“Loh! Kalian di sini juga?” seru Fajar.
Saat perjalanan menuju ke parkiran mall, Saka dan Kinan malah bertemu Fajar yang baru saja keluar dari area parkir. Saka terkejut, untung saja dia sudah meminta pelayan toko untuk membungkus rapi kado untuk Fajar dalam kantong belanja tanpa nama. Sehingga Fajar tidak tahu kalau Saka baru saja membelikan kado ulang tahun untuknya.
“Iya. Tadi Kinan minta belanja baju,” jawab Saka.
Fajar tersenyum sambil menganggukkan kepala, sementara matanya sudah melirik ke paper bag yang ditenteng Kinan. Di sana jelas tertulis nama tokonya dan Fajar mengulum senyum begitu membacanya. Melihat ulah Fajar, Kinan buru-buru menarik paper bagnya dan menyembunyikan di balik tubuhnya. Saka hanya tersenyum melihat ulah Kinan kemudian menarik tubuh Kinan agar mendekat ke arahnya.
“Apa sudah selesai urusannya tadi, Saka?” Fajar kembali bertanya. Saka mengangguk sambil tersenyum.
“Kamu sendiri s
“Sayang ... aku tahu kamu tidak suka dengannya, tapi tidak seharusnya kamu menuduh seperti itu. Bagaimana kalau tidak terbukti dan tuduhanmu salah. Itu namanya pencemaran nama baik,” ujar Saka menanggapi.Kinan hanya diam seraya menghela napas berulang. Kinan sendiri tidak mengerti mengapa Saka selalu membela Fajar. Kinan tahu persahabatan antara suaminya dengan Fajar, tapi tidak seharusnya juga Saka menutup mata akan semua bukti yang mengarah ke Fajar.“Sudah. Jangan bahas Fajar lagi. Kita pulang! Aku gak sabar ingin melihatmu mencoba baju yang baru aku belikan tadi.”Saka berjalan lebih dulu menuju mobil mereka yang terletak tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Seketika Kinan terkejut, matanya sudah membola sambil menatap punggung Saka yang sudah berlalu di depannya.“Sial!! Ternyata dia beneran akan menyuruhku memakai pakaian itu. Gawat, nih!” umpat Kinan dalam hati.**“Kalian sudah datang, Mama pikir kalian akan pulang malam tadinya,” sapa Nyonya Septa.Kinan dan Saka baru saja
“APA???” seru Saka dengan mata terbelalak. Kinan yang duduk di samping Saka hanya diam dan meliriknya sekilas. Entah mimpi apa dia semalam, tiba-tiba mertuanya berkata seperti itu dan menginginkan suaminya menikah lagi. “Iya. Benar. Itu yang diinginkan Pak Ridwan. Laila mengalami depresi berat, Saka. Dia seperti orang gila, tidak bisa diajak komunikasi dua arah dan parahnya yang dia lakukan hanya memandangi fotomu dengan bicara sendiri.” Nyonya Septa menjeda ceritanya dan melihat ke arah Saka serta Kinan bergantian. “Awalnya Mama tidak percaya, lalu saat kemarin malam Mama menemuinya. Mama baru percaya. Dia seperti orang gila. Bahkan tidak memperhatikan penampilannya sama sekali.” Saka menghela napas panjang dan menggelengkan kepala. “Lalu Mama menyetujui dan meminta aku menikahinya, begitu?” ujar Saka dengan lesu. Nyonya Septa tersenyum dan menggelengkan kepala. “Tentu tidak, Sayang. Mama tidak akan mengorbankan Kinan hanya untuk menolong orang lain. Kinan sudah seperti anak sen
