Share

23. Kapan?

Penulis: Rizu Key
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Astaghfirullahal'azim. Pak Rey!" seru Zinnia dengan suara pria. Gadis itu langsung keluar dari kamarnya sembari menatap layar ponselnya. Rey tersenyum penuh kemenangan.

"Apa-apaan ini, Pak? Nggak sopan tahu! Saya sendiri nggak pernah foto kaya gini," sungut Zinnia sembari mendelik pada dirinya sendiri yang masih duduk santai menikmati emosi.

"Ya Allah. Ada banyak sekali fotonya. Bapak bener-bener ya!" ucap gadis itu lagi sembari menghapus semua foto dirinya.

"Itu sebagai balasan atas perbuatanmu kemarin. Jadi kita impas," balas Rey santai. Zinnia memicingkan kedua matanya.

"Apa? Mau melawanku? Aku bisa membalas lebih dari ini," ujar Rey menaikkan dagunya.

"Ish. Ngeselin banget sih jadi cowok! Itu lagi. Benerin kancing baju saya!" perintah Zinnia saat ia sadar dengan penampilan dirinya.

"Kau berani memerintahku?" Pria itu malah menaikkan sebelah alisnya.

"Pak Rey!" sungut gadis itu lagi.

"Sudahlah aku mau mandi. Yang penting ki

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Living with Mr. Arrogant   24. Sandal dan Kelemahan

    Mentari kembali menyapa langit kota Jakarta. Cahayanya menerobos masuk ke celah-celah gorden berwarna kuning keemasan. Sang penunggu kamar pun menggeliatkan tubuhnya. Bangun sembari mengucek kedua kelopak matanya. Pria itu sudah kembali ke tubuh aslinya. Merasa senang karena jiwanya sudah tak berada di tubuh Zinnia. Hari itu hari Sabtu, jadi Rey menghabiskan waktunya di rumah. Ponselnya pun tiba-tiba berdering. "Assalamu'alaikum," sapa Rey pada orang yang menghubunginya. "Wa'alaikumussalam, Rey. Nanti sore kamu harus pulang ke rumah! Chandra sudah memberitahumu tapi kamu malah tak mengindahkannya. Ini perintah Mamah jadi kamu harus pulang sore ini!" ujar wanita yang merupakan ibu kandung dari sang direktur. "Iya, Mah. Nanti sore Rey pulang ke rumah." Pria itu menjawab sembari membayangkan wajah sang adik yang mengadukannya pada sang ibu. "Bagus. Pokoknya harus pulang. Ada yang mau Mamah omongin sama kamu," tutur sang ibu. "Iya, Mah. Iy

  • Living with Mr. Arrogant   25. Obrolan Keluarga Sukmajaya

    "Ck. Dasar. Siapa juga yang mau malam mingguan? Pacar aja nggak punya. Memangnya malam mingguan harus gitu sama pacar? Kan bisa nonton dorama kesukaan sambil makan," gerutu gadis itu sembari menutup pintu. "Dasar direktur sableng. Suka ngatur. Sombong. Ngeselin."Tak ingin terlarut dalam emosi, Zinnia mengeluarkan laptopnya. Malam itu ia akan menonton serial drama favoritnya. Melihat para ikemen beraksi. Dari serial itulah Zinnia belajar bela diri. Bukan. Belajar berkelahi lebih tepatnya. Karena tak ada sang direktur dan pekerjaan yang mengganggu, gadis itu bisa puas menikmati malam minggunya.Sekarang kita menilik Reyner. Pria itu sudah sampai di rumah utama. Sang ibu sudah menunggunya. Wanita itu pun menyambut kedatangan putra sulungnya. Mereka kini duduk di ruang makan. Menikmati makan malam mereka."Syukur kamu bisa datang malam ini, Rey. Gimana pilihan Mamah nggak salah, kan?" tanya wanita paruh baya yang bernama lengkap Nurmala Sukmajaya."

