Share

6. rejeki tak terduga

Penulis: Yanikdwilestari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-05 22:08:52

Mendengar ucapan Mas Danu yang malah menyalahkan ku, membikin hatiku jadi tambah panas.

"Jangan pernah bentak Arin, Mas!" Ucapku dengan intonasi yang tak kalah tinggi. Kini, Ku alihkan pandangan ku pada Mas Danu yang terkesiap mendengar teguran ku 

"Aku sama sekali tak pernah bilang hal jelek sama kalian pada Arina. Tapi dia sendiri yang bisa merasakan, jika memang kalian tak pernah sayang pada putriku ini. Jadi, jangan salahkan jika dia tak mau berlama-lama disini."

"Dan perlu kalian tau, aku tak pernah mempermasalahkan sikap kalian yang dingin padaku. Tapi, jangan lakukan itu pada Arina! Karena sampai kapan pun, aku tak ikhlas jika ada yang menyakitinya termasuk kalian!" Ucapku panjang lebar dibalut dengan emosi yang sudah membara didalam dada.

Pelukan kecil dari Arina menyadarkan ku, kulihat dia semakin ketakutan saat melihat ku marah. Akhirnya, aku memilih untuk meredam emosi ku dihadapan mereka, dan memilih untuk langsung undur diri.

"Ayo Nduk, kita pulang!" Tanpa banyak kata, langsung ku gendong tubuh putriku dan membawanya keluar dari rumah yang terasa bagaikan neraka ini.

"Assalamualaikum...!" Tak lupa , aku tetap mengucapkan salam sesaat sebelum aku menjauh dari mereka.

"Dasar mantu kurang ajar. Bisa-bisanya dia bicara seperti itu dihadapan ku. Aku ini orang tua, kok malah bicara kasar. Emang dasar orang tak berpendidikan itu ya kayak gitu pastinya!" Umpatan Ibu padaku masih terdengar, meskipun aku sudah didepan rumah.

Tapi aku tetap membiarkan saja, selagi beliau tidak menghina Arina atau keluarga ku, aku tak akan mempermasalahkan nya. Malah aku memberi peluang untuk beliau menghinaku sesuka hatinya. Agar tak menjadi penyakit dalam pada diri beliau karena memendam emosi 

Kunyalakan sepeda motor, dan melajukan nya menjauh dari rumah Ibu untuk pulang. Saat ditengah perjalanan, aku melihat orang berjualan es oyen, yang terlihat begitu menyegarkan. Apalagi, siang hari ini juga begitu terik membakar kulit. Ditambah lagi, sebelahnya juga ada penjual bakso kesukaan kami berdua.

"Sayang, mau makan bakso gak?" Tanya ku pada Arin saat aku memelankan laju sepeda motor.

"Waah, mau Ma!" Ucapnya begitu antusias, membuat ku tersenyum.

Kutepikan sepeda dan memarkirkan nya tepat disebelah rombong es oyen. Dan memesan dua mangkuk es, serta dua mangkuk bakso.

Kulihat Arina begitu menikmati hidangan yang ada didepan nya. Setidaknya, itu membantu mengalihkan pikiran dia saat dirumah Ibu tadi.

"Maafkan Ibu ya Nak... Karena tak mau membantu Ayahmu mencarikan uang untuk bantu pernikahan tantemu, kamu jadi sasaran emosi mereka." Gumam ku dalam hati, sambil menatap sendu putri kecil ku yang begitu asyik menyantap bakso.

Klunting!!!

Saat aku juga tengah asyik menikmati bakso, hp ku berbunyi kala menerima sebuah pesan.

Ku buka tas, dan meraih hp didalam nya. Nampak dari depan layar, Bu Rt mengirimi sebuah pesan. Aku jadi penasaran, dan segera membuka isi pesan tersebut.

[Assalamualaikum, Bu Lita!] Tanpa pikir panjang, aku langsung membalas pesan beliau.

Karena memang tak biasanya Bu Rt mengirimi ku pesan. Karena jika ada keperluan apapun, beliau selalu memberitahukan nya di grup Rt.

