Share

5. Go to Work

Author: Rizu Key
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Zinnia sudah kembali ke dalam tubuhnya sendiri di hari berikutnya. Ia bersyukur atas jiwanya yang telah kembali, eh. Satu hari sebelumnya bahkan terasa seperti mimpi. Meski ia terjebak di dalam tubuh pria menyebalkan seperti Rey, tetapi keluarga laki-laki itu benar-benar hangat. Sungguh keluarga yang bahagia di matanya. Gadis itu jadi teringat dengan kedua orangtuanya yang tinggal di desa. Rindu.

Setelah terbangun dari tidurnya, Zinnia baru sadar bahwa pakaiannya telah berganti. Berbeda dengan pakaian yang ia pakai di hari sebelumnya. Ia hanya memakai tank top dan hot pant. Ternyata Rey telah melanggar janjinya. Tunggu, memangnya sejak kapan mereka membuat janji? Gadis itu bahkan tak nyaman dengan pakaian dalam yang dipakainya. Terutama bra yang ia pakai. Pengaitnya tak terpasang dengan benar.

"Parah tuh cowok," sungut Zinnia sembari membetulkan pakaiannya. Ia membayangkan bagaimana Rey kesusahan mengenakan pakaian wanita. Rona merah pun muncul di kedua pipi chubby Zinnia. Malu, tentu saja.

Setelah selesai membersihkan diri dan bersiap dengan pakaian kerja, gadis itu menyiapkan sarapan. Ia terkejut tatkala melihat piring, gelas, dan teflonnya yang masih kotor di atas wastafel. Stok mi instan dan makanan di dalam kulkasnya pun sudah berkurang. Bahkan sosis kesukaannya sudah raib dimakan Rey semua.

"Sabar, Zin. Anggep aja ini barter buat makanan lezat dan mewah yang kemarin kamu makan," gumam Zinnia mencoba memaklumi. Dengan terpaksa ia hanya sarapan dengan roti tawar dan segelas susu cokelat. Tak ada waktu untuk memasak.

Gadis itu pun berangkat dari kontrakannya dengan naik ojek online. Tepat pukul tujuh ia sudah sampai di kantor perusahaan SJ Grup. Tiga puluh menit sebelum jam kerja. Karena hari itu merupakan hari pertamanya mulai bekerja, Zinnia sudah mempersiapkan semangat empat limanya.

'Oke. Aku akan cari cowok rese bernama Rey itu. Dia bekerja di divisi mana dan apa yang ia kerjakan. Seenggaknya aku ingin membicarakan masalah pertukaran jiwa ini,' batin Zinnia saat berjalan kembali memasuki gedung perusahaan SJ Grup.

'Kalau perlu ingin kutendang lututnya biar dia susah jalan,' imbuh Zinnia lagi sembari tersenyum jahat. Membayangkan kesialan Rey yang sudah membuat berantakan tempat tinggalnya.

"Rey. Aku mau tanya, cewek yang waktu itu sebenarnya siapa?" tanya seorang pria berusia tiga puluh satu tahun yang sedang menyerahkan berkas pada Rey.

"Bukan siapa-siapa," jawab Rey datar. Pria yang bertanya malah menatap curiga pada Rey.

"Dani, aku mau tanya sesuatu," ucap Rey kemudian. Laki-laki itu satu tahun lebih muda dari pria bernama Dani.

"Apa?" tanya Dani menatap heran pada kawannya.

"Apa kamu percaya jika jiwa dua orang itu bisa tertukar? Maksudku seperti bertukar tubuh?" tanya Rey menatap lurus kawannya. Dani hanya memiringkan kepalanya. Tampak dari raut wajahnya ia tengah berpikir.

"Hahaha. Mana ada hal seperti itu, Rey. Tumben kau bercanda seperti ini?" tanya Dani sembari tertawa. Ia merasa bahwa kawan sekaligus atasannya itu sedang membuat lelucon untuknya. Atau itu hanya sebuah pengalihan untuk pertanyaannya?

"Kamu bener juga, Dan. Gak mungkin juga hal seperti itu bisa terjadi." Rey membenarkan ucapan Dani.

"Memangnya kau pernah merasakannya? Jangan ngaco ah, Rey!" seru Dani dan hanya dibalas tatapan dingin temannya.

