“Cantik banget istriku!” seru Saka dengan senyum manisnya. Pria tampan berdagu belah itu tersenyum menggoda begitu melihat tampilan Kinan pagi ini.
Weekend tiba dan sesuai janji Saka, dia hendak menghadiri tasyakuran rumah baru Fajar di daerah puncak. Kinan sudah bersiap dan kini hanya terdiam usai mendengar pujian suaminya. Tidak sekali dua kali Saka memuji, suami gantengnya itu kerap memberinya pujian dan anehnya Kinan seakan terbiasa dengan apa yang dilakukan Saka.
“Kita jadi berangkat, gak?” seru Kinan. Ia sudah melambaikan tangannya di depan Saka seakan mencoba mengalihkan perhatian pria tampan itu. Saka terkekeh, kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Kinan bersiap hendak mengecupnya.
Kinan buru-buru mundur dan sudah meletakkan jarinya di depan bibir Saka. “Aku gak mau merapikan riasanku lagi hanya gara-gara kecupanmu itu.”
Sekali lagi Saka terkekeh kesenangan dan menganggukkan kepala. “Oke, Sayang. Kita bera
“Kamu lucu juga, Kinan,” ucap Fajar. Pria berwajah manis itu sontak terkekeh usai mendengar jawaban Kinan.“Aku tidak ngelawak, tapi itu memang benar. Kalau tidak percaya tanya saja ke Saka,” sahut Kinan kesal.Fajar masih tertawa dan menggelengkan kepala. “Ya, tentu. Aku akan menanyakannya ke Saka. Aku sama sekali tidak meragukan suamimu itu. Dia memang paling mahir bermain di atas ranjang.”Kinan terdiam, lagi-lagi ingatan Saka yang bringas di kehidupan yang berbeda terlintas di ingatan Kinan. Kinan menghela napas panjang dan menghalau semuanya dengan perlahan. Ia mencoba menyakinkan dirinya kalau Saka yang di sana dan di sini sangat jauh berbeda.“Hei! Apa ada yang lucu? Aku ketinggalan sesuatu?” Saka sudah berdiri di belakang Kinan dan Fajar.Fajar langsung menoleh dan tersenyum ke arah Saka lalu memindai tubuh Saka dari atas ke bawah dengan tatapan menyelidik.“Kami sedang membahas t
“APA?” Kinan bertanya sembari membolakan matanya ke arah Saka. Saka hanya tersenyum sambil menatap Kinan dengan kerlingan matanya.Dia tidak menjawab, tapi tangannya sudah bergerak lincah melepas satu persatu kancing kemejanya. Tentu saja ulah Saka ini membuat Kinan kesal. Dia sudah menyingkap selimut dan bersiap turun dari kasur. Namun, tangan Saka lebih cepat menahan tubuh istrinya dan meminta kembali masuk ke dalam selimut.Saka mendekatkan kepala dan menempelkan bibirnya sedekat mungkin di telinga Kinan. “Turuti ucapanku, Sayang!”Kinan diam dan menoleh ke arah Saka. Mata bulatnya sudah menyimpan banyak tanya, tapi Saka sama sekali tidak mau menjawab pertanyaan Kinan dan meneruskan menanggalkan kemejanya. Kinan masih mematung bergeming tak melakukan apa yang diminta Saka tadi. Sepertinya Saka kesal dengan sikap istrinya. Dia langsung menarik Kinan masuk ke dalam selimut dan memeluknya.“Saka, kamu mau ap—“ Bel
“Hoam ... .” Kinan menguap lebar sambil merentangkan tangannya ke atas. Matanya melirik ke arah samping dan melihat sudah tidak ada Saka di sana.“Dia ke mana?” gumam Kinan lirih. Kinan setengah terbangun lalu duduk di atas kasur sambil menutup tubuhnya dengan selimut.Matanya sudah beredar memindai keadaan sekitar, tidak ada yang aneh di ruangan ini. Mengapa Saka bisa tahu kalau ada kamera tersembunyi di sini? Kinan mencoba menerka bahkan dia beranggapan kalau Saka tengah mengerjainya. Namun, seandainya Saka bohong pasti dia akan melakukan apa yang diinginkan selama ini. Buktinya Saka tidak melakukannya.BRAK!!!Pintu kamar terbuka dan tampak Saka masuk ke dalam kamar. Dia terlihat sudah rapi.“Kamu baru bangun, Sayang?” sapanya dengan ceria. Kinan hanya mengangguk sembari terus menutup tubuhnya dengan selimut.Saka tersenyum menggoda dengan mata pekat yang mengerling nakal ke arahnya. “Lebih baik k