Akhirnya, kami pun saling kirim pesan.

[Waalaikumsalam Bu Rt... Ada apa nggeh bu?] 

[Begini Bu Lita, saya mau tanya... Apa sampean masih jualan kerudung?]

Aku mengernyitkan dahi saat membaca balasan pesan nya.

[Oh iya masih Bu! Kenapa ya?]

Ku tunggu balasan dari Bu Rt, tapi malah beliau tak aktif lagi di w******p. Akhirnya aku Pun kembali meletakkan hp didalam tas, meskipun begitu, aku menjadi sangat penasaran. Apa Bu Rt mau beli kerudung? Kalau iya, waah lumayan sekali. Hehehe.

Makanan kami pun sudah habis, kulihat Arina mengelus perutnya yang sedikit buncit karena kekenyangan.

"Uda kenyang Nduk? Enak gak? Arina seneng kan?" 

"Alhamdulillh kenyang Ma... Rasanya lumayan enak kok. Jelas Arina seneng banget Ma! Apalagi bisa makan sama Mama diluar meskipun tanpa Ayah."

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis kecil didepan ku ini. Setelah itu, aku pun bangkit dan hendak membayar makanan kami.

****

Tapi, baru saja diri ini mau melangkah, tiba-tiba hp ku kembali berdering. Akhirnya, aku terpaksa duduk kembali, dan meraih ponsel didalam tas. Kebetulan, Bu Rt lah yang menelpon ku.

Aku jadi makin penasaran, ada sih kok tumben-tumbenan beliau tadi mengirimi ku pesan? Bahkan, saat ini malah balik menelpon ku.

"Hallo... Assalamualaikum Bu Rt! Ada apa ya kok tumben telepon?" Sapa ku

"Waalaikumsalam Bu Lita! Oh iya, lagi dimana Nih, ko suaranya kayak bising amat?" Jawab beliau yang malah bertanya balik.

"Oh, ini saya lagi andok bakso sama Arina dipinggir jalan Bu, makanya suaranya bising. Oh iya, tadi sampean tanya kerudung buat apa ya Bu?"

"Oh iya, kerudungnya stoknya banyak gak Bu Lit?" Tanya beliau lagi.

"Alhamdulillah banyak Bu. Hehehe, maklum barang datang kemarin masih laku sedikit." Jawab ku sedikit malu.

"Waah syukurlah kalau gitu Bu Lit!"

Hah, syukur? Kok  bisa-bisanya sih nih orang bersyukur melihat jualan tetangga nya sepi. Astaghfirullah, jahat sekali..

"Eeh, bukan itu maksut saya Bu Lita! Jangan salah paham dulu ya. Bukan nya saya malah seneng lihat jualan sampean gak laku." Ucapnya menjelaskan. Sepertinya beliau paham dengan perasan ku 

"Begini lo Bu, temen saya kan besok mau umroh sekeluarga. Lah, dia tuh mau beri hadiah buat orang-orang yang tilik mereka, kalau mereka uda pulang dari tanah suci. Lah niatnya mereka mau ngasih kerudung buat para tetangga. Terus dia tanya sama saya, tau gak orang jualan kerudung yang harga grosir, terus bahanya bagus. Aku kan kepikiran sampean, ya sudah tak liatin barang jualan Bu Lita yang pernah saya beli. Eeh ternyata orang nya suka. Dan katanya nanti sore sehabis Ashar dia kerumah sampean. Beli kerudung nya, katanya mau beli seratus pcs!"

Bagai ditimpa durian runtuh, ingin sekali rasanya aku berteriak saking bahagianya. Tak menyangka, jika aku bakal dapat rejeki yang tak terduga.

"Masyallah, beneran kah Bu?" Tanya ku dengan intomasi yang super bahagia.

"Iya, seriusan aku. Masa' bohong, dosa Bu Lita! Hehehe..." Ucapnya seraya tertawa renyah.

