Home / All / Let's Play With Me / MENCARI TAHU 2

Share

MENCARI TAHU 2

last update Last Updated: 2021-09-03 19:35:30

“Kenapa kau terus mengungkit itu?” tanya Tn. Edgar tak suka.

Pembicaraan mengenai KDRT yang pernah ibunya alami dulu, selalu membuat Finn geram. Perlakuan kasar itu, tak pernah sedikitpun memunculkan perasaan bersalah pada diri Ayahnya. Sangat malas rasanya bila harus melawan orang berhati batu seperti dia.

“Lagipula itu memang kesalahan ibumu sendiri, kan?” Tn. Edgar kembali memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri. 

Finn tersenyum kecut. Bosan mendengar semua kalimat pembelaan yang selalu menyudutkan itu. “Kalau begitu, kenapa kau memaksa untuk tetap menikahi seorang pejudi, lalu melarangnya berjudi? Kau bisa menikahi wanita lain, ayah.” Skakmat dari Finn itu, membuat Tn. Edgar kembali mengingat awal mula pernikahannya dengan Ny. Beatrice.

Jika kalian berharap pernikahan mereka diawali oleh kisah yang romantis, kalian salah besar. Tn. Edgar bukan tipe pria yang tiba-tiba jatuh cinta pada pandang pertama. Hal yang memotivasi untuk rencananya adalah keinginannya untuk balas dendam. Rencana itu tidak akan ada, bila tidak ada kesalahan fatal yang menanam rasa dendam di hatinya. 

25 tahun yang lalu di satu malam, kejadian itu bermula. Malam itu adalah malam yang paling membuatnya gelisah dan khawatir. Malam yang meresahkan itu, terjadi saat kondisi ibu Tn. Edgar sedang kritis. Ibunya tiba-tiba mengalami serangan jantung dan harus dioperasi secepatnya. Jabatan Tn. Edgar waktu itu yang masih berpangkat rendah, dengan gaji kecil. Sedangkan uang yang dibutuhkan malam itu hampir 4 kali lipat dari gajinya. Tak tinggal diam, dia berusaha meminta bantuan pada teman dekatnya. Namun semua orang terdekatnya mengatakan jawaban yang tak ingin dia dengar. Ucapan maaf dari teman-temanya itu sama sekali tidak membantunya. Keterlambatan itu, membuat ibunya meninggal dunia di malam itu juga.

Memang pada kejadian itu, seharusnya Tn. Edgar tidak bisa menyalahkan teman dekatnya sepihak. Tetapi yang membuat dendam itu muncul adalah ketika dia mengetahui salah satu temannya sedang mengadakan pesta karena kemenangannya di perjudian, tepat satu hari sebelum malam paling menyedihkan itu terjadi. Seharusnya bila teman dekatnya itu mau membantu, pasti ibunya masih bisa tertolong. Ini sangat masuk akal untuk menyalahkannya, kan?

Lalu, apa sebenarnya rencana yang ia buat? Tn. Edgar memaksa menikah dengan kekasih sahabatnya sendiri yaitu Ny. Beatrice. Hal ini di lakukan untuk membalas rasa kecewa yang dia rasakan karena kejadian itu. Dengan ancaman pembunuhan pada kekasihnya membuat Ny. Beatrice terpaksa melakukannya. 

Setelah pernikahan itu, awalnya Tn. Edgar mengijinkan Ny. Beatrice berjudi. Tapi lama kelamaan Tn. Edgar merasa direndahkan karena penghasil Ny. Beatrice dari perjudian, lebih besar dari gajinya. Akhirnya dia mencoba membicarakannya baik-baik agar istrinya mau berhenti. Tetapi Ny. Beatrice tetap melakukannya dan membuat Tn. Edgar mengambil jalur kekerasan agar Ny. Beatrice benar-benar berhenti. Dan ancaman pistol yang berhasil menghentikannya. Ny. Beatrice sempat berhenti berjudi selama 10 tahun, dan baru saja bergabung pada perjudian Zero O’Clock satu bulan yang lalu. 

Cerita ini selalu Tn. Edgar tutupi dari Finn agar dia melihat, kedua orang tuanya yang saling mencintai. Itu tidak sepenuhnya salah, keduanya kini memang hidup bersama dengan cinta yang tulus.

