bekerja di perusahaan ternama telah terwujud. Namun, ia tak boleh lengah. Ini merupakan langkah awal kehidupannya yang baru. Ia tak boleh sombong dengan pencapaiannya saat itu.

Hari berikutnya gadis itu mempunyai kesempatan untuk beristirahat mempersiapkan diri di hari berikutnya. Ya. Ini adalah hari Minggu dan Zinnia akan menghabiskan waktunya di kontrakan kecilnya. Gadis itu pun membuka kedua kelopak matanya. Ia lalu duduk dan meregangkan otot-ototnya. Sejenak ia melirik jam pada ponsel yang ia letakkan di dekatnya. Jam lima kurang seperempat pagi. Waktunya sholat subuh. Namun, gadis itu merasa ada yang janggal. Ponsel yang digenggam itu bukan miliknya. Ponsel itu terlalu mahal untuk orang biasa sepertinya.

"Astaghfirullah! Heh?" seru Zinnia dengan suara yang berat. Dengan segera Zinnia melompat dari tempat tidur yang berukuran besar itu. Langsung menghadap pada cermin yang lebih besar darinya. Tampak di sana seorang pria bertubuh tinggi dan berwajah tampan masih mengenakan piyama satin berwarna biru dongker. Pria yang dua hari sebelumnya bertabrakan dengan Zinnia. Pria yang ia ketahui bernama Rey.

"K-kok bisa? Ya ampun," gumam Zinnia yang sudah terjebak di dalam tubuh Rey sembari memegang wajahnya.

'Duh. Kenapa ini? Apa yang harus aku lakukan?' batin Zinnia bingung. Ia merasakan hal yang biasa dirasakan oleh orang yang baru bangun tidur yaitu buang air kecil.

Mau dibuang dia takut, mau ditahan nanti sakit bahkan bisa membuatnya mengompol. Dengan kebimbangan dan rasa takutnya, akhirnya Zinnia terpaksa membuang air seninya. Ia sudah tak bisa menahannya lagi. Gadis itu menutup rapat-rapat kedua matanya. Lalu mengguyurnya dengan menekan tombol pada kloset. Saat hendak membersihkan miliknya, secara spontan Zinnia berteriak keras. Membuat seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Ada apa, Kak?" tanya seseorang dari luar kamar itu. Zinnia mendengar suara pria lain lagi selain dirinya sendiri.

"Siapa itu?" tanya Zinnia dengan suara pelan. Ia pun dengan segera menyelesaikan masalahnya. "Nggak papa," balas Zinnia kemudian dengan setengah berteriak.

"Oh ya udah," balas orang di luar kamarnya setelah beberapa detik kemudian.

Zinnia keluar dari kamar mandi yang terbilang mewah itu lalu mengintip ke luar kamar. Mencari siapa gerangan yang memanggilnya tadi. Namun, ia tak menemukan siapa pun. Yang ia lihat hanya ruangan luas, rapi, dan mewah. Berbeda dengan kontrakan tempatnya tinggal.

Setelah berkutat dengan rasa bingungnya, gadis itu mencubit lengannya sendiri. Sakit. Ternyata itu bukan mimpi. Kejadian bertukar jiwa tempo hari kembali terjadi meski mereka tak saling berbenturan. Dengan segera Zinnia meraih ponsel milik Rey, mencoba untuk menghubungi nomornya. Tetapi sayang, ponsel Rey dipasang password yang tak ia ketahui.

"Ngapain pakai password segala sih?" sungut gadis itu. Ia pun melihat jam pada ponsel itu. Lalu ia meletakkan ponsel mahal itu dan kembali menuju kamar mandi.

Meski masih dalam kebingungan gadis itu tak mau melewatkan kewajibannya. Ia segera mengambil air wudhu lalu mengambil sprei tipis dari lemari karena tak menemukan satu pun sajadah di tempat asing itu. Kini ia bingung. Tak ada mukena yang dapat ia kenakan.

