Share

4. sudah ku duga

Penulis: Yanikdwilestari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-05 22:07:08

"Hahaha, berprasangka buruk katamu Mas? Apa kamu lupa Mas, aku sudah hidup bersama mu hampir delapan tahun ini. Jadi, sedikit banyak nya aku hapal dengan karakter kamu. Apalagi saat kamu bersikap manis seperti ini, sudah pasti tentu kamu memiliki maksut lain!" Ucapku dengan intonasi penuh penegasan.

Mas Danu hanya diam, tak menjawab. Bahkan untuk menatap ku saja, dia tak berani.

"Apa ini tentang biaya pernikahan Kaila?" Tanya ku lagi untuk memastikan.

Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan ku, dan baru mengangkat wajahnya seraya melihatku.

"Sudah ku duga!" Jawab ku singkat.

"Lit, kenapa sih kamu masih bersikeras tak mau membantu biaya pernikahan Kaila? Toh biayanya juga dibuat patungan. Bukan kita sendriri yang nangung. Kamu tuh istriku, dan sudah masuk dalam keluarga besar ini. Jadi, jika ada kesulitan, harusnya kamu mau berbagi untuk meringankan beban kita!" Kini, gantian Mas Danu yang bersuara sedikit keras.

Ku sunggingkan senyum sinis padanya. Percuma juga aku berkata, toh pasti dia juga tak mau kalah.

"Kenapa kamu diam saja? Jawab, punya mulut kan?" Bentaknya.

Astaga, nih orang benar-benar kelewat jahat.

"Sekarang maumu, aku harus bagaimana Mas?"  Tanya ku santai sambil meneguk air putih

"Ya kamu cari jalan keluar kek, gimana kita bisa dapetin uang buat Kaila."

"Ngimpi Mas, Mas... Toh si pengantin nya aja gak ada usaha untuk cari modal buat nikahanya, kenapa juga aku yang ikut mikir? Lagian, salah dia sendiri yang sudah menghabiskan uang dari si Gandi untuk hal yang tak penting. Dan satu lagi, kan kamu juga sudah memberikan nafkah pada Ibu, yang jauh lebih besar lima kali lipat daripada untuk ku. Buktinya, beliau saja tak punya uang. Apalagi aku Mas, yang hanya kau jatah sebulan cuman sejuta. Lagian nih ya, laba hasil jualan online ku juga hanya berapa sih Mas? Tetap tak sebanding dengan jatah bulanan yang kau berikan pada Ibu, meskipun itu sudah ditambah jatah bulanan darimu."

"Dan kau masih menyuruhku untuk berpikir lagi mencari uang tambahan biaya pernikahan adikmu? Ya Allah Mas, hati dan pikiran mu itu terbuat dari apa sih!"

Kutelungkupkan kedua tangan ku menutupi wajah. Jujur saja, ku tak mampu membendung rasa sedih dan kecewa yang kini hinggap dihati.

"Tapi kan kamu punya Emas-emasan Lit! Apa salahnya sih, kalau kamu jual dulu. Toh nanti juga aku ganti." 

"Hahahaha!" Mendengar ucapanya yang sama sekalibtak masuk akal ini, membuat ku langsung terbahak.

"Kenapa kamu tertawa? Kamu meremehkan ku?" Mas Danu memasang wajah tak sukanya.

"Kalau memang tak mau diremehkan, ya usaha sendiri dong Mas. Kamu kan ada bpkb mobil. Kenapa itu tak kau gadaikan saja? Perlu kamu ingat Mas, sampai kapan pun, aku tetap tak akan mau memberikan perhiasan ini padamu!" Jawab ku begitu lantang membuat mata  Mas Danu membulat sempurna.

"Kenapa kamu jadi pelit gini sih Lit, sama keluarga ku?" 

Allah ya karim... Kenapa suamiku ini tak sadar juga sih? Dan malah selalu menyalahkan ku?

"Apa aku tak salah dengar Mas? Bukanya kebalikan nya ya?" Ucapku sinis 

"Maksut kamu berkata seperti ini apa, Lit?"

Lagi-lagi aku menyunggingkan semyum sinis. Entah Mas Danu pura-pura tidak tau, atau memang dia melupakan kejadian waktu itu.

