"Sudah sampai!" seru Saka sambil menghentikan mobilnya.
Kinan terdiam membisu, sambil melihat sebuah bangunan yang tidak seberapa besar namun sangat menjulang tinggi ke atas. Sekilas bangunan itu seperti sebuah menara saja."Tempat apa ini?" tanya Kinan."Tempat pacaran kita." Kinan berdecak sambil menggelengkan kepala."Maksudku ini rumah atau menara atau apa? Kok bangunannya aneh begini. Apa di dalam ada penghuninya?"Saka terkekeh mendengar pertanyaan Kinan."Sebenarnya ini salah satu rumah peristirahatan keluargaku, Sayang. Memang bangunannya unik dibuat seperti menara bahkan di bagian paling atas ada tempat yang bisa kita gunakan untuk menikmati bintang di malam hari. Aku yakin kamu pasti suka. Yuk!"Saka keluar lebih dulu, kemudian membukakan pintu mobil untuk Kinan. Mereka kemudian berjalan beriringan masuk ke bangunan tersebut. Seorang wanita paruh baya menyambut mereka di pintu masuk bangunan tersebut."Tuan Saka!! Saya pikir Anda tidak"Menikah?" tanya Kinan dengan bola mata yang tajam. Saka tersenyum kemudian mengangguk. "Terus di mana istrimu? Kalian sudah berpisah atau ---""Aku gak tahu." Belum sempat Kinan meneruskan ucapannya, serta merta Saka memotong. Kinan terbelalak kaget mendengar ucapan Saka. "Apa maksudmu tidak tahu? Memangnya istrimu di mana, sekarang?""Aku sudah bilang tidak tahu, kan. Itu sudah lama sekali. Aku tidak tahu kabar beritanya. Padahal kalau boleh bilang ikatan pernikahan kami sah."Kinan hanya diam, menundukkan kepala sambil berulang mengolah udara yang keluar masuk dari mulutnya. Baru ini dia tahu kalau Saka pernah menikah bahkan belum bercerai. Itu artinya status pernikahan dengan istrinya masih berlanjut sampai sekarang. Lalu bagaimana dengan status pernikahannya? Apa Kinan akan melanjutkannya atau mengakhiri di tengah jalan? Padahal Kinan sudah mulai mencintai suaminya ini. Dia pasti kesulitan untuk melepaskannya. Kalau dipertahankan juga tidak mungkin. Kinan tidak suka menjadi or
"Kamu manggil aku, Sayang? Mau ngajak mandi bareng?" tanya Saka. Mata pria berwajah tampan itu sudah berbinar kesenangan. Ia langsung berdiri dan sedikit berlari menghampiri Kinan. "Ada apa?" Saka sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. Kinan tersenyum kemudian membuka lebih lebar pintunya menyilakan Saka masuk. "Bantu aku membuka ini. Resletingnya macet," ujar Kinan lagi. Saka hanya diam saat Kinan membalikkan tubuhnya seraya mengangkat rambutnya yang tergerai. Resleting di gaun yang dikenakan Kinan hanya terbuka sebagian. Tepat seperti kata Kinan kalau resletingnya macet dan tidak bisa digerakkan ke atas ataupun ke bawah. "Aku tidak bisa membukanya dari sini. Siapa tahu kamu bisa melakukannya," imbuh Kinan. Saka hanya diam kemudian tangannya sudah memegang resleting itu dan mulai digerakkan. Awalnya sulit dan susah, tapi akhirnya Saka berhasil membuka lebar. Ia sudah menarik turun resleting baju Kinan. Bahkan punggung mulus Kinan sudah terekspo