“Ayo, buruan!” ucap Saka.Ia masuk ke kamar lebih dulu dengan Kinan mengekor di belakangnya. Wanita berwajah manis itu sudah memajukan seluruh bibirnya ke depan saat tahu apa yang sedang diinginkan Saka saat ini. Kinan menutup pintu kamar dan berjalan lambat menghampiri Saka. Saat ini Saka sedang berbaring di atas kasur sambil memainkan ponselnya.Kinan melirik sekilas dengan wajah cemberut. Ia selalu deg degan juga sedikit kesal saat Saka memintanya melakukan sesuatu yang tidak disuka.“Ayo, Sayang! Buruan dicoba! Kalau tidak sesuai ukurannya bisa ditukar. Itu kata penjualnya,” seru Saka.Kinan menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala. “Bukannya ini all size. Mengapa juga harus dicoba dan ditukar segala.”“Ya ... siapa tahu punyamu lebih besar dari ukuran bajunya. Aku kan tidak tahu,” celetuk Saka dengan santainya. Sontak Kinan terbelalak sambil menatap ke arah Saka. Saka hanya tersenyum ce
“Upss!! Sorry. Maaf, Saka!” ucap Nyonya Septa.Wanita paruh baya itu terkejut setengah mati saat tahu pintu kamar putranya tidak terkunci. Parahnya lagi Nyonya Septa memergoki sang Putra sedang asyik bermesraan dengan istrinya. Nyonya Septa terus menggelengkan kepala sambil menepuk jidatnya berulang kali.“Goblok!! Kok gak aku ketuk dulu pintunya. Kebiasaan dulu, sih. Lupa kalau Saka udah nikah,” dumel Nyonya Septa dalam hati.Wanita paruh baya itu sudah menutup kembali pintu kamar Saka dan membalikkan badan hendak berlalu pergi. Namun, tiba-tiba pintu kamar Saka kembali terbuka dan tampak Saka berjalan menghampiri mamanya.“Ada apa, Ma?” tanya Saka.Nyonya Septa kembali membalikkan badan kemudian menatap putra tunggalnya dengan canggung. Saka tampak berdiri hanya mengenakan celana kain, bertelanjang dada dengan banyak peluh menempel di sana, rambut acak-acakan dan mata yang sendu. Jelas sekali kalau hasratnya su
“Maaf, sudah menunggu lama,” ucap Saka. Ia baru saja masuk ke ruang tamu bersama dengan Kinan.Tuan Arya tersenyum melihat kedatangan putra dan menantunya. Ia langsung menyilakan Saka dan Kinan duduk di depannya. Seorang pria berusia hampir sama dengan Tuan Arya tampak duduk terdiam di samping Tuan Arya. Pria itu terus menghela napas panjang, menundukkan kepala seakan banyak beban masalah yang baru saja dihadapinya.“Saka, kamu pasti sudah mengenal Pak Ridwan dan Kinan perkenalkan ini Pak Ridwan, teman Papa,” ujar Tuan Arya.Pria di sebelah Tuan Arya itu segera mengangkat kepala dan mengulurkan tangan ke arah Kinan. Untuk sejenak Kinan terdiam. Dia tidak asing dengan wajah pria di depannya ini, tapi Kinan kesulitan untuk mengingat di mana dia pernah bertemu. Jangan-jangan Kinan pernah bertemu dengan pria ini di kehidupan sebelumnya bukan di kehidupan yang baru ini.“Saka, kamu pasti sudah diberitahu oleh Mama tentang Laila. Papa harap kamu bisa bersikap bijak kali ini.”Saka hanya man
“Puluhan tahun?” tanya Kinan. Ia sudah membuka mata dan mengerjapkan berulang ke arah Saka.Saka hanya diam membisu dan tampak gugup sekaligus kebingungan. Seakan-akan ia baru melakukan sebuah kesalahan saja.“Memang selama itu? Padahal kamu baru melihatku beberapa jam yang lalu.” Saka langsung tertawa cengengesan mendengar ucapan Kinan.“Itu hanya kata kiasan, Sayang. Masa kamu gak pernah belajar bahasa, sih. Kan ada yang namanya kata kiasan, perumpaman dan semuanya digunakan untuk memperindah kalimat.”Kinan manggut-manggut sambil merapatkan bibirnya. “Hmm ... berarti itu sama saja kalau kamu lagi gombalin aku. Huh, padahal aku sudah senang tadi.”Kinan memukul gemas bahu Saka dan sudah memalingkan wajahnya. Wanita manis itu kini bersandar di sofa tanpa mempedulikan reaksi Saka yang gugup karenanya.“Kenapa kamu gak pernah percaya sama aku, sih? Padahal apa yang aku katakan selalu jujur dari dalam hatiku. Apa karena ada sosok diriku di kehidupan berbeda yang menyakitimu?”Saka kemba
