“Sumpah?” ucap Kinan sambil mengulurkan jari kelingkingnya ke Saka. Saka tersenyum kemudian menautkan jari kelingkingnya ke kelingking Kinan.
“Sumpah,” kata Saka lirih dengan sebuah senyuman manis.
Kinan membalas senyumnya dan tampak menghela napas lega. Saka hanya diam dan semakin mempererat pelukannya. Benaknya sibuk melanglang ke angkasa memikirkan tentang kejadian kebarakaran yang baru saja menimpa pabriknya.
Sebelumnya Saka memang sempat menerima sebuah pesan ancaman sayangnya Saka mengabaikan pesan itu dan hanya menganggap lelucon saja. Ternyata memang benar ada yang berniat mencelakainya. Sebuah helaan napas panjang keluar dari mulut Saka.
“Siapa yang berniat mencelakaiku dan apa tujuannya?” gumam Saka dalam hati.
**
“Saka! Kamu baik-baik saja, Nak?” seru Nyonya Septa begitu Saka masuk ke dalam rumah. Saka terkejut saat melihat kedua orangtuanya sudah berada di rumahnya.
“Ma
“FAJAR?” ucap Saka. Matanya sudah mendelik melihat ke arah Kinan, sementara Kinan balas menatap sambil menganggukkan kepala.Saka berdecak sambil menggelengkan kepala. “Sayang, aku tahu kamu membenci Fajar, tapi apa tujuannya membakar pabrikku? Bukankah dia punya kepentingan dengan produk yang aku hasilkan. Dia juga akan kesulitan kalau aku tidak bisa mencukupi pesanannya,” urai Saka.Kinan menghela napas panjang sambil melipat tangannya di depan dada. “Tapi kamu akan dikenai pinalty kalau tidak bersedia memenuhi perjanjian kerja sama kalian, bukan? Itu artinya dia mendapat keuntungan.”Saka terdiam dan menatap Kinan dengan tajam. Kinan balas menatapnya bahkan sudah menaikkan kakinya ke atas kasur sebagian.“Aku tahu kalau Fajar itu jahat, licik dan berniat buruk. Aku yakin dia sengaja mendekatimu untuk sebuah rencana. Bisa jadi rencananya menguntungkan dia dan mencelakaimu.”Saka masih diam dan terte
“HAH!!” Seketika mata Saka melotot menatap Kinan dan mulutnya sudah menganga lebar.“Apa kamu bilang? Halangan? Datang bulan?” tanya Saka dengan kesal. Kinan tidak menjawab hanya tersenyum sembari menganggukkan kepala.Sontak terdengar decakan keluar dari mulut Saka. Ia langsung tampak lesu dan mengacak rambut ikalnya dengan jengkel. Kinan hanya diam mengamati Saka dalam diam. Dia merasa bersalah karena tidak memberitahu dari awal. Namun, semua sentuhan Saka juga membuat Kinan terlena sejenak tadi.Saka bergegas bangkit dari kasur berjalan mendekat ke depan lemari lalu tanpa basa basi melepas seluruh pakaiannya. Tentu saja ulah Saka itu membuat Kinan buru-buru menutup wajahnya dengan kedua tangan.“Saka!! Kamu apa-apaan? Kenapa ganti baju di sini?” protes Kinan.“Biarin! Biar kamu tahu kalau juniorku sudah bereaksi gara-gara ulahmu itu. Bisa menenangkannya sekarang?”Kinan tidak menjawab
“FAJAR!” seru Saka sambil melirik ke arah suara deheman tadi. Kinan ikut menoleh dan melihat ke arah Fajar yang berdiri mematung di depan pintu.“Hmm ... tepat dugaanku kalau kamu memang sengaja memilih istrimu sebagai sekretaris agar kalian bisa berduaan gitu?” tebak Fajar.Saka terkekeh kemudian mengecup pipi Kinan sekilas dan dengan isyarat mata memintanya bangkit dari pangkuan.“Ini istirahat makan siang, Fajar. Apa salahnya aku bermain sebentar dengan istriku? Benarkan, Sayang?” Kinan tersenyum sambil mengangguk pelan.Fajar ikut tersenyum dan menganggukkan kepala. Kemudian dia sudah memilih duduk di sofa. Saka ikut bangkit dan menghampiri Fajar lalu duduk di sebelahnya. Kinan yang awalnya berdiri terdiam dengan pelan sudah undur diri meninggalkan ruangan Saka. Sebelumnya Kinan sudah pernah bilang ke Saka kalau dia tidak mau ikut menemani Saka saat bersama Fajar.“Aku dengar pabrikmu baru saja mengalam