  • Living with Mr. Arrogant   26. Liburan

    TOK TOK TOKSuara ketukan pintu membangunkan gadis itu dari tidur lelapnya. Kedua matanya mengerjap untuk menelisik tempatnya berada, di kamar Reyner. Sontak gadis itu langsung duduk dan mengucek kedua matanya. Ia lupa bahwa hari Minggu itu ia harus menemani ibu dari sang direktur untuk liburan."Iya," seru gadis itu sembari membukakan pintu. Chandra sudah berdiri di depan pintu kamar sang kakak. Pria itu memandangi sang kakak."Kak Rey nggak lupa kan kalau sekarang kita mau liburan?" tanya Chandra menatap kakaknya yang baru bangun dari tidur."Eng ... Enggak kok." Zinnia tersenyum karena kelalaiannya."Ya udah. Sekarang Kak Rey mandi! Sudah ditunggu sama Mamah," jelas sang adik yang sudah siap berangkat. Zinnia yang berada di tubuh Rey hanya mengangguk. Lalu segera menutup pintu kamar itu."Duh. Lupa kalau sekarang harus nemenin Mamahnya direktur sableng," gumam gadis itu sembari menilik layar ponsel mahal milik Re

  • Living with Mr. Arrogant   27. Artikel

    Di hari itu, tampak Reyner dan Chandra yang begitu akrab. Nurmala yang melihat pemandangan itu tersenyum senang. Baru kali itu ia melihat kedua anaknya saling bertukar senyuman. Meski terlihat aneh dan mustahil, tapi wanita itu benar-benar bahagia.Hingga pukul sembilan malam, keluarga Sukmajaya beristirahat di villa besar itu. Mereka kelelahan karena kegiatan mereka di tempat itu. Dari kegiatan memetik buah stroberi, jalan-jalan keliling kampung, bertegur sapa dan bermain bersama anak-anak yang tinggal di pemukiman sekitar villa."Kak. Hari ini Kakak benar-benar berbeda dari biasanya," ujar Chandra ketika duduk di samping sang kakak."Be-berbeda gimana maksudmu?" tanya Zinnia khawatir jika perbuatannya membuat curiga."Kakak jadi lebih ramah dari biasanya. Tapi aku suka Kakak yang seperti ini." Chandra tersenyum menatap sang kakak. Pria itu pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur."Aku juga seneng karena Kak Rey mau bercanda denganku. Kukira

  • Living with Mr. Arrogant   28. Gara-Gara Sabun

    "Duh, Pak. Nih ya. Mana ada disuruh mandi kembang tujuh rupa di bawah bulan purnama. Terus airnya juga mengambil dari tujuh sumber mata air. Habis itu mandinya berdua lagi. Nggak mau ah. Mandinya aja berendam selama tujuh hari tujuh malam. Ngawur ini. Lagian kita bertukarnya kan karena tabrakan di tangga. Nggak ada hubungannya sama air atau bulan purnama," ucap Zinnia sembari mengembalikan ponsel milik Rey."Dicoba nggak ada salahnya, kan?" tanya Rey."Dicoba, dicoba. Pak. Kalau kita berendam selama tujuh hari tujuh malam yang ada bukan cuma jiwanya aja yang gak jadi ketuker, tapi malah sekalian pindah ke alam baka," ucap Zinnia mulai kesal."Ya tapi kan ....""Ya Allah, Pak. Ini tuh udah musyrik. Lagian ribet cari barang-barang buat ritualnya. Apalagi nih ya, artikel ini belum tentu benar. Bapak padahal udah kuliah sampai luar negeri tapi malah percaya sama artikel ngawur kaya gini. Man eman tenan biaya kuliahe. Le lulus kuliah uteke cetek," cib

  • Living with Mr. Arrogant   29. Telepon

    Gadis itu kembali bertukar jiwa dengan sang direktur. Ia masih kesal dengan sikap semena-mena atasannya itu. Masih kesal dengan kejadian tenggelam di hari sebelumnya. Gadis itu juga teringat saat sang direktur akhirnya mau menyelamatkannya. Bahkan ia tanpa sadar memeluk pria itu dengan erat. Setelah sadar dengan apa yang ia lakukan, jantungnya berdebar kencang. Apalagi menyadari jarak mereka yang begitu dekat. Zinnia bahkan tak percaya dengan apa yang ia lakukan."Kenapa?" sentak Rey membuyarkan lamunan Zinnia."Nggak papa," cetus gadis itu sembari memasang dasi pada kerah kemeja."Awas, ya! Sekali lagi kamu mengotori kolam renangku, aku benar-benar akan menenggelamkanmu," ancam Rey dengan suara wanita. Zinnia langsung bergidik ngeri. Apakah direkturnya itu suka menyiksa orang sampai seperti itu?"Iya, Pak." Gadis itu menjawab dengan malas.Kedua orang itu pun kembali bekerja. Jiwa Rey yang sedang berada di dalam tubuh Zinnia duduk di kursi sekreta