"Jadi apa sudah siap bercerita tentang Laura Federico?" tanya Kinan. Dia baru saja selesai mandi kemudian duduk di sofa bersebelahan dengan Saka. Saka yang juga sudah rapi hanya tersenyum sambil melirik Kinan sekilas. Tampak helaian napas panjang keluar dari mulut Saka. Kinan memperhatikannya dalam diam. "Sebenarnya aku sedikit lupa dengan ceritanya. Semoga saja kamu mau mendengarkan semuanya dengan baik."Kinan tersenyum dan menganggukkan kepala berulang. "Aku kenal Laura di bangku SMA, dia temanku juga teman Fajar. Dia sangat cantik dan menjadi primadona sekolah. Banyak yang suka padanya dan ingin menjadi kekasihnya. Sayangnya Laura hanya memilih aku menjadi kekasihnya."Saka menjeda ceritanya menunggu reaksi Kinan akan ceritanya. Kinan hanya diam dan menatap Saka dalam-dalam. "Apa dia cinta pertamamu, Saka?" Akhirnya Kinan bertanya setelah diam beberapa saat. Saka segera menggelengkan kepala dengan cepat. "Enggak. Bukankah sudah kubilang tadi
“Apa kamu sudah siap mengandung anakku?” tanya Saka dengan kuluman senyum.Kinan hanya diam kemudian perlahan menganggukkan kepala dengan wajah bersemu merah. Saka kembali tersenyum dan dengan pelan mengikis jarak hingga menyatukan dua bibir mereka. Beberapa pagutan sudah dilakukan secara lembut. Bahkan tangan Kinan sudah memeluk erat Saka membawa masuk pria tampan itu dalam dekapannya.Semua terasa indah dan semakin intim saat tiba-tiba terinterupsi oleh bunyi ponsel Saka. Saka berdecak kesal sambil menggelengkan kepala.“Shit!! Kenapa aku lupa mematikan ponsel tadi,” gerutunya. Kinan hanya tersenyum dan mengurai pelukannya, mengizinkan Saka meraih ponsel yang tergeletak di nakas.“Hallo. Ada apa, Pa?” ujar Saka begitu panggilannya terhubung. Sepertinya yang menelepon saat ini Tuan Arya.Saka hanya diam mendengarkan sambil duduk di tepi kasur sementara Kinan tampak sibuk menutup tubuhnya dengan selimut. Saka mas
“Deal!! Lakukan secepatnya! Aku tidak mau menunggu lama lagi. Kalau bisa dalam tahun ini,” ujar Fajar.Antonio tersenyum menyeringai sambil mengulurkan tangan. Fajar menyambutnya dengan hangat.“Untuk sementara, aku minta kamu sembunyi dulu. Aku yakin polisi masih mencarimu. Setelah keadaannya aman, baru lakukan apa yang kau katakan tadi.”Lagi-lagi seringai serigala terukir jelas di raut Antonio. “Tentu. Apa kamu ingin tahu bagaimana aku akan menghabisinya nanti?”Fajar bergegas menggelengkan kepala. “Tidak. Aku tidak mau tahu prosesnya, aku hanya ingin hasilnya saja. Satu lagi, jangan pernah sentuh Kinan sedikit pun. Jangan buat dia terluka juga. Aku akan membatalkan kesepakatan kita kalau kamu melanggarnya.”Antonio tersenyum miring sambil melihat Fajar dengan sinis. “Tentu. Dia bukan tipeku, aku tidak akan pernah menyentuhnya. Kadang aku heran mengapa kamu sangat terobsesi padanya, bukankah
“KAMU!! Kamu kok bisa masuk ke sini?” tanya Saka dengan gusar. Gadis berkulit sawo matang yang sedang memeluk Saka itu hanya tersenyum memperlihatkan deretan gigi rapinya. “Tentu saja bisa. Aku punya radar untuk mencari tahu keberadaanmu, Saka Sayang.” Saka menelan saliva begitu mendengar ucapan gadis di depannya ini. Lagi-lagi dia sudah memulai kata-katanya dengan sesuatu yang gila. “Oke. Kalau begitu lepasin aku dulu. Aku mau siap-siap berangkat kerja,” pinta Saka. “Gak mau! Apa kamu gak tahu kalau semalam aku sulit tidur karena merindukanmu? Jadi apa salahnya pagi ini aku menuntaskan kerinduanku dengan memelukmu.” Lagi-lagi jakun Saka bergerak naik turun, sibuk menelan saliva. Matanya jelalatan melirik ke arah pintu kamar yang terbuka. Ia berharap Kinan segera masuk dan menolongnya dari keadaan ini. “Hmm ... tolong, Laila. Meluknya nanti lagi, ya! Aku ada meeting pagi dan tidak mau terlambat. Setelah selesai be