"Tunggu, tunggu. Sekarang aku kan laki-laki, jadi boleh tidak ya sholat dengan cara laki-laki? Tapi aku cewek tulen ...." cicit Zinnia kembali bimbang.

"Ya sudahlah terpaksa," ucapnya lagi sembari mengambil kembali sprei berwarna putih yang digelarnya. Membungkus kepala dan tubuhnya sendiri dengan niat menutupi auratnya.

Barulah setelah selesai menunaikan sholat subuh, Zinnia keluar dari kamar itu. Gadis itu tengah mencari tahu keberadaannya. Ia sekarang tahu bahwa laki-laki bernama Rey itu merupakan orang yang berada. Gadis itu melihat ke sekeliling ruangan dengan manik cokelat gelapnya. Melihat setiap sudut ruangan rumah dengan atap yang cukup tinggi. Ia pun menuruni anak-anak tangga rumah mewah itu. Saat Zinnia sampai di ruang tengah, ia melihat seorang laki-laki yang tampak lebih muda dari Rey tengah duduk sembari meminum teh. Laki-laki itu menatapnya.

"Hai, Kak. Tumben udah bangun?" tanya laki-laki yang tak ia ketahui siapa.

"Kamu siapa?" gumam Zinnia tanpa sadar mengabaikan sapaan dari laki-laki itu.

"Ya ampun, Kak. Apakah sebegitu bencinya Kak Rey sama aku sehingga kakak gak mau mengenali adikmu sendiri?" tanya laki-laki itu.

"Maaf," ucap Zinnia tak enak hati. Jadi laki-laki itu adalah adiknya Rey. Tapi kenapa ia berkata seperti itu? Alasan apa yang membuat sosok Rey membenci adiknya sendiri?

Bab terkait

  • Living with Mr. Arrogant   4. Kontrakan Vs Rumah Mewah

    Mendengar permintaan maaf darinya, laki-laki itu tampak kaget. Seolah baru pertama kali mendengarnya."Kamu lagi apa?" tanya Zinnia mencoba mencairkan suasana. Tak lupa ia memasang senyuman ramah yang terukir di wajah tampan Rey. Gadis itu tak segera mendapatkan jawaban dari adiknya itu. Yang terlihat laki-laki itu masih memandanginya penuh ketidakpercayaan."Eh i-ini lagi minum teh, Kak," balas sang adik."Oh." Zinnia mengangguk-anggukkan kepalanya."Kak Rey mau? Aku buatin," tawar sang adik yang tak diketahui namanya itu. Ingin rasanya Zinnia menanyakan nama sang adik. Akan tetapi ia takut akan membuatnya bertambah bingung."Nggak usah. Biar mb-kakak buat sendiri aja," balas Zinnia masih tersenyum. Ia lalu megambil sebuah cangkir berukuran sedang dan segera membuat teh celup yang sama dengan adik Rey.Gadis itu kemudian duduk di hadapan laki-laki itu. Sang adik masih terus menatapnya. Karena canggung, adik Rey pun memainkan ponselnya sendi

  • Living with Mr. Arrogant   5. Go to Work

    Zinnia sudah kembali ke dalam tubuhnya sendiri di hari berikutnya. Ia bersyukur atas jiwanya yang telah kembali, eh. Satu hari sebelumnya bahkan terasa seperti mimpi. Meski ia terjebak di dalam tubuh pria menyebalkan seperti Rey, tetapi keluarga laki-laki itu benar-benar hangat. Sungguh keluarga yang bahagia di matanya. Gadis itu jadi teringat dengan kedua orangtuanya yang tinggal di desa. Rindu.Setelah terbangun dari tidurnya, Zinnia baru sadar bahwa pakaiannya telah berganti. Berbeda dengan pakaian yang ia pakai di hari sebelumnya. Ia hanya memakai tank top dan hot pant. Ternyata Rey telah melanggar janjinya. Tunggu, memangnya sejak kapan mereka membuat janji? Gadis itu bahkan tak nyaman dengan pakaian dalam yang dipakainya. Terutama bra yang ia pakai. Pengaitnya tak terpasang dengan benar."Parah tuh cowok," sungut Zinnia sembari membetulkan pakaiannya. Ia membayangkan bagaimana Rey kesusahan mengenakan pakaian wanita. Rona merah pun muncul di ked

