Suara alarm ponsel terus berdering berisik di samping tubuh Reyner. Pria itu kemudian mematikan ponsel. Kedua matanya terbuka lebar. Ia sadar bahwa dirinya sedang tidur di kamar tamu. Reyner pun menatap wallpaper ponsel Zinnia. Ada foto pernikahan mereka. Tangan kekarnya menggeser layar kemudian membuka-buka album foto pada ponsel sang istri. Ia tersenyum tipis saat melihat foto mereka ketika di Bali. Bahkan ada foto dirinya yang sedang berpose imut seorang diri. Lalu pandangannya terhenti pada foto Zinnia yang sedang tersenyum manis ke arah kamera. Kembali kedua sudut bibirnya membentuk senyuman.
'Ternyata kau memang manis,' batin Reyner.
Kemudian pria itu mengembalikan pada layar utama. Ia kemudian membuka-buka data yang lain. Kedua matanya menemukan aplikasi travel dengan notifikasi yang belum dibuka. Segera saja jarinya membuka pesan itu. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat sang istri sudah memesan tiket pesawat untuk ke luar negeri.
'Ja
Zinnia menoleh. Tak mau membalas tatapan tajam suaminya."Kenapa diam?" tanya pria itu lagi. Tangan yang satunya menggenggam dagu Zinnia agar menatapnya."Kenapa Mas peduli aku mau pergi ke mana?" Zinnia balas bertanya. Kedua mata mereka bertemu."Kau mau kabur begitu saja? Melakukan tindakan nekat dan bodoh lagi?" Reyner memicingkan kedua matanya.Zinnia menyipitkan kedua matanya. Lalu ia melepaskan genggaman tangan sang suami. Mendorong tubuh kekar itu ke belakang. Gadis itu pun duduk di hadapan Reyner."Memangnya kenapa kalau aku pergi? Mas nggak perlu menahanku seperti ini," ucap Zinnia dingin.Reyner melihat api amarah pada kedua mata bening itu. "Kau marah?" tanya Rey tanpa sadar."Mas pikir?" Zinnia malah bertanya pada suaminya. "Mas kan nggak punya perasaan apa-apa padaku. Jadi, aku pergi pun tak akan jadi masalah," imbuhnya."Kau salah," cicit Reyner. Pandangan mata pria itu mulai melembut.Zinnia kembali terdia
Siang itu, setelah selesai membersihkan diri, Reyner sengaja tak datang ke kantornya. Dani pun ia perintah untuk menggantikannya. Pria itu ingin menghabiskan waktu bersama dengan sang istri. Keduanya duduk santai pada kursi di dekat kolam renang. Keduanya kini saling menempel seperti tak mau terpisahkan. Hari itu Reyner berulang kali menampakkan senyumannya."Mas. Beneran nggak papa kita nggak ke kantor?" tanya sang istri yang kini berada di dalam dekapan suaminya."Tenang saja. Dani sudah mengurus semuanya," jawab Reyner santai."Tapi kan masih ada pertemuan dengan perusahaan lain.""Oh. Jadi maksudmu kau ingin bertemu dengan mantanmu itu?" tanya Reyner menunjukkan rasa cemburunya."Mas Rey cemburu?" Zinnia tersenyum menggoda suaminya."Kau tahu, kenapa tanya?" sungut pria itu. Zinnia gemas mendengar penuturan suaminya."Hehe. Tenang saja, Mas. Aku nggak akan mengkhianati, Mas.""Bagus kalau gitu.""Emmm. Kalau boleh ta
Hari Kamis Reyner dan Zinnia sudah kembali ke kantor. Kedua pasangan itu tiba-tiba menjadi lengket. Bahkan mereka saling bergandengan tangan sedari turun dari mobil kesayangan Reyner.Di rumah pun Reyner sudah tak menyuruh sang istri untuk mencuci. Meski hal itu sudah biasa bagi Zinnia. Pria itu tak ingin membuat istrinya kelelahan. Sudah cukup jahat dulu ia memperlakukan Zinnia. Pagi hari pria itu memberikan morning kiss untuk istrinya. Sikapnya yang selalu seenaknya berubah secara tiba-tiba.Saat berjalan memasuki kantor, banyak pasang mata yang menatap tak percaya ke arah mereka. Bahkan mereka tak mengira ada aura yang sangat berbeda dari putra sulung Sukmajaya. Meski pria itu sama sekali tak tersenyum pada para karyawan yang berlalu lalang. Namun, auranya tampak hangat. Terpancar dari wajahnya dan wajah Zinnia.Keduanya kini berada di dalam ruangan. Reyner menuntun istrinya untuk duduk di pangkuannya. Sungguh. Sekarang pria sombong itu tampak sepert
"Padahal dulu kita nggak sengaja ketemu ya, Mas?" tanya Zinnia."Iya. Kau kan yang nggak jelas. Sudah dewasa masih suka lompat-lompat di tangga." Reyner sengaja mengejek sang istri. Mengingat kejadian awal saat mereka bertabrakan."Soalnya aku waktu itu lagi seneng, Mas. Seneng diterima jadi karyawan di sini," jelas Zinnia."Dan kau satu-satunya karyawan yang kurang ajar pada atasannya," ejek pria itu lagi."Ha-habisnya Mas waktu itu ngeselin sih. Mana sombong lagi," gerutu Zinnia sembari mengerucutkan bibirnya."Memangnya aku seperti itu?" tanya Rey."Ih. Nggak nyadar." Zinnia kembali mencubit suaminya. Kali ini hidung mancung Rey yang menjadi sasarannya. Membuat pria itu tertawa."Iya. Maaf.""Tapi, Mas. Mas sebenernya pengen nggak sih punya anak denganku?" tanya Zinnia memastikan lagi.Reyner menaikkan sebelah alisnya. Pria itu kemudian tersenyum lembut. "Pengen kok, Sayang. Maaf ya waktu itu aku berkata jahat padamu.
