Sudah beberapa hari ini hujan selalu turun. Mulai dari pagi hingga sore, atau sejak sore hingga pagi, kalaupun hujan berhenti, hanya berlangsung selama sehari, dengan awan mendung di atas langit. Seperti hari ini, awan yang menggantung di atas langit Crescere begitu gelap, ia bahkan belum melihat cahaya matahari sejak tadi pagi.Wanita berambut hitam panjang melewati jalanan yang tidak seramai biasanya. Kepalanya terangkat setelah tetesan kecil air jatuh mengenai ujung hidungnya yang tinggi. Langkahnya ia percepat, menuju sebuah toko minimalis di tepi jalan. Toko— Flora Fluer itu dikelilingi oleh berbagai tanaman, beberapa pengunjung terlihat keluar masuk toko."Selamat pagi boss, walaupun cuaca mendung dan hujan turun, namun semangat yang kita miliki tidak boleh mendung." Gadis muda yang bekerja di toko itu menyapa Quinn Flos dengan senyuman yang sangat lebar. Meskipun boss mereka ini tidak banyak bicara, namun kehadirannya selalu bisa membuat suasana toko jauh lebih menyenangkan. Ke
Quinn tidak pernah menyukai rumah sakit. Bau obat-obatan yang tercium membuatnya muak, orang-orang yang sakit, mereka yang tidak mampu bergerak lemah, hingga mereka yang tidak akan bangun lagi. Siapapun, apa lagi orang sekitarnya, ia tidak ingin melihat mereka terbaring di rumah sakit.Dengan langkah kaki yang sangat terburu-buru, Quinn melewati lorong demi lorong, menuju tempat sang paman berada. Ia melihat bibinya yang terduduk di sana, bahunya bergetar menahan tangis. "Bibi." Bisiknya."Quinn." Yuer memeluk sang ponakan, dan air matanya kembali mengalir dari matanya. Tubuhnya bergetar. "Quinn, pamanmu, dia.. dia.. aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku melihatnya berdarah, luka di kepalanya sangat mengerikan, darah tidak berhenti mengalir dari sana." Yuer adalah wanita bangsawan yang hidup penuh kebahagiaan sejak kecil. Dia tidak banyak melalui kesulitan, memiliki keluarga yang mendukungnya dengan baik dan suami yang menyayanginya.Melihat keadaan sang suami yang seperti se
Seluruh persendian Quinn melemah membaca nama Jacob dari pesan yang ia dapatkan dari Julia. Kini semua terlihat dengan jelas, ia bisa menemukan kemana arah permasalahan ini. Seharusnya ia tidak pernah menganggap ucapan Jacob Pan kepadanya adalah sebuah gertakan dan bualan semata, seharusnya ia tahu jika Jacob tidak akan melepaskannya begitu saja, pria itu tidak lebih dari seorang psikopat. Malam itu, wanita yang memiliki raut wajah dingin itu tidak bisa tidur. Ia berharap pagi segera datang. Setelah matahari bersinar, diantara awan gelap yang masih menutupi langit kerajaan Crescere, Quinn bergegas mengambil jaketnya dan keluar dari hotel tempatnya menginap. Menuju ke tempat Jacob berada. Ia memasuki perusahaan besar milik Jacob Pan dengan mata dan aura yang begitu dingin. Tangannya terkepal dengan erat, ia mengabaikan tatapan orang-orang padanya. Quinn bertemu dengan Jacob di lobby. Pria rubah itu terkejut melihat kehadiran Quinn di sana, namun ia kemudian tersenyum dan tertawa, men
Bersamaan dengan suara berat nan familiar, rasa hangat yang meletup-letup juga mengaliri setiap aliran darahnya. Mata terang Quinn terbuka, kelopak matanya menari indah, dan bulu mata lentik nan panjang miliknya bergetar menemukan wajah Xavier Knox begitu dekat dengannya.Kedua mata hitam itu menatapnya penuh rasa cemas dan khawatir, sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. "Xavier." Bisik Quinn. Nama itu mengalir begitu saja dari bibirnya. Tanpa ia sadari, genggaman tangannya pada pria itu mengerat. Menahannya untuk tidak melepaskannya.Derap langkah kaki mendekat dan berhenti di belakangnya. Orang-orang suruhan Jacob terdiam, melihat siapa yang mereka temui. "Jenderal Xavier!" mereka juga terkejut dengan kehadiran sang jenderal di sana. Xavier mengangguk kepada mereka. Ia menegakkan tubuhnya, namun tidak melepaskan lengannya dari pinggang ramping Quinn."Maafkan kami Jenderal, tetapi tuan Jacob ada urusan dengan nona muda ini." Xavier melihat ke arah sekumpulan pria itu dan Qu
Quinn meneguk air ludahnya, "kau akan menikah dengan Youna, mimpimu akan segera menjadi kenyataan." ujarnya. Youna Scarlett dan Xavier Knox adalah sepasang kekasih, mereka akan menikah. Lalu dirinya— jika ia benar-benar wanita yang terpilih itu dan menikah dengan Xavier, bukankah itu berarti dirinya telah merebut kebahagiaan seseorang? Ada perasaan lega dan sedih yang bercampur menjadi perasaan baru di dalam hatinya.Sang jenderal tidak melepaskan pandangannya dari Quinn Flos, seorang wanita yang memiliki mata terang nan indah, hari itu, sebelum kesadarannya hilang, ia melihat biasan bintang di mata Quinn. "Aku tidak menyukai Youna." ujarnya tanpa rasa ragu. Quinn menyerukan keterkejutan, "apa maksudmu? Kau tidak menyukai kekasihmu?""Nona Flos, kapan aku mengatakan aku memiliki hubungan yang lebih dengan Youna? Dia adalah salah satu prajurit di Eagle Sky Legion, kami para prajurit sangat sibuk, kami tidak punya waktu untuk berkencan apalagi pacaran." jawab sang jenderal mendengus.