  • Living with Mr. Arrogant   6. Bukan Urusanku

    Hari ini merupakan hari kedua Zinnia bekerja. Gadis itu selalu rutin bangun pagi. Namun, dirinya kembali dibuat heran. Gadis itu kembali bertukar jiwa dengan pria asing bernama Rey yang ia temui lima hari yang lalu. Kini ia kembali berada di atas tempat tidur besar dan mewah milik Rey."Duh Gusti. Kenapa kejadian lagi?" gumam Zinnia frustasi sembari mengusap wajah Rey dengan kedua tangannya.Gadis itu kemudian beranjak dari tempat nyaman dan empuk itu. Kembali melakukan hal yang sama saat pertama kali ia berada di tempat itu. Setelah selesai, Zinnia memeriksa ponsel mahal milik Rey."Nggak dipassword lagi?" gumamnya. Ia merasa Rey sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.Belum sempat ia memasukkan nomornya, panggilan datang. Panggilan itu dari nomor ponselnya sendiri. Ternyata Rey menghubunginya terlebih dulu."Halo?""Ternyata kamu sudah bangun ya, cewek bar-bar?" tanya Rey dengan suara wanita milik Zinnia."Ap

  • Living with Mr. Arrogant   7. Di Kontrakan

    Mobil itu pun meninggalkan kontrakan kecil milik Zinnia. Setelah tak terlihat lagi, Zinnia yang berada di dalam tubuh Rey langsung menarik lengan kecilnya dan menutup rapat pintu kontrakan itu. Zinnia menatap dirinya sendiri dari atas ke bawah dan kebalikannya."Kamu gak macem-macem, kan?" tanya Zinnia curiga."Ngapain juga macem-macem," balas Rey tanpa menatap kedua matanya sendiri. Zinnia hanya menaikkan kedua alisnya."Mana ponselku?" tagih Rey meminta ponselnya."Nih!" Zinnia memberikan ponsel itu pada sang pemilik asli. Gadis itu pun berjalan memasuki kamarnya untuk mengambil ponsel miliknya."Jadi, sekarang kamu harus mandi! Aku udah lakuin perintah kamu, kamu harus berangkat kerja gantiin aku hari ini!" ujar Zinnia saat ia sudah kembali ke ruang tamu. Rey masih sibuk dengan ponselnya."Dengerin gak sih?" sungut Zinnia kesal."Iya denger." Rey membalas tatapan kesal Zinnia. Mereka pun saling bertatapan."Jadi cepat mandi!

  • Living with Mr. Arrogant   8. Expelled [Bagian 1]

    Di hari ke enam, gadis itu kembali bekerja di SJ Grup. Ia sudah kembali ke tubuhnya. Pada hari sebelumnya ia terpaksa sudah berani izin tidak bekerja. Padahal ia baru saja diterima di perusahaan besar itu.'Semoga aku gak dipecat sama Pak Direktur,' batin Zinnia penuh harap."Zin. Kamu udah sembuh? Kata Pak Ketua kamu sakit," tanya Desi tatkala gadis itu duduk di kursi kerjanya. Zinnia menatap seniornya dan tersenyum tipis. Ini semua gara-gara Rey yang membuat izin palsu untuknya."Sudah sembuh kok, Mbak Des," jawab Zinnia terpaksa berbohong."Syukur deh kalau udah sembuh. Tapi lain kali kalau gak parah-parah amat jangan izin ya! Nanti kamu bisa dipecat kalau sering izin," ucap Desi memperingatkan."Ba-baik, Mbak. Akan aku usahakan. Makasih ya, Mbak," tutur Zinnia sembari menganggukkan kepalanya.Gadis itu kini kembali berkutat dengan layar monitor pada meja kerjanya. Melanjutkan pekerjaannya yang tertunda di hari sebelumnya. Hingga seorang