"Apa kamu lupa kejadian tiga tahun lalu Mas? Saat Ica hendak menikah, Ibu meminta bantuan kita untuk menambah biaya pernikahan Ica. Padahal Ibu bilang, Ibu berhutang, dan akan membayarnya setelah acara selesai. Tapi apa respon mu? Kamu bersikap masa bodoh, dan sama sekali tak mau tau. Padahal Ibu sangat berharap padaku, agar aku bisa menolong nya."

"Kamu tau, pikiran ku saat itu, kamu memiliki uang tabungan lebih yang bisa aku gunakan untuk membantu beliau. Tapi nyatanya apa? Kamu sama sekali tak peduli." Air mata kembali menggenang dipelupuk mata.

****

Sakit, hanya kata itu yang bisa ku ungkapkan kala mengingat hari itu. Meskipun ku tau calon suami Ica kaya, dan mau membantu setengah biaya pernikahan, tapi Ibu juga harus mencari biaya separuhnya juga.

Lagian, pada saat itu Ica hanya bekerja sebagai pelayan dirumah makan yang sudah tentu gajinya tak seberapa. Kalaupun dia memiliki tabungan, pastinya tak bakal bisa sebanyak Kaila yang mungkin gajinya tiga kali lipat dari gaji Ica dulu.

Tapi sayang, hanya karena gaya hidup yang terlalu dipaksakan, akhirnya malah menyusahkan orang lain.

"Kenapa kamu malah mengungkit masalah yang sudah berlalu sih? Kan kamu juga tadi dengar sendiri, jika uang gajiku aku berikan pada Ibu. Ya wajar saja dong, jika aku tak punya tabungan. Lagian kan Ica adik kamu. Ya berarti itu bukan tanggung jawab ku Lit!"

Memang jika seseorang sudah mati rasa, apaapun yang dikatakan, tak pernah memperhatikan perasaan orang lain yang sedang diajak bicara 

"Ooh, begitu ya! Baiklah, aku paham Mas. Kaila juga bukan adik kandung ku Mas. Jadi, dia bukan tanggung jawab ku. Selamat berbingung-bingunh ria!"

Suara deritan kursi yang ku geser memecah keheningan yang seketika terjadi diantara kami.

"Lit, jangan gitu dong. Ok, aku akui dulu aku salah. Tapi jangan gitu juga dong Lit. Apa kamu tega, lihat aku pusinh sendiri?"

Langkah ku pun terhenti dan ku balikkan badan menghadapnya.

"Kamu dulu saja tega Mas, kenapa aku tidak?" Senyum sinis ini lagi-lagi terukir diwajah. Lalu kembali ku palingkan muka, berjalan kembali menyusul Arina yang ada didepan.

"Lit... Tunggu Liit!" Mas Danu masih terus sjaa memanggilku.

.

.

Bab terkait

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   5. ucapan polos arina

    Aku sedikit terkjeut kala melihat Arina dibiarkan bermain sendiri dihalaman rumah. Bahkan, aku tak melihat Ibu atau pun Kaila berada disamping nya untuk menjaga.Apalagi, rumah Ibu tepat berada dijalan besar, yang sudah tentu banyak sekali kendaraan berlalu lintas. Dan tentunya itu sangat membahayakan bagi anak kecil.Hal ini membuat ku khawatir jika terjadi sesuatu pada putriku ini. Dan jika hal itu terjadi, sudah pasti aku bakal membuat perhitungan pada mereka."Nduk, kok main sendiri?" Tanya ku yang langsung berjalan mendekatinya "Uti, sama tante mana?" "Mereka ada didalam Ma. Gak tau, dari tadi gak mau keluar. Malah nyuruh Arin main didepan sendirian." Jawab nya polos.Kuraih tubuh gadis kecil ini, dan memeluknya erat."Sayang, kita pulang yuk!" Ajak ku lembut."Iya Ma, Arina gak suka disini. Uti dari tadi gak mau nemenin. Gitu kata Ayah, Uti lagi nyariin Arina. Ayah bohong ya Ma?" Tanya nya pada ku. Tatapan wajahnya tang sendu, membuat hatiku terluka. Hanya karena keegoisan ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   6. rejeki tak terduga