“APA?? Dia sampai di rumah dengan selamat?” seru Fajar terkejut.Pria berwajah manis itu langsung menoleh ke arah pria kurus yang berdiri ketakutan di sebelahnya. Fajar bergegas menyudahi panggilan di ponselnya dan menatap dengan marah ke pria kurus itu.“Katamu sudah menyabotase rem mobilnya, tapi nyatanya dia baik-baik saja. Kamu yakin tidak salah mobil?” cercah Fajar.Pria bertubuh kurus dengan mata besar itu mengangguk dengan penuh ketakutan. Fajar berdecak sambil menggelengkan kepala.“Kalau kamu sudah melakukannya dengan benar, mengapa bisa Saka dan istrinya tiba di rumah dengan selamat? Aku ingin mereka kecelakaan kalau bisa sampai Saka mati. Namun, kamu sudah ceroboh. Dasar tidak becus!!!”“Ma—maaf, Tuan. Maafkan saya, tapi tadi pagi saya sudah melakukannya dengan benar. Saya sudah mencatat plat nomor mobil Tuan Saka dan tidak salah. Apa mungkin ... apa mungkin ada yang tahu –“
“Kamu cantik sekali, Kinan. Mama senang melihat kalian bisa hadir,” ucap Nyonya Septa malam itu.Kinan dan Saka memang sudah menghadiri acara ulang tahun mamanya. Kali ini sengaja Nyonya Septa merayakan pesta ulang tahunnya di rumah dan hanya dihadiri Kinan, Saka serta kedua orangtua Kinan. Ini untuk pertama kalinya pesta ulang tahun Nyonya Septa dirayakan dengan sederhana.“Tumben, Mama tidak mengundang teman sosialitanya,” celetuk Saka di belakang Kinan.Nyonya Septa langsung tersenyum masam sambil menatap Saka. Sepertinya Saka lupa kalau beberapa bulan sebelum ia menikah, Nyonya Septa terpaksa menghindar dari teman sosialitanya. Akibat ulah Saka banyak teman sosialita Nyonya Septa yang membencinya. Memang banyak dari teman Nyonya Septa yang mempunyai anak gadis dan hampir sebagian besar pernah menjadi kekasih Saka. Sayangnya Saka tidak menganggap serius dan terkesan hanya mempermainkan mereka saja.“Sudah. Jangan dib
“Apa dia hamil?” tanya Nyonya Septa dengan cemas.Saka hanya diam sambil melirik ke arah ibunya. Ia sendiri tidak tahu mengapa juga Kinan tiba-tiba pingsan. Padahal sebelumnya kondisi istrinya baik-baik saja.“Apa Dokter Anwar sudah selesai memeriksanya?” Kini ganti Tuan Arya yang bertanya ke Saka. Saka langsung menelepon dokter keluarganya saat tahu Kinan pingsan tadi. Saka hanya diam sambil melihat Tuan Arya dengan sudut matanya. Ternyata dua orangtuanya ini benar-benar membuat Saka gelisah kini.“Apa benar dia hamil? Tapi aku tidak pernah menyentuhnya, lalu dia hamil dengan siapa? Apa jangan-jangan ---“ Saka tidak berani meneruskan dugaan di benaknya. Dia kembali terdiam dan menunggu hasil pemeriksaan Dokter Anwar saja.Selang beberapa saat Dokter Anwar keluar dari kamar ditemani Hana. Saka, Tuan Arya, Nyonya Septa dan juga Bayu sudah berkerumun mendekatinya.“Bagaimana, Dok? Kapan cucu saya lahir?&rdquo