  • Living with Mr. Arrogant   9. Expelled [Bagian 2]

    "Mas Rey?" gumam Zinnia. Mata gadis itu membulat saking kagetnya.Tertulis di atas meja kerja itu sebuah nama dan jabatan pria yang beberapa hari ini membuatnya kesal. Reyner Eka Sukmajaya, seorang Direktur Utama di SJ Grup. Dan nama SJ Grup diambil dari nama belakang pria itu. Zinnia tersadar bahwa selama ini ia berlaku kurang ajar pada atasannya. Dan inilah mengapa ia tak dapat bertemu pria yang bertukar jiwa dengannya. Strata mereka jauh berbeda."Kamu pasti tahu kan kenapa manajer Dani memanggilmu?" tanya Rey dengan sengaja. Zinnia hanya terdiam. Ia masih syok dengan apa yang dilihatnya."Kamu dipecat karena tidak bekerja di hari keduamu," imbuh Rey dengan suara dinginnya yang berat. Memangnya salah siapa Zinnia jadi tak berangkat kerja, Rey?"Maaf, Mas. Eh, Pak. Tapi kan yang membuat izin kemarin Pak Reyner. Bukan saya. Jadi, secara teknis itu Pak Reyner yang tidak masuk kerja," ujar Zinnia mencoba membela diri. Sebenarnya ia sangat kesal. Akan tetap

  • Living with Mr. Arrogant   10. Jadi Direktur

    Seperti yang telah diduga sebelumnya, pada hari Kamis itu Zinnia dan Rey kembali bertukar jiwa. Dengan terpaksa Zinnia harus berpura-pura menjadi direktur utama perusahaan SJ Grup. Perusahaan besar yang bergerak di bidang properti. Hari itu juga, saat Zinnia sedang bersiap berangkat ke kantor dari rumah mewah Rey, ia melihat sang pemilik SJ Grup secara langsung. Bahkan ia dapat duduk pada satu meja makan yang sama.Berbeda dengan Rey, sosok Haris Sukmajaya begitu berwibawa. Pria yang sudah berusia enam puluh tahun lebih itu masih terlihat segar bugar. Tampaknya Haris sudah merawat tubuhnya dengan baik.Suasana begitu sunyi saat semua orang menikmati makan paginya. Hanya terdengar suara sendok logam dan piring keramik yang saling beradu. Setelah selesai, Zinnia yang terjebak di dalam tubuh Rey hanya bisa diam. Ia tak ingin membuat kesalahan di depan mata pemilik perusahaan itu. Sekarang gadis itu baru tahu, tingkatan dirinya dan sang direktur utama sangatlah berbeda.

  • Living with Mr. Arrogant   11. Sekretaris

    Reyner menatap tajam wajahnya sendiri. Zinnia pun membalas tatapannya itu dengan wajah kesal. Gadis itu mencoba untuk menahan amarahnya agar tak mencakar wajahnya sendiri."Dengar! Aku juga tak mau bertukar jiwa dengan karyawan biasa sepertimu. Dan asalkan kamu tahu, jika masalah ini sudah selesai aku akan langsung memecatmu," ancam Rey dengan sinisnya. Pria itu menarik dasi miliknya yang dipakai oleh Zinnia. Gadis itu hanya bisa terdiam mendengarkan ancaman direktur dingin itu.‘Memangnya kapan masalah ini akan selesai? Sok tahu banget nih si bos rese,' umpat Zinnia tentunya dalam hati. Bisa gawat jika ia mengutarakannya secara terang-terangan."Jadi, apa Pak Rey punya rencana?" tanya Zinnia mencoba memberanikan diri."Sampai saatnya tiba. Setidaknya kita akan mencari tahu bagaimana pun caranya," tegas Rey."Dan kita harus sepakat bahwa hal ini tak boleh diketahui oleh siapa pun. Aku tak mau mendapat kesulitan dan diremehkan oleh orang perus