    Mendengar ucapan Mas Danu yang malah menyalahkan ku, membikin hatiku jadi tambah panas."Jangan pernah bentak Arin, Mas!" Ucapku dengan intonasi yang tak kalah tinggi. Kini, Ku alihkan pandangan ku pada Mas Danu yang terkesiap mendengar teguran ku "Aku sama sekali tak pernah bilang hal jelek sama kalian pada Arina. Tapi dia sendiri yang bisa merasakan, jika memang kalian tak pernah sayang pada putriku ini. Jadi, jangan salahkan jika dia tak mau berlama-lama disini.""Dan perlu kalian tau, aku tak pernah mempermasalahkan sikap kalian yang dingin padaku. Tapi, jangan lakukan itu pada Arina! Karena sampai kapan pun, aku tak ikhlas jika ada yang menyakitinya termasuk kalian!" Ucapku panjang lebar dibalut dengan emosi yang sudah membara didalam dada.Pelukan kecil dari Arina menyadarkan ku, kulihat dia semakin ketakutan saat melihat ku marah. Akhirnya, aku memilih untuk meredam emosi ku dihadapan mereka, dan memilih untuk langsung undur diri."Ayo Nduk, kita pulang!" Tanpa banyak kata, la

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   7.secercah harapan

    Adzan sholat ashar mulai berkumandang. Aku yang sedari tadi hanya rebahan akhirnya memilih melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan berwudhu untuk mejunaikan kewajiban ku sebagai seorang muslimah.Seusai sholat, aku membuat es susu coklat. Entah mengapa, bawaan nya haus saja hari ini. Apa ini efek karena aku sering emosi? Makanya tubuhku berasa panas?Hahaha bisa jadi sih ya. Ku nyalakan tv dan mulai menonton acara gosip, sambil sesekali melirik jam dinding. Hatiku kembali gusar karena hingga pukul setengah empat sore, tamu yang dimaksut Bu Rt belum juga datang."Maaf ya Allah, jika hambamu ini terlalu berharap!" Ucap ku dalam hati.Kebetulan hari ini jahitan ku tak banyak. Jadi, aku bisa santai. Tapi akhirnya tentu berpengaruh pada pemasukan ku.Ya, dulu waktu aku sekolah di SMK, aku memgambil jurusan tata busana. Sambil aku mengambil kursus dari tetangga ku yang memang jago dalam hal soal jahit menjahit.Bahkan, dulu dia membuka usaha konveksi dengan jumlah karyawan hampir sepuluh

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   8.suara mencurigakan

    Hari ini aku lumayan sibuk. Untung saja aku memiliki anak yang mandiri. Jadi, Arina bisa melakukan apapun tanpa perlu bantuan ku. Bahkan, dia yang terbiasa melihat ku mengemas barang, ikut membantu.Dugaan ku pun benar, jika Mas Danu tak pulang. Mungkin dia bakal balik tengah malam atau bahkan besok pagi.Tak masalah juga lah, yang penting pekerjaan ku cepat selesai, dan menaruhnya dikamar Arina. Karena Mas Danu hampir tak pernah masuk kesana.Semua sudah terekap dengan baik, dan bahkan sudah ku masukkan kedalam karung. Tinggal nanti mengirim pesan pada Bu Jihan jumlah totalanya.Kebetulan juga adzan maghrib sudah menggema, Arina yang duduk disamping ku lalu mengajak ku untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah."Yuk Ma, sholat dulu!""Ayo Nduk, habis itu kita makan malam ya! Yasudah, Arin wudhu dulu. Mama mau naruh ini dikamar!"Arin memgangguk kemudian berlalu menuju kamar mandi. Sedangkan aku, kembali menyeret dua karung berisi lima ratus hijab yang sudah bertuan ini.Tanpa terasa,