“Aku akan mengirim orangku untuk mengawasi ibumu nanti malam. Kau urusi tugasmu saja.” alih Tn. Edgar. Pengalihan obrolan, selalu menjadi pilihan untuk menghentikan perdebatan di antara mereka. Tn. Edgar sadar, putranya sekarang bukan anak kecil yang mudah dibohongi lagi. Dia juga sudah siap jika suatu saat nanti, Finn mengetahui rahasia yang sudah lama ia tutupi.

*** 

Tok! Tok! Tok!

“Cora! Buka pintunya!” teriak Axel dari ruang tengah, apartemennya. 

Cora yang sedang memasak di dapur sambil memakai headseat di telinganya, sama sekali tak mendengar panggilan dari Axel itu. Dia tetap memasak sambil bersandung kecil menikmati melodi ceria dari lagu yang ia dengar. 

“Cora!” Axel menoleh ke belakang ke arah dapur yang memang tak ada sekat dengan ruang tengah. “Astaga…” keluhnya karena melihat headseat di telinga Cora itu. Karena malas menggerakkan tubunya, dia mencoba mengabaikan suara ketukan itu. Suara dari tontonannya di tv mulai tersamarkan dengan suara berisik dari pintu, yang semakin lama semakin keras. “Sial! Iya, iya sebentar!” Dengan terpaksa, Axel berjalan ke pintu dan membukakan pintu pada tamu menyebalkan itu.

“Apa benar ini rumah Cora?” tanya tamu itu, yang ternyata dia adalah Finn.

Axel mengamati Finn dari ujung kepala sampai ujung kakinya. “Siapa kau?” Kekhawatiran Axel kini muncul. Dia menduga, pria ini adalah teman Cora yang sudah tahu cerita tentang apa saja yang Cora terima saat di rumah.

“Aku temannya Cora. Hanya untuk mengembalikan ini.” Finn menunjukkan jaket hitam milik Cora.

Jaket itu adalah jaket yang Cora pakai ke kampus. Jika jaket itu ada pada Finn berarti, dia dan seluruh orang di kampus sudah melihat luka memar pada tubuh Cora karena kaos pendek yang Cora kenakan. Itu membuat Axel semakin khawatir. 

“Dia melepas jaketnya di mobil, lalu tertinggal,” lanjut Finn. 

Kelanjutan perkataan Finn tadi membuat Axel sedikit lega. Sedikit, karena ada orang lain yang melihat luka memar di tangan Cora. Tak mau Finn berlama-lama di sini, Axel langsung mengambil jaket itu. “Terimakasih.” Axel hampir saja menutup pintu, sebelum ayahnya menyapa Finn.

“Siapa dia?”

“Di…”

“Saya teman Cora,” potong Finn.

“Ajak dia makan malam sekalian, Axel.”

“Dia terburu-buru ayah.”

“Dengan senang hati, Tuan,” potong Finn, dan langsung menyerobot masuk. Dia memang sengaja memanfaatkan jaket itu agar bisa mencari tahu siapa keluarga Cora. 

Axel mengumpat dalam hati karena tak bisa mencegah Finn. Ini bisa menjadi boomerang baginya. “Awas kau, Cora.”

Finn berjalan lebih dalam lagi, mendekat pada Tn. Owen yang baru saja keluar dari kamarnya. 

“Bisakah kau membantuku ke sana?” Tn. Owen menunjuk ke meja makan. Karena tak ada penyekat antara dapur dan ruang tengah, Finn bisa melihat Cora yang sudah mulai menata masakan di atas meja makan. 

“Tentu, Tuan.” Finn membantu mendorongkan kursi roda Tn. Owen ke meja makan. 

Cora  yang masih sibuk, belum menyadari kedatangan Finn di rumahnya.

“Duduklah.” Tn. Owen mempersilahkan Finn duduk.

Finn duduk di samping Tn. Owen. Makanan di atas meja terlihat sangat nikmat walaupun itu hanya masakan sederhana. Saat memperhatikan hidangan-hidangan itu, sudut matanya seperti menangkap wajah Tn. Owen yang menghadap padanya. Itu membuatnya menoleh padanya. Entah kenapa, senyuman Tn. Owen yang tercetak di bibirnya aneh. Senyumannya menggambarkan perasaan lega karena menemukan penyelamat. 