Bab terbaru

  • Living with Mr. Arrogant   126. END

    Setelah kepergian putra mereka, Reyner menatap sang istri yang sedang membereskan piring dan gelas kotor. "Kenapa Mas?" tanya Zinnia curiga.Reyner memeluk sang istri dari belakang. "Mumpung Kenang pergi, kita ke atas yuk!" ajak Reyner sembari menempelkan hidungnya pada leher sang istri."Ih. Geli, Mas," ucap Zinnia."Tapi aku pengen, Sayang," bisik Reyner lagi."Tapi ini masih siang, Mas," balas Zinnia menatap kedua mata Reyner."Nggak papa. Ya?" rengek Reyner dengan wajah memohon."Hahhh. Ya udah deh. Tapi aku selesaiin cuci piring dulu, ya?""Nanti aja! Aku cuciin deh," rengek Reyner tak sabar. "Ah lama," sambungnya sembari menggendong Zinnia menuju ke lantai dua.Pintu kembali ditutup rapat dari dalam kamar. Tak lupa Reyner menguncinya. Kembali ia mencumbui sang istri dengan mesra. Meski usia mereka sudah tak muda lagi. Namun, rasa cinta mereka masih ada. Reyner benar-benar menepati janjinya. Akan selalu mencintai Zinnia sa

  • Living with Mr. Arrogant   125. Monopoli

    Reyner dan Zinnia mendapati televisi yang masih menyala. Kemudian mereka melihat anak semata wayangnya tengah tertidur pulas sembari memeluk makanan ringan. Reyner pun dengan hati-hati menggendong putranya. Berniat memindahkannya ke dalam kamar."Emhh. Papi?" gumam Kenang kembali membuka matanya. "Kok Papi sama Mami lama sih di kamar?" tanya anak kecil itu sembari duduk dan mengucek kedua matanya."Maaf ya kalau lama, Sayang." Zinnia mendekati putranya."Mami sama Papi ngapain sih di kamar? Ken kan lapar," protes sang anak menatap wajah kedua orang tuanya."Emmm. Papi habis kasih huku-""Mami sama Papi habis main monopoli," ucap Zinnia memotong kalimat Reyner. Tak ingin anaknya bertanya yang aneh-aneh tentang hukuman dari suaminya."Yah. Kok Ken nggak diajak?" sungut Kenang."Lain kali aja, ya? Kalau Ken udah besar," balas Zinnia sembari mengelus rambut Kenang."Iya deh. Terus yang menang Mami apa Papi?" tanya anak kecil itu pe

  • Living with Mr. Arrogant   124. Hukuman

    Zinnia langsung terkesiap. Sepertinya Reyner kesal padanya."Tapi Ken belum mau bobok, Pi.""Sudah. Kamu masuk kamar dulu. Nanti kalau udah mau makan malam, baru deh Papi panggil," bujuk Reyner pada putranya."Emmmm. Iya deh. Ya udah. Ken mau baca buku cerita yang kemarin dibeliin Papi dulu," ujar Kenang menurut. Anak itu kemudian berjalan memasuki kamarnya.Kini tinggal Zinnia dan Reyner. Pria itu mendekati istrinya. "Apa, Mas?" tanya Zinnia mulai takut."Kau kan yang nyuruh Ken buat kasih serangga ke aku?" tanya Reyner menatap tajam istrinya."Hehe. Iya," balas Zinnia sembari meringis."Kalau begitu sekarang juga kamu aku hukum. Dasar istri kurang ajar!" seru Reyner sembari tersenyum lebar."Ih. Nggak mau," balas Zinnia sembari berlari meninggalkan suaminya. Naik ke lantai dua.Reyner pun mengejar sang istri. Karena kakinya yang panjang, ia mampu menyusul Zinnia. Segera saja pria itu membawa sang istri masuk ke dalam k