Ya Allah, maafkan hamba yang telah berburuk sangka pada Bu Rt. Yang ternyata justru beliaulah yang menjadi perantara rejekiku.

"Alhamdulillah, terimakasih ya Bu. Nanti kalau beneran ambil, nanti Bu Rt saya kasih bonus kerudung deh! " Ucapku 

"Waaah beneran nih? Duuh, jadi malu sendiri!" Jawab nya malu-malu tapi mau.

"Eeh ya gak boleh malu dong Bu! Justru saya berterimakasih sama sampean yang sudah mau memperkenalkan produk saya ke temen-temen Ibu." Ucapku sungguh-sungguh.

"Iya, sama-sama Bu Lita... Yasudah ya kalau gitu. Semoga deal ya!"

"Aamiiin ya Allah...!" Jawab ku dengan hati-hati yang berbunga-bunga.

"Yasudah, hati-hati kalau balik Bu. Yasudah kalau gitu ya, Assalamualaikum...!"

"Iya Bu Rt... Waalaikumsalam..."

Klik!!! 

Panggilan kami pun berakhir. Dengan perasaan bahagia, aku kembali bangkit untuk membayar makanan kami. Lalu mengajak Arina pulang.

Selama perjalanan pulang, senyuman selalu tersungging dibibirku.

"Bismillah, semoga nanti orang nya jadi kerumah ya Allah!" Doa ku dalam hati dengan penuh harap.

Sesampainya dirumah, aku mengajak Arina sholat dhuhur lalu tidur. Melihat Arina yang sudah terlelap, entah kenapa aku malah susah untuk memejamkan mata.

Mungkin ini efek karena aku berharap kali ya! Makanya hatiku jadi tak tenang dan berpengaruh pada rasa kantuk ku yang seketika hilang.

Bab terkait

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   7.secercah harapan

    Adzan sholat ashar mulai berkumandang. Aku yang sedari tadi hanya rebahan akhirnya memilih melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan berwudhu untuk mejunaikan kewajiban ku sebagai seorang muslimah.Seusai sholat, aku membuat es susu coklat. Entah mengapa, bawaan nya haus saja hari ini. Apa ini efek karena aku sering emosi? Makanya tubuhku berasa panas?Hahaha bisa jadi sih ya. Ku nyalakan tv dan mulai menonton acara gosip, sambil sesekali melirik jam dinding. Hatiku kembali gusar karena hingga pukul setengah empat sore, tamu yang dimaksut Bu Rt belum juga datang."Maaf ya Allah, jika hambamu ini terlalu berharap!" Ucap ku dalam hati.Kebetulan hari ini jahitan ku tak banyak. Jadi, aku bisa santai. Tapi akhirnya tentu berpengaruh pada pemasukan ku.Ya, dulu waktu aku sekolah di SMK, aku memgambil jurusan tata busana. Sambil aku mengambil kursus dari tetangga ku yang memang jago dalam hal soal jahit menjahit.Bahkan, dulu dia membuka usaha konveksi dengan jumlah karyawan hampir sepuluh

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   8.suara mencurigakan

    Hari ini aku lumayan sibuk. Untung saja aku memiliki anak yang mandiri. Jadi, Arina bisa melakukan apapun tanpa perlu bantuan ku. Bahkan, dia yang terbiasa melihat ku mengemas barang, ikut membantu.Dugaan ku pun benar, jika Mas Danu tak pulang. Mungkin dia bakal balik tengah malam atau bahkan besok pagi.Tak masalah juga lah, yang penting pekerjaan ku cepat selesai, dan menaruhnya dikamar Arina. Karena Mas Danu hampir tak pernah masuk kesana.Semua sudah terekap dengan baik, dan bahkan sudah ku masukkan kedalam karung. Tinggal nanti mengirim pesan pada Bu Jihan jumlah totalanya.Kebetulan juga adzan maghrib sudah menggema, Arina yang duduk disamping ku lalu mengajak ku untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah."Yuk Ma, sholat dulu!""Ayo Nduk, habis itu kita makan malam ya! Yasudah, Arin wudhu dulu. Mama mau naruh ini dikamar!"Arin memgangguk kemudian berlalu menuju kamar mandi. Sedangkan aku, kembali menyeret dua karung berisi lima ratus hijab yang sudah bertuan ini.Tanpa terasa,