"Ngomong-ngomong pertanyaanku yang tadi belum kau jawab dengan jujur. Siapa sebenarnya cewek itu? Apa dia pacar yang kau sembunyikan dari kedua orangtuamu?" tanya Dani lagi. Rey mendelik menatapnya, membuat Dani tampak senang dengan dugaannya.

"Oh. Jadi beneran? Pantesan kamu peluk dia sampai seperti itu."

"Jangan bercanda! Dia cuma buat masalah. Dia bukan pacarku," ujar Rey kesal.

"Hooo. Benarkah? Padahal kalau menurutku dia cantik dan imut begitu."

"Sudahlah. Lebih baik kamu segera keluar! Sana! Serahkan berkas ini pada manajer tiap divisi!" perintah Rey sembari menyerahkan beberapa berkas yang tadi dibawa Dani.

"Oke, Pak Direktur," balas Dani sambil tersenyum penuh arti. Laki-laki itu lalu pergi meninggalkan atasannya.

'Sialan si Dani. Tapi kejadian itu memang mustahil dan sulit dipercaya,' batin Rey saat menatap pintu ruangannya yang sudah kembali tertutup rapat. Pria itu lalu membuka laci mejanya.

'Zinnia Shafira, jadi kamu karyawan baru di perusahaan ini?' ucap Rey dalam hati sembari menatap sebuah salinan berkas pendaftaran yang ia sembunyikan di dalam laci meja kerjanya. Pria itu ternyata sudah menyelidiki identitas Zinnia setelah ia melihat kartu nama gadis itu yang tergantung di dekat baju kerja.

Rey tersenyum simpul mengingat kejadian sehari sebelumnya. Ia menikmati hari liburnya yang tak biasa. Ia bahkan bisa membayangkan bagaimana reaksi Zinnia jika mengetahui apa yang ia lakukan di kontrakan gadis itu. Termasuk mandi, berganti pakaian, menghabiskan stok makanan, tak lupa dengan mengotori peralatan masak dan makannya. Pria dingin itu terkekeh pelan seperti sedang menonton drama komedi. Dan baru hari itulah ia memakan makanan orang biasa. Lalu biasanya kau makan apa Rey?

Kembali ke Zinnia. Gadis itu kini sudah mulai bekerja, duduk di meja kerja perusahaan sebagai karyawan. Tak tinggi memang jabatan yang ia dapatkan. Namun, gadis itu tetap bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan.

"Kalau ada yang belum kamu mengerti, jangan malu buat tanya padaku atau rekan-rekan yang lainnya, ya? Kami akan selalu siap membantu," ujar seorang wanita berusia sekitar dua puluh tujuh tahun. Ia merupakan senior Zinnia yang sudah bekerja selama tiga tahun di SJ Grup.

"Baik, Mbak Desi. Terima kasih," balas Zinnia sembari tersenyum.

"Siap. Sama-sama, Zin." Setelah perkenalan itu, Desi kembali duduk ke meja kerjanya. Namun, wanita itu menghentikan langkahnya dan kembali mendekati Zinnia.

"Ada apa, Mbak?" Zinnia menatap heran pada seniornya.

"Gini, Zin. Mbak cuma pengen kasih tahu kamu aja," ucap Desi membuat Zinnia menghentikan sejenak aktivitasnya menghidupkan komputer. "Mbak cuma mau ngasih tahu kamu kalau atasan kita itu dinginnya minta ampun. Selain itu beliau terkenal galak dan arogan. Beliau bahkan gak mau nerima kesalahan sedikit pun dari bawahannya. Jadi, kamu harus hati-hati ya saat kerja! Harus teliti. Kalau nggak kamu bisa dipecat," jelas Desi memberi peringatan.

"Begitukah, Mbak?" Desi membalas dengan anggukan.

"Baik, Mbak Des. Makasih atas nasihatnya. InsyaAllah aku akan hati-hati dan teliti saat bekerja."

"Harus itu, Zin. Dan satu lagi. Atasan kita itu merupakan anak dari pemilik perusahaan ini. Jadi dia memiliki kekuasaan di atas kita semua. Ya udah. Itu hanya sekedar informasi aja. Kalau kamu ketemu atasan kita, Pak Direktur Utama, setidaknya berikan salam hormat padanya," imbuh Desi lagi.

"Ba-baik, Mbak," balas Zinnia yang kehabisan kata-kata. Ia merasa merinding mengetahui sikap atasannya.

