Kriet
Pintu besar ruangan harta itu terbuka. Zayn dan Tauriel terkejut, ketika melihat perempuan bersurai hitam yang biasa mereka panggil Morie itu membuka pintu tersebut secara tiba-tiba.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Tauriel bingung.
“Jangan menghalangiku, jangan hanya karena kau seorang elf cahaya kau bisa menyuruhku seenaknya.”
Tauriel mengernyitkan dahinya bingung mendengarkan ucapan dari Morie.
“Bagus Morie, kau tidak boleh membiarkan elf cahaya itu mempengaruhimu. Kau harus lebih kuat dengan caramu sendiri, agar bisa melindungi Zayn.”
Morie tersenyum kecil, mendengar suara di kepalanya. Dia tertawa kecil, membuat kedua temannya memandanginya bingung. “Kau tidak apa-apa?”
“Tentu saja aku tidak apa-apa. Ayo kita langsung ke ruangan Kapten.”
“Kau tahu di mana ruangannya?” tanya Zayn dengan kepala yang dia hadapkan pada Tauriel. Perempuan yang d
“Kau elf muda yang sangat pintar. Tapi aku ingin memperkenalkan diriku terlebih dulu wahai anak muda, sebelum kau memujiku lebih lagi. Namaku, adalah Lufhie.” Tauriel menyunggingkan senyuman sinisnya, menatap Ketua bajak laut yang sangat percaya diri ini di depannya. “Aku tidak bilang itu untuk memujimu. Aku berkata seperti itu untuk menghinamu, karena kau sungguh menyeramkan.” “Hahahaha, walaupun begitu aku tetap suka!” Pria berbadan besar itu tertawa keras, dengan tangan kanan yang menusuk kubah pelindung Tauriel. Perempuan bersurai putih itu berdecih pelan, lompat mendur kebelakang menghindari serangan mematikan dari pria menyeramkan itu. Klang Seperti gelas yang jatuh ke lantai. Kubah pelindung yang dibuat oleh Tauriel pecah, menghilang dari hadapan mereka. Ketua bajak laut itu tersenyum senang sambil berlari cepat menghampiri Tauriel. Perempuan bersurai putih itu sigap, dia terbang ke langit memperhatikan pria berbadan besar, den
ClingTauriel mulai membuat lingkaran sihirnya lagi. Dia membuatnya yang lebih kecil, dengan jumlahnya yang empat buah. Dengan rahang yang terkatup rapat, dan mata yang tajam, Tauriel membidik pria berbadan besar itu dengan keempat lingkaran sihirnya.Syuuh SyuuhAngin-angin tajam berbentuk seperti siluet dengan jumlah ribuan menghujam tubuh Ketua bajak laut. Dia menggerakan badannya lincah, terbang berusaha menghindari ribuan silet tersebut.“Fokus Tauriel, jangan biarkan manusia itu berhasil lolos,” gumam Tauriel, menyemangati dirinya sendiri.Morie juga tak mau kalah, dia mengeluarkan lingkaran sihir hitam yang sangat besar. Dengan kedua tangan yang dia angkat ke atas, lingkaran sihir itu membentuk bola besar, menahan Lufhie di dalamnya.Tauriel tersenyum, terbang menghampiri bola besar tersebut. “Morie tolong bantu aku!”Seakan mengerti ucapan perempuan bersurai putih tersebut, Morie membu
Manik coklat Tauriel berbinar-binar. Dia lega, karena Morie datang membantunya. Dan lebih dari itu, ternyata perempuan bersurai hitam yang jatuh ke laut itu masih bisa selamat.“Syukurlah kau selamat,” gumam Tauriel.Morie tersenyum sinis, sambil turun menuju Zayn yang tengah diserang oleh burung phoenix. Tauriel menatap tak percaya, ketika melihat aura-aura sihir hitam yang membungkus temannya itu.Wajah Morie sangat dingin, dan dalam sekejap membekukan burung berlapiskan api itu dengan satu tangan kanannya. “Terlalu mudah.”Bagai kerasukan, perempuan bersurai hitam itu tertawa pelan, terbang menuju Tauriel dan Lufhie. Tubuh mungil perempuan bersurai putih itu bergetar, tatkala merasakan energi sihir kejam yang dikeluarkan oleh Morie.“Apa ini benar Morie?” bantin Tauriel.“K-kau, pasti ada sesuatu yang merasukimu,” ujar Lufhie gugup ketika merasakan aura yang tak biasa dari elf bersurai hitam