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   9. kepergok

    "Kamu ngapain Mas?" Tanyaku membuatnya terlonjak karena terkejut."Ka-kamu belum tidur Lit?" Tanya Mas Danu gugup. Kini, aku pun merubah posisi ku menjadi duduk diatas kasur."Tadi sudah tidur. Tapi mendengar suara mencurigakan, aku jadi terbangun. Ku kira itu suara maling, ternyata kamu!" Jawab ku seraya memicingkan mata."Enak saja, kau samakan aku dengan maling !" Cebiknya"Salah sendiri, siapa suruh mengendap-endap. Oh iya, kamu ngapain diisitu? Cari apa?" Tanya ku penasaran. Karena memang tak biasanya Mas Danu membuka laci lemari."Apaan sih, curiga amat. Aku cuman mau naruh dompet dilaci. Sekalian mau ganti baju, mau tidur." Ucap nya cuek, mengambil dompet disaku belakang nya dan menaruhnya didalam laci. Dan mengambil satu buah baju, kemudian dia kenakan."Tumben-tumbenan aja kamu mau taruh dompet dilaci. Biasanya juga kamu taruh diatas meja." "Ya terserah aku dong Lit, ini dompet aku. Mau aku letakkan dan simpan dimanapun juga terserah aku. Lagian, didalamnya banyak uangnya. T

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   10. gak usah iri

    Lidah ku tiba-tiba saja kelu, hingga tak bisa menjawab ucapan Bu Jihan yang cukup membuatku terkejut ini."Bu Lita, gimana? Bisa tidak?" Tanya beliau lagi yang membuatku tersadar."Eh, saya pikirkan dulu ya Bu!" Jujur, sebenarnya aku benar-benar tertarik dengan tawaran Bu Jihan ini. Tapi, aku tak sanggup jika harus mengerjakan sendiri dengan target waktu yang sangat singkat. Apalagi, sebentar lagi nikahan Kaila. Yang sudah tentu pasti nya aku juga ikut rewang dirumah mertua. Meskipun kehadiran ku disana nanti juga tak dianggap, tak masalah. Yang penting aku juga harus tetap stor muka disana, agar para tetangga tak curiga."Iya Bu Lita, tapi saya mohon jangan lama-lama ya beri kepastian nya!""Iya Bu Jihan, siap! Sebentar ya saya ambilkan kerudung nya dulu Bu!" Ucap ku seraya masuk kedalam kamar Arina untuk mengambil dua sak kerudung pesanan Bu Jihan dan Bu Farandita.Karena barang yang berat, aku pun mengambil satu persatu. Dan sekarang, semuanya sudah siap diruang tamu."Oh iya Bu,

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   11. isi pesan di hp danu

    Kami bertiga duduk dimeja makan untuk makan malam bersama, setelah Mas Danu selesai mandi.Entah kenapa, kami bertiga merasa canggung. Seperti ada penghalang besar didepan kami. Bahkan Arina yang biasanya ceria, kini diam membisu. Mungkin dia kecewa pada Ayah nya yang tak menepati janji untuk mengajaknya jalan-jalan."Mau diambilin ikan apa, Nduk?" Suara ku memecahkan keheningan"Tempe sama telur, Ma!"Aku menganggukan kepala. Dan sigap kuambil sepotong tempe dan telur dadar, kemudian meletakkan diatas piring nya."Makasih Ma!""Sama-sama Nduk! Sekalian sayurnya juga gak?"Arina langsung menggeleng cepat dan menyuapkan nasi kedalam mulutnya. Hingga makan malam berakhir pun, tak ada obrolan yang terjalin diantara kami.Setelah selesai, aku lebih memilih untuk menemani Arina didalam kamar nya. Sedangkan Mas Danu, lebih memilih menyibukkan diri dengan hp nya. Sambil sesekali dia memijat kepalanya yang mungkin pening. Ah entahlah, aku juga tak peduli.Pukul setengah sepuluh malam, Arina p

