“TIDAKKK!!!” seru Saka.
“Saka, kamu kenapa?” ucap Kinan sambil menepuk pipi Saka.
Saka membuka mata perlahan dan menatap Kinan dengan napas tersenggal. Lamat-lamat Saka mengerjapkan mata sambil melihat sekeliling. Ia masih berada di kamarnya hanya saja sekarang sudah pagi. Cahaya mentari sudah masuk menerobos melalui celah tirai kamarnya.
Helaan napas panjang lolos keluar begitu saja dari mulut Saka. Ia sudah mengacak rambutnya dan tampak sedikit lega daripada tadi. “Ternyata aku bermimpi,” gumamnya lirih.
Kinan menoleh ke arah Saka dan melihatnya dengan kuluman senyum. Visual suaminya saat bangun pagi seperti ini memang luar biasa. Tanpa diminta ada getaran aneh yang tiba-tiba menjalar memenuhi relung hati Kinan. Merasa diperhatikan, Saka menoleh dengan cepat ke arah Kinan. Mata mereka saling bertabrakan dan Kinan buru-buru menunduk menghindar lebih dulu.
“Maaf, aku jadi membangunkanmu, Sayang,” cici
“Aku senang sekali kalian mau hadir di pestaku, Saka, Kinan,” sambut Fajar saat itu. Ia begitu semringah saat melihat kehadiran Saka dan Kinan di rumahnya. Saka hanya tersenyum kemudian sudah mengulurkan buah tangan yang dibawanya. “Ini kado untukmu. Semoga saja kamu suka, Kinan yang memilihkannya,” ucap Saka sambil mengerlingkan matanya. Sebuah senyuman manis tampak terukir di wajah Fajar dan pria manis berkulit sawo matang itu menganggukkan kepala sambil melirik Kinan sekilas. Kinan hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala membalasnya. Kemudian dia sudah mengalihkan wajahnya, terlihat sekali kalau dia tidak suka dengan situasi yang sedang terjadi kali ini. “Terima kasih, Saka, Kinan. Silakan kalian nikmati suguhan di sini. Aku akan menyapa tamu yang lain.” Fajar berpamitan menemui tamu yang lain usai menerima kado dari Saka dan Kinan. “Kenapa kamu bilang aku yang memilihkannya tadi?” cicit Kinan lirih. Dia seakan protes dengan ucapan Saka
“Apa maksud Anda, Tuan?” seru Saka dengan penuh amarah.Antonio tersenyum miring sambil menatap tajam ke arah Saka. Ia mencondongkan tubuhnya mendekat hingga mereka berdiri sejajar tak berjarak.“Kenapa masih bertanya? Bukankah seharusnya Anda tahu apa arti ucapan saya tadi?” Saka tidak menjawab hanya menelan saliva berulang dengan tak mengalihkan sedikit pun pandangannya.“Kamu pembunuh adikku, sudah seharusnya kamu mati, Saka!”Kinan yang berdiri di samping Saka tampak terkejut mendengar ucapan Antonio. Dia sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi di antara dua pria ini. Yang pasti Antonio terlihat tersulut api dendam saat ini.“Aku tidak membunuhnya! Bukan aku yang melakukannya!” jawab Saka.Antonio tersenyum menyeringai semakin memajukan wajahnya seakan bersiap menerkam Saka bulat-bulat.“Mana ada penjahat yang akan mengaku, Tuan Saka. Mungkin Anda bisa lepas dari hukum p
“JANGAN BERGERAK!!” ucap Ferdi sambil memindah posisi senapannya ke leher Saka saat melihat terjadi gerakan terkejut di Kinan.Kinan hanya diam meliriknya dari bangku depan sambil sesekali melihat ke Saka.“Turuti apa katanya, Sayang,” pinta Saka. Kinan terdiam kemudian menganggukkan kepala.“Nah begitu. Sekarang antar aku!” Ferdi menyebutkan sebuah tempat jauh di luar kota. Saka sendiri tidak tahu tempat apa yang dimaksud Ferdi. Bisa jadi itu rumah Ferdi, bisa jadi itu tempat dia tinggal untuk sementara.“Tempat itu jauh dari sini, bensinku tidak cukup. Kalau kamu berkenan kita harus berhenti untuk mengisi bensin dulu,” ujar Saka.“Alah jangan cari alasan kamu! Memangnya aku tidak tahu apa muslihatmu!”Saka hanya menghela napas panjang sambil melirik Ferdi melalui kaca spion. “Kalau kamu tidak percaya ya sudah. Yang pasti bensin mobilku menipis. Lihat saja!”Ferd