  • Living with Mr. Arrogant   30. Acara Makan Malam

    Malam sudah menggantikan siang. Tugas matahari tengah digantikan oleh bulan. Untung saja malam itu terang benderang. Reyner pun menelpon Pak Likin untuk menjemput Zinnia. Besok lagi Rey akan membawa mobil miliknya sendiri agar tak selalu memanggil Pak Likin untuk bepergian. Namun, untuk apa ada sopir jika ia menyetir sendiri?Tepat pukul setengah delapan malam, Zinnia yang berada di tubuh Rey sudah sampai di kediaman Pak Haris. Gadis itu pun mencium punggung tangan kedua orang tua Reyner. Mereka pun menunggu kehadiran tamu istimewa di malam terang bulan itu.Setelah menunggu sepuluh menit lamanya, sang tamu istimewa sudah tiba. Sebuah mobil putih memasuki area rumah mewah itu. Tampak tiga orang turun dari mobil. Menampakkan seorang pria paruh baya yang dikenali sebagai Pak Argan beserta istri dan anaknya. Zinnia terpukau dengan seorang gadis cantik berusia sekitar dua puluh delapan tahun yang turun bersama kedua orangtuanya. Penampilan gadis itu tampak sempurna. Rambut

  • Living with Mr. Arrogant   31. Teman

    Mentari pagi telah menyapa lagi. Reyner sudah kembali ke tubuh aslinya. Pria itu duduk sembari menilik layar ponselnya. Sudah jam enam kurang. Pria berusia tiga puluh tahun itu pun duduk di atas tempat tidur besarnya. Mengucek kedua matanya dengan malas. Hari itu hari Rabu, ia harus kembali bekerja ke kantor.Kemudian Reyner bergegas keluar kamarnya. Menemui Pak Likin yang sedang memanaskan mobil. Pria itu kemudian meminta kunci mobil miliknya. Pak Likin memberikan kunci mobil itu sembari menatap aneh ke arah majikannya.Dengan laju cepat mobilnya, Rey sudah kembali ke kediamannya. Sebelum mandi, pria itu berjalan menuju rumah kecil di belakang rumah utama. Hendak menemui Zinnia untuk menanyakan hasil pertemuannya dengan keluarga Pak Argan. Langsung saja Reyner memasuki rumah kecil itu yang dengan sengaja pintunya tak ia kunci."Pak Rey kalau masuk salam dulu kenapa, sih?" Terdengar sambutan kesal dari si penghuni rumah."Assalamu'alaikum," ucap Rey tampa

Bab terbaru

  • Living with Mr. Arrogant   126. END

    Setelah kepergian putra mereka, Reyner menatap sang istri yang sedang membereskan piring dan gelas kotor. "Kenapa Mas?" tanya Zinnia curiga.Reyner memeluk sang istri dari belakang. "Mumpung Kenang pergi, kita ke atas yuk!" ajak Reyner sembari menempelkan hidungnya pada leher sang istri."Ih. Geli, Mas," ucap Zinnia."Tapi aku pengen, Sayang," bisik Reyner lagi."Tapi ini masih siang, Mas," balas Zinnia menatap kedua mata Reyner."Nggak papa. Ya?" rengek Reyner dengan wajah memohon."Hahhh. Ya udah deh. Tapi aku selesaiin cuci piring dulu, ya?""Nanti aja! Aku cuciin deh," rengek Reyner tak sabar. "Ah lama," sambungnya sembari menggendong Zinnia menuju ke lantai dua.Pintu kembali ditutup rapat dari dalam kamar. Tak lupa Reyner menguncinya. Kembali ia mencumbui sang istri dengan mesra. Meski usia mereka sudah tak muda lagi. Namun, rasa cinta mereka masih ada. Reyner benar-benar menepati janjinya. Akan selalu mencintai Zinnia sa

  • Living with Mr. Arrogant   125. Monopoli

    Reyner dan Zinnia mendapati televisi yang masih menyala. Kemudian mereka melihat anak semata wayangnya tengah tertidur pulas sembari memeluk makanan ringan. Reyner pun dengan hati-hati menggendong putranya. Berniat memindahkannya ke dalam kamar."Emhh. Papi?" gumam Kenang kembali membuka matanya. "Kok Papi sama Mami lama sih di kamar?" tanya anak kecil itu sembari duduk dan mengucek kedua matanya."Maaf ya kalau lama, Sayang." Zinnia mendekati putranya."Mami sama Papi ngapain sih di kamar? Ken kan lapar," protes sang anak menatap wajah kedua orang tuanya."Emmm. Papi habis kasih huku-""Mami sama Papi habis main monopoli," ucap Zinnia memotong kalimat Reyner. Tak ingin anaknya bertanya yang aneh-aneh tentang hukuman dari suaminya."Yah. Kok Ken nggak diajak?" sungut Kenang."Lain kali aja, ya? Kalau Ken udah besar," balas Zinnia sembari mengelus rambut Kenang."Iya deh. Terus yang menang Mami apa Papi?" tanya anak kecil itu pe