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   12. kedatangan orang tuaku

    Mendengar pertanyaan Ibu, aku menjadi bingung sendiri ingin menjawab apa. Karena bagaimana pun juga, beliau menginginkan rumah tangga anak nya terlihat rukun."Mmm gak tau Bu, nanti coba tak tanyakan samaas Danu dulu ya Bu. Kan Ibu tau sendiri, minggu depan Kaila nikah! Apalagi Mas Danu bakal jadi wali nikah nantinya." Alasan ku"Iya juga sih Nduk, yasudah kalau mau kesini kabarin Ibu ya. Kalau sudah sampek terminal, nanti biar tak suruh jemput Bapak." Jawab nya."Enggeh Bu...!""Oh iya, nikahan nya itu hari apa ya Nduk? Ibu kok jadi lupa gini." Tanya beliau lagi."Pengajian nya hari kamis malam Bu, akadnya jumat pagi. Terus sabtu acara resepsian nya!" Jelasku"Oh, ya kalai gitu Ibu kesana hari selasa aja. Kamu gak usah kesini aja Nduk. Biar nanti Bapak sama Ibu aja yang nginep disitu."Memdengar ucapan Ibu, aku menjadi begitu bahagia."Seriusan nih Bu, gak papa?""Ya seriusan lah Nduk. Kalau kamu kesini juga hari minggu sore udah pulang. Kangen nya masih belum selesai. Tapi kira-kira

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   13.kehilangan

    Saking seriusnya aku mencari, aku sampai tak mempedulikan pertanyaan Ibu. Dan tetap fokus mencari sertifikat rumah yang hilang. Bahkan, seisi lemari kini sudah berpindah diatas tempat tidur bahkan sebagian ada diatas lantai. Tapi tetap saja aku tak menemukan sertifikat itu.Apa mungkin aku meletakkan di kamar Arina? Tapi rasanya juga tak mungkin. Karena aku ingat betul, jika aku menaruhnya dilaci ini."Nduk, cari apa sih? Sampai semua baju kamu keluarin. Bilang, biar Ibu bantu!" Ucapan Ibu yang sedikit keras membuat ku menoleh kerarah beliau."Sertifikat rumah ku hilang, Bu!!!" Ucap ku dengan nada sedikit gemetar."Astaghfirullahaladziim.. kok bisa? Sini, biar Ibu bantu cari dilemari. Kamu cari di tempat lain, takutnya keselip."Tanpa banyak kata, kami berdua sibuk mencari sertifikat yang kini sudah hilang entah kemana rimbanya."Coba kamu telepon Danu, barang kali dia yang nyimpen tuh sertifikat!" Perintah Ibu yang lansung ku laksanakan.Kuraih hp yang tergeletak diatas meja, dan men

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   14.tukang merepotkan

    "Itu apa? Jawab? Jangan ita itu aja kamu tuh!" Aku sudah tak bisa bersikap hormat lagi pada lelaki yang seharusnya ku hormati ini."Bpkb mobil ku ada pada Ibu Lit, aku gak enak jika mau mengambilnya.""Gak enak mau ngambilnya, atau emang uda dipakai Ibu mu?" Tanya ku dengan sedikit membentak.Rasanya aku sudah tak bisa lagi menahan amaeah yang benar-benar sudah memuncak ini. Mas Danu, benar-benar sosok lelaki ya g tak pantas untuk ku panggil suami."Biasa aja dong ngomong nya. Ingat, aku tuh suami kamu. Bagaimana pun juga, kamu harus tetap bersikap sopan dan lemah lembut terhadap ku!" Bentak ya tak mau kalah.Mataku pun seketika membulat sempurna. Bukan nya meminta maaf, dia malah menyulut emosiku."Ngaca dulu kalau bicara Mas! Lelaki seperti mu tak pantas untuk diperlakukan lemah lembut. Andai saja kamu bisa menempatkan diri menjadi suami yang baik, tanpa kamu minta pun, aku bakal berusaha menjadi istri yang tak kalah baik buatmu.Orang kamu nya sendiri aja dzholim seperti ini padaku