“JANGAN COBA LAPOR POLISI!” ancam Ferdi.BRAK!!!Pintu mobil terbuka dengan kasar lalu berbarengan dengan keluarnya Ferdi dari bangku belakang. Pria bermata cekung dengan rambut lepek dan parut di alisnya itu keluar dengan tergesa. Lalu bergegas naik ke dalam mobil taxi online yang baru saja menjemputnya. Tak lama mobil tersebut sudah berlalu pergi meninggalkan Saka dan Kinan.“Kenapa tadi tidak lapor polisi?” sergah Kinan membuyarkan lamunan Saka.Saka tersenyum sambil melirik ke arah Kinan. Matanya tampak berbinar seakan baru saja meraih kemenangan. “Aku sudah melakukannya. Aku sudah menghubungi intel polisi yang kapan hari ke rumah untuk mengikuti mereka. Si Drivernya juga sudah aku beri tahu. Kamu tenang saja, pasti sebentar lagi juga dia akan tertangkap.”Kinan hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Saka. Dia sedikit lega begitu mendengarnya. Saka kini tampak mengeluarkan ponselnya dan sibuk berbicara di telepon.“Kamu menelepon siapa?”“Pak Wildan. Aku terpaksa mengganggu ha
"Sudah sampai!" seru Saka sambil menghentikan mobilnya. Kinan terdiam membisu, sambil melihat sebuah bangunan yang tidak seberapa besar namun sangat menjulang tinggi ke atas. Sekilas bangunan itu seperti sebuah menara saja. "Tempat apa ini?" tanya Kinan. "Tempat pacaran kita." Kinan berdecak sambil menggelengkan kepala. "Maksudku ini rumah atau menara atau apa? Kok bangunannya aneh begini. Apa di dalam ada penghuninya?"Saka terkekeh mendengar pertanyaan Kinan. "Sebenarnya ini salah satu rumah peristirahatan keluargaku, Sayang. Memang bangunannya unik dibuat seperti menara bahkan di bagian paling atas ada tempat yang bisa kita gunakan untuk menikmati bintang di malam hari. Aku yakin kamu pasti suka. Yuk!"Saka keluar lebih dulu, kemudian membukakan pintu mobil untuk Kinan. Mereka kemudian berjalan beriringan masuk ke bangunan tersebut. Seorang wanita paruh baya menyambut mereka di pintu masuk bangunan tersebut. "Tuan Saka!! Saya pikir Anda tidak
"Menikah?" tanya Kinan dengan bola mata yang tajam. Saka tersenyum kemudian mengangguk. "Terus di mana istrimu? Kalian sudah berpisah atau ---""Aku gak tahu." Belum sempat Kinan meneruskan ucapannya, serta merta Saka memotong. Kinan terbelalak kaget mendengar ucapan Saka. "Apa maksudmu tidak tahu? Memangnya istrimu di mana, sekarang?""Aku sudah bilang tidak tahu, kan. Itu sudah lama sekali. Aku tidak tahu kabar beritanya. Padahal kalau boleh bilang ikatan pernikahan kami sah."Kinan hanya diam, menundukkan kepala sambil berulang mengolah udara yang keluar masuk dari mulutnya. Baru ini dia tahu kalau Saka pernah menikah bahkan belum bercerai. Itu artinya status pernikahan dengan istrinya masih berlanjut sampai sekarang. Lalu bagaimana dengan status pernikahannya? Apa Kinan akan melanjutkannya atau mengakhiri di tengah jalan? Padahal Kinan sudah mulai mencintai suaminya ini. Dia pasti kesulitan untuk melepaskannya. Kalau dipertahankan juga tidak mungkin. Kinan tidak suka menjadi or