Related chapters

  • Living with Mr. Arrogant   6. Bukan Urusanku

    Hari ini merupakan hari kedua Zinnia bekerja. Gadis itu selalu rutin bangun pagi. Namun, dirinya kembali dibuat heran. Gadis itu kembali bertukar jiwa dengan pria asing bernama Rey yang ia temui lima hari yang lalu. Kini ia kembali berada di atas tempat tidur besar dan mewah milik Rey."Duh Gusti. Kenapa kejadian lagi?" gumam Zinnia frustasi sembari mengusap wajah Rey dengan kedua tangannya.Gadis itu kemudian beranjak dari tempat nyaman dan empuk itu. Kembali melakukan hal yang sama saat pertama kali ia berada di tempat itu. Setelah selesai, Zinnia memeriksa ponsel mahal milik Rey."Nggak dipassword lagi?" gumamnya. Ia merasa Rey sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.Belum sempat ia memasukkan nomornya, panggilan datang. Panggilan itu dari nomor ponselnya sendiri. Ternyata Rey menghubunginya terlebih dulu."Halo?""Ternyata kamu sudah bangun ya, cewek bar-bar?" tanya Rey dengan suara wanita milik Zinnia."Ap

  • Living with Mr. Arrogant   7. Di Kontrakan

    Mobil itu pun meninggalkan kontrakan kecil milik Zinnia. Setelah tak terlihat lagi, Zinnia yang berada di dalam tubuh Rey langsung menarik lengan kecilnya dan menutup rapat pintu kontrakan itu. Zinnia menatap dirinya sendiri dari atas ke bawah dan kebalikannya."Kamu gak macem-macem, kan?" tanya Zinnia curiga."Ngapain juga macem-macem," balas Rey tanpa menatap kedua matanya sendiri. Zinnia hanya menaikkan kedua alisnya."Mana ponselku?" tagih Rey meminta ponselnya."Nih!" Zinnia memberikan ponsel itu pada sang pemilik asli. Gadis itu pun berjalan memasuki kamarnya untuk mengambil ponsel miliknya."Jadi, sekarang kamu harus mandi! Aku udah lakuin perintah kamu, kamu harus berangkat kerja gantiin aku hari ini!" ujar Zinnia saat ia sudah kembali ke ruang tamu. Rey masih sibuk dengan ponselnya."Dengerin gak sih?" sungut Zinnia kesal."Iya denger." Rey membalas tatapan kesal Zinnia. Mereka pun saling bertatapan."Jadi cepat mandi!

  • Living with Mr. Arrogant   8. Expelled [Bagian 1]

    Di hari ke enam, gadis itu kembali bekerja di SJ Grup. Ia sudah kembali ke tubuhnya. Pada hari sebelumnya ia terpaksa sudah berani izin tidak bekerja. Padahal ia baru saja diterima di perusahaan besar itu.'Semoga aku gak dipecat sama Pak Direktur,' batin Zinnia penuh harap."Zin. Kamu udah sembuh? Kata Pak Ketua kamu sakit," tanya Desi tatkala gadis itu duduk di kursi kerjanya. Zinnia menatap seniornya dan tersenyum tipis. Ini semua gara-gara Rey yang membuat izin palsu untuknya."Sudah sembuh kok, Mbak Des," jawab Zinnia terpaksa berbohong."Syukur deh kalau udah sembuh. Tapi lain kali kalau gak parah-parah amat jangan izin ya! Nanti kamu bisa dipecat kalau sering izin," ucap Desi memperingatkan."Ba-baik, Mbak. Akan aku usahakan. Makasih ya, Mbak," tutur Zinnia sembari menganggukkan kepalanya.Gadis itu kini kembali berkutat dengan layar monitor pada meja kerjanya. Melanjutkan pekerjaannya yang tertunda di hari sebelumnya. Hingga seorang

  • Living with Mr. Arrogant   9. Expelled [Bagian 2]