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25

Bab terbaru

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   25. arisan bodong

    Seusai sholat maghrib, seperti biasanya Mas Danu langsung menemani Arina belajar. Melihat sifatnya yang kini semakin sayang pada keluarga,buat hatiku sedikit tersentuh.Sedangkan aku, memilih untuk menyelesaikan baju pesanan Sofia. Takut tak keburu nantinya dan mengecewakan dia yang sudah terlanjue berharao padaku Hmmmmng!!!Suara deru mesin mobil terdengar didepan rumah. Kami berdua pun saling pandang. Dan dengan sigap, Mas Danu melangkahkan kaki kedepan, untuk melihat siapa yang datang.Aku pun masih meneruskan kegiatan ku memotongi kain sesuai ukuran. Dan Arina, masih sibuk belajar berhitung."Huhuhu, Ibu bingung Dan... Ibu harus bagaimana?" Terdengar suara Ibu yang sedang memangis tersedu diruang tamu.Karena rasa penasaran yang membuncah, aku pun memberanikan diri untuk mendekat kearah mereka.Kulihat Ibu duduk dikursi disamping Deni yang mengantarkan kemari dengan deraian air mata dan muka yang sembab. Aku sampai tak tega melihatnya. Ku beranikan diri mendekat kearah beliau, da

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   24. ancaman

    Setelah mendapat teguran dari Bapak, aku merasa jika sikap Mas Danu pada kami berubah. Entah itu hanya sementara, atau memang tulus dari dalam hatinya.Takutnya, sifatnya itu hanya sementara. Persis saat dulu dia melakukan kesalahan. Setelah ku tegur, dia berubah menjadi suami yang baik. Akan tetapi, kemudian dia lakukan lagi.Kalau diingat-ingat, hal itu sangat menyebalkan. Tapi aku tau, jika selalu mendiamkan Mas Danu, dan menolak ajakan nya untuk memadu kasih, yang ada aku malah menumpuk dosa."Aaaah, bingung!" Gumamku seraya menutup wajah dengan kedua telapak tangan ku.Drrt... Drrt... Drrrt...Kulirik hp yang bergetar saat panggilan masuk dari Sofia ku terima. Dan gegas, aku langsung mengangkat nya "Hallo, Assalamualaikum Mbak Lita!" Sapanya"Eh iya, Waalaikumsalam Fi! Gimana?" Tanya ku balik."Iya aku mau otw sana Mbak.""Oh iya. Bawa mobil sendiri?" Tanya ku balik"Iya Mbak. Mas Rian sibuk soalnya." Jelasnya"Oke, hati-hati ya Sof."Panggilan pun berakhir. Sedangkan aku mulai

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   23. sesuatu

    Kaila masih diam, dan tak kunjung menjawab pertanyaan ku. "Kai, gimana? Bisa gak?" Tanya ku memastikan.Entahlah, aku sudah membuang jauh-jauh pikiran buruk dan rasa maluku pada adik kandung ku sendiri. Toh aku juga hanya meminjam, bukan memintanya kembali.Aku ingin, hubungan rumah tanggaku kembali harmonis seperti dulu meskipun aku tau, hubungan Ibu dan Lita bakal semakin memburuk. Tapi aku sangat menyayangi keluarga kecilku. Jangan sampai, ada sesuatu hal yang membuat kami berpisah nantinya."Aku belum bisa kasih jawaban sekarang Mas!" Ucap Kaila yang langsung pergi dari hadapan ku. Begitupula Ibu yang juga ikut masuk kedalam kamarnya meninggalkan aku sendirian disini. Ku rebahkan tubuh diatas sofa empuk, dengan sedikit memberikan pijatan ringan dikepala yang kini mulai sedikit terasa pening.Hingga tak lama kemudian, aku pun memutuskan untuk pulang kerumah tanpa berpamitan pada Ibu yang sudah terlanjur berada didalam kamar.Ku pacu mobil dengan kecepatan sedang. Dan baru sampai