“Kenapa manyun terus gitu?” tanya Saka sambil melirik ke arah Kinan yang duduk di sebelahnya. Mereka sudah di dalam mobil perjalanan pulang. Memang selama di kantor usai kepulangan Fajar tadi Saka terus sibuk sehingga tidak memperhatikan Kinan. Baru kali ini dia melihat istrinya tampak cemberut melipat wajahnya sedemikian rupa.“Sakit perut,” cetus Kinan asal.Sontak Saka mengernyitkan alisnya menatap Kinan dengan sendu. Ia ingat kalau istrinya sedang datang bulan. Apa mungkin karena itu istrinya cemberut? Bukankah kalau datang bulan banyak hal yang membuat wanita bersifat aneh.“Mana yang sakit? Kita mampir apotik dulu, ya. Mungkin kamu butuh obat pereda nyeri karena datang bulan.” Kinan langsung bengong mendengar ucapan suaminya. Ternyata Saka ingat kalau dia sedang datang bulan dan jawabannya tadi sudah dihubungkan dengan keadaannya sekarang.“Gak usah! Aku sudah minum obat tadi.”“Terus ...
“Cantik banget istriku!” seru Saka dengan senyum manisnya. Pria tampan berdagu belah itu tersenyum menggoda begitu melihat tampilan Kinan pagi ini.Weekend tiba dan sesuai janji Saka, dia hendak menghadiri tasyakuran rumah baru Fajar di daerah puncak. Kinan sudah bersiap dan kini hanya terdiam usai mendengar pujian suaminya. Tidak sekali dua kali Saka memuji, suami gantengnya itu kerap memberinya pujian dan anehnya Kinan seakan terbiasa dengan apa yang dilakukan Saka.“Kita jadi berangkat, gak?” seru Kinan. Ia sudah melambaikan tangannya di depan Saka seakan mencoba mengalihkan perhatian pria tampan itu. Saka terkekeh, kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Kinan bersiap hendak mengecupnya.Kinan buru-buru mundur dan sudah meletakkan jarinya di depan bibir Saka. “Aku gak mau merapikan riasanku lagi hanya gara-gara kecupanmu itu.”Sekali lagi Saka terkekeh kesenangan dan menganggukkan kepala. “Oke, Sayang. Kita bera
“Kamu lucu juga, Kinan,” ucap Fajar. Pria berwajah manis itu sontak terkekeh usai mendengar jawaban Kinan.“Aku tidak ngelawak, tapi itu memang benar. Kalau tidak percaya tanya saja ke Saka,” sahut Kinan kesal.Fajar masih tertawa dan menggelengkan kepala. “Ya, tentu. Aku akan menanyakannya ke Saka. Aku sama sekali tidak meragukan suamimu itu. Dia memang paling mahir bermain di atas ranjang.”Kinan terdiam, lagi-lagi ingatan Saka yang bringas di kehidupan yang berbeda terlintas di ingatan Kinan. Kinan menghela napas panjang dan menghalau semuanya dengan perlahan. Ia mencoba menyakinkan dirinya kalau Saka yang di sana dan di sini sangat jauh berbeda.“Hei! Apa ada yang lucu? Aku ketinggalan sesuatu?” Saka sudah berdiri di belakang Kinan dan Fajar.Fajar langsung menoleh dan tersenyum ke arah Saka lalu memindai tubuh Saka dari atas ke bawah dengan tatapan menyelidik.“Kami sedang membahas t