    "Mas Rey?" gumam Zinnia. Mata gadis itu membulat saking kagetnya.Tertulis di atas meja kerja itu sebuah nama dan jabatan pria yang beberapa hari ini membuatnya kesal. Reyner Eka Sukmajaya, seorang Direktur Utama di SJ Grup. Dan nama SJ Grup diambil dari nama belakang pria itu. Zinnia tersadar bahwa selama ini ia berlaku kurang ajar pada atasannya. Dan inilah mengapa ia tak dapat bertemu pria yang bertukar jiwa dengannya. Strata mereka jauh berbeda."Kamu pasti tahu kan kenapa manajer Dani memanggilmu?" tanya Rey dengan sengaja. Zinnia hanya terdiam. Ia masih syok dengan apa yang dilihatnya."Kamu dipecat karena tidak bekerja di hari keduamu," imbuh Rey dengan suara dinginnya yang berat. Memangnya salah siapa Zinnia jadi tak berangkat kerja, Rey?"Maaf, Mas. Eh, Pak. Tapi kan yang membuat izin kemarin Pak Reyner. Bukan saya. Jadi, secara teknis itu Pak Reyner yang tidak masuk kerja," ujar Zinnia mencoba membela diri. Sebenarnya ia sangat kesal. Akan tetap

  • Living with Mr. Arrogant   10. Jadi Direktur

    Seperti yang telah diduga sebelumnya, pada hari Kamis itu Zinnia dan Rey kembali bertukar jiwa. Dengan terpaksa Zinnia harus berpura-pura menjadi direktur utama perusahaan SJ Grup. Perusahaan besar yang bergerak di bidang properti. Hari itu juga, saat Zinnia sedang bersiap berangkat ke kantor dari rumah mewah Rey, ia melihat sang pemilik SJ Grup secara langsung. Bahkan ia dapat duduk pada satu meja makan yang sama.Berbeda dengan Rey, sosok Haris Sukmajaya begitu berwibawa. Pria yang sudah berusia enam puluh tahun lebih itu masih terlihat segar bugar. Tampaknya Haris sudah merawat tubuhnya dengan baik.Suasana begitu sunyi saat semua orang menikmati makan paginya. Hanya terdengar suara sendok logam dan piring keramik yang saling beradu. Setelah selesai, Zinnia yang terjebak di dalam tubuh Rey hanya bisa diam. Ia tak ingin membuat kesalahan di depan mata pemilik perusahaan itu. Sekarang gadis itu baru tahu, tingkatan dirinya dan sang direktur utama sangatlah berbeda.

  • Living with Mr. Arrogant   11. Sekretaris

    Reyner menatap tajam wajahnya sendiri. Zinnia pun membalas tatapannya itu dengan wajah kesal. Gadis itu mencoba untuk menahan amarahnya agar tak mencakar wajahnya sendiri."Dengar! Aku juga tak mau bertukar jiwa dengan karyawan biasa sepertimu. Dan asalkan kamu tahu, jika masalah ini sudah selesai aku akan langsung memecatmu," ancam Rey dengan sinisnya. Pria itu menarik dasi miliknya yang dipakai oleh Zinnia. Gadis itu hanya bisa terdiam mendengarkan ancaman direktur dingin itu.‘Memangnya kapan masalah ini akan selesai? Sok tahu banget nih si bos rese,' umpat Zinnia tentunya dalam hati. Bisa gawat jika ia mengutarakannya secara terang-terangan."Jadi, apa Pak Rey punya rencana?" tanya Zinnia mencoba memberanikan diri."Sampai saatnya tiba. Setidaknya kita akan mencari tahu bagaimana pun caranya," tegas Rey."Dan kita harus sepakat bahwa hal ini tak boleh diketahui oleh siapa pun. Aku tak mau mendapat kesulitan dan diremehkan oleh orang perus

  • Living with Mr. Arrogant   12. Move

    Memasuki hari kedelapan, Zinnia kembali pada tubuh aslinya. Gadis itu bersiap untuk berangkat kerja. Dengan setelan kemeja berwarna biru muda serta rok panjang hingga ke betis menambah sempurna penampilannya. Tak lupa Zinnia memoleskan sedikit make up pada wajah manisnya. Ia sangat senang karena dapat memakai liptint yang baru saja dibeli. Jika ia adalah Rey, ia tak bisa mencobanya pada hari itu."Sip. Sekarang tinggal berangkat. Satu hari bersabar bersama bos sombong," gumam Zinnia di depan cermin kamarnya.Gadis itu kemudian mengambil tas kerja dan berjalan keluar kamar. Kemudian mengambil sepatu pantopel dan hendak berjalan keluar kontrakan sebelum ia mendengarkan sebuah ketukan pada pintunya. Siapa gerangan yang datang di pagi itu? Apakah Reyner sudah berbaik hati mau menjemputnya?"Permisi, Mbak. Apakah benar Mbak yang namanya Zinnia Shafira?" tanya seorang pria berkaos hitam dengan topi berwarna sama saat gadis itu membuka pintu kontrakan