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   9. kepergok

    "Kamu ngapain Mas?" Tanyaku membuatnya terlonjak karena terkejut."Ka-kamu belum tidur Lit?" Tanya Mas Danu gugup. Kini, aku pun merubah posisi ku menjadi duduk diatas kasur."Tadi sudah tidur. Tapi mendengar suara mencurigakan, aku jadi terbangun. Ku kira itu suara maling, ternyata kamu!" Jawab ku seraya memicingkan mata."Enak saja, kau samakan aku dengan maling !" Cebiknya"Salah sendiri, siapa suruh mengendap-endap. Oh iya, kamu ngapain diisitu? Cari apa?" Tanya ku penasaran. Karena memang tak biasanya Mas Danu membuka laci lemari."Apaan sih, curiga amat. Aku cuman mau naruh dompet dilaci. Sekalian mau ganti baju, mau tidur." Ucap nya cuek, mengambil dompet disaku belakang nya dan menaruhnya didalam laci. Dan mengambil satu buah baju, kemudian dia kenakan."Tumben-tumbenan aja kamu mau taruh dompet dilaci. Biasanya juga kamu taruh diatas meja." "Ya terserah aku dong Lit, ini dompet aku. Mau aku letakkan dan simpan dimanapun juga terserah aku. Lagian, didalamnya banyak uangnya. T

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   10. gak usah iri

    Lidah ku tiba-tiba saja kelu, hingga tak bisa menjawab ucapan Bu Jihan yang cukup membuatku terkejut ini."Bu Lita, gimana? Bisa tidak?" Tanya beliau lagi yang membuatku tersadar."Eh, saya pikirkan dulu ya Bu!" Jujur, sebenarnya aku benar-benar tertarik dengan tawaran Bu Jihan ini. Tapi, aku tak sanggup jika harus mengerjakan sendiri dengan target waktu yang sangat singkat. Apalagi, sebentar lagi nikahan Kaila. Yang sudah tentu pasti nya aku juga ikut rewang dirumah mertua. Meskipun kehadiran ku disana nanti juga tak dianggap, tak masalah. Yang penting aku juga harus tetap stor muka disana, agar para tetangga tak curiga."Iya Bu Lita, tapi saya mohon jangan lama-lama ya beri kepastian nya!""Iya Bu Jihan, siap! Sebentar ya saya ambilkan kerudung nya dulu Bu!" Ucap ku seraya masuk kedalam kamar Arina untuk mengambil dua sak kerudung pesanan Bu Jihan dan Bu Farandita.Karena barang yang berat, aku pun mengambil satu persatu. Dan sekarang, semuanya sudah siap diruang tamu."Oh iya Bu,

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   11. isi pesan di hp danu

    Kami bertiga duduk dimeja makan untuk makan malam bersama, setelah Mas Danu selesai mandi.Entah kenapa, kami bertiga merasa canggung. Seperti ada penghalang besar didepan kami. Bahkan Arina yang biasanya ceria, kini diam membisu. Mungkin dia kecewa pada Ayah nya yang tak menepati janji untuk mengajaknya jalan-jalan."Mau diambilin ikan apa, Nduk?" Suara ku memecahkan keheningan"Tempe sama telur, Ma!"Aku menganggukan kepala. Dan sigap kuambil sepotong tempe dan telur dadar, kemudian meletakkan diatas piring nya."Makasih Ma!""Sama-sama Nduk! Sekalian sayurnya juga gak?"Arina langsung menggeleng cepat dan menyuapkan nasi kedalam mulutnya. Hingga makan malam berakhir pun, tak ada obrolan yang terjalin diantara kami.Setelah selesai, aku lebih memilih untuk menemani Arina didalam kamar nya. Sedangkan Mas Danu, lebih memilih menyibukkan diri dengan hp nya. Sambil sesekali dia memijat kepalanya yang mungkin pening. Ah entahlah, aku juga tak peduli.Pukul setengah sepuluh malam, Arina p

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   12. kedatangan orang tuaku

