Home / Romansa / Lima Jari Playboy / Bab IV Si Jari Tengah Menggoda

Share

Bab IV Si Jari Tengah Menggoda

Author: Silvarani
last update Last Updated: 2021-06-04 00:44:09
“HAHAHAHAHA!” gelak tawa meledak seantereo ruang meeting. Suara Mandy yang menggelegar sempat membuatku menoleh beberapa kali ke arah pintu, takut-takut menarik perhatian para anak buahku atau office boy.

Yaaa… kenyatannya, ruang rapat ini memang bagian dari kantorku. Tentu saja tadi Mandy bercanda dengan mengatakannya sebagai kantornya dan aku adalah anak buahnya. Walaupun sebenarnya, aku berani bertaruh bahwa perusahaanku mungkin akan lebih maju jika dipimpin oleh wanita sepintar, setegas, dan secantik Mandy.

“Wanita anggun bukanlah wanita yang tertawa begitu terbahak-bahak,” aku mencoba mengkritik caranya bersikap. Mimik wajahku sengaja kuatur datar. Sekali-sekali, aku ingin membuatnya insecure.

“Memangnya, aku ingin disebut wanita anggun olehmu?” Mandy mengerlingkan mata. “Kau saja selalu mencariku untuk mendapatkan pertimbangan keuangan dan bisnis,”

“Kau sendiri senang, kan, ditanya?” aku menaikkan alisku. “Meningkatkan self esteem,” aku mencoba menggodanya lagi dengan melahap
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Lima Jari Playboy   Bab V Keloyalan Si Jari Manis

    ‘Kak, PPnya ganteng banget, deh! Hehehe,’ ‘Aku tadi dengerin podcast kakak loooh! Kereeeen!’ ‘Sebenarnya kak, pemerintah sudah mendukung seni dan budaya tanah air, tetapi terkadang inkonsistensi dari beberapa pihak yang bikin semangat seniman tanah air juga naik turun. Aku ngerasain banget waktu buka usaha tas anyaman bambu itu, Kak,’ ‘Tirandra likes your photo’ ‘Tirandra likes your photo’ ‘Tirandra reply your story’ ‘Tirandra commend your post’ ‘Tirandra likes your commend’ Baru saja aku membuka mata dari bangun tidur dan mengecek ponsel, beberapa notifikasi social media-ku masuk. Nama yang keluar begitu beragam. Namun, ada satu yang menarik perhatianku. Sebut saja dia, ‘Si Jari Manis Loyal’. Tirandra Dewy Leisnaldy…. Tiba-tiba, lamunanku beranjak ke peristiwa tujuh tahun silam. “Eh, name tag kamu jatuh, tuh!” percakapan pertama kami berlangsung pertama kali sekitar tujuh tahun lalu. Ketika itu, aku sedang menontoni para mahasiswa baru di fakultasku. Mereka sedang berlari-l

    Last Updated : 2021-09-04
  • Lima Jari Playboy   Bab VI: Si Kelingking Sobat Sejati

    “Donburi Teriyaki is comiiiin’,” kutaruh nampan makananku dan Tira di atas meja. Tira yang sedang menggerak-gerakan dua ibu jarinya dikeyboardponsel jadi langsung menyembunyikangadget-nya itu di bawah meja. Kelihatannya, dia jadi salah tingkah terhadapaku. Aku sempat lihat tadi dari kejauhan bahwa dia sedang senyum-senyum sendirian di depan layar ponsel. Aku masih curiga jika dia sedang membicarakan topik yang sama dengan orang yang tadi dia telepon.“Ma….kasih banyak, Kak Cana,” kedua mata Tira memandangku dengan berbinar-binar, “Ini…., bener-bener ditraktir, Kak?”Aku menunjukkan ekspresi wajah seseorang yang sedang marah. Tentu saja pura-pura. “Enggak!” aku mengangkat daguku, “Kamu harus bayar dua kali lipat ke aku!” aku berkacak pinggang, bercanda jika dia yang berb