  • Living with Mr. Arrogant   13. Emosi

    "Ck. Jangan ngarep kamu akan dapat perlakuan baik dariku. Aku hanya tak ingin dirugikan dengan pertukaran kita. Setidaknya aku bisa bangun di atas kasur yang empuk dan tempat nyaman. Berterimakasihlah karena aku sudah mengasihimu," ucap Rey dengan angkuhnya. Membuat Zinnia menahan urat-urat kemarahannya."Baik, Pak Reyner," balas Zinnia mencoba bersabar sembari memasang senyuman yang ia paksakan."Cepetan masuk! Tuh barang-barangmu sudah datang," perintah Rey saat ia mendengar suara klakson mobil dari luar."Bawa barang-barangmu sekalian!" perintah Rey."Baik, Pak Reyner," balas Zinnia masih memasang senyuman paksa.'Tadi disuruh masuk, sekarang disuruh ambil barang di luar. Dasar direktur sableng,' rutuk Zinnia sembari berjalan menuju pintu gerbang.Benar saja barang-barangnya sudah dibawa dengan sebuah mobil box. Kelima orang yang tadi datang ke kontrakannya pun sudah mulai menurunkan barang-barangnya. Dengan segera Zinnia meminta kelima o

Latest chapter

  • Living with Mr. Arrogant   126. END

    Setelah kepergian putra mereka, Reyner menatap sang istri yang sedang membereskan piring dan gelas kotor. "Kenapa Mas?" tanya Zinnia curiga.Reyner memeluk sang istri dari belakang. "Mumpung Kenang pergi, kita ke atas yuk!" ajak Reyner sembari menempelkan hidungnya pada leher sang istri."Ih. Geli, Mas," ucap Zinnia."Tapi aku pengen, Sayang," bisik Reyner lagi."Tapi ini masih siang, Mas," balas Zinnia menatap kedua mata Reyner."Nggak papa. Ya?" rengek Reyner dengan wajah memohon."Hahhh. Ya udah deh. Tapi aku selesaiin cuci piring dulu, ya?""Nanti aja! Aku cuciin deh," rengek Reyner tak sabar. "Ah lama," sambungnya sembari menggendong Zinnia menuju ke lantai dua.Pintu kembali ditutup rapat dari dalam kamar. Tak lupa Reyner menguncinya. Kembali ia mencumbui sang istri dengan mesra. Meski usia mereka sudah tak muda lagi. Namun, rasa cinta mereka masih ada. Reyner benar-benar menepati janjinya. Akan selalu mencintai Zinnia sa

  • Living with Mr. Arrogant   125. Monopoli

    Reyner dan Zinnia mendapati televisi yang masih menyala. Kemudian mereka melihat anak semata wayangnya tengah tertidur pulas sembari memeluk makanan ringan. Reyner pun dengan hati-hati menggendong putranya. Berniat memindahkannya ke dalam kamar."Emhh. Papi?" gumam Kenang kembali membuka matanya. "Kok Papi sama Mami lama sih di kamar?" tanya anak kecil itu sembari duduk dan mengucek kedua matanya."Maaf ya kalau lama, Sayang." Zinnia mendekati putranya."Mami sama Papi ngapain sih di kamar? Ken kan lapar," protes sang anak menatap wajah kedua orang tuanya."Emmm. Papi habis kasih huku-""Mami sama Papi habis main monopoli," ucap Zinnia memotong kalimat Reyner. Tak ingin anaknya bertanya yang aneh-aneh tentang hukuman dari suaminya."Yah. Kok Ken nggak diajak?" sungut Kenang."Lain kali aja, ya? Kalau Ken udah besar," balas Zinnia sembari mengelus rambut Kenang."Iya deh. Terus yang menang Mami apa Papi?" tanya anak kecil itu pe