    Mendengar pertanyaan Ibu, aku menjadi bingung sendiri ingin menjawab apa. Karena bagaimana pun juga, beliau menginginkan rumah tangga anak nya terlihat rukun."Mmm gak tau Bu, nanti coba tak tanyakan samaas Danu dulu ya Bu. Kan Ibu tau sendiri, minggu depan Kaila nikah! Apalagi Mas Danu bakal jadi wali nikah nantinya." Alasan ku"Iya juga sih Nduk, yasudah kalau mau kesini kabarin Ibu ya. Kalau sudah sampek terminal, nanti biar tak suruh jemput Bapak." Jawab nya."Enggeh Bu...!""Oh iya, nikahan nya itu hari apa ya Nduk? Ibu kok jadi lupa gini." Tanya beliau lagi."Pengajian nya hari kamis malam Bu, akadnya jumat pagi. Terus sabtu acara resepsian nya!" Jelasku"Oh, ya kalai gitu Ibu kesana hari selasa aja. Kamu gak usah kesini aja Nduk. Biar nanti Bapak sama Ibu aja yang nginep disitu."Memdengar ucapan Ibu, aku menjadi begitu bahagia."Seriusan nih Bu, gak papa?""Ya seriusan lah Nduk. Kalau kamu kesini juga hari minggu sore udah pulang. Kangen nya masih belum selesai. Tapi kira-kira

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25

Bab terbaru

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   25. arisan bodong

    Seusai sholat maghrib, seperti biasanya Mas Danu langsung menemani Arina belajar. Melihat sifatnya yang kini semakin sayang pada keluarga,buat hatiku sedikit tersentuh.Sedangkan aku, memilih untuk menyelesaikan baju pesanan Sofia. Takut tak keburu nantinya dan mengecewakan dia yang sudah terlanjue berharao padaku Hmmmmng!!!Suara deru mesin mobil terdengar didepan rumah. Kami berdua pun saling pandang. Dan dengan sigap, Mas Danu melangkahkan kaki kedepan, untuk melihat siapa yang datang.Aku pun masih meneruskan kegiatan ku memotongi kain sesuai ukuran. Dan Arina, masih sibuk belajar berhitung."Huhuhu, Ibu bingung Dan... Ibu harus bagaimana?" Terdengar suara Ibu yang sedang memangis tersedu diruang tamu.Karena rasa penasaran yang membuncah, aku pun memberanikan diri untuk mendekat kearah mereka.Kulihat Ibu duduk dikursi disamping Deni yang mengantarkan kemari dengan deraian air mata dan muka yang sembab. Aku sampai tak tega melihatnya. Ku beranikan diri mendekat kearah beliau, da

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   24. ancaman

    Setelah mendapat teguran dari Bapak, aku merasa jika sikap Mas Danu pada kami berubah. Entah itu hanya sementara, atau memang tulus dari dalam hatinya.Takutnya, sifatnya itu hanya sementara. Persis saat dulu dia melakukan kesalahan. Setelah ku tegur, dia berubah menjadi suami yang baik. Akan tetapi, kemudian dia lakukan lagi.Kalau diingat-ingat, hal itu sangat menyebalkan. Tapi aku tau, jika selalu mendiamkan Mas Danu, dan menolak ajakan nya untuk memadu kasih, yang ada aku malah menumpuk dosa."Aaaah, bingung!" Gumamku seraya menutup wajah dengan kedua telapak tangan ku.Drrt... Drrt... Drrrt...Kulirik hp yang bergetar saat panggilan masuk dari Sofia ku terima. Dan gegas, aku langsung mengangkat nya "Hallo, Assalamualaikum Mbak Lita!" Sapanya"Eh iya, Waalaikumsalam Fi! Gimana?" Tanya ku balik."Iya aku mau otw sana Mbak.""Oh iya. Bawa mobil sendiri?" Tanya ku balik"Iya Mbak. Mas Rian sibuk soalnya." Jelasnya"Oke, hati-hati ya Sof."Panggilan pun berakhir. Sedangkan aku mulai

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   23. sesuatu

    Kaila masih diam, dan tak kunjung menjawab pertanyaan ku. "Kai, gimana? Bisa gak?" Tanya ku memastikan.Entahlah, aku sudah membuang jauh-jauh pikiran buruk dan rasa maluku pada adik kandung ku sendiri. Toh aku juga hanya meminjam, bukan memintanya kembali.Aku ingin, hubungan rumah tanggaku kembali harmonis seperti dulu meskipun aku tau, hubungan Ibu dan Lita bakal semakin memburuk. Tapi aku sangat menyayangi keluarga kecilku. Jangan sampai, ada sesuatu hal yang membuat kami berpisah nantinya."Aku belum bisa kasih jawaban sekarang Mas!" Ucap Kaila yang langsung pergi dari hadapan ku. Begitupula Ibu yang juga ikut masuk kedalam kamarnya meninggalkan aku sendirian disini. Ku rebahkan tubuh diatas sofa empuk, dengan sedikit memberikan pijatan ringan dikepala yang kini mulai sedikit terasa pening.Hingga tak lama kemudian, aku pun memutuskan untuk pulang kerumah tanpa berpamitan pada Ibu yang sudah terlanjur berada didalam kamar.Ku pacu mobil dengan kecepatan sedang. Dan baru sampai