    Last Updated : 2021-09-07
  • Lima Jari Playboy   Bab VII : Si 'Kuku' Alien

    “Apa? Lo udah putus sama si cowok Korea itu?” mataku membelalak ketika mendengar curahan hati Gwen beberapa detik lalu. Aku tak mengira jika hubungan yang kelihatannya dijalin dengan begitu serius dan akan berakhir di gerbang pernikahan itu kandas di tengah jalan.Gwen menganggukan kepala, “Kita berdua ngerasa hubungannya udah nggak enak dijalanin sekitar seminggu lalu, tapi bener-bener putusnya itu semalam,”“Terus? Lo….nggak nangis?”Mendengar pertanyaanku, Gwen langsung menjentikkan jari, “Sama aja lo sama si Oppa mantan gue itu. Dia juga heran kenapa gue nggak nangis di zoom,”“Di mana?”“Di zoom,”“Zoom…?” aku mengernyitkan dahi.“Iya, Zoom. Aplikasi zoom, yang suka dipakek webinar orang-orang itu,” jelas Gwen.“Lah?! Lo diputusin via zoom? Via online? Via webinar?” aku menegakkan badanku. “Kok? M

    Last Updated : 2021-09-08
  • Lima Jari Playboy   Bab VIII : Ruang Hati yang Kosong

    Penulis yang konon tak terlalu suka dengan gelora cinta Aphrodite itu duduk dengan santai di hadapanku. Pandangan matanya yang biasanya menyorot tajam ke arahku, kini agak sayu dan mengandung harap. Aku jadi ingin tahu alasan Aubree kembali ingin memakaisound system­-ku itu apa. Lalu, mengapa dia juga tampak putus asa begitu? “Can, gue nggak terlalu suka samasound systemmereka. Kualitasnya bagusan produk lo,” belum saja aku bertanya alasannya kembali ingin menggunakan produk perusahaanku, Aubree sudah melontarkannya sendiri, “Jadi, gue datang ke sini untuk meyakinkan lo,” lanjutnya. Aku suka dengan penampilan Aubree hari ini. Dia mengenakan topi pet berwarna cokelat kemerahan alias cokelat marun. Lalu, rambut lurus kecokelatannya menggantung rapi di atas pundak. Kemeja putih gombrong yang dimasukkan ke celana jins biru menunjukkan kesanandrogyneatau sedikit maskulin. Gesper kulitnya sama-sama berwarna cokelat kemerahan

    Last Updated : 2021-09-11
  • Lima Jari Playboy   Bab IX: Ancaman Rindu Si Jempol

    Lesung pipi Aubree tampak jelas di refleksi kaca spion tengah mobil. Selama mengunjungi Cana di kantor, dia memakirkan mobilnya di gedung parkir yang agak gelap. Tak jarang untuk meminimalisir kegelapan, dia menyalakan lampu dalam mobil.Di bawah sorot cahaya lampu mobil yang berwarna kekuningan, Aubree menggerak-gerakan bibirnya, melebarkan senyum yang kelewat lebar. Dia biasa melakukan hal ini jika sedang dalam kondisi tak terlalu baik-baik saja. Wajahnya yang good looking sebenarnya tak bisa dikatakan selalu cantik, tetapi karena dirinya selalu merawat kecantikan kulit dan berolahraga, dia yang kini sudah berusia seperempat abad masih cocok saja mengenakan seragam putih abu-abu. Menurut Cana, wajah Aubree juga tak berubah sejak SMA.“Cana jadi agak sebel nggak, ya, gue plin-plan begini?” Aubree memukul-mukul setir mobil dengan jemari. Kedua matanya masih melirik kaca spion tengah. Dia cukup mengagumi warna lensa kontaknya yang unik. Jika diperhatikan dengan seksama, lensa kontak ber

    Last Updated : 2021-09-16
  • Lima Jari Playboy   Bab X: Cemburu yang Melemahkan Si Telunjuk

    Aubree menggigit bibir bawah ketika tak sengaja pandanganku masih tertuju ke sana. Aku sendiri tak berani menebak apakah dirinya menyadari arah pandangku saat ini atau tidak. Kalau pun menyadari, aku rasa Aubree tak protes. Mungkin sebagai penulis novel, dia malah mendapatkan inspirasi baru karena aku kedapatan tertarik dengan bibirnya. “Duduk dulu, yuk, Can. Lo mau pesen minum atau makanan apa?” Aubree menoleh ke kiri dan ke kanan, kemudian mengangkat tangannya untuk memanggil seorang pramusaji. “Minta menunya, ya, Mbak?” senyumnya membuat lesung pipinya terlihat. Kalau tadi aku memperhatikan bibirnya, kini pandanganku beralih ke lesung pipitnya. Seharusnya aku berpendapat biasa saja karena aku sendiri juga tak terlalu berkesan setiap kali bertemu dengan seorang yang berlesung pipit. Namun, bolehkah aku sampaikan bahwa sungguh berbeda jika seorang berlesung pipit itu adalah Aubree? Dibandingkan semasa SMA, lesung pipitnya lebih jelas saat ini. Apakah dia operasi plastik? Entahlah, s

