Bab 38 Ruangan Rahasia "Kenapa belum tidur?" tanya Gani setelah mereka kembali berbaring. Ia mendekap tubuh Mahira begitu erat, merasakan bahagia yang membuncah karena penantiannya tak sia-sia."Ini masih sakit," Jawab Mahira sambil malu-malu."Kalau sakit, harus satu kali lagi, Yank. mau ya?" jawab Gani, ia tergelak. Di tengah rasa bahagianya, ia pun merisaukan kondisi putrinya.Tanpa membalas ucapan Gani, Mahira mengangkat tangannya dan mengelus pipi Gani. Ia masih merasa tak percaya bahwa suaminya yang dulu sangat kejam, galak dan dingin berubah seratus delapan puluh derajat."Kenapa sayang?" tanya Gani. Saat Mahira memegang pipinya. Ia menarik tangan istrinya yang sedang berada di pipinya lalu mengecupnya."Mas, kenapa sih dulu kamu kejam banget terus tiba-tiba berubah drastis?"Gani tampak berpikir, Entah dari mana dan bagaimana rasa itu hadir, ia hancur ketika Mahira pergi."Mas dulu jahat banget ya, sampai kamu terus aja nanyain kenapa Mas berubah?"Mahira pun mengangguk, Gan
Bab 39Setelah pulang dari rumah sakit, Gani pun menyusul Dita yang sudah masuk ke kamar, dia ingin berbicara dari hati ke hati bersama putrinya."Dita, boleh ayah bicara?" tanya Gani. Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar putrinya.Gadis kecil itu pun mengangguk, Dita yang sedang berada di meja belajar pun bangkit dari duduknya dan mendudukan dirinya di ranjang.Gani pun mengikuti langkah putrinya, melihat Dita yang menunduk. Gani pun menekuk lututnya dan berjongkok di hadapan putrinya. Ia tau putrinya sedang ketakutan, Setelah berjongkok, Gani pun menggenggam tangan Dita."Boleh ayah tanya sesuatu sama kamu?" tanya Gani dengan nada yang super lembut.Gadis kecil itu pun mendongak melihat Gani. "Ayah mau tanya apa?" ucap Dita.Gani mengehela napas sejenak, sebelum berbicara dengan putrinya."Kamu haid udah berapa kali, selama haid berapa hari?" tanya Gani. Ia bertanya dengan lembut. Kali ini dia bertanya layaknya seorang dokter pada pasien. Ia sangat sering mendapat kasus seper
Bab 40 seharusnya aku yang bertanya Setelah Mahira turun dari ranjangnya dan berjalan ke kamar mandi.Gani pun menyusul untuk turun dari ranjang, untuk membangunkan anak-anaknya.Saat Gani akan mengetuk pintu Dita, ternyata Dita sudah membuka kamarnya."Ayah ngapain berdiri disitu?" tanya Dita. Ia baru saja akan turun ke moshola di bawah."Lah, kamu bukannya lagi haid. Kenapa kamu udah pake mukena?" tanya Gani. Ia mengenyit heran saat melihat putrinya sudah memakai mukena."Aku udah bersih, udah beres. Jadi aku udah bisa sholat," jawab gadis kecil tersebut. Ia sedikit risi dengan pertanyaan sang ayah. Tapi tidak dengan Gani. Ia yang berpropesi sebagai dokter kandungan, tentu saja sudah tak aneh dengan pembahasan yang sedang mereka bahas saat ini."Udah ah, aku mau turun kebawah duluan!" seru Dita saat melihat ayahnya akan kembali bertanya.Gani menggeleng melihat tingkah putrinya, ia pun kembali melangkahkan kakinya ke kamar Albi.Ia melihat Albi masih tertidur pulas, Awalnya, Albi m
Bab 41 Aku tau kau terlukaSesak, perih dan hancur, itu yang Mahira rasakan saat masuk kedalam ruangan ini.Mahira menelusuri semua ruangan itu, dia tersenyum getir. Serasa ada godam yang menghantam dadanya. Bagaimana tidak, ruangan itu masih sama percis dengan kamar yang di tempatinya dulu.Semua tertata begitu rapih pertanda ruangan itu memang seperti sangat di rawat. Mahira tersenyum getir saat membuka lemari, ternyata di lemari itu masih tersimpan semua pakaian, tas, sepatu dan koleksi milik Rahma.Mahira teringat ketika dulu Gani membentaknya dan memarahinya saat Mahira membuka lemari milik Rahma. Saat itu, Gani berteriak marah pada Mahira dan mengatakan barang-barang milik Rahma lebih berarti dari nyawa Mahira. Sungguh saat ini rasa sakit yang menderanya berkali-kali lipat dari pada saat dulu ia di bentak di caci maki dan hina oleh suaminya.Tak perlu mendengar penjelasan lagi dari suaminya, melihat ruangan ini sudah Lebih dari cukup. Seandainya Gani jujur dari awal tentang pavi