“Sayang ... ,” lirih Saka bertutur.Pria tampan itu sudah mengelus punggung Kinan mencoba meredakan kesedihannya.“Apa kamu melihatku seperti itu di kehidupan sebelumnya? Bukankah katamu kita jatuh ke jurang bersama?”Kinan diam mematung, melihat dengan intens ke arah Saka. Berulang helaan napas panjang keluar masuk dari mulut Saka. Kemudian perlahan tangan Saka membelai rambut Kinan hingga istri manisnya itu menghadap dirinya.“Katakan padaku! Di mana kamu melihat aku seperti itu?”Dengan gerak lambat Kinan mengangkat kepala dan bersiroboh dengan mata pekat Saka. Untuk beberapa saat Kinan terdiam hingga akhirnya dia mulai membuka suara.“Aku memimpikan hal itu beberapa hari ini dan aku ... aku sangat ketakutan, Saka.” Saka langsung berdecak sambil mengulum senyum begitu mendengar penuturan Kinan.“Aku tahu kamu menganggap remeh sebuah mimpi. Pasti kamu juga akan mengatakan kalau i
“PAK!!” seru Saka berteriak.Mobil yang ditumpangi Saka sempat berputar lalu Pak Wildan dengan sigap mengendalikan mobil, memutar setir membuat mobil terhindar dari hantaman yang lebih keras. Truk itu yang menerobos lampu merah dan untungnya mobil Saka tidak melaju dalam kecepatan tinggi, sehingga bisa dengan mudah dikendalikan oleh Pak Wildan.“Anda baik-baik saja, Tuan?” tanya Pak Wildan sambil menoleh ke bangku belakang. Saka hanya diam, sibuk mengatur napasnya sambil mengurut dada dan menganggukkan kepala.Ia melihat bagian depan mobilnya ringsek karena terserempet truk setan tadi. Hanya itu saja yang terlihat rusak, selebihnya badan mobil masih terlihat baik-baik saja.“Kita meneruskan perjalanan atau berganti mobil dulu, Tuan. Biar saya telepon Hasan untuk mengantar mobil ke sini,” saran Pak Wildan.“Eng ... gak usah, Pak. Saya ... saya naik taxi online saja.” Saka sudah sedikit tenang. Pak Wild
“Gadis kecil di foto itu ... adalah ... aku,” lirih Kinan bersuara.Saka langsung tersenyum mendengar ucapan Kinan. Kinan hanya terdiam dan masih terkejut begitu tahu kalau dia sudah mengenal suaminya jauh hari sebelumnya.“Jadi ... jadi ... kamu anak kecil yang tertabrak mobil dulu?” imbuh Kinan.Sekali lagi Saka mengangguk dan sebuah senyuman terukir di wajah tampannya.“Ya Tuhan ... .” Kinan langsung menangkupkan kedua tangannya ke muka. Ini benar-benar kejadian yang tidak pernah dia duga.Memang Kinan yang menolong Saka saat Saka secara sengaja ditabrak mobil oleh Daniel. Kebetulan Kinan hendak bertandang ke rumah Saka saat itu. Kinan yang lebih dulu melihat Saka tergeletak tak berdaya di depan rumahnya saat mobil Daniel menabrak Saka. Kinan juga yang berlarian masuk ke dalam rumah Saka memberitahu ke orang tua Saka. Sementara orang tua Kinan sudah sigap menolong Saka.Kinan menunduk dan berurai air ma
“Nyonya Kinan sudah melalui masa kritisnya dan kondisinya kini sudah membaik,” ucap dokter wanita itu.Seketika kaki Saka lemas dan langsung duduk di kasur kembali. Dia merasa lega sekaligus senang usai mendengar perihal kondisi istri tercintanya. Hal yang sama juga ditunjukkan Nyonya Septa, Tuan Arya, Ardi dan Pak Wildan. Semuanya tampak tersenyum bahagia.Dokter itu menganggukkan kepala melihat mimik suka cita yang tampak pada semua yang hadir di ruangan ini.“Lalu tentang janinnya ---“ Dokter itu kembali menggantung kalimatnya dan kini sudah fokus melihat ke arah Saka.Saka membisu tak berani bersuara. Dia sudak ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Saka yakin semua yang ditetapkan Tuhan untuknya adalah yang terbaik.