  • Living with Mr. Arrogant   123. Oleh-Oleh Untuk Papi

    Mentari mulai menampakkan sinarnya. Zinnia pun mulai mempersiapkan keperluan suami dan putranya. Wanita itu kini tengah menata barang bawaan untuk pergi karyawisata dengan sang anak."Kenang udah siap?" tanya Zinnia menatap putranya yang kini sudah berusia lima tahun lebih. Anak laki-laki itu sudah siap dengan kaos seragam TKnya."Sudah, Mi," jawab Kenang semangat.Beberapa menit kemudian, Kenang dan ibunya pergi berangkat karyawisata bersama anak-anak TK yang lainnya. Zinnia senang melihat keceriaan putranya bersenda gurau dengan anak-anak lain. Mereka pun pergi ke beberapa tempat wisata. Dari melihat sapi yang diperah hingga menghasilkan susu yang berkualitas, hingga ke perkebunan sayur mayur. Ya. Konsep karyawisata kali ini adalah kembali ke alam. Zinnia pun mengambil setiap momen dengan putranya. Mengabadikannya ke dalam gambar."Seneng nggak piknik kaya gini?" tanya Zinnia pada putranya."Seneng banget dong, Mi. Besok kapan-kapan kita ajak Pap

  • Living with Mr. Arrogant   122. Adek

    Sudah hampir tiga tahun usia pernikahan Reyner dan Zinnia. Bahkan sekarang putra pertama mereka sudah menginjak usia dua tahun. Perkembangan kognitifnya terhitung cepat. Bahkan di usianya yang masih kecil, ia sudah bisa menghafalkan doa sehari-hari dan surat-surat pendek dalam Al-Quran. Zinnia sangat bangga pada kemampuan menghafal putranya. Ternyata kecerdasan sang ayah telah menurun padanya.Malam itu Kenang sudah mulai tidur sendiri. Entah mengapa sejak beberapa hari terakhir anak kecil itu ingin memiliki kamarnya sendiri. Kamar berisi buku-buku cerita, mainan, dan tentu saja poster bergambar ikan."Beneran Ken mau bobok sendiri?" tanya Zinnia memastikan. Ia tengah mengantar putranya ke dalam kamar pada lantai satu."Iya, Mi. Ken mau bobok sendili," jawab sang anak sembari menganggukkan kepala dengan yakin."Ya udah kalau gitu. Sini bobok! Mami selimuti," ujar Zinnia sembari menepuk-nepuk kasur berukuran besar dengan seperei bergambar nemo.Kena

  • Living with Mr. Arrogant   121. Papi Ikan

    Sekitar pukul sembilan pagi, Kenang dengan antusias menanti kedatangan ikan koi barunya. Ia tak sabar ingin segera bermain dengan ikan. Hingga pukul jam sembilan lebih, seorang kurir tiba untuk mengantarkan sepuluh ikan koi dengan ukuran yang cukup besar."Pi, Mi! Ikan, ikan!" seru Kenang kegirangan sembari bertepuk tangan dan melompat-lompat. Jeritan histeris karena bahagia pun terdengar. Membuat kedua orangtuanya menggelengkan kepala mereka secara bersamaan."Iya, Sayang." Zinnia mengelus kepala putranya. Lalu menggendong Kenang untuk menghampiri ikan barunya."Ini ditaruh di mana, Pak?" tanya seorang kurir saat meletakkan sebuah box besar."Taruh situ aja," jawab Reyner."Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu, ya.""Ya. Makasih, ya," ucap Reyner.Kenang pun menghampiri box berukuran besar itu. Tak sabar ingin segera melihat isinya. Kini giliran Reyner yang bingung mau menempatkan sepuluh ikan koi itu di mana. Pasti tidak akan p