Finn terus memberikan tatapan hangat pada Tn. Owen, menunggu apa yang akan dia ucapkan. 

“Tolong, Cora,” lirih Tn. Owen. Tatapan memohon, terlihat kala dia mengucapkan permintaannya itu.

Finn mendekatkan mulutnya pada telinga Tn. Owen. “Aku memang ingin menolongnya,” bisiknya. 

“Terimakasih,” ucap Tn. Owen sambil menggenggam tangan Finn juga. 

Tekad Finn semakin besar karena kepercayaan dari Tn. Owen untuknya. Dia juga menduga, semua penderitaan Cora berasal dari kekejaman pria yang sempat mencegahnya masuk tadi. Dari wajah pria itu yang garang, sangat mungkin bila dia tega memberikan pukulan-pukulan keras pada tubuh Cora. 

“Finn! Kenapa kau…” Cora sangat terkejut karena Finn yang tiba-tiba sudah duduk di situ. Matanya bukan hanya melotot kaget pada Finn, tapi juga melotot ke arah lain tepatnya sesuatu di belakang Finn. Finn langsung mengikuti arah pandang Cora, penasaran dengan apa yang membuatnya takut. Ternyata sosok yang dilihatnya adalah Axel. Sikap Cora tadi, semakin meyakinkannya. 

  

***

"Kenapa?" tanya Ny. Yara. Dia berusaha menghilangkan wajah kusut kekasihnya, dengan memberikan usapan lembut pada pipi Axel. Mereka berdua sedang berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang.

Axel sedari tadi melamun, menatap kosong ke jalanan dengan rasa khawatir yang masih terasa. Kecanggungan di meja makan tadi, membawa efek besar pada nyalinya. Apalagi, saat Finn yang menjelaskan tentang keaktifannya untuk memberantas kasus KDRT. Bisa-bisa Finn mengirimnya ke penjara kalau sampai dia tahu semuanya. Sebenarnya setelah kepulangan Finn, dia sangat ingin menghabisi Cora. Tapi sang kekasih malah menelponnya untuk bertemu. 

“Axel… Jangan mendiamkanku,” rayu Ny. Yara sambil bergelayutan manja pada Axel. 

Axel berusaha menyingkirkan ketakutannya dulu, agar dia tak merusak momen romantisnya dengan sugar mommy itu. Kalau sampai Ny. Yara marah, bisa-bisa dia kehilangan suntikan dananya juga. "Tidak apa, sayang." Dia beralih dari jalanan, ke mata kekasihnya. Untung matanya mirip dengan mata seseorang yang dia cintai, jadi tatapan hangatnya terlihat natural dan juga membuat senyumnya terlihat tulus tanpa paksaan. "Kau mengajakku ke rumah lagi?"

"Iya…” Usapan di pipi tadi, beralih mengusap pundak Axel. “Bagaimana kalau satu permainan?” pinta Ny. Yara dengan nada menggoda.

Sebenarnya Axel sangat ingin menolaknya. Di situasi sekarang ini, gairahnya untuk melakukan hubungan intim, tidak ada sama sekali. Dia takut, jika dipaksakan pasti kurang memuaskan Ny. Yara. Tapi jika ditolak, dia juga akan merugi.

Melihat Axel yang hanya diam saja, membuat Ny. Yara gemas. Kemudian dia melepaskan semua sentuhannya pada Axel lalu mengambil sebuah kertas dan memberikannya pada Axel.

Check bernilai 100 juta itu langsung membuat gairah Axel membuncah. 

“Tenang saja, sayang. Aku akan memberimu waktu,” kata Ny. Yara. Dia tahu, sikap diam Axel sebenarnya adalah sebuah penolakan yang tak terucapkan. Nafsunya sangat besar setiap melihat Axel, membuatnya akan melakukan apapun agar itu tersalurkan. Karena memang hanya itu tujuan Ny. Yara mendekati Axel. Semua khayalan sempurna permainan ranjang, ada pada sosok Axel.

Karena nominal itu, kini Axel yang mulai memberikan sentuhan-sentuhan pada Ny. Yara. Itu adalah usahanya untuk “berpura-pura” tergoda dengan tubuh Ny. Yara. Dia terus melakukan itu, sampai membuat Ny. Yara lemas.