“Jujur, saya baru kali ini menangani kasus seperti ini. Mungkin Tuhan telah memberi Anda sekeluarga mukjizat tak ternilai, Tuan.” Dokter itu kembali bersuara dan mengalihkan pembicaraannya.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Bagai dejavu, Saka kembali mengulang kejadian yang sama seperti beberapa bulan lalu.Yang beda kali ini hanyalah, kondisi Kinan. Dulu Kinan lebih sehat dan tidak mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya. Saka sudah pasrah apa pun yang terjadi, dia akan menerima dengan lapang dada.“Sabar, Tuan. Kami sedang berusaha semampu mungkin. Hanya dengan pertolongan Tuhan saja yang bisa memberi mukjizat dan membuat istri Anda selamat dari maut,” ujar dokter yang menangani Kinan.Saka hanya mengangguk lesu tak berdaya.“Mungkin lebih baik, luka Anda dirawat dulu, Tuan,” pinta dokter itu lagi.Saka hanya menghela napas sambil menganggukkan kepala. Usai dari rumah Om Daniel, polisi memang membawa Saka dan Kinan ke rumah sakit terdekat. Kinan langsung masuk UGD dan mendapat pertolongan secepatnya. Sementara Saka tidak mempedulikan lukanya malah sibuk mengejar dokter yang menangani Kinan.
“Aah ... .” Saka langsung tersungkur sambil memegang perutnya.Ternyata sedari tadi Daniel sudah mengamatinya saat berkelahi, Saka selalu kesakitan saat lawan memukul perutnya. Memang masih ada bekas luka tembak yang belum sembuh benar di sana. Bahkan Saka masih menutup lukanya dengan perban.“Jadi itu kelemahanmu. Apa itu lukamu, Saka? Sepertinya aku menyerang tepat sasaran saat ini.” Daniel terkekeh sambil menatap Saka penuh benci.Saka hanya diam, menyeka darah di sudut bibirnya kemudian menatap ke arah Daniel tanpa takut.“Aku tidak punya kelemahan. Om salah menebaknya.”Mendengar ucapan Saka yang sombong membuat Daniel makin murka. Dia kembali menyerang Saka dengan bertubi-tubi membuat Saka kewalahan. Dari dulu, Saka memang tidak pernah menang jika beradu tanding dengan pamannya. Namun, kali ini Saka ingin mengubah sejarah. Dia harus memenangkan perkelahiannya.Mereka masih asyik saling pukul, jotos,
“APA!!?” Saka terperanjat kaget mendengar ucapan Kinan.Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus meringis kesakitan sambil memegang perutnya.“Tolong, Saka. Ini ... ini sakit sekali. Aku tidak kuat,” rintih Kinan.“TIDAK!! TIDAK!! KAMU TIDAK BOLEH MENYERAH. KAMU HARUS MELAWANNYA, SAYANG.” Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus merundukkan tubuh tak sanggup berdiri tegak. Tanpa banyak bicara, Saka langsung menggendong tubuh Kinan dan berjalan menuju lift.“Aku tidak mau kehilangan kalian berdua. Aku akan melakukan apa saja, Sayang.” Saka berkata seperti itu sambil berjalan masuk ke dalam lift. Kemudian begitu turun dia bersiap keluar dari ruang kerja Daniel. Saka harus secepatnya membawa Kinan ke rumah sakit.Namun, baru saja keluar dari ruang kerja Daniel, Saka menghentikan langkahnya. Ia melihat Daniel sedang berdiri menghadang dengan dua orang penjaga yang dilihat Saka tadi.“Tepat