    Last Updated : 2021-09-17
  • Lima Jari Playboy   Bab XI: Kuku Lentik Si Jari Telunjuk

    “Kenapa niiiiih, kamu nanya-nanya tentang Aphrodie?” nada suaraku kuusahakan terdengar agak manja. Tidak apa-apa pikirku. Mandy juga sudah paham jika aku akan mengeluarkan suara kekanak-kanakanku di saat menggodanya. Karena pada tingkatan usiaku yang lebih muda daripadanya, aku bisa merengek semauku. Aku pernah pura-pura tak ingin bicara padanya ketika kami makan siang bersama dan dia lupa mengatakan kepada pramusaji bahwa aku tak suka tingkat kematangan medium rare. Ketika Mandy menawarkan untuk menukar atau memesan ulang, aku pura-pura mengangguk dengan sedikit ogah-ogahan. Sebenarnya, dia bisa marah karena jengkel dengan kelakuanku, tetapi tampaknya dia lebih takut jika aku tak akan lagi menemaninya ke mana-mana lagi.“Kamu nggak cerita-cerita kalau lagi dekat dengan Aphrodie?” pertanyaan Mandy di seberang sana lagi-lagi kuanalisis sebagai bentuk interogasi.“Apakah aku harus cerita-cerita? Aku nggak pernah minta kamu untuk cerita tentang teman yang lagi dekat sama kamu?” Pertanyaan

    Last Updated : 2021-10-06
  • Lima Jari Playboy   Bab XII: Lampu Kota, Mobil Beraroma Almond, dan Cerita-Ceritamu

    Kalau pasanganmu adalah seorang seniman, janganlah marah kepadanya jika rasa cinta yang kau berikan kepadanya disalurkan kepada banyak orang melalui karya.Coba bayangkan, kau hanya membuat satu orang merasakan cinta, dan dia bisa membuat banyak penikmat karyanya merasakan cinta yang kau berikan kepadanya.Bukannya, pahalamu jadi banyak?Kecuali, kamu memberikan rasa cinta pada satu orang, lalu dia menebarkan pesonanya sendiri, sehingga orang-orang tak jatuh cinta pada karyanya, tetapi padanya. Tapi, tenang saja!Dia sudah pasti setia kepadamu.Karena baginya, kau adalah karya seni Tuhan yang digariskan menjadi inspirasi karya seninya.Itu sangat mahal harganya.Sebelas dua belas dengan harga nyawanya.“Lalu? Ke manakah aku harus meminta balik rasa cintanya?” tanyamu kepada semesta.Jangan terlalu diambil pusing!Kau akan jatuh cinta balik hanya dengan menikmati karya seni ciptaannya. Lalu, jujurlah atas penilaianmu terhadap karyanya. Dia tak akan melepas genggaman tanganmu. Kedua mat

    Last Updated : 2021-10-11

Latest chapter

  • Lima Jari Playboy   Final Epilog

    Beberapa tahun kemudian:“Would you marry me?” tak terbayang olehku sebelumnya, sepanjang hidupku, bahwa suatu hari ini, aku akan mengajak seseorang untuk melangkah ke tahap baru dari fase kehidupan seorang manusia.Ketika aku melontarkan pertanyaan ini, aku juga tak tahu apakah suatu hari nanti, aku akan mengajukan pertanyaan ini lagi kepada seorang lain?Lika-liku kehidupan yang lebih kuanggap sebagai proses pencarian, bukan permainan. Mungkin caranya untuk sebagian besar orang dianggap permainan, tetapi tidak denganku.Hanya ada satu kata yang bisa kulontarkan kepada mereka yang menganggapnya sebagai suatu permainan.Aku sungguh tak bermaksud.Maka dari itu, aku lontarkan saja satu kata itu.Kata itu berarti adalah….Maaf….Tak mengapa pula jika tak dimaafkan...***The EndLima Jari Playboy….Selesai….