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   22. meminta maaf

    "Hmmm, kamu tau kenapa Bapak panggil kesini?" Tanya Bapak memulai percakapan saat kami sudah duduk disofa sedangakan Arin, seperti biasa main kerumah Vika.Aku hanya menggeleng lemah tanpa berani memandang wajah mereka."Kamu tau Dan, kami semua kecewa dengan sikap kamu. Sebagai seorang lelaki, kamu sudah menyia-nyiakan anak Bapak, terutama dikeluarga mu yang terlalu dholim pada putriku. Dan kamu sudah sangat berani mengambil hak yang memang bukan hak mu.Kenapa kamu lakukan semua ini? Apa kamu gak tau, kewajiban suami itu seperti apa? Lagian, apa salah Lita sampai keluargamu memperlakukan nya seperti ini?Dari awal menikah, kamu sudah memperlakukan putri dengan tak baik, rasanya Bapak ingin mengambil kembali Lita dari tangan mu. Tapi Bapak sadar, masih ada Arin yang mmebutuhkan kalian. Tapi, Bapak sakit hati melihat kelakuan keluargamu!"Aku hanya bisa tertunduk dan mengucap kata maaf."Maaf Pak, maafkan saya. Semua ini memang salah saya! Saya janji Pak, bakal berubah." Ucapku tulus

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   21.danu menciut

    Malam ini, aku sengaja begadang bersama saudara-saudara yang datang dari luar kota. Karena besok adalah hari resepsi pernikahan Kaila.Dari tadi siang, seusai sholat jum'at, aku sama sekali tak melihat sosok Gandi ada disini. Berkumpul bersama keluarga yang lainya. Apa memang dia sengebet itu ya pingin merasakan malam pertama.Padahal aku dulu juga tak segitunya lo. Justru malam pertama ku dengan Lita sedikit terganggu karena banyak nya tamu yang datang. Bahkan, aku baru bisa berduaan dengan nya saat dini hari. Itupun karena Bapak mertua yang menyuruhku untuk masuk kedalam dan beristirahat "Pengantinya dari tadi dikamar terus Dan?" Tanya Pakde Putra saat kami sedang berkumpul"Hahaha kamu ini, kayak gak tau pengantin baru aja. Ya mumpung ada kesempatan, langsung gas dong!" Timpal lek Agung disertai gelak tawanya."Tapi kok ya kebacut banget. Mbok ya ikut kumpul-kumpul barang lima menitan gitu lo maksut aku. Kayak kurang etis aja. Banyak saudara disini kok malah ditinggal angrem." Tuk

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   20.Pov. danu

    Pikiran ku benar-benar kacau. Ibu tiap hari menagih uang hampir setiap hari untuk resepsi pernikahan Kaila. Aku pusing, dapat uang segitu banyak nya dari mana? Orang tabungan juga cuman ada tiga juta. Lalu, sisanya aku juga harus cari dimana?Sebetulnya aku juga tak menyalahkan Lita jika waktu dia menolak membantu uang yang lumayan banyak, dan meminta Kaila untuk mengadakan pesta yang sederhana seperti pernikahan ku dulu.Tapi apalah daya, aku tak mampu menolak keinginan Ibu. Aku takut dicap durhaka. Apalagi, aku pernah dengar ceramah, jika memberikan uang pada Ibu, rejeki kita justru malah semakin lancar. Hingga akhirnya aku malah memarahi Lita. Dan ini membuat hubungan ku dengan nya menjadi dingin. Bahkan, kami jarang sekali menghabiskan waktu berduaan. Rasanya bila melihat wajahnya, rasa kecewa ku padanya makin subur.Maka dari itu, aku lebih memilih menghabiskan waktu dirumah Ibu. Setidaknya, disini aku bisa melakukan apapun yang kusuka. Tapi ya itu tadi, ibu selalu menanyakan ka