“Bagaimana? Jadi honeymoonnya?” tanya Tuan Arya begitu Saka dan Kinan keluar dari kamar. Sepasang sejoli itu tampak bingung dan saling tatap satu sama lain.“Iya betul, Saka. Mama rasa kalian membutuhkan itu. Sudah jangan tolak lagi,” sahut Nyonya Septa menimpali.“Ayah dan ibu juga akan senang kalau kalian segera memberi kabar baik kepada kami.” Kini Bayu ikut bersuara. Hana yang berada di sebelahnya hanya menghela napas panjang sambil mengulum senyum.“Kalian sedang kompak menodong kami cucu?” tebak Saka. Mata pria tampan itu sudah menatap lekat ke setiap orang yang berdiri di depannya.“Apa salahnya, Saka. Lagi pula kalian sudah menikah dan bahkan usia pernikahan kalian sudah 4 bulan. Kenapa juga belum ada tanda-tanda kehamilan?”Sontak Kinan terdiam begitu mendengar ucapan Nyonya Septa. Ia baru ingat kalau sudah menjalani biduk rumah tangga dengan Saka selama 4 bulan lebih. Ini benar-b
“Aku pengen kamu manja,” ulang Kinan kembali.Saka semakin terkejut dan menatap Kinan dengan pandangan tak percaya. Baru kali ini Saka mendengar penuturan Kinan yang diluar perkiraannya. Kedua alis pria tampan berdagu belah itu saling bertaut sementara keningnya juga berkerut.“Apa kamu bilang? Apa benar yang sedang berkata di depanku ini istriku Kinan Pratiwi?”Kinan sontak tertawa apalagi Saka mengatakan hal tersebut dengan mimik wajah yang serius. Saka ikut tersenyum dan berhambur memeluk Kinan. Kinan terdiam dalam pelukan Saka dan mendongakkan kepala menatap wajah tampan suaminya.“Apa kamu sudah mulai jatuh cinta kepadaku?” tanya Saka kemudian. Kinan hanya diam, tidak menjawab, tapi matanya hanya mengunci tatapan mata pekat sang Suami seraya mengerjap berulang.“Apa menurutmu begitu?” Kinan malah balik bertanya. Saka tersenyum dan mengecup lembut kening Kinan.“Aku tidak tahu. Aku bu
“Gadis kecil di foto itu ... adalah ... aku,” lirih Kinan bersuara.Saka langsung tersenyum mendengar ucapan Kinan. Kinan hanya terdiam dan masih terkejut begitu tahu kalau dia sudah mengenal suaminya jauh hari sebelumnya.“Jadi ... jadi ... kamu anak kecil yang tertabrak mobil dulu?” imbuh Kinan.Sekali lagi Saka mengangguk dan sebuah senyuman terukir di wajah tampannya.“Ya Tuhan ... .” Kinan langsung menangkupkan kedua tangannya ke muka. Ini benar-benar kejadian yang tidak pernah dia duga.Memang Kinan yang menolong Saka saat Saka secara sengaja ditabrak mobil oleh Daniel. Kebetulan Kinan hendak bertandang ke rumah Saka saat itu. Kinan yang lebih dulu melihat Saka tergeletak tak berdaya di depan rumahnya saat mobil Daniel menabrak Saka. Kinan juga yang berlarian masuk ke dalam rumah Saka memberitahu ke orang tua Saka. Sementara orang tua Kinan sudah sigap menolong Saka.Kinan menunduk dan berurai air ma
“Nyonya Kinan sudah melalui masa kritisnya dan kondisinya kini sudah membaik,” ucap dokter wanita itu.Seketika kaki Saka lemas dan langsung duduk di kasur kembali. Dia merasa lega sekaligus senang usai mendengar perihal kondisi istri tercintanya. Hal yang sama juga ditunjukkan Nyonya Septa, Tuan Arya, Ardi dan Pak Wildan. Semuanya tampak tersenyum bahagia.Dokter itu menganggukkan kepala melihat mimik suka cita yang tampak pada semua yang hadir di ruangan ini.“Lalu tentang janinnya ---“ Dokter itu kembali menggantung kalimatnya dan kini sudah fokus melihat ke arah Saka.Saka membisu tak berani bersuara. Dia sudak ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Saka yakin semua yang ditetapkan Tuhan untuknya adalah yang terbaik.