  • Lima Jari Playboy   Epilog : Dicintai Sebelum Mencintai

    Kau kira aku adalah jalan pulang, sedangkan aku berpikir bahwa kau adalah persimpangan.Jangan sakit hati dulu dengan kata-kataku barusan!Bisa saja jalan pulang yang terbentang di hadapanmu itu panjang sekali. Sampai-sampai, waktu kita berbincang-bincang akan selalu ada dan bergulir. Kusarankan kau agar memanfaatkan semua kesempatan ini.Sebaliknya, bisa saja persimpangan yang tersaji di hadapanku mengandung jalan buntu di belokannya. Akhirnya, ujung-ujungnya, aku harus kembali lagi ke persimpangan.Asalkan kau sabar-sabar saja jika aku banyak menyapu pandang di persimpangan sana. Aku pasti akan terus memutar-mutarkan tubuhku, sehingga aku tahu apa saja yang ada di sekelilingku. Aku sendiri memberikanmu kebebasan akan itu, meskipun kau tak memanfaatkannya sama sekali.Tak bisa disalahkan juga.Kau terlalu mencintaiku.“Jasmine,” kusentuh pipi Jasmine yang sudah basah karena air mata, “bicara apa kamu barusan?”

  • Lima Jari Playboy   Bab XXXXI: Wanita Terakhir

    Aku mengangkat badanku dari dalam kolam renang. Di hadapanku, masih ada Aubree, Jasmine, Mandy, Naomi, Tira, dan Gwen. Aku sempat menangkap beberapa ekspresi mereka kala aku mengangkat badanku dari dalam kolam renang. Sudah pasti badanku basah dan aku tak bisa merendahkan diri dengan mengatakan bahwa badanku kurang atletis.“Apa maksud kamu membawa mereka semua ke sini?” tanyaku kepada Aubree. Caraku bertanya masih tenang.“Aku tak membawa mereka ke sini, tetapi mereka yang mengikutiku,” tatap Aubree yang sepertinya tidak bohong.“Jadi, kalian semua mau apa ke sini? Mau mengeroyokku?” aku masih tak melontarkan kata-kata dengan kasar. Aku berpikir jika nada bicaraku meninggi sedikit, maka mereka bisa menjadikan satu sifat itu seperti bagian dari sumber kesalahanku.“Aku yang membawa mereka ke sini,” Mandy si Telunjuk mendekatiku seraya melipat kedua tangan di depan dadanya.“Un…tuk apa, ha

  • Lima Jari Playboy   Bab XXXX: Semua Berkumpul

    “Jadi, kurasa, obrolan kita hanya sampai sini saja,” aku beranjak dari kursi dan membuang pandangan pada Aubree. “Mengapa kamu tak berani mencobanya?”“Aku bukannya tak berani mencoba,” Aku memperhatikan anting bundar Aubree yang terombang-ambing selama Aubree menggerak-gerakan kepalanya kala berbicara denganku. Aku tak bisa memungkiri bahwa dirinya masih menempati posisi teratas bagi hatiku. Aku kelewat mencintainya.“Lantas?” aku betul-betul mengejar argumennya.“Aku belum yakin padamu, Cana,” ucapnya, “selama aku belum yakin denganmu, tetapi kau sudah begitu membutuhkan cinta, aku tak masalah jika kamu ingin mencobanya dengan wanita lain,”“Wanita lain itu siapa?” sepertinya, posisiku yang berdiri, sedangkan Aubree yang duduk cukup mencolok. Aku mendapati beberapa pasang mata dari meja lain, yang rata-rata juga dari sepasang kekasih jadi memperhatikan kami. Dikiranya mu

  • Lima Jari Playboy   Bab XXXIX: Labirin Aphrodite

    Waktu yang kunantikan akhirnya menghampiri juga. Di hadapanku, duduklah Aubree beserta dengannotesdan pulpennya. Dia mengatakan bahwa dirinya akan melanjutkan pembahasan mengenailaunchingnovel terbarunya. Tak hanya itu saja. Dia juga melanjutkan risetnya mengenai kisah-kisahku selama menjadiplayboyuntuk kepentingan novelnya tersebut. “Aubree! Jadi? Kamu hubungi aku lagi, karena kepentingan-kepentinganmu ini?” tempat yang dipilih Aubree untuk bicara empat mata denganku malam ini bukan di Cosmo King. Dia memilihkan sebuah café yang begitu tenang, sejuk, dan memperdengarkan lagu-lagu Jazz dispeaker-nya. Aubree mengaduk secangkir teh yang dipesannya dengan kayu manis. Dia belum menjawab pertanyaanku, tetapi senyum lebar terlanjur te