  • Living with Mr. Arrogant   124. Hukuman

    Zinnia langsung terkesiap. Sepertinya Reyner kesal padanya."Tapi Ken belum mau bobok, Pi.""Sudah. Kamu masuk kamar dulu. Nanti kalau udah mau makan malam, baru deh Papi panggil," bujuk Reyner pada putranya."Emmmm. Iya deh. Ya udah. Ken mau baca buku cerita yang kemarin dibeliin Papi dulu," ujar Kenang menurut. Anak itu kemudian berjalan memasuki kamarnya.Kini tinggal Zinnia dan Reyner. Pria itu mendekati istrinya. "Apa, Mas?" tanya Zinnia mulai takut."Kau kan yang nyuruh Ken buat kasih serangga ke aku?" tanya Reyner menatap tajam istrinya."Hehe. Iya," balas Zinnia sembari meringis."Kalau begitu sekarang juga kamu aku hukum. Dasar istri kurang ajar!" seru Reyner sembari tersenyum lebar."Ih. Nggak mau," balas Zinnia sembari berlari meninggalkan suaminya. Naik ke lantai dua.Reyner pun mengejar sang istri. Karena kakinya yang panjang, ia mampu menyusul Zinnia. Segera saja pria itu membawa sang istri masuk ke dalam k

  • Living with Mr. Arrogant   123. Oleh-Oleh Untuk Papi

    Mentari mulai menampakkan sinarnya. Zinnia pun mulai mempersiapkan keperluan suami dan putranya. Wanita itu kini tengah menata barang bawaan untuk pergi karyawisata dengan sang anak."Kenang udah siap?" tanya Zinnia menatap putranya yang kini sudah berusia lima tahun lebih. Anak laki-laki itu sudah siap dengan kaos seragam TKnya."Sudah, Mi," jawab Kenang semangat.Beberapa menit kemudian, Kenang dan ibunya pergi berangkat karyawisata bersama anak-anak TK yang lainnya. Zinnia senang melihat keceriaan putranya bersenda gurau dengan anak-anak lain. Mereka pun pergi ke beberapa tempat wisata. Dari melihat sapi yang diperah hingga menghasilkan susu yang berkualitas, hingga ke perkebunan sayur mayur. Ya. Konsep karyawisata kali ini adalah kembali ke alam. Zinnia pun mengambil setiap momen dengan putranya. Mengabadikannya ke dalam gambar."Seneng nggak piknik kaya gini?" tanya Zinnia pada putranya."Seneng banget dong, Mi. Besok kapan-kapan kita ajak Pap

  • Living with Mr. Arrogant   122. Adek

    Sudah hampir tiga tahun usia pernikahan Reyner dan Zinnia. Bahkan sekarang putra pertama mereka sudah menginjak usia dua tahun. Perkembangan kognitifnya terhitung cepat. Bahkan di usianya yang masih kecil, ia sudah bisa menghafalkan doa sehari-hari dan surat-surat pendek dalam Al-Quran. Zinnia sangat bangga pada kemampuan menghafal putranya. Ternyata kecerdasan sang ayah telah menurun padanya.Malam itu Kenang sudah mulai tidur sendiri. Entah mengapa sejak beberapa hari terakhir anak kecil itu ingin memiliki kamarnya sendiri. Kamar berisi buku-buku cerita, mainan, dan tentu saja poster bergambar ikan."Beneran Ken mau bobok sendiri?" tanya Zinnia memastikan. Ia tengah mengantar putranya ke dalam kamar pada lantai satu."Iya, Mi. Ken mau bobok sendili," jawab sang anak sembari menganggukkan kepala dengan yakin."Ya udah kalau gitu. Sini bobok! Mami selimuti," ujar Zinnia sembari menepuk-nepuk kasur berukuran besar dengan seperei bergambar nemo.Kena

  • Living with Mr. Arrogant   121. Papi Ikan

    Sekitar pukul sembilan pagi, Kenang dengan antusias menanti kedatangan ikan koi barunya. Ia tak sabar ingin segera bermain dengan ikan. Hingga pukul jam sembilan lebih, seorang kurir tiba untuk mengantarkan sepuluh ikan koi dengan ukuran yang cukup besar."Pi, Mi! Ikan, ikan!" seru Kenang kegirangan sembari bertepuk tangan dan melompat-lompat. Jeritan histeris karena bahagia pun terdengar. Membuat kedua orangtuanya menggelengkan kepala mereka secara bersamaan."Iya, Sayang." Zinnia mengelus kepala putranya. Lalu menggendong Kenang untuk menghampiri ikan barunya."Ini ditaruh di mana, Pak?" tanya seorang kurir saat meletakkan sebuah box besar."Taruh situ aja," jawab Reyner."Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu, ya.""Ya. Makasih, ya," ucap Reyner.Kenang pun menghampiri box berukuran besar itu. Tak sabar ingin segera melihat isinya. Kini giliran Reyner yang bingung mau menempatkan sepuluh ikan koi itu di mana. Pasti tidak akan p