  • Living with Mr. Arrogant   124. Hukuman

    Zinnia langsung terkesiap. Sepertinya Reyner kesal padanya."Tapi Ken belum mau bobok, Pi.""Sudah. Kamu masuk kamar dulu. Nanti kalau udah mau makan malam, baru deh Papi panggil," bujuk Reyner pada putranya."Emmmm. Iya deh. Ya udah. Ken mau baca buku cerita yang kemarin dibeliin Papi dulu," ujar Kenang menurut. Anak itu kemudian berjalan memasuki kamarnya.Kini tinggal Zinnia dan Reyner. Pria itu mendekati istrinya. "Apa, Mas?" tanya Zinnia mulai takut."Kau kan yang nyuruh Ken buat kasih serangga ke aku?" tanya Reyner menatap tajam istrinya."Hehe. Iya," balas Zinnia sembari meringis."Kalau begitu sekarang juga kamu aku hukum. Dasar istri kurang ajar!" seru Reyner sembari tersenyum lebar."Ih. Nggak mau," balas Zinnia sembari berlari meninggalkan suaminya. Naik ke lantai dua.Reyner pun mengejar sang istri. Karena kakinya yang panjang, ia mampu menyusul Zinnia. Segera saja pria itu membawa sang istri masuk ke dalam k

  • Living with Mr. Arrogant   123. Oleh-Oleh Untuk Papi

    Mentari mulai menampakkan sinarnya. Zinnia pun mulai mempersiapkan keperluan suami dan putranya. Wanita itu kini tengah menata barang bawaan untuk pergi karyawisata dengan sang anak."Kenang udah siap?" tanya Zinnia menatap putranya yang kini sudah berusia lima tahun lebih. Anak laki-laki itu sudah siap dengan kaos seragam TKnya."Sudah, Mi," jawab Kenang semangat.Beberapa menit kemudian, Kenang dan ibunya pergi berangkat karyawisata bersama anak-anak TK yang lainnya. Zinnia senang melihat keceriaan putranya bersenda gurau dengan anak-anak lain. Mereka pun pergi ke beberapa tempat wisata. Dari melihat sapi yang diperah hingga menghasilkan susu yang berkualitas, hingga ke perkebunan sayur mayur. Ya. Konsep karyawisata kali ini adalah kembali ke alam. Zinnia pun mengambil setiap momen dengan putranya. Mengabadikannya ke dalam gambar."Seneng nggak piknik kaya gini?" tanya Zinnia pada putranya."Seneng banget dong, Mi. Besok kapan-kapan kita ajak Pap

  • Living with Mr. Arrogant   122. Adek

    Sudah hampir tiga tahun usia pernikahan Reyner dan Zinnia. Bahkan sekarang putra pertama mereka sudah menginjak usia dua tahun. Perkembangan kognitifnya terhitung cepat. Bahkan di usianya yang masih kecil, ia sudah bisa menghafalkan doa sehari-hari dan surat-surat pendek dalam Al-Quran. Zinnia sangat bangga pada kemampuan menghafal putranya. Ternyata kecerdasan sang ayah telah menurun padanya.Malam itu Kenang sudah mulai tidur sendiri. Entah mengapa sejak beberapa hari terakhir anak kecil itu ingin memiliki kamarnya sendiri. Kamar berisi buku-buku cerita, mainan, dan tentu saja poster bergambar ikan."Beneran Ken mau bobok sendiri?" tanya Zinnia memastikan. Ia tengah mengantar putranya ke dalam kamar pada lantai satu."Iya, Mi. Ken mau bobok sendili," jawab sang anak sembari menganggukkan kepala dengan yakin."Ya udah kalau gitu. Sini bobok! Mami selimuti," ujar Zinnia sembari menepuk-nepuk kasur berukuran besar dengan seperei bergambar nemo.Kena