Pagi kembali menyapa. Zinnia mulai tersenyum ketika membuka kedua matanya. Hal ini karena ia selalu melihat wajah suaminya yang berada di dekatnya. Apa lagi pria itu mulai menunjukkan rasa sayangnya pada sang istri. "Kenapa menatapku terus?" tanya Reyner yang masih memejamkan mata. "Ih. Udah bangun ternyata," ucap Zinnia gemas lalu mencubit hidung suaminya. Reyner hanya terkekeh. "Dasar. Ya udah cepat bangun!" seru Zinnia sembari beranjak untuk duduk. "Bentar," balas Reyner. Menarik sang istri ke dalam pelukannya. "Udah jam lima, Mas. Ayo dong sholat!" ajak Zinnia mencoba melepaskan diri. "Iya, Sayang," ucap Reyner sembari mengusap kepala sang istri. Mengacak-acak rambut Zinnia dengan gemas. "Ya udah. Ayo dong bangun!" ajak Zinnia lagi sembari beringsut ke tepi ranjang. Reyner pun menuruti istrinya. Kembali. Mereka beribadah berjamaah dengan khusyuk. Zinnia mencium punggung tangan kanan suaminya setelah sholat. Lalu Rey
"Ternyata ya. Mantan Direktur Utama SJ Grup aslinya orang yang seperti ini," ucap Zinnia sembari memberikan keranjang berisi pakaian kering pada suaminya."Ya nggak papa. Namanya juga lagi menikmati masa pacaran," balas Reyner menerima keranjang itu."Dih. Pacaran.""Ya pacaran, kan? Pacaran setelah menikah. Nggak kaya kamu," sindir Reyner pada istrinya."Mas jangan ngeledek! Nanti nggak aku kasih," ancam Zinnia sembari berjalan memasuki rumah. Meninggalkan Reyner."Ya jangan dong, Sayang. Iya deh. Iya aku nggak ngeledek lagi," bujuk Reyner seperti anak kecil dan berjalan menyusul sang istri.Sungguh berbeda seratus delapan puluh derajat sikap pria itu. Ia sekarang jadi mendengarkan permintaan sang istri. Bahkan ia tak ingin berpisah dari Zinnia. Wanita yang menjadi istri sekaligus pacar pertamanya.***Satu bulan telah berlalu. Reyner semakin mesra pada istrinya. Zinnia tak menyangka suaminya bisa bertambah sayang padanya. Pad
Wanita itu tak sabar ingin segera memberitahukan berita bahagia itu pada suaminya. Namun, ia harus bersabar untuk memberinya kejutan. Zinnia pun kembali pulang ke rumah. Tangannya berulang kali mengelus perutnya yang masih rata dengan rasa sayang. Akhirnya ada benih cinta dirinya dan Reyner dalam rahimnya."Kamu jadi anak yang pinter ya, Nak," gumam Zinnia penuh harap."Jadi anak sholih, sholihah juga," imbuhnya masih mengelus perutnya.Waktu pun tak terasa sudah menunjukkan pukul lima sore. Reyner mengabari sang istri bahwa pulangnya akan terlambat. Mengetahui hal itu, Zinnia yang sudah mempersiapkan makan malam untuk mereka berdua sedikit kecewa. Tetapi ia harus bersabar."Jadi Mas pulangnya agak malam, ya?" gumamnya.Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah ide untuk memberi kejutan pada sang suami. Segera ia memesan beberapa benda yang ia butuhkan melalui ojek online. Setelah ia mendapatkan sebuah kotak kado, kertas minyak dan selembar kertas kado, ia kembali men
Reyner semakin sayang pada Zinnia. Pria itu sudah tak segan-segan lagi menunjukkan rasa cintanya. Kini kebahagiaan keluarga kecil itu semakin bertambah. Dengan kehadiran janin dalam kandungan Zinnia, membuat Reyner semakin menaruh perhatian lebih pada sang istri.Sudah lima minggu usia kandungan Zinnia. Perutnya semakin kencang dan mulai mengeras. Meski sedang hamil muda, wanita itu tetap setia menemani suaminya pergi ke kantor. Ia tak ingin bermalas-malasan di rumah saja. Padahal Reyner sudah memintanya untuk beristirahat."Sayang. Ayo pulang!" ajak Reyner pada istrinya."Tapi ini baru istirahat makan siang, Mas," balas sang istri."Nggak papa. Lagian udah selesai kok pekerjaannya. Kita makan siang di resto aja yuk! Sekalian pulang," bujuk Reyner."Ya udah deh. Ayo, Mas!" Zinnia akhirnya setuju.Kedua pasangan itu pun segera pergi meninggalkan kantor SJ Grup. Reyner mengendarai mobil kesayangannya dengan Zinnia yang duduk di sampingnya. Seb