"Kamu manggil aku, Sayang? Mau ngajak mandi bareng?" tanya Saka. Mata pria berwajah tampan itu sudah berbinar kesenangan. Ia langsung berdiri dan sedikit berlari menghampiri Kinan. "Ada apa?" Saka sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. Kinan tersenyum kemudian membuka lebih lebar pintunya menyilakan Saka masuk. "Bantu aku membuka ini. Resletingnya macet," ujar Kinan lagi. Saka hanya diam saat Kinan membalikkan tubuhnya seraya mengangkat rambutnya yang tergerai. Resleting di gaun yang dikenakan Kinan hanya terbuka sebagian. Tepat seperti kata Kinan kalau resletingnya macet dan tidak bisa digerakkan ke atas ataupun ke bawah. "Aku tidak bisa membukanya dari sini. Siapa tahu kamu bisa melakukannya," imbuh Kinan. Saka hanya diam kemudian tangannya sudah memegang resleting itu dan mulai digerakkan. Awalnya sulit dan susah, tapi akhirnya Saka berhasil membuka lebar. Ia sudah menarik turun resleting baju Kinan. Bahkan punggung mulus Kinan sudah terekspo
"Jadi apa sudah siap bercerita tentang Laura Federico?" tanya Kinan. Dia baru saja selesai mandi kemudian duduk di sofa bersebelahan dengan Saka. Saka yang juga sudah rapi hanya tersenyum sambil melirik Kinan sekilas. Tampak helaian napas panjang keluar dari mulut Saka. Kinan memperhatikannya dalam diam. "Sebenarnya aku sedikit lupa dengan ceritanya. Semoga saja kamu mau mendengarkan semuanya dengan baik."Kinan tersenyum dan menganggukkan kepala berulang. "Aku kenal Laura di bangku SMA, dia temanku juga teman Fajar. Dia sangat cantik dan menjadi primadona sekolah. Banyak yang suka padanya dan ingin menjadi kekasihnya. Sayangnya Laura hanya memilih aku menjadi kekasihnya."Saka menjeda ceritanya menunggu reaksi Kinan akan ceritanya. Kinan hanya diam dan menatap Saka dalam-dalam. "Apa dia cinta pertamamu, Saka?" Akhirnya Kinan bertanya setelah diam beberapa saat. Saka segera menggelengkan kepala dengan cepat. "Enggak. Bukankah sudah kubilang tadi
“Gadis kecil di foto itu ... adalah ... aku,” lirih Kinan bersuara.Saka langsung tersenyum mendengar ucapan Kinan. Kinan hanya terdiam dan masih terkejut begitu tahu kalau dia sudah mengenal suaminya jauh hari sebelumnya.“Jadi ... jadi ... kamu anak kecil yang tertabrak mobil dulu?” imbuh Kinan.Sekali lagi Saka mengangguk dan sebuah senyuman terukir di wajah tampannya.“Ya Tuhan ... .” Kinan langsung menangkupkan kedua tangannya ke muka. Ini benar-benar kejadian yang tidak pernah dia duga.Memang Kinan yang menolong Saka saat Saka secara sengaja ditabrak mobil oleh Daniel. Kebetulan Kinan hendak bertandang ke rumah Saka saat itu. Kinan yang lebih dulu melihat Saka tergeletak tak berdaya di depan rumahnya saat mobil Daniel menabrak Saka. Kinan juga yang berlarian masuk ke dalam rumah Saka memberitahu ke orang tua Saka. Sementara orang tua Kinan sudah sigap menolong Saka.Kinan menunduk dan berurai air ma
“Nyonya Kinan sudah melalui masa kritisnya dan kondisinya kini sudah membaik,” ucap dokter wanita itu.Seketika kaki Saka lemas dan langsung duduk di kasur kembali. Dia merasa lega sekaligus senang usai mendengar perihal kondisi istri tercintanya. Hal yang sama juga ditunjukkan Nyonya Septa, Tuan Arya, Ardi dan Pak Wildan. Semuanya tampak tersenyum bahagia.Dokter itu menganggukkan kepala melihat mimik suka cita yang tampak pada semua yang hadir di ruangan ini.“Lalu tentang janinnya ---“ Dokter itu kembali menggantung kalimatnya dan kini sudah fokus melihat ke arah Saka.Saka membisu tak berani bersuara. Dia sudak ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Saka yakin semua yang ditetapkan Tuhan untuknya adalah yang terbaik.