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   22. meminta maaf

    "Hmmm, kamu tau kenapa Bapak panggil kesini?" Tanya Bapak memulai percakapan saat kami sudah duduk disofa sedangakan Arin, seperti biasa main kerumah Vika.Aku hanya menggeleng lemah tanpa berani memandang wajah mereka."Kamu tau Dan, kami semua kecewa dengan sikap kamu. Sebagai seorang lelaki, kamu sudah menyia-nyiakan anak Bapak, terutama dikeluarga mu yang terlalu dholim pada putriku. Dan kamu sudah sangat berani mengambil hak yang memang bukan hak mu.Kenapa kamu lakukan semua ini? Apa kamu gak tau, kewajiban suami itu seperti apa? Lagian, apa salah Lita sampai keluargamu memperlakukan nya seperti ini?Dari awal menikah, kamu sudah memperlakukan putri dengan tak baik, rasanya Bapak ingin mengambil kembali Lita dari tangan mu. Tapi Bapak sadar, masih ada Arin yang mmebutuhkan kalian. Tapi, Bapak sakit hati melihat kelakuan keluargamu!"Aku hanya bisa tertunduk dan mengucap kata maaf."Maaf Pak, maafkan saya. Semua ini memang salah saya! Saya janji Pak, bakal berubah." Ucapku tulus

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   21.danu menciut

    Malam ini, aku sengaja begadang bersama saudara-saudara yang datang dari luar kota. Karena besok adalah hari resepsi pernikahan Kaila.Dari tadi siang, seusai sholat jum'at, aku sama sekali tak melihat sosok Gandi ada disini. Berkumpul bersama keluarga yang lainya. Apa memang dia sengebet itu ya pingin merasakan malam pertama.Padahal aku dulu juga tak segitunya lo. Justru malam pertama ku dengan Lita sedikit terganggu karena banyak nya tamu yang datang. Bahkan, aku baru bisa berduaan dengan nya saat dini hari. Itupun karena Bapak mertua yang menyuruhku untuk masuk kedalam dan beristirahat "Pengantinya dari tadi dikamar terus Dan?" Tanya Pakde Putra saat kami sedang berkumpul"Hahaha kamu ini, kayak gak tau pengantin baru aja. Ya mumpung ada kesempatan, langsung gas dong!" Timpal lek Agung disertai gelak tawanya."Tapi kok ya kebacut banget. Mbok ya ikut kumpul-kumpul barang lima menitan gitu lo maksut aku. Kayak kurang etis aja. Banyak saudara disini kok malah ditinggal angrem." Tuk

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   20.Pov. danu

    Pikiran ku benar-benar kacau. Ibu tiap hari menagih uang hampir setiap hari untuk resepsi pernikahan Kaila. Aku pusing, dapat uang segitu banyak nya dari mana? Orang tabungan juga cuman ada tiga juta. Lalu, sisanya aku juga harus cari dimana?Sebetulnya aku juga tak menyalahkan Lita jika waktu dia menolak membantu uang yang lumayan banyak, dan meminta Kaila untuk mengadakan pesta yang sederhana seperti pernikahan ku dulu.Tapi apalah daya, aku tak mampu menolak keinginan Ibu. Aku takut dicap durhaka. Apalagi, aku pernah dengar ceramah, jika memberikan uang pada Ibu, rejeki kita justru malah semakin lancar. Hingga akhirnya aku malah memarahi Lita. Dan ini membuat hubungan ku dengan nya menjadi dingin. Bahkan, kami jarang sekali menghabiskan waktu berduaan. Rasanya bila melihat wajahnya, rasa kecewa ku padanya makin subur.Maka dari itu, aku lebih memilih menghabiskan waktu dirumah Ibu. Setidaknya, disini aku bisa melakukan apapun yang kusuka. Tapi ya itu tadi, ibu selalu menanyakan ka