  • Living with Mr. Arrogant   120. Ikan Koi

    Zinnia tersenyum melihat wajah bingung suaminya. Wanita itu tahu apa yang diminta putranya. Segera saja ia mengambil tremos kecil, botol bayi, serta susu bubuk untuk Kenang. Beberapa menit kemudian susu hangat sudah jadi."Nih minumnya, Sayang," ucap Zinnia sembari memberikan botol pada Kenang. Bayi laki-laki itu langsung meminum susunya dengan lahap."Oh. Haus," ucap Reyner bergantian memegangi botol itu."Iya, Papi. Adek haus." Zinnia menjawab seolah mewakili putranya. Perlahan-lahan bayi laki-laki itu mulai mengantuk."Papi juga haus nih, Mi," bisik Reyner di telinga sang istri."Oh. Papi haus? Ya udah Mami ambilin minum bentar," balas Zinnia sembari berdiri.Reyner menahan lengan sang istri. Zinnia pun menoleh menatap suaminya dengan heran. "Kenapa, Mas? Apa lagi? Aku ambilin sekalian," ucapnya."Bukan haus itu. Sini duduk!" anjur Reyner sedikit kesal. Zinnia pun kembali duduk di samping suaminya."Aku haus ini," bisik Reyn

  • Living with Mr. Arrogant   119. Bella Dan Chandra

    "Sudah siap belum, Mi?" tanya Reyner pada sang istri yang sedang menyisir rambutnya. Kini rambut Zinnia sudah sedikit lebih panjang."Iya, Pi. Bentar," jawab Zinnia menyelesaikan persiapannya.Setelah selesai, Zinnia menghampiri Reyner yang sedang duduk menunggunya di sofa. Wanita itu tersenyum melihat kedua jagoannya. Reyner sudah memakai jas rapi sembari memangku sang anak yang kini sudah berusia empat bulan."Sini. Kenang sama Mami, ya," ajak Zinnia pada putranya. Wanita itu kemudian menggendong Kenang dengan gendongan bayi."Nggak aku aja yang gendong?" tanya Reyner saat menyerahkan putranya."Jangan, Pi. Papi kan pakai jas," jawab Zinnia."Oh. Ya udah," balas Reyner."Ini benerin dulu, Pi," ujar Zinnia saat melihat kerah baju suaminya. Segera saja ia membetulkan kerah tersebut."Dah. Yuk, Pi. Kita berangkat!" ajak Zinnia sembari menatap Kenang. Bayi itu kemudian terkekeh kegirangan."Ya udah. Ayo, Mi!" Reyner pun me

  • Living with Mr. Arrogant   118. Rencana Chandra

    Kenang pun langsung terdiam setelah menerima ASI dari sang ibu. Kedua matanya perlahan-lahan mulai terpejam. Sepertinya bayi mungil itu memang sudah waktunya mengantuk.Di luar kamar, Reyner tengah memberikan koordinasi pada panitia aqiqoh putranya. Pak Haris dan Pak Agus pun ikut menemani pria itu. Hingga ketika acara hendak dimulai, Reyner mencari istri dan anaknya. Bella yang mengetahui gelagat Reyner pun memberitahukan pria itu keberadaan sahabatnya."Pak Rey. Zin ada di kamar lantai satu. Di pojok sana," ucap Bella sembari menunjukkan tempat yang ia maksud."Oh. Oke, Bel. Makasih," balas Reyner.Pria itu pun menghampiri sang istri. Reyner melihat Zinnia yang sedang memangku putranya yang tertidur pulas. Ia kemudian tersenyum."Sayang. Acara udah mau dimulai," tutur Reyner dengam suara pelan.Zinnia menoleh menatap suaminya. "Iya, Mas," jawab Zinnia tak kalah pelan.Dengan hati-hati wanita itu berjalan menuju halaman bela

DMCA.com Protection Status