“Jujur, saya baru kali ini menangani kasus seperti ini. Mungkin Tuhan telah memberi Anda sekeluarga mukjizat tak ternilai, Tuan.” Dokter itu kembali bersuara dan mengalihkan pembicaraannya.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Bagai dejavu, Saka kembali mengulang kejadian yang sama seperti beberapa bulan lalu.Yang beda kali ini hanyalah, kondisi Kinan. Dulu Kinan lebih sehat dan tidak mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya. Saka sudah pasrah apa pun yang terjadi, dia akan menerima dengan lapang dada.“Sabar, Tuan. Kami sedang berusaha semampu mungkin. Hanya dengan pertolongan Tuhan saja yang bisa memberi mukjizat dan membuat istri Anda selamat dari maut,” ujar dokter yang menangani Kinan.Saka hanya mengangguk lesu tak berdaya.“Mungkin lebih baik, luka Anda dirawat dulu, Tuan,” pinta dokter itu lagi.Saka hanya menghela napas sambil menganggukkan kepala. Usai dari rumah Om Daniel, polisi memang membawa Saka dan Kinan ke rumah sakit terdekat. Kinan langsung masuk UGD dan mendapat pertolongan secepatnya. Sementara Saka tidak mempedulikan lukanya malah sibuk mengejar dokter yang menangani Kinan.
“Aah ... .” Saka langsung tersungkur sambil memegang perutnya.Ternyata sedari tadi Daniel sudah mengamatinya saat berkelahi, Saka selalu kesakitan saat lawan memukul perutnya. Memang masih ada bekas luka tembak yang belum sembuh benar di sana. Bahkan Saka masih menutup lukanya dengan perban.“Jadi itu kelemahanmu. Apa itu lukamu, Saka? Sepertinya aku menyerang tepat sasaran saat ini.” Daniel terkekeh sambil menatap Saka penuh benci.Saka hanya diam, menyeka darah di sudut bibirnya kemudian menatap ke arah Daniel tanpa takut.“Aku tidak punya kelemahan. Om salah menebaknya.”Mendengar ucapan Saka yang sombong membuat Daniel makin murka. Dia kembali menyerang Saka dengan bertubi-tubi membuat Saka kewalahan. Dari dulu, Saka memang tidak pernah menang jika beradu tanding dengan pamannya. Namun, kali ini Saka ingin mengubah sejarah. Dia harus memenangkan perkelahiannya.Mereka masih asyik saling pukul, jotos,
“APA!!?” Saka terperanjat kaget mendengar ucapan Kinan.Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus meringis kesakitan sambil memegang perutnya.“Tolong, Saka. Ini ... ini sakit sekali. Aku tidak kuat,” rintih Kinan.“TIDAK!! TIDAK!! KAMU TIDAK BOLEH MENYERAH. KAMU HARUS MELAWANNYA, SAYANG.” Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus merundukkan tubuh tak sanggup berdiri tegak. Tanpa banyak bicara, Saka langsung menggendong tubuh Kinan dan berjalan menuju lift.“Aku tidak mau kehilangan kalian berdua. Aku akan melakukan apa saja, Sayang.” Saka berkata seperti itu sambil berjalan masuk ke dalam lift. Kemudian begitu turun dia bersiap keluar dari ruang kerja Daniel. Saka harus secepatnya membawa Kinan ke rumah sakit.Namun, baru saja keluar dari ruang kerja Daniel, Saka menghentikan langkahnya. Ia melihat Daniel sedang berdiri menghadang dengan dua orang penjaga yang dilihat Saka tadi.“Tepat