  • Lima Jari Playboy   Bab XXXVIII: Mencinta Benci

    “Saya mau loakin novel-novel yang ditulis penulis Aphrodie. Bisa telepon tukang loak sekarang untuk ambil semuanya di apartemen saya?” Mandy si Telunjuk akhir-akhir ini jarang keluar apartemennya di bilangan Mega Kuningan. Dia sibuk merapikan rak bukunya dan membuang beberapa koleksi bacaannya yang menurutnya tak penting. Beberapa dari bacaan tak penting itu ternyata adalah novel-novel favorit Mandy yang ditulis oleh Aphrodie. Buku-buku itu siap diloakkan dan dia minta tolong asisten rumah tangganya untuk mengenyahkan buku-buku itu dari sini. Asal kau tahu, Aphrodie sesungguhnya adalah novelis kesukaan Mandy si Telunjuk. Menurutnya, Aphrodie tak hanya menuliskan cerita-cerita penuh romantisme dan puitis, tetapi juga nilai humaniora dan wawasan yang begitu luas. Mandy jarang menyukai novel fiksi bergenre romantis. Namun, jika yang menulis adalah Aphrodie, Mandy bisa menghabiskannya dalam waktu kurang lebih seminggu.

  • Lima Jari Playboy   Bab XXXVII: Kembalinya si Kuku Alien

    Mungkin kau melihatku tak lagi menemukan semarak yang biasanya kutemukan bersamamu di hari-hari yang telah lewat.Aku tak menampik bahwa kau benar.Namun, satu hal yang ingin aku sampaikan kepadamu adalah bahwa aku lebih baik tak lagi menemukan semarak itu dibandingkan harus memasukkanmu lagi di ruangku.Di hari terakhir perpisahan, kau mengatakan padaku bahwa kau akan menungguku sampai aku kembali membuka pintu kebersamaan denganmu lagi.Satu hal yang ingin aku sampaikan kepadamu adalah bahwa setidakenaknya aku di sini, aku tak akan pernah menghampirimu lagi.Jangankan menghampirimu, kau mengetuk pintuku saja mungkin akan tetap kubiarkan masuk, tetapi setelah itu kau punya pilihan untuk keluar lagi.Kau bukan pilihanku untuk mengemis pertolongan. Buat apa menerima kebaikanmu setinggi langit, tetapi setelah itu dihempaskan sampai inti bumi yang kelewat panas? Aku lebih baik berjinjit

  • Lima Jari Playboy   Bab XXXVI: Melengking Bersama si Kelingking

    “Siapa?! Emma?!” meski sedang berada di sebuahcoffee shopumum yang tentu saja tak akan ada seorang wanita bernama Emma, aku tetap merasa panik kala Gwen si Kelingking menyerukannya dalam nada bicara agak meninggi.Deg!Aku tak percaya jantungku berdetak kencang seketika. Hatiku sepertinya sedang tergantung di sosok bernama Emma yang kutemui semalam dalam pesta pernikahan kawanku. Bisa ditebak bahwa setelah aku ditunjukkan dirinya di pesta oleh temanku, tak ada sesuatu yang aku perbuat padanya. Aku hanya memandangnya dari jauh. Dia cukup cantik, menarik, dan tampaknya menyenangkan jika bisa lebih dekat dengannya. Namun, aku punya alasan hanya memandangnya dari jauh.Dalam kamus seorang laki-laki, ah tunggu! Mungkin bukan seorang laki-laki pada umumnya, melainkan segelintir orang dan salah satunya adalah aku, pada hakikatnya, cinta adalah sebuah sugesti yang dapat diciptakan sendiri oleh tiap insan.Lelaki yang dian

  • Lima Jari Playboy   Bab XXXV: Telunjuk dan Jari Tengah Baru

    “Untuk Rinka dan Theo, hmm….., selamat menempuh hidup baru,” ucap salah seorang tamu di pertengahan sesi santap malam. “Kau dan aku tercipta oleh waktu. Hanya untuk saling mencintai,” lalu, wanita yang sepertinya adalah adik sepupu Theo itu mulai menyanyi di atas panggung musik. Adik sepupu Theo, si pengantin laki-laki, pada akhirnya mengucapkan selamat di atas panggung lantaran tadi mendapatkan bunga yang dilempar oleh kedua mempelai. Tadinya, aku yang dapat, tetapi karena reaksi orang di sekitarku tampak berlebihan, aku refleks melempar bunga lagi dan ditangkap oleh gadis ini. Sebenarnya, aku tak boleh melemparkannya lagi. Tentunya terkesan kurang menghargai acara. Namun, apa boleh buat? Aku sedang tak minat dengan yang namanya pernikahan. Jika tadi aku mendapatkan bunga itu, maka akan banyak orang yang mendoakanku ke arah sana. Untuk sekarang, aku aminkan saja dulu. Sambil menusukkanpopper cheesedan memasukkannya ke dalam mulut, pikirank

DMCA.com Protection Status