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   19.perdeban sengit

    "Oke, tapi jangan banyak-banyak ya Nduk!" Jawabku, untung saja putriku ini penurut, jadi dia langsung mengangguk.Aku berjalan menuju tempat es krim. Dan mengambilkan dua cup kecil, satu untuk Arina, dan satunya lagi untuk ku sendiri yang mendadak kepingin juga. Kemudian, mengajaknya balik ketempat Mbah nya duduk tadi."Lit, Ayo foto kedepan!" Aku sedikit tersentak kala Mas Danu menarik paksa tangan ku.Untung saja es krim yang masih ditangan ku tak sampai tumpah. Dengan kasar, aku langsung menepis tangan Mas Danu. Kami pun sempat menjadi tontonan keluarga. Bahkan Bude Ayu sampai menghampiri kami."Kamu kalau mau foto, ya foto sendiri aja. Gak usah ngajak-ngajak. Aku sudah bilang, aku gak minat!" Ucapku ketus."Kamu jangan egois kayak gitu dong Lit. Masak iya aku gak ngajak istriku foto didepan orang banyak. Malu aku!" Jawabnya entah kelewat polos atau oon."Malu katamu Mas? Lebih malu mana seandainya aku tak membeli sendiri baju yang hampir sama persis kayak yang Santi pakai diacara

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   18.kebetulan

    Aku sama sekali tak menggubris ucapan Mas Danu, malah mengalihkan pandangan pada Arina. Tapi siapa sangka, sekumpulan orang-orang yang berada disitu menatap ku dengan wajah yang sangat amat sinis.Sama halnya dengan kedua orang tuaku, juga Bude Ayu yang menatap Mas Danu dengan wajah sinisnya.Apalagi Santi yang menatap ku seperti mangsanya. Aku jadi ingin tertawa sendiri melihat ekspresinya yang seolah-olah ingin memangsa ku. Bahkan aku melihat nya, dia sampai memanyunkan bibirnya Kadang aku heran, padahal dia sedang hamil besar, entah kenapa dia sangat membenciku. Padahal aku ini kakak iparnya, yang seharusnya dihormati. Tapi bagi dia, seakan-akan aku adalah musuhnya.Padahal aku sama sekali tak pernah menyenggolnya. Dari awal kenal dia saat masih berpacaran dengan Dani, aku juga tak pernah sewot ataupun judes padanya. Tapi kenapa sifat dia bisa seperti ini?Entahlah, percuma juga memikirkan manusia yang unfaedah untuk hidup ku sendiri. Acara sesi foto didepan gedung pun selesai. Ka

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   17. kejutan di resepsi Kaila

    Suara panggilan Bude Ayu, terpaksa membuatku menghentikan langkah kaki. Tapi, kulihat Ibu, Bapak dan Arina sudah mendekati sepeda motor mereka."Mau kemana, Nduk?" Suaranya terdengar sedikit ngos-ngosan karena berlari mendekati ku"Ada apa emangnya Bude?" Tanya ku balik"Kamu itu mau kemana? Ayo ikut poto sama Bude. Keterlaluan emang mereka ini. Sudah tau ada menantu satunya, malah gak dilirik sama sekali." Umpat Bude gemas."Sudahlah Bude, lagian aku juga gak minat poto sama pengantinya. Gak dianggap pun juga sudah biasa." Ucapku seraya mengulum senyum kecut."Kamu mau pulang?" Tanya Bude yang langsunh ku jawab dengan anggukan kepala."Yasudah, terserah kamu aja Nduk. Tapi besok kamu datang kan? Biar besok Bude jemput aja ya. Kita berangkat sama-sama." Terang Bude."Iya, acaranya kan juga jam tiga sore. Besok jam setengan dua siang, Bude jemput kesana. Karena kita harus sampai sana setengah jam sebelum acara dimulai." Timpal Bude lagi."Iya Bude, makasih banyak ya. Maaf jika ngerepot

DMCA.com Protection Status