“Tolong ... Tuan. Jangan lakukan itu!! Anak saya masih kecil dan istri saya juga masih membutuhkan saya,” lirih dokter tersebut memohon.Daniel sudah menodongkan pistolnya ke arah kening dokter tersebut dan tampak tersenyum menyeringai menatapnya.“Kalau kamu masih ingin hidup. Lakukan permintaanku!!”Dokter tersebut terdiam lama, tangannya sudah terangkat semua dan tertegun menatap Kinan. Ini adalah sebuah pilihan yang sulit baginya.“CEPAT!! TUNGGU APA LAGI?? APA KAMU MEMANG INGIN MATI??”Dokter itu mengerjapkan mata kemudian dengan sendu menatap Kinan dan menggelengkan kepala. Hampir tak terdengar sebuah kata keluar dari mulut pria berjas putih itu seakan sedang meminta maaf kepada Kinan.Kinan hanya terdiam menatapnya. Bahkan wanita berwajah manis itu itu tidak bisa menahan buliran bening yang luruh seketika membasahi pipinya.Perlahan dokter itu membalikkan badan dan berjalan menuju meja di sam
“Saka!! Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Septa.Ibunda Saka itu mendengar saat Saka berteriak keras tadi dan langsung menyeruak masuk ke kamar Saka. Saka menoleh sambil menyerahkan ponselnya ke Nyonya Septa.“Om Daniel ... Kinan berada di tangan Om Daniel dan dia mau mengaborsi anakku.”“APA??!!” Seketika Nyonya Septa terbelalak kaget.Tuan Arya yang baru saja datang segera menghampiri Saka di kamarnya begitu juga Ardi dan Pak Wildan. Mereka tampak terkejut usai mendengar penjelasan dari Nyonya Septa.“Saka, kamu jangan gegabah. Kita harus lapor polisi. Papa takut mereka menjebakmu kali ini,” ujar Tuan Arya.“Aku gak mau menunggu, Pa. Ini tentang nyawa Kinan dan anakku. Aku gak akan tinggal diam. Aku harus pergi menyelamatkan mereka.”“Iya, Mama tahu. Namun, kamu juga belum pulih benar. Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana?” Nyonya Septa sudah menitikkan air mat
“Ma, apa ada kabar tentang Kinan?” tanya Saka.Dia baru saja keluar dari kamar dan menghampiri Nyonya Septa yang sedang duduk di ruang tengah.“Tadi Papa dan Pak Wildan sudah tahu tentang taxi online yang dipesan Kinan. Mereka sedang mengecek ke operator aplikasinya. Sementara Ardi sudah lapor polisi tentang hilangnya Kinan. Ardi juga sudah melacak ponsel Kinan. Mungkin sebentar lagi akan ada titik terang, Saka.”Saka hanya diam usai mendengar penjelasan Nyonya Septa.“Lalu sampai kapan Kinan ditemukan, Ma? Aku takut terjadi sesuatu padanya, pada anakku,” gumam Saka pelan.Nyonya Septa menoleh ke arah Saka, kemudian membelai wajah tampan putra kesayangannya itu.“Tenanglah, Saka. Kita sama-sama berdoa, supaya mereka cepat menemukan Kinan dan tidak terjadi sesuatu apa pun yang membahayakannya.”Saka hanya membisu sembari menganggukkan kepala. “Iya, Ma. Semoga saja tidak terjadi apa-
“Aku di mana?” lirih Kinan bertutur.Perlahan dia mengerjapkan mata sambil melihat ke sekeliling. Tadi pagi sekali Kinan memang pergi dari rumah. Ia tahu kalau hari ini Saka keluar dari rumah sakit. Harusnya Kinan bahagia mendengar kabar itu, tapi tidak dengan Kinan saat ini. Hatinya masih sakit, kecewa dan merasa dibohongi. Ia masih tidak bisa terima kenyataan kalau Saka suaminya ini adalah Saka yang sama telah membuat hancur hidupnya di malam itu. Yang lebih menyakitkan lagi, Saka berbohong dan berpura-pura padanya selama ini.Awalnya Kinan ingin menenangkan diri di rumah keluarganya, dia memesan taxi online tanpa sepengetahuan siapa pun. Bahkan Kinan sudah meninggalkan pesan untuk Saka agar tidak mencarinya. Namun, kini dia malah kebingungan berada di mana. Ini bukanlah tujuan utamanya dan Kinan tidak tahu mengapa berada di sini.Terakhir yang dia ingat, sopir taxi online itu mengajaknya mengobrol dan menanyakan tujuannya kemudian Kinan sudah tida