Bab 42 I love you mas"Ma-mas," ucap Mahira saat Gani menaruh kembali tangan di pinggangnya."hemm," jawab Gani. Ia semakin mengeratkan pelukannya."Kenapa belum tidur?" tanya Gani lagi. Ia lebih memilih berpura-pura tak menyadari bahwa istrinya kecewa padanya. Meminta maaf pun percuma. Gani tau, istrinya sudah kadung memercayai apa yang di lihat. Menjelaskan pun Mahira akan menganggapnya sebagai omong kosong.Kini Gani hanya perlu lebih menunjukan cintanya, membuat istrinya yakin bahwa cintanya hanya untuk Mahira. Tak ada lagi yang lain di hatinya. Itulah cara Gani meminta maaf dan merebut hati istrinya kembali, membuat amarah istrinya luntur karena cintanya."A-aku mau ke toilet dulu," jawab Mahira. Ia melepaskan tangan Gani dari pinggangnya. Lalu turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.Setelah Mahira turun, Gani bangkit dari tidurnya, ia duduk dengan menyenderkan punggungnya kebelakang lalu memanjangkan kakinya. Gani mengucek matanya, rasa lelah sudah menyapanya. Namun, dia
Bab 43 memadu kasih.Setelah mengucapkan hal yang sebenarnya pada Haikal tentang siapa dirinya, Gani pun keluar dari ruangan di rektur utama.Sedangkan Akbar yang tadi menunggu di luar hampir saja terguling saat Gani membuka pintu.Gani menggeleng meliat tingkah temannya, Gani tau, bahwa temannya menguping pembicaraanya dengan haikal. Gani pun melangkahkan kakinya tanpa mengajak Akbar"Anda akan pulang kembali, Dok?" tanya Akbar dengan memakai bahasa formal karena sudah tau siapa Gani sebenarnya.Tiba-tiba Gani menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang. "Awas aja kalau lu bocorin apa yang barusan lu denger!" ancamnya pada Akbar, lalu setelah mengatakan itu, Gani pun kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya.Gani dilahirkan dari keluarga sultan, jika orang lain lebih memilih meneruskan bisnis keluarga. Namun tidak bagi Gani.Sejak sekolah, ia sudah tertarik dengan dunia kedokteran, Gani pun tak tau kenapa dia bisa lebih memilih jadi Dokter ketimbang melanjutkan bisnis keluarga
Bab 44 Kejutan manis untuk Gani"Ayah, Bunda mana?" tanya Albi saat membuka pintu kamar mandi.Saat ini, Gani berada di belakang pintu kamar mandi dan Mahira bersembunyi dibelakang tubuhnya. Ia sengaja melongokan kepalanya keluar agar Albi tak masuk ke kamar mandi, jadi hanya kepala Gani saja yang terlihat."Albi mau apa nyariin bunda?" tanya Gani."Bunda nyimpen robot Albi, Albi mau nanya di mana bunda nyimpennya," jawab bocah kecil itu."Di kontainer ijo," bisik Mahira di telinga Gani.Gani pun mengangguk."Di kontainer warna ijo." Gani memberitau pada Albi.Karena sudah di beri tau, bocah kecil itu pun pergi tanpa menjawab lagi ucapan sang ayah.Setelah Albi pergi, Gani menutup kembali pintu kamar mandi.Gani pun mengajak Mahira untuk berendam di bathub, lalu mengulangi kegiatan panas mereka.Saat ini, mereka masih berendam di bathube dengan posisis yang berhadap-hadapan. Gani terus menatap wajah Mahira yang sedang tertunduk.Saat dulu pun Mahira sudah cantik, sekarang kencatikann
"Sayang, bangun yu ... Ini udah hampir siang. Mas bentar lagi praktek," ucap Gani. Setelah Drama semalam Mahira tak mau melepaskan pelukannya. Pagi ini pun, setelah sholat subuh Mahira ingin kembali tidur dan memeluk suaminya. Mungkin rasa itu terasa lebih manis kala satu bulan ini dia salah sangka pada suaminyaBukannya menjawab, Mahira malah memeluk suaminya semakin erat. "Nanti dulu, masih mau meluk!" Jawabnya sambil memejamkan mata. Ia benar-benar merasa nyaman memeluk suaminya.Gani tersenyum, ia mengelus punggung sang istri. "Kangen ya? karena sebulan kemaren ga meluk Mas?" tanya Gani sambil terkekeh pelan. Pasalnya selama sebulan kemarin, saat dirinya salah sangka pada suaminya, Mahira tak pernah membalas pelukan Gani.Bukannya membalas ucapan suaminya, Mahira membuka matanya, ia mengangkat kepalanya dan langsung mencium pipi Gani, lalu mengecup bibir Gani.Setelah itu, ia menyimpan kepalanya di dada Gani, ia mengusap dada Gani dengan telunjuknya.Mendapat perlakuan begitu dar