TOK!!! TOK!! TOK!!“TUAN!!” Sebuah suara diiringi ketukan di pintu kamar Saka membuyarkan keintiman yang baru diciptakan Saka dan Kinan.Saka berdecak kesal sementara Kinan hanya mengulum senyum dan mengenakan kembali blusnya. Ia sudah berdiri dari tubuh Saka dan tampak sibuk merapikan pakaiannya. Dengan lesu, Saka berjalan menuju pintu kamar.BRAK!!Pintu kamar dibuka Saka dengan kasar. Seorang wanita paruh baya sudah berdiri di balik pintu kamar menatap Saka dengan wajah gugup.“Ada apa, Bi?” tanya Saka kemudian.“Maaf, Tuan. Di luar ada polisi, beliau ingin bertemu katanya penting,” jawab bibi Art tersebut.Saka hanya terdiam sambil mengernyitkan alisnya satu. “Polisi? Untuk apa lagi mereka ke sini. Ya, sudah. Suruh tunggu! Saya akan keluar sebentar lagi.”Bibi art itu menganggukkan kepala kemudian membalikkan tubuh dan pergi berlalu meninggalkan Saka. Saka bergegas masuk ke da
“TIDAKKK!!!” seru Saka.“Saka, kamu kenapa?” ucap Kinan sambil menepuk pipi Saka.Saka membuka mata perlahan dan menatap Kinan dengan napas tersenggal. Lamat-lamat Saka mengerjapkan mata sambil melihat sekeliling. Ia masih berada di kamarnya hanya saja sekarang sudah pagi. Cahaya mentari sudah masuk menerobos melalui celah tirai kamarnya.Helaan napas panjang lolos keluar begitu saja dari mulut Saka. Ia sudah mengacak rambutnya dan tampak sedikit lega daripada tadi. “Ternyata aku bermimpi,” gumamnya lirih.Kinan menoleh ke arah Saka dan melihatnya dengan kuluman senyum. Visual suaminya saat bangun pagi seperti ini memang luar biasa. Tanpa diminta ada getaran aneh yang tiba-tiba menjalar memenuhi relung hati Kinan. Merasa diperhatikan, Saka menoleh dengan cepat ke arah Kinan. Mata mereka saling bertabrakan dan Kinan buru-buru menunduk menghindar lebih dulu.“Maaf, aku jadi membangunkanmu, Sayang,” cici
“Gadis kecil di foto itu ... adalah ... aku,” lirih Kinan bersuara.Saka langsung tersenyum mendengar ucapan Kinan. Kinan hanya terdiam dan masih terkejut begitu tahu kalau dia sudah mengenal suaminya jauh hari sebelumnya.“Jadi ... jadi ... kamu anak kecil yang tertabrak mobil dulu?” imbuh Kinan.Sekali lagi Saka mengangguk dan sebuah senyuman terukir di wajah tampannya.“Ya Tuhan ... .” Kinan langsung menangkupkan kedua tangannya ke muka. Ini benar-benar kejadian yang tidak pernah dia duga.Memang Kinan yang menolong Saka saat Saka secara sengaja ditabrak mobil oleh Daniel. Kebetulan Kinan hendak bertandang ke rumah Saka saat itu. Kinan yang lebih dulu melihat Saka tergeletak tak berdaya di depan rumahnya saat mobil Daniel menabrak Saka. Kinan juga yang berlarian masuk ke dalam rumah Saka memberitahu ke orang tua Saka. Sementara orang tua Kinan sudah sigap menolong Saka.Kinan menunduk dan berurai air ma
“Nyonya Kinan sudah melalui masa kritisnya dan kondisinya kini sudah membaik,” ucap dokter wanita itu.Seketika kaki Saka lemas dan langsung duduk di kasur kembali. Dia merasa lega sekaligus senang usai mendengar perihal kondisi istri tercintanya. Hal yang sama juga ditunjukkan Nyonya Septa, Tuan Arya, Ardi dan Pak Wildan. Semuanya tampak tersenyum bahagia.Dokter itu menganggukkan kepala melihat mimik suka cita yang tampak pada semua yang hadir di ruangan ini.“Lalu tentang janinnya ---“ Dokter itu kembali menggantung kalimatnya dan kini sudah fokus melihat ke arah Saka.Saka membisu tak berani bersuara. Dia sudak ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Saka yakin semua yang ditetapkan Tuhan untuknya adalah yang terbaik.