Konsentrasi perempuan bersurai hitam itu terganggu, membuat es-es yang membeku di tubuh Felix pecah. Burung gagah itu bebas, lalu kembali menyerang perempuan bersurai hitam tadi.“Aredel ayo kita harus membantu mereka!”Perempuan bersurai putih itu menganggukkan kepalanya mantap, berusaha kembali menyerang elf kegelapan itu.“Aku harus bisa mengalahkannya, sebelum Aciel datang membantu!” seru Aredel dalam hati.Karena perempuan cantik tersebut takut. Ketika Aciel datang namun Morie masih berada di sini, dia takut kalau Morie akan mencelakai kekasihnya itu.Seluruh elf yang berada di sana datang menyerbu Morie. Dengan segala kekuatan yang mereka miliki, mereka berbondong-bondong membantu Rayzeul yang sedang berhadapan langsung dengan perempuan bersurai hitam itu.SplashSplashMorie sangatlah cepat. Bahkan para elf muda yang menyerangnya itu kesusahan untuk menyerangnya. Seakan sudah san
TapTapTapLangkah kaki besar benda berbadan besi itu cepat. Mereka berlari, membuat elf di sekitar mereka bergidik ngeri. “Ayo Rayzeul!”Aredel bergerak cepat, terbang menjauhi robot-tobot besar berzirah kuning tersebut. “Mau kemana?”“Cari Raja! Sepertinya aku mengerti apa yang dikatakan Tuan Owen,” ujar Aredel setengah berteriak.CtaarCtarrHalilintar-halilintar, tiba-tiba saja keluar dari lengan dan mulut besar robot raksasa tersebut. Aredel berdecih sebal, menatap penuh amarah pada ketiga robot besar tersebut. “Ternyata robot ini belum dikalahkan oleh elf elemen tanah.”“Kita harus mengalahkannya terlebih dulu,” saran Rayzeul.“Aku takut tidak akan cukup waktunya, lihatlah!” ujar Aredel dengan tangan yang menunjuk ke arah Morie.Perempuan bersurai hitam itu tengah tidur, dengan kubah h
ClingSplash splashPerempuan bersurai putih dengan tubuh mungilnya itu melesat cepat ke arah robot berzirah kuning. Dia mengacungkan tangannya ke depan, menarik napasnya dalam-dalam sebelum meluncurkan tornado air.“Argh!”Aredel berteriak kencang, seiring dengan derasnya air yang menyerupai tornado itu. Robot besar berbadan besi itu diam, tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah terkena hamparan air tersebut.“Dia tidak mengeluarkan petirnya,” batin Aciel.Aredel tersenyum senang, kemudian mundur mendekari Aciel yang berdiri di bawah pohon besar. “Kita harus mencari Raja segera!”“Tapi kita harus mengalahkan robot besar itu dulu,” sanggah Aciel.“Tidak bisa. Elemen dia petir, jika bercampur dengan airku akan sangat berbahaya.” Aredel menjelaskan, sambil terus mengamati robot besar yang nampaknya tengah kesusahan.“Kau benar, bisa-bisa k
“Kakak ….” Aurora menangis. Dia menatap pilu, tubuh kakaknya yang berada di dalam robot tersebut. Irimie menghampirinya, menepuk-nepuk pelan baju perempuan bersurai kuning tersebut. “Dasar tidak berguna! Kau harusnya menuruti perintahku!” Morie marah, dia memperbanyak serangan tornado airnya, hingga membuat kubah pelindung api ini kian menipis. Tiiit Tiiit Robot tersebut berkedip-kedip. Cahaya yang berada di tubuhnya mulai memudar. Tubuhnya mulai terhuyung ke belakang, bersamaan dengan pudarnya kubah api yang dia ciptakan. Brukh “Kakak!” Auro menghampiri robot besar tersebut. Dengan tingkah bar-barnya yang tidak mencerminkan Tuan Putri, Aurora pun menggedor-gedor bahkan menginjak-nginjak kaca hitam yang memenjarakan tubuh Kakaknya itu. “Dasar Kakak tidak berguna, bangunlah atau ku bunuh Kau!” “Dia benar-benar tidak terlihat seperti Tuan Putri,” cibir Rayzeul sambil menggeleng tak percaya. “Haha
Sepuluh menit telah berlalu. Pertarungan semakin sengit, ketika Morie kembali mengeluarkan awan-awan hitam yang dipenuhi oleh petir. Aredel, Rayzeul, dan Ratu sigap langsung membuat kubah pelindung untuk para manusia.Setelah awan-awan badai itu berlalu, tanpa basa-basi lagi Tauriel langsung menyerangnya. Dia terus mengeluarkan cambuk-cambuk tajam anginnya. Hingga tak sengaja mengenai badan perempuan bersurai hitam tersebut.“Kena?!” kaget Rayzeul.“Morie, hanya bisa mengeluarkan satu kali badai petir itu selama lima menit. Setelah itu juga gerakannya melambat. Aku harus menyerangnya sehabis dia menggunakan badai petir atau saat dia melalukan sihir badai petir itu. Karena sihir itu terlihat menggunakan konsentrasi yang sangat tinggi.”“Ayo Aredel kita harus bisa!”Rayzeul kembali melesat cepat, di susul dengan Aredel di belakangnya. Perempuan bersurai putih itu tidak ikut menyerang, melainkan memperhatikan