  • Living with Mr. Arrogant   120. Ikan Koi

    Zinnia tersenyum melihat wajah bingung suaminya. Wanita itu tahu apa yang diminta putranya. Segera saja ia mengambil tremos kecil, botol bayi, serta susu bubuk untuk Kenang. Beberapa menit kemudian susu hangat sudah jadi."Nih minumnya, Sayang," ucap Zinnia sembari memberikan botol pada Kenang. Bayi laki-laki itu langsung meminum susunya dengan lahap."Oh. Haus," ucap Reyner bergantian memegangi botol itu."Iya, Papi. Adek haus." Zinnia menjawab seolah mewakili putranya. Perlahan-lahan bayi laki-laki itu mulai mengantuk."Papi juga haus nih, Mi," bisik Reyner di telinga sang istri."Oh. Papi haus? Ya udah Mami ambilin minum bentar," balas Zinnia sembari berdiri.Reyner menahan lengan sang istri. Zinnia pun menoleh menatap suaminya dengan heran. "Kenapa, Mas? Apa lagi? Aku ambilin sekalian," ucapnya."Bukan haus itu. Sini duduk!" anjur Reyner sedikit kesal. Zinnia pun kembali duduk di samping suaminya."Aku haus ini," bisik Reyn

  • Living with Mr. Arrogant   119. Bella Dan Chandra

    "Sudah siap belum, Mi?" tanya Reyner pada sang istri yang sedang menyisir rambutnya. Kini rambut Zinnia sudah sedikit lebih panjang."Iya, Pi. Bentar," jawab Zinnia menyelesaikan persiapannya.Setelah selesai, Zinnia menghampiri Reyner yang sedang duduk menunggunya di sofa. Wanita itu tersenyum melihat kedua jagoannya. Reyner sudah memakai jas rapi sembari memangku sang anak yang kini sudah berusia empat bulan."Sini. Kenang sama Mami, ya," ajak Zinnia pada putranya. Wanita itu kemudian menggendong Kenang dengan gendongan bayi."Nggak aku aja yang gendong?" tanya Reyner saat menyerahkan putranya."Jangan, Pi. Papi kan pakai jas," jawab Zinnia."Oh. Ya udah," balas Reyner."Ini benerin dulu, Pi," ujar Zinnia saat melihat kerah baju suaminya. Segera saja ia membetulkan kerah tersebut."Dah. Yuk, Pi. Kita berangkat!" ajak Zinnia sembari menatap Kenang. Bayi itu kemudian terkekeh kegirangan."Ya udah. Ayo, Mi!" Reyner pun me

  • Living with Mr. Arrogant   118. Rencana Chandra

    Kenang pun langsung terdiam setelah menerima ASI dari sang ibu. Kedua matanya perlahan-lahan mulai terpejam. Sepertinya bayi mungil itu memang sudah waktunya mengantuk.Di luar kamar, Reyner tengah memberikan koordinasi pada panitia aqiqoh putranya. Pak Haris dan Pak Agus pun ikut menemani pria itu. Hingga ketika acara hendak dimulai, Reyner mencari istri dan anaknya. Bella yang mengetahui gelagat Reyner pun memberitahukan pria itu keberadaan sahabatnya."Pak Rey. Zin ada di kamar lantai satu. Di pojok sana," ucap Bella sembari menunjukkan tempat yang ia maksud."Oh. Oke, Bel. Makasih," balas Reyner.Pria itu pun menghampiri sang istri. Reyner melihat Zinnia yang sedang memangku putranya yang tertidur pulas. Ia kemudian tersenyum."Sayang. Acara udah mau dimulai," tutur Reyner dengam suara pelan.Zinnia menoleh menatap suaminya. "Iya, Mas," jawab Zinnia tak kalah pelan.Dengan hati-hati wanita itu berjalan menuju halaman bela

DMCA.com Protection Status