“Jujur, saya baru kali ini menangani kasus seperti ini. Mungkin Tuhan telah memberi Anda sekeluarga mukjizat tak ternilai, Tuan.” Dokter itu kembali bersuara dan mengalihkan pembicaraannya.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Bagai dejavu, Saka kembali mengulang kejadian yang sama seperti beberapa bulan lalu.Yang beda kali ini hanyalah, kondisi Kinan. Dulu Kinan lebih sehat dan tidak mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya. Saka sudah pasrah apa pun yang terjadi, dia akan menerima dengan lapang dada.“Sabar, Tuan. Kami sedang berusaha semampu mungkin. Hanya dengan pertolongan Tuhan saja yang bisa memberi mukjizat dan membuat istri Anda selamat dari maut,” ujar dokter yang menangani Kinan.Saka hanya mengangguk lesu tak berdaya.“Mungkin lebih baik, luka Anda dirawat dulu, Tuan,” pinta dokter itu lagi.Saka hanya menghela napas sambil menganggukkan kepala. Usai dari rumah Om Daniel, polisi memang membawa Saka dan Kinan ke rumah sakit terdekat. Kinan langsung masuk UGD dan mendapat pertolongan secepatnya. Sementara Saka tidak mempedulikan lukanya malah sibuk mengejar dokter yang menangani Kinan.
“Aah ... .” Saka langsung tersungkur sambil memegang perutnya.Ternyata sedari tadi Daniel sudah mengamatinya saat berkelahi, Saka selalu kesakitan saat lawan memukul perutnya. Memang masih ada bekas luka tembak yang belum sembuh benar di sana. Bahkan Saka masih menutup lukanya dengan perban.“Jadi itu kelemahanmu. Apa itu lukamu, Saka? Sepertinya aku menyerang tepat sasaran saat ini.” Daniel terkekeh sambil menatap Saka penuh benci.Saka hanya diam, menyeka darah di sudut bibirnya kemudian menatap ke arah Daniel tanpa takut.“Aku tidak punya kelemahan. Om salah menebaknya.”Mendengar ucapan Saka yang sombong membuat Daniel makin murka. Dia kembali menyerang Saka dengan bertubi-tubi membuat Saka kewalahan. Dari dulu, Saka memang tidak pernah menang jika beradu tanding dengan pamannya. Namun, kali ini Saka ingin mengubah sejarah. Dia harus memenangkan perkelahiannya.Mereka masih asyik saling pukul, jotos,
“APA!!?” Saka terperanjat kaget mendengar ucapan Kinan.Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus meringis kesakitan sambil memegang perutnya.“Tolong, Saka. Ini ... ini sakit sekali. Aku tidak kuat,” rintih Kinan.“TIDAK!! TIDAK!! KAMU TIDAK BOLEH MENYERAH. KAMU HARUS MELAWANNYA, SAYANG.” Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus merundukkan tubuh tak sanggup berdiri tegak. Tanpa banyak bicara, Saka langsung menggendong tubuh Kinan dan berjalan menuju lift.“Aku tidak mau kehilangan kalian berdua. Aku akan melakukan apa saja, Sayang.” Saka berkata seperti itu sambil berjalan masuk ke dalam lift. Kemudian begitu turun dia bersiap keluar dari ruang kerja Daniel. Saka harus secepatnya membawa Kinan ke rumah sakit.Namun, baru saja keluar dari ruang kerja Daniel, Saka menghentikan langkahnya. Ia melihat Daniel sedang berdiri menghadang dengan dua orang penjaga yang dilihat Saka tadi.“Tepat