“Aku sudah tidak tahan…” desah Ny. Yara yang sudah mencoba untuk menyambar bibir Axel.

“Sebentar sayang.” Axel menahan bibir Ny. Yara lalu memberikan usapan dan cubitan di sana. Dia sengaja mengulur-ulur waktu agar dia tak perlu bermain terlalu lama dengan wanita ini. Dia juga berusaha membangkitkan gairahnya lebih tinggi lagi agar dalam satu ronde itu, keduanya bisa klimaks bersama dalam waktu yang singkat. 

 

Perlakuan yang Axel berikan itu, malah semakin membuat Ny. Yara tak terkendali. Tanpa babibu, wanita itu langsung membuka paksa resleting celana Axel lalu menyibakkan roknya. Alhasil mereka melakukan hubungan itu di dalam mobil yang masih melaju. Beruntung ada gorden yang menutup kaca mobil juga membatasi kursi pengemudi. Walaupun tidak terlihat, bukan berarti itu tak terdengar.

“Haaah… Astaga… Aku tidak menyangka bisa secepat ini,” puas Ny. Yara. Tepat seperti rencana Axel. Mereka hanya berhubungan 2 menit untuk mencapai puncak.

Axel langsung membenarkan celananya, mencegah Ny. Yara agar tak meminta lagi. Sesingkat itu saja sudah membuatnya kelelahan. Mungkin jika tidak membayangkan orang lain dipikirannya, dia takkan bisa klimaks secepat itu.

“Aku mau lagi…” pinta Ny. Yara sambil berusaha membuka resleting Axel.

Axel menahan tangan Ny. Yara, juga menurunkan rok mini milik Ny. Yara. “Kita lanjutkan di ranjang saja ya.”

Ny. Yara semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Axel untuk segera melahap pria mudanya itu. “Sekali lagi Axel…”

Tiba-tiba pintu mobil terbuka. Itu adalah ulah Axel yang memang sengaja melakukan itu setelah dia menyadari mesin mobilnya mati. Dengan begitu, Ny. Yara mau tak mau akan menghentikan kegenitannya itu karena seluruh bodyguard yang berjaga di depan pintu mobil sudah melihatnya sebelum mereka semua membalikkan badannya.

“Sudah sampai ternyata. Baiklah aku beri waktu istirahat untukmu, agar kau bisa pemanasan sebentar. Aku tunggu di kamar,” ucap Ny. Yara sebelum turun dari mobil.

“Sial! Dia bilang hanya satu permainan, kenapa dia minta lagi? Lalu bagaimana caranya mengembalikan gairahku lagi?!” kesal Axel sambil menendang keras kursi di depannya. Sekarang dia mencoba melihat video-video tentang hubungan di ranjang untuk mengembalikan nafsu birahinya. Setelah beberapa video, dia akhirnya turun juga dari mobil lalu masuk ke rumah mewah Ny. Yara.

Dengan langkah lamban, Axel berjalan menuju kamar Ny. Yara. Bukan hanya berjalan lambat untuk mengulur waktu, dia juga sengaja memutari rumah sebesar itu. “Andai saja aku bisa mengambil brangkasnya, aku tidak perlu melakukan ini,” gumamnya. Pasalnya setiap dia ingin masuk ke ruangan yang ada di sana, selalu ada bodyguard yang berjaga. Kini dia baru saja menaiki tangga dan sudah berada di lantai 2. Ada yang aneh di lantai ini. Di lantai ini ada beberapa ruangan, tapi dia tak menemukan satu bodyguard pun yang berjaga di sini. Tanpa sengaja dia melihat salah satu ruangan dengan pintu yang terbuka. Itu menarik perhatiannya.

Setelah mendekati ruangan itu, Axel mendengar suara teriakan kesal dari dalam. Dia langsung mengintip dari pintu dan menemukan Shea di meja belajarnya, yang terus mengumpat karena hal yang sedang dia kerjakan. Lantai dua ini memang khusus untuk Shea. Lantai 2 di lift, sengaja di blok agar hanya Shea yang bisa masuk ke sana. Tapi, beruntungnya Axel yang bisa menemukan tangga darurat menuju ke lantai ini.