“APA?” Kinan bertanya sembari membolakan matanya ke arah Saka. Saka hanya tersenyum sambil menatap Kinan dengan kerlingan matanya.Dia tidak menjawab, tapi tangannya sudah bergerak lincah melepas satu persatu kancing kemejanya. Tentu saja ulah Saka ini membuat Kinan kesal. Dia sudah menyingkap selimut dan bersiap turun dari kasur. Namun, tangan Saka lebih cepat menahan tubuh istrinya dan meminta kembali masuk ke dalam selimut.Saka mendekatkan kepala dan menempelkan bibirnya sedekat mungkin di telinga Kinan. “Turuti ucapanku, Sayang!”Kinan diam dan menoleh ke arah Saka. Mata bulatnya sudah menyimpan banyak tanya, tapi Saka sama sekali tidak mau menjawab pertanyaan Kinan dan meneruskan menanggalkan kemejanya. Kinan masih mematung bergeming tak melakukan apa yang diminta Saka tadi. Sepertinya Saka kesal dengan sikap istrinya. Dia langsung menarik Kinan masuk ke dalam selimut dan memeluknya.“Saka, kamu mau ap—“ Bel
“Hoam ... .” Kinan menguap lebar sambil merentangkan tangannya ke atas. Matanya melirik ke arah samping dan melihat sudah tidak ada Saka di sana.“Dia ke mana?” gumam Kinan lirih. Kinan setengah terbangun lalu duduk di atas kasur sambil menutup tubuhnya dengan selimut.Matanya sudah beredar memindai keadaan sekitar, tidak ada yang aneh di ruangan ini. Mengapa Saka bisa tahu kalau ada kamera tersembunyi di sini? Kinan mencoba menerka bahkan dia beranggapan kalau Saka tengah mengerjainya. Namun, seandainya Saka bohong pasti dia akan melakukan apa yang diinginkan selama ini. Buktinya Saka tidak melakukannya.BRAK!!!Pintu kamar terbuka dan tampak Saka masuk ke dalam kamar. Dia terlihat sudah rapi.“Kamu baru bangun, Sayang?” sapanya dengan ceria. Kinan hanya mengangguk sembari terus menutup tubuhnya dengan selimut.Saka tersenyum menggoda dengan mata pekat yang mengerling nakal ke arahnya. “Lebih baik k
“Gadis kecil di foto itu ... adalah ... aku,” lirih Kinan bersuara.Saka langsung tersenyum mendengar ucapan Kinan. Kinan hanya terdiam dan masih terkejut begitu tahu kalau dia sudah mengenal suaminya jauh hari sebelumnya.“Jadi ... jadi ... kamu anak kecil yang tertabrak mobil dulu?” imbuh Kinan.Sekali lagi Saka mengangguk dan sebuah senyuman terukir di wajah tampannya.“Ya Tuhan ... .” Kinan langsung menangkupkan kedua tangannya ke muka. Ini benar-benar kejadian yang tidak pernah dia duga.Memang Kinan yang menolong Saka saat Saka secara sengaja ditabrak mobil oleh Daniel. Kebetulan Kinan hendak bertandang ke rumah Saka saat itu. Kinan yang lebih dulu melihat Saka tergeletak tak berdaya di depan rumahnya saat mobil Daniel menabrak Saka. Kinan juga yang berlarian masuk ke dalam rumah Saka memberitahu ke orang tua Saka. Sementara orang tua Kinan sudah sigap menolong Saka.Kinan menunduk dan berurai air ma
“Nyonya Kinan sudah melalui masa kritisnya dan kondisinya kini sudah membaik,” ucap dokter wanita itu.Seketika kaki Saka lemas dan langsung duduk di kasur kembali. Dia merasa lega sekaligus senang usai mendengar perihal kondisi istri tercintanya. Hal yang sama juga ditunjukkan Nyonya Septa, Tuan Arya, Ardi dan Pak Wildan. Semuanya tampak tersenyum bahagia.Dokter itu menganggukkan kepala melihat mimik suka cita yang tampak pada semua yang hadir di ruangan ini.“Lalu tentang janinnya ---“ Dokter itu kembali menggantung kalimatnya dan kini sudah fokus melihat ke arah Saka.Saka membisu tak berani bersuara. Dia sudak ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Saka yakin semua yang ditetapkan Tuhan untuknya adalah yang terbaik.