“Tolong ... Tuan. Jangan lakukan itu!! Anak saya masih kecil dan istri saya juga masih membutuhkan saya,” lirih dokter tersebut memohon.Daniel sudah menodongkan pistolnya ke arah kening dokter tersebut dan tampak tersenyum menyeringai menatapnya.“Kalau kamu masih ingin hidup. Lakukan permintaanku!!”Dokter tersebut terdiam lama, tangannya sudah terangkat semua dan tertegun menatap Kinan. Ini adalah sebuah pilihan yang sulit baginya.“CEPAT!! TUNGGU APA LAGI?? APA KAMU MEMANG INGIN MATI??”Dokter itu mengerjapkan mata kemudian dengan sendu menatap Kinan dan menggelengkan kepala. Hampir tak terdengar sebuah kata keluar dari mulut pria berjas putih itu seakan sedang meminta maaf kepada Kinan.Kinan hanya terdiam menatapnya. Bahkan wanita berwajah manis itu itu tidak bisa menahan buliran bening yang luruh seketika membasahi pipinya.Perlahan dokter itu membalikkan badan dan berjalan menuju meja di sam
“Saka!! Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Septa.Ibunda Saka itu mendengar saat Saka berteriak keras tadi dan langsung menyeruak masuk ke kamar Saka. Saka menoleh sambil menyerahkan ponselnya ke Nyonya Septa.“Om Daniel ... Kinan berada di tangan Om Daniel dan dia mau mengaborsi anakku.”“APA??!!” Seketika Nyonya Septa terbelalak kaget.Tuan Arya yang baru saja datang segera menghampiri Saka di kamarnya begitu juga Ardi dan Pak Wildan. Mereka tampak terkejut usai mendengar penjelasan dari Nyonya Septa.“Saka, kamu jangan gegabah. Kita harus lapor polisi. Papa takut mereka menjebakmu kali ini,” ujar Tuan Arya.“Aku gak mau menunggu, Pa. Ini tentang nyawa Kinan dan anakku. Aku gak akan tinggal diam. Aku harus pergi menyelamatkan mereka.”“Iya, Mama tahu. Namun, kamu juga belum pulih benar. Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana?” Nyonya Septa sudah menitikkan air mat
“Ma, apa ada kabar tentang Kinan?” tanya Saka.Dia baru saja keluar dari kamar dan menghampiri Nyonya Septa yang sedang duduk di ruang tengah.“Tadi Papa dan Pak Wildan sudah tahu tentang taxi online yang dipesan Kinan. Mereka sedang mengecek ke operator aplikasinya. Sementara Ardi sudah lapor polisi tentang hilangnya Kinan. Ardi juga sudah melacak ponsel Kinan. Mungkin sebentar lagi akan ada titik terang, Saka.”Saka hanya diam usai mendengar penjelasan Nyonya Septa.“Lalu sampai kapan Kinan ditemukan, Ma? Aku takut terjadi sesuatu padanya, pada anakku,” gumam Saka pelan.Nyonya Septa menoleh ke arah Saka, kemudian membelai wajah tampan putra kesayangannya itu.“Tenanglah, Saka. Kita sama-sama berdoa, supaya mereka cepat menemukan Kinan dan tidak terjadi sesuatu apa pun yang membahayakannya.”Saka hanya membisu sembari menganggukkan kepala. “Iya, Ma. Semoga saja tidak terjadi apa-
“Aku di mana?” lirih Kinan bertutur.Perlahan dia mengerjapkan mata sambil melihat ke sekeliling. Tadi pagi sekali Kinan memang pergi dari rumah. Ia tahu kalau hari ini Saka keluar dari rumah sakit. Harusnya Kinan bahagia mendengar kabar itu, tapi tidak dengan Kinan saat ini. Hatinya masih sakit, kecewa dan merasa dibohongi. Ia masih tidak bisa terima kenyataan kalau Saka suaminya ini adalah Saka yang sama telah membuat hancur hidupnya di malam itu. Yang lebih menyakitkan lagi, Saka berbohong dan berpura-pura padanya selama ini.Awalnya Kinan ingin menenangkan diri di rumah keluarganya, dia memesan taxi online tanpa sepengetahuan siapa pun. Bahkan Kinan sudah meninggalkan pesan untuk Saka agar tidak mencarinya. Namun, kini dia malah kebingungan berada di mana. Ini bukanlah tujuan utamanya dan Kinan tidak tahu mengapa berada di sini.Terakhir yang dia ingat, sopir taxi online itu mengajaknya mengobrol dan menanyakan tujuannya kemudian Kinan sudah tida