“Jujur, saya baru kali ini menangani kasus seperti ini. Mungkin Tuhan telah memberi Anda sekeluarga mukjizat tak ternilai, Tuan.” Dokter itu kembali bersuara dan mengalihkan pembicaraannya.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Bagai dejavu, Saka kembali mengulang kejadian yang sama seperti beberapa bulan lalu.Yang beda kali ini hanyalah, kondisi Kinan. Dulu Kinan lebih sehat dan tidak mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya. Saka sudah pasrah apa pun yang terjadi, dia akan menerima dengan lapang dada.“Sabar, Tuan. Kami sedang berusaha semampu mungkin. Hanya dengan pertolongan Tuhan saja yang bisa memberi mukjizat dan membuat istri Anda selamat dari maut,” ujar dokter yang menangani Kinan.Saka hanya mengangguk lesu tak berdaya.“Mungkin lebih baik, luka Anda dirawat dulu, Tuan,” pinta dokter itu lagi.Saka hanya menghela napas sambil menganggukkan kepala. Usai dari rumah Om Daniel, polisi memang membawa Saka dan Kinan ke rumah sakit terdekat. Kinan langsung masuk UGD dan mendapat pertolongan secepatnya. Sementara Saka tidak mempedulikan lukanya malah sibuk mengejar dokter yang menangani Kinan.
“Aah ... .” Saka langsung tersungkur sambil memegang perutnya.Ternyata sedari tadi Daniel sudah mengamatinya saat berkelahi, Saka selalu kesakitan saat lawan memukul perutnya. Memang masih ada bekas luka tembak yang belum sembuh benar di sana. Bahkan Saka masih menutup lukanya dengan perban.“Jadi itu kelemahanmu. Apa itu lukamu, Saka? Sepertinya aku menyerang tepat sasaran saat ini.” Daniel terkekeh sambil menatap Saka penuh benci.Saka hanya diam, menyeka darah di sudut bibirnya kemudian menatap ke arah Daniel tanpa takut.“Aku tidak punya kelemahan. Om salah menebaknya.”Mendengar ucapan Saka yang sombong membuat Daniel makin murka. Dia kembali menyerang Saka dengan bertubi-tubi membuat Saka kewalahan. Dari dulu, Saka memang tidak pernah menang jika beradu tanding dengan pamannya. Namun, kali ini Saka ingin mengubah sejarah. Dia harus memenangkan perkelahiannya.Mereka masih asyik saling pukul, jotos,
“APA!!?” Saka terperanjat kaget mendengar ucapan Kinan.Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus meringis kesakitan sambil memegang perutnya.“Tolong, Saka. Ini ... ini sakit sekali. Aku tidak kuat,” rintih Kinan.“TIDAK!! TIDAK!! KAMU TIDAK BOLEH MENYERAH. KAMU HARUS MELAWANNYA, SAYANG.” Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus merundukkan tubuh tak sanggup berdiri tegak. Tanpa banyak bicara, Saka langsung menggendong tubuh Kinan dan berjalan menuju lift.“Aku tidak mau kehilangan kalian berdua. Aku akan melakukan apa saja, Sayang.” Saka berkata seperti itu sambil berjalan masuk ke dalam lift. Kemudian begitu turun dia bersiap keluar dari ruang kerja Daniel. Saka harus secepatnya membawa Kinan ke rumah sakit.Namun, baru saja keluar dari ruang kerja Daniel, Saka menghentikan langkahnya. Ia melihat Daniel sedang berdiri menghadang dengan dua orang penjaga yang dilihat Saka tadi.“Tepat