“Jujur, saya baru kali ini menangani kasus seperti ini. Mungkin Tuhan telah memberi Anda sekeluarga mukjizat tak ternilai, Tuan.” Dokter itu kembali bersuara dan mengalihkan pembicaraannya.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Bagai dejavu, Saka kembali mengulang kejadian yang sama seperti beberapa bulan lalu.Yang beda kali ini hanyalah, kondisi Kinan. Dulu Kinan lebih sehat dan tidak mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya. Saka sudah pasrah apa pun yang terjadi, dia akan menerima dengan lapang dada.“Sabar, Tuan. Kami sedang berusaha semampu mungkin. Hanya dengan pertolongan Tuhan saja yang bisa memberi mukjizat dan membuat istri Anda selamat dari maut,” ujar dokter yang menangani Kinan.Saka hanya mengangguk lesu tak berdaya.“Mungkin lebih baik, luka Anda dirawat dulu, Tuan,” pinta dokter itu lagi.Saka hanya menghela napas sambil menganggukkan kepala. Usai dari rumah Om Daniel, polisi memang membawa Saka dan Kinan ke rumah sakit terdekat. Kinan langsung masuk UGD dan mendapat pertolongan secepatnya. Sementara Saka tidak mempedulikan lukanya malah sibuk mengejar dokter yang menangani Kinan.
“Aah ... .” Saka langsung tersungkur sambil memegang perutnya.Ternyata sedari tadi Daniel sudah mengamatinya saat berkelahi, Saka selalu kesakitan saat lawan memukul perutnya. Memang masih ada bekas luka tembak yang belum sembuh benar di sana. Bahkan Saka masih menutup lukanya dengan perban.“Jadi itu kelemahanmu. Apa itu lukamu, Saka? Sepertinya aku menyerang tepat sasaran saat ini.” Daniel terkekeh sambil menatap Saka penuh benci.Saka hanya diam, menyeka darah di sudut bibirnya kemudian menatap ke arah Daniel tanpa takut.“Aku tidak punya kelemahan. Om salah menebaknya.”Mendengar ucapan Saka yang sombong membuat Daniel makin murka. Dia kembali menyerang Saka dengan bertubi-tubi membuat Saka kewalahan. Dari dulu, Saka memang tidak pernah menang jika beradu tanding dengan pamannya. Namun, kali ini Saka ingin mengubah sejarah. Dia harus memenangkan perkelahiannya.Mereka masih asyik saling pukul, jotos,
“APA!!?” Saka terperanjat kaget mendengar ucapan Kinan.Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus meringis kesakitan sambil memegang perutnya.“Tolong, Saka. Ini ... ini sakit sekali. Aku tidak kuat,” rintih Kinan.“TIDAK!! TIDAK!! KAMU TIDAK BOLEH MENYERAH. KAMU HARUS MELAWANNYA, SAYANG.” Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus merundukkan tubuh tak sanggup berdiri tegak. Tanpa banyak bicara, Saka langsung menggendong tubuh Kinan dan berjalan menuju lift.“Aku tidak mau kehilangan kalian berdua. Aku akan melakukan apa saja, Sayang.” Saka berkata seperti itu sambil berjalan masuk ke dalam lift. Kemudian begitu turun dia bersiap keluar dari ruang kerja Daniel. Saka harus secepatnya membawa Kinan ke rumah sakit.Namun, baru saja keluar dari ruang kerja Daniel, Saka menghentikan langkahnya. Ia melihat Daniel sedang berdiri menghadang dengan dua orang penjaga yang dilihat Saka tadi.“Tepat