“Tolong ... Tuan. Jangan lakukan itu!! Anak saya masih kecil dan istri saya juga masih membutuhkan saya,” lirih dokter tersebut memohon.Daniel sudah menodongkan pistolnya ke arah kening dokter tersebut dan tampak tersenyum menyeringai menatapnya.“Kalau kamu masih ingin hidup. Lakukan permintaanku!!”Dokter tersebut terdiam lama, tangannya sudah terangkat semua dan tertegun menatap Kinan. Ini adalah sebuah pilihan yang sulit baginya.“CEPAT!! TUNGGU APA LAGI?? APA KAMU MEMANG INGIN MATI??”Dokter itu mengerjapkan mata kemudian dengan sendu menatap Kinan dan menggelengkan kepala. Hampir tak terdengar sebuah kata keluar dari mulut pria berjas putih itu seakan sedang meminta maaf kepada Kinan.Kinan hanya terdiam menatapnya. Bahkan wanita berwajah manis itu itu tidak bisa menahan buliran bening yang luruh seketika membasahi pipinya.Perlahan dokter itu membalikkan badan dan berjalan menuju meja di sam
“Saka!! Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Septa.Ibunda Saka itu mendengar saat Saka berteriak keras tadi dan langsung menyeruak masuk ke kamar Saka. Saka menoleh sambil menyerahkan ponselnya ke Nyonya Septa.“Om Daniel ... Kinan berada di tangan Om Daniel dan dia mau mengaborsi anakku.”“APA??!!” Seketika Nyonya Septa terbelalak kaget.Tuan Arya yang baru saja datang segera menghampiri Saka di kamarnya begitu juga Ardi dan Pak Wildan. Mereka tampak terkejut usai mendengar penjelasan dari Nyonya Septa.“Saka, kamu jangan gegabah. Kita harus lapor polisi. Papa takut mereka menjebakmu kali ini,” ujar Tuan Arya.“Aku gak mau menunggu, Pa. Ini tentang nyawa Kinan dan anakku. Aku gak akan tinggal diam. Aku harus pergi menyelamatkan mereka.”“Iya, Mama tahu. Namun, kamu juga belum pulih benar. Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana?” Nyonya Septa sudah menitikkan air mat
“Ma, apa ada kabar tentang Kinan?” tanya Saka.Dia baru saja keluar dari kamar dan menghampiri Nyonya Septa yang sedang duduk di ruang tengah.“Tadi Papa dan Pak Wildan sudah tahu tentang taxi online yang dipesan Kinan. Mereka sedang mengecek ke operator aplikasinya. Sementara Ardi sudah lapor polisi tentang hilangnya Kinan. Ardi juga sudah melacak ponsel Kinan. Mungkin sebentar lagi akan ada titik terang, Saka.”Saka hanya diam usai mendengar penjelasan Nyonya Septa.“Lalu sampai kapan Kinan ditemukan, Ma? Aku takut terjadi sesuatu padanya, pada anakku,” gumam Saka pelan.Nyonya Septa menoleh ke arah Saka, kemudian membelai wajah tampan putra kesayangannya itu.“Tenanglah, Saka. Kita sama-sama berdoa, supaya mereka cepat menemukan Kinan dan tidak terjadi sesuatu apa pun yang membahayakannya.”Saka hanya membisu sembari menganggukkan kepala. “Iya, Ma. Semoga saja tidak terjadi apa-
“Aku di mana?” lirih Kinan bertutur.Perlahan dia mengerjapkan mata sambil melihat ke sekeliling. Tadi pagi sekali Kinan memang pergi dari rumah. Ia tahu kalau hari ini Saka keluar dari rumah sakit. Harusnya Kinan bahagia mendengar kabar itu, tapi tidak dengan Kinan saat ini. Hatinya masih sakit, kecewa dan merasa dibohongi. Ia masih tidak bisa terima kenyataan kalau Saka suaminya ini adalah Saka yang sama telah membuat hancur hidupnya di malam itu. Yang lebih menyakitkan lagi, Saka berbohong dan berpura-pura padanya selama ini.Awalnya Kinan ingin menenangkan diri di rumah keluarganya, dia memesan taxi online tanpa sepengetahuan siapa pun. Bahkan Kinan sudah meninggalkan pesan untuk Saka agar tidak mencarinya. Namun, kini dia malah kebingungan berada di mana. Ini bukanlah tujuan utamanya dan Kinan tidak tahu mengapa berada di sini.Terakhir yang dia ingat, sopir taxi online itu mengajaknya mengobrol dan menanyakan tujuannya kemudian Kinan sudah tida