“Tolong ... Tuan. Jangan lakukan itu!! Anak saya masih kecil dan istri saya juga masih membutuhkan saya,” lirih dokter tersebut memohon.Daniel sudah menodongkan pistolnya ke arah kening dokter tersebut dan tampak tersenyum menyeringai menatapnya.“Kalau kamu masih ingin hidup. Lakukan permintaanku!!”Dokter tersebut terdiam lama, tangannya sudah terangkat semua dan tertegun menatap Kinan. Ini adalah sebuah pilihan yang sulit baginya.“CEPAT!! TUNGGU APA LAGI?? APA KAMU MEMANG INGIN MATI??”Dokter itu mengerjapkan mata kemudian dengan sendu menatap Kinan dan menggelengkan kepala. Hampir tak terdengar sebuah kata keluar dari mulut pria berjas putih itu seakan sedang meminta maaf kepada Kinan.Kinan hanya terdiam menatapnya. Bahkan wanita berwajah manis itu itu tidak bisa menahan buliran bening yang luruh seketika membasahi pipinya.Perlahan dokter itu membalikkan badan dan berjalan menuju meja di sam
“Saka!! Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Septa.Ibunda Saka itu mendengar saat Saka berteriak keras tadi dan langsung menyeruak masuk ke kamar Saka. Saka menoleh sambil menyerahkan ponselnya ke Nyonya Septa.“Om Daniel ... Kinan berada di tangan Om Daniel dan dia mau mengaborsi anakku.”“APA??!!” Seketika Nyonya Septa terbelalak kaget.Tuan Arya yang baru saja datang segera menghampiri Saka di kamarnya begitu juga Ardi dan Pak Wildan. Mereka tampak terkejut usai mendengar penjelasan dari Nyonya Septa.“Saka, kamu jangan gegabah. Kita harus lapor polisi. Papa takut mereka menjebakmu kali ini,” ujar Tuan Arya.“Aku gak mau menunggu, Pa. Ini tentang nyawa Kinan dan anakku. Aku gak akan tinggal diam. Aku harus pergi menyelamatkan mereka.”“Iya, Mama tahu. Namun, kamu juga belum pulih benar. Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana?” Nyonya Septa sudah menitikkan air mat
“Ma, apa ada kabar tentang Kinan?” tanya Saka.Dia baru saja keluar dari kamar dan menghampiri Nyonya Septa yang sedang duduk di ruang tengah.“Tadi Papa dan Pak Wildan sudah tahu tentang taxi online yang dipesan Kinan. Mereka sedang mengecek ke operator aplikasinya. Sementara Ardi sudah lapor polisi tentang hilangnya Kinan. Ardi juga sudah melacak ponsel Kinan. Mungkin sebentar lagi akan ada titik terang, Saka.”Saka hanya diam usai mendengar penjelasan Nyonya Septa.“Lalu sampai kapan Kinan ditemukan, Ma? Aku takut terjadi sesuatu padanya, pada anakku,” gumam Saka pelan.Nyonya Septa menoleh ke arah Saka, kemudian membelai wajah tampan putra kesayangannya itu.“Tenanglah, Saka. Kita sama-sama berdoa, supaya mereka cepat menemukan Kinan dan tidak terjadi sesuatu apa pun yang membahayakannya.”Saka hanya membisu sembari menganggukkan kepala. “Iya, Ma. Semoga saja tidak terjadi apa-
“Aku di mana?” lirih Kinan bertutur.Perlahan dia mengerjapkan mata sambil melihat ke sekeliling. Tadi pagi sekali Kinan memang pergi dari rumah. Ia tahu kalau hari ini Saka keluar dari rumah sakit. Harusnya Kinan bahagia mendengar kabar itu, tapi tidak dengan Kinan saat ini. Hatinya masih sakit, kecewa dan merasa dibohongi. Ia masih tidak bisa terima kenyataan kalau Saka suaminya ini adalah Saka yang sama telah membuat hancur hidupnya di malam itu. Yang lebih menyakitkan lagi, Saka berbohong dan berpura-pura padanya selama ini.Awalnya Kinan ingin menenangkan diri di rumah keluarganya, dia memesan taxi online tanpa sepengetahuan siapa pun. Bahkan Kinan sudah meninggalkan pesan untuk Saka agar tidak mencarinya. Namun, kini dia malah kebingungan berada di mana. Ini bukanlah tujuan utamanya dan Kinan tidak tahu mengapa berada di sini.Terakhir yang dia ingat, sopir taxi online itu mengajaknya mengobrol dan menanyakan tujuannya kemudian Kinan sudah tida