“Tolong ... Tuan. Jangan lakukan itu!! Anak saya masih kecil dan istri saya juga masih membutuhkan saya,” lirih dokter tersebut memohon.Daniel sudah menodongkan pistolnya ke arah kening dokter tersebut dan tampak tersenyum menyeringai menatapnya.“Kalau kamu masih ingin hidup. Lakukan permintaanku!!”Dokter tersebut terdiam lama, tangannya sudah terangkat semua dan tertegun menatap Kinan. Ini adalah sebuah pilihan yang sulit baginya.“CEPAT!! TUNGGU APA LAGI?? APA KAMU MEMANG INGIN MATI??”Dokter itu mengerjapkan mata kemudian dengan sendu menatap Kinan dan menggelengkan kepala. Hampir tak terdengar sebuah kata keluar dari mulut pria berjas putih itu seakan sedang meminta maaf kepada Kinan.Kinan hanya terdiam menatapnya. Bahkan wanita berwajah manis itu itu tidak bisa menahan buliran bening yang luruh seketika membasahi pipinya.Perlahan dokter itu membalikkan badan dan berjalan menuju meja di sam
“Saka!! Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Septa.Ibunda Saka itu mendengar saat Saka berteriak keras tadi dan langsung menyeruak masuk ke kamar Saka. Saka menoleh sambil menyerahkan ponselnya ke Nyonya Septa.“Om Daniel ... Kinan berada di tangan Om Daniel dan dia mau mengaborsi anakku.”“APA??!!” Seketika Nyonya Septa terbelalak kaget.Tuan Arya yang baru saja datang segera menghampiri Saka di kamarnya begitu juga Ardi dan Pak Wildan. Mereka tampak terkejut usai mendengar penjelasan dari Nyonya Septa.“Saka, kamu jangan gegabah. Kita harus lapor polisi. Papa takut mereka menjebakmu kali ini,” ujar Tuan Arya.“Aku gak mau menunggu, Pa. Ini tentang nyawa Kinan dan anakku. Aku gak akan tinggal diam. Aku harus pergi menyelamatkan mereka.”“Iya, Mama tahu. Namun, kamu juga belum pulih benar. Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana?” Nyonya Septa sudah menitikkan air mat
“Ma, apa ada kabar tentang Kinan?” tanya Saka.Dia baru saja keluar dari kamar dan menghampiri Nyonya Septa yang sedang duduk di ruang tengah.“Tadi Papa dan Pak Wildan sudah tahu tentang taxi online yang dipesan Kinan. Mereka sedang mengecek ke operator aplikasinya. Sementara Ardi sudah lapor polisi tentang hilangnya Kinan. Ardi juga sudah melacak ponsel Kinan. Mungkin sebentar lagi akan ada titik terang, Saka.”Saka hanya diam usai mendengar penjelasan Nyonya Septa.“Lalu sampai kapan Kinan ditemukan, Ma? Aku takut terjadi sesuatu padanya, pada anakku,” gumam Saka pelan.Nyonya Septa menoleh ke arah Saka, kemudian membelai wajah tampan putra kesayangannya itu.“Tenanglah, Saka. Kita sama-sama berdoa, supaya mereka cepat menemukan Kinan dan tidak terjadi sesuatu apa pun yang membahayakannya.”Saka hanya membisu sembari menganggukkan kepala. “Iya, Ma. Semoga saja tidak terjadi apa-
“Aku di mana?” lirih Kinan bertutur.Perlahan dia mengerjapkan mata sambil melihat ke sekeliling. Tadi pagi sekali Kinan memang pergi dari rumah. Ia tahu kalau hari ini Saka keluar dari rumah sakit. Harusnya Kinan bahagia mendengar kabar itu, tapi tidak dengan Kinan saat ini. Hatinya masih sakit, kecewa dan merasa dibohongi. Ia masih tidak bisa terima kenyataan kalau Saka suaminya ini adalah Saka yang sama telah membuat hancur hidupnya di malam itu. Yang lebih menyakitkan lagi, Saka berbohong dan berpura-pura padanya selama ini.Awalnya Kinan ingin menenangkan diri di rumah keluarganya, dia memesan taxi online tanpa sepengetahuan siapa pun. Bahkan Kinan sudah meninggalkan pesan untuk Saka agar tidak mencarinya. Namun, kini dia malah kebingungan berada di mana. Ini bukanlah tujuan utamanya dan Kinan tidak tahu mengapa berada di sini.Terakhir yang dia ingat, sopir taxi online itu mengajaknya mengobrol dan menanyakan tujuannya kemudian Kinan sudah tida