  • Living with Mr. Arrogant   121. Papi Ikan

    Sekitar pukul sembilan pagi, Kenang dengan antusias menanti kedatangan ikan koi barunya. Ia tak sabar ingin segera bermain dengan ikan. Hingga pukul jam sembilan lebih, seorang kurir tiba untuk mengantarkan sepuluh ikan koi dengan ukuran yang cukup besar."Pi, Mi! Ikan, ikan!" seru Kenang kegirangan sembari bertepuk tangan dan melompat-lompat. Jeritan histeris karena bahagia pun terdengar. Membuat kedua orangtuanya menggelengkan kepala mereka secara bersamaan."Iya, Sayang." Zinnia mengelus kepala putranya. Lalu menggendong Kenang untuk menghampiri ikan barunya."Ini ditaruh di mana, Pak?" tanya seorang kurir saat meletakkan sebuah box besar."Taruh situ aja," jawab Reyner."Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu, ya.""Ya. Makasih, ya," ucap Reyner.Kenang pun menghampiri box berukuran besar itu. Tak sabar ingin segera melihat isinya. Kini giliran Reyner yang bingung mau menempatkan sepuluh ikan koi itu di mana. Pasti tidak akan p

  • Living with Mr. Arrogant   120. Ikan Koi

    Zinnia tersenyum melihat wajah bingung suaminya. Wanita itu tahu apa yang diminta putranya. Segera saja ia mengambil tremos kecil, botol bayi, serta susu bubuk untuk Kenang. Beberapa menit kemudian susu hangat sudah jadi."Nih minumnya, Sayang," ucap Zinnia sembari memberikan botol pada Kenang. Bayi laki-laki itu langsung meminum susunya dengan lahap."Oh. Haus," ucap Reyner bergantian memegangi botol itu."Iya, Papi. Adek haus." Zinnia menjawab seolah mewakili putranya. Perlahan-lahan bayi laki-laki itu mulai mengantuk."Papi juga haus nih, Mi," bisik Reyner di telinga sang istri."Oh. Papi haus? Ya udah Mami ambilin minum bentar," balas Zinnia sembari berdiri.Reyner menahan lengan sang istri. Zinnia pun menoleh menatap suaminya dengan heran. "Kenapa, Mas? Apa lagi? Aku ambilin sekalian," ucapnya."Bukan haus itu. Sini duduk!" anjur Reyner sedikit kesal. Zinnia pun kembali duduk di samping suaminya."Aku haus ini," bisik Reyn

  • Living with Mr. Arrogant   119. Bella Dan Chandra

    "Sudah siap belum, Mi?" tanya Reyner pada sang istri yang sedang menyisir rambutnya. Kini rambut Zinnia sudah sedikit lebih panjang."Iya, Pi. Bentar," jawab Zinnia menyelesaikan persiapannya.Setelah selesai, Zinnia menghampiri Reyner yang sedang duduk menunggunya di sofa. Wanita itu tersenyum melihat kedua jagoannya. Reyner sudah memakai jas rapi sembari memangku sang anak yang kini sudah berusia empat bulan."Sini. Kenang sama Mami, ya," ajak Zinnia pada putranya. Wanita itu kemudian menggendong Kenang dengan gendongan bayi."Nggak aku aja yang gendong?" tanya Reyner saat menyerahkan putranya."Jangan, Pi. Papi kan pakai jas," jawab Zinnia."Oh. Ya udah," balas Reyner."Ini benerin dulu, Pi," ujar Zinnia saat melihat kerah baju suaminya. Segera saja ia membetulkan kerah tersebut."Dah. Yuk, Pi. Kita berangkat!" ajak Zinnia sembari menatap Kenang. Bayi itu kemudian terkekeh kegirangan."Ya udah. Ayo, Mi!" Reyner pun me

  • Living with Mr. Arrogant   118. Rencana Chandra

    Kenang pun langsung terdiam setelah menerima ASI dari sang ibu. Kedua matanya perlahan-lahan mulai terpejam. Sepertinya bayi mungil itu memang sudah waktunya mengantuk.Di luar kamar, Reyner tengah memberikan koordinasi pada panitia aqiqoh putranya. Pak Haris dan Pak Agus pun ikut menemani pria itu. Hingga ketika acara hendak dimulai, Reyner mencari istri dan anaknya. Bella yang mengetahui gelagat Reyner pun memberitahukan pria itu keberadaan sahabatnya."Pak Rey. Zin ada di kamar lantai satu. Di pojok sana," ucap Bella sembari menunjukkan tempat yang ia maksud."Oh. Oke, Bel. Makasih," balas Reyner.Pria itu pun menghampiri sang istri. Reyner melihat Zinnia yang sedang memangku putranya yang tertidur pulas. Ia kemudian tersenyum."Sayang. Acara udah mau dimulai," tutur Reyner dengam suara pelan.Zinnia menoleh menatap suaminya. "Iya, Mas," jawab Zinnia tak kalah pelan.Dengan hati-hati wanita itu berjalan menuju halaman bela

DMCA.com Protection Status