Beberapa hari kemudian tidak lebih baik bagi Quin Flos, pamannya masih belum sadar dan keadaan bibinya masih tidak membaik. Setiap hari wanita itu akan duduk di samping tempat tidur suaminya, memintanya untuk segera sadar. Mereka juga tidak bisa melakukan apapun untuk menuntut Jacob Pan. Pria itu punya kuasa dan uang untuk melakukan apapun yang ia inginkan, termasuk menutupi perbuatannya kepada Harries Dariel, sang paman.Di hari berikutnya, hal buruk tidak berhenti datang kepada Quinn. Jacob Pan benar-benar menaruh dendam besar kepadanya. Ia memulainya dengan perusahaan sang paman yang entah bagaimana tersandung kasus dan bangkrut dalam semalam. Quinn menutupi ini dari sang bibi, wanita itu sudah sangat lelah, ia tidak ingin menambah beban pikirannnya.Mimpi buruk yang diderita Quinn juga semakin buruk, ia mengonsumsi obat-obatan lebih sering dari biasanya, mimpinya sekarang bukan hanya ada ibu dan ayahnya, namun juga Xavier dan sang paman dan kemudian bibi beserta putri merekaSetia
Setelah pulang ke rumah untuk istirahat dan membersihkan dirinya. Quinn kembali ke rumah sakit. Mengunjungi bibinya yang tidak meninggalkan sisi pamannya walaupun hanya sebentar. Menggunakan dress putih sederhana, Quinn menyelimuti dirinya dengan jaket berwarna hitam, berdiri di depan rumah sakit seraya menatap ke arah rintik-rintik hujan yang turun. Udara sangat dingin, apakah musim dingin akan segera datang? Musim dingin di Soul Planet sangat dingin hingga seperti bisa membekukanmu jika tidak menjaga tubuh tetap hangat.Meskipun beigtu, musim dingin adalah saat Snow Lily untuk mekar dan tubuh— yang juga sebuah bunga yang menjadi simbol dari keluarga Snow. Itu adalah bunga yang sangat cantik, tumbuh di sepanjang jalanan bersalju dan dapat dijumpai dimana-mana. Snow Lily yang sama-sama berwarna putih masih memperlihatkan keindahannya di antara tumpukan salju.Perawat di rumah sakit itu sudah hapal dengan kehadiran Quinn. Para perawat dan dokter sering menyebut Quinn dengan panggilan n
Tidak lama setelah itu, beberapa hari kemudian, nyonya Knox setuju untuk bertemu dengan bibinya. Mereka bertemu di kediaman Knox. Pelayan keluarga itu menyambut mereka dengan baik dan mengantarkan Quinn beserta bibinya ke tempat nyonya dan nenek Knox yang sudah menunggu.Jika ia baru bertemu dengan sang nyonya rumah beberapa hari yang lalu, maka ini adalah pertemuan pertamanya dengan nenek Knox setelah pemilihan. Wanita tua itu melirik ke arahnya sekejap tanpa mengatakan apapun."Terima kasih sudah menerima undangan kami, nyonya Yuer Dariel." ujar Reigna Knox. Mereka sudah bertemu beberapa kali, namun tidak begitu dekat kecuali sapaan formal biasa."Ayo kita bicarakan mengenai pernikahan keponakanku dan putra anda, nyonya Knox."Pembicaraan yang terjadi di antara nyonya Knox dan bibinya berlangsung penuh perdebatan, Quinn merasa sangat sesak dan memutuskan untuk beranjak pergi— menyerahkan semuanya kepada sang bibi.Ia melihat ke sekitar, rumah ini adalah kediaman keluarag Knox di min