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   19.perdeban sengit

    "Oke, tapi jangan banyak-banyak ya Nduk!" Jawabku, untung saja putriku ini penurut, jadi dia langsung mengangguk.Aku berjalan menuju tempat es krim. Dan mengambilkan dua cup kecil, satu untuk Arina, dan satunya lagi untuk ku sendiri yang mendadak kepingin juga. Kemudian, mengajaknya balik ketempat Mbah nya duduk tadi."Lit, Ayo foto kedepan!" Aku sedikit tersentak kala Mas Danu menarik paksa tangan ku.Untung saja es krim yang masih ditangan ku tak sampai tumpah. Dengan kasar, aku langsung menepis tangan Mas Danu. Kami pun sempat menjadi tontonan keluarga. Bahkan Bude Ayu sampai menghampiri kami."Kamu kalau mau foto, ya foto sendiri aja. Gak usah ngajak-ngajak. Aku sudah bilang, aku gak minat!" Ucapku ketus."Kamu jangan egois kayak gitu dong Lit. Masak iya aku gak ngajak istriku foto didepan orang banyak. Malu aku!" Jawabnya entah kelewat polos atau oon."Malu katamu Mas? Lebih malu mana seandainya aku tak membeli sendiri baju yang hampir sama persis kayak yang Santi pakai diacara

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   18.kebetulan

    Aku sama sekali tak menggubris ucapan Mas Danu, malah mengalihkan pandangan pada Arina. Tapi siapa sangka, sekumpulan orang-orang yang berada disitu menatap ku dengan wajah yang sangat amat sinis.Sama halnya dengan kedua orang tuaku, juga Bude Ayu yang menatap Mas Danu dengan wajah sinisnya.Apalagi Santi yang menatap ku seperti mangsanya. Aku jadi ingin tertawa sendiri melihat ekspresinya yang seolah-olah ingin memangsa ku. Bahkan aku melihat nya, dia sampai memanyunkan bibirnya Kadang aku heran, padahal dia sedang hamil besar, entah kenapa dia sangat membenciku. Padahal aku ini kakak iparnya, yang seharusnya dihormati. Tapi bagi dia, seakan-akan aku adalah musuhnya.Padahal aku sama sekali tak pernah menyenggolnya. Dari awal kenal dia saat masih berpacaran dengan Dani, aku juga tak pernah sewot ataupun judes padanya. Tapi kenapa sifat dia bisa seperti ini?Entahlah, percuma juga memikirkan manusia yang unfaedah untuk hidup ku sendiri. Acara sesi foto didepan gedung pun selesai. Ka

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   17. kejutan di resepsi Kaila

    Suara panggilan Bude Ayu, terpaksa membuatku menghentikan langkah kaki. Tapi, kulihat Ibu, Bapak dan Arina sudah mendekati sepeda motor mereka."Mau kemana, Nduk?" Suaranya terdengar sedikit ngos-ngosan karena berlari mendekati ku"Ada apa emangnya Bude?" Tanya ku balik"Kamu itu mau kemana? Ayo ikut poto sama Bude. Keterlaluan emang mereka ini. Sudah tau ada menantu satunya, malah gak dilirik sama sekali." Umpat Bude gemas."Sudahlah Bude, lagian aku juga gak minat poto sama pengantinya. Gak dianggap pun juga sudah biasa." Ucapku seraya mengulum senyum kecut."Kamu mau pulang?" Tanya Bude yang langsunh ku jawab dengan anggukan kepala."Yasudah, terserah kamu aja Nduk. Tapi besok kamu datang kan? Biar besok Bude jemput aja ya. Kita berangkat sama-sama." Terang Bude."Iya, acaranya kan juga jam tiga sore. Besok jam setengan dua siang, Bude jemput kesana. Karena kita harus sampai sana setengah jam sebelum acara dimulai." Timpal Bude lagi."Iya Bude, makasih banyak ya. Maaf jika ngerepot

DMCA.com Protection Status