Senyuman langsung mengembang di bibir Axel karena akhirnya dia bisa menemukan orang yang dibayangkannya saat berhubungan dengan Ny. Yara tadi. “Lumayan… Dia pasti bisa mengembalikan gairahku lagi,” gumamnya sambil melangkah masuk.

"Itu terbalik, seharusnya kau memasangnya dari yang besar dulu," saran Axel. Dia sudah berada di samping Shea.

Shea langsung menoleh karena suara Axel itu. Tepat saat menoleh, ternyata jaraknya sudah sangat dekat dengan Axel karena kepala Axel yang sejajar dengannya. "Kenapa kau masuk ke sini?! Keluar!" bentak Shea sambil mendorong Axel. 

Bukannya keluar, Axel malah berjalan mendekati Shea lagi "Kalau kau merakitnya sambil marah-marah, sampai besokpun teropong itu tidak akan jadi," sindir Axel.

Shea berusaha menjauhkan dirinya dari Axel.

 

“Kenapa takut seperti itu?” Axel berjalan mendekati Shea yang sekarang sudah berdiri di pojok ruangan. “Aku hanya ingin membantumu.” Dia mengambil teropong yang Shea pegang lalu kembali ke meja belajar untuk membantu merakit teropong itu. 

Shea yang tadi memasang tanda waspada, kini sudah mulai tenang dan mulai berani mendekati Axel. Dia memperhatikan Axel yang dengan cepat memasang komponen-komponen teropong itu dengan tepat tanpa melihat buku panduan sedikitpun. Ini sangat menguntungkannya, karena dia tidak perlu capek-capek untuk mengerjakan itu.

"Selesai!" seru Axel sambil memberikan teropong itu pada Shea. 

"Terimakasih. Sekarang pergi dari kamarku," ucap Shea berterimakasih sekaligus mengusir Axel.

"Ucapan terima kasih saja?" tanya Axel. 

Shea menatap Axel bingung. Lalu sedetik kemudian, dia baru menangkap maksud pertanyaan itu. Dia berjalan mengambil beberapa uang lalu memberikannya pada Axel.

Axel menatap uang itu sesaat sebelum meraihnya. Bukan uangnya yang dia raih, melainkan tangan mulus milik Shea dan sedikit memberikan tarikan untuk mendekatkan tubuh Shea padanya. Tangan satunya kini juga ikut bergerak menyentuh bibir Shea. "Aku hanya ingin..." 

Bugh!

Shea memberikan tendangan yang sangat keras pada Axel."Jangan macam-macam padaku!" teriaknya histeris. Saking takutnya, dia sampai membanting teropong yang baru selsai dirakit itu.

Axel yang masih ingin menggoda Shea, jadi tidak tega karena reaksi yang ditunjukkannya. “Maaf…” ucapnya.

“Cepat keluar!”

Axel langsung bergegas keluar agar tak membuat bodyguard datang. Dia kembali pada tujuan awalnya, yaitu menuju kamar Ny. Yara untuk bermain. Pertemuannya dengan Shea, juga sentuhan pada tangan dan bibirnya tadi, membuat gairahnya kembali penuh. Shea benar-benar membantunya, karena memang hanya Shea yang bisa memenuhi spirit vitalitasnya.

Related chapters

  • Let's Play With Me   MENCARI TAHU 3

    “Kau pasti sangat kelelahan ya? Tinggallah di sini dulu…” manja Ny. Yara sambil mengelus dada sixpack Axel. Elusan itu langsung ditepis kasar oleh Axel. Tubuhnya yang sudah sangat lelah akibat Ny. Yara yang meminta ronde tambahan sebanyak 5 kali, membuatnya kesal. Padahal perjanjian untuk check bernominal 100 juta tadi, hanya untuk satu permainan. Jika dia berlama-lama di sini, ronde ketujuh pasti akan terjadi juga. “Aku harus pulang, sayang. Ada sesuatu yang harus aku urus.” Berulang kali Ny. Yara menarik baju yang akan Axel kenakan, tak mau melepas peliharaannya. “Aku akan menambah uangnya, sayang…” “Besok lagi ya.” Sekali lagi memberikan penolaknnya dan mempercepat gerakan tangannya agar baju itu segera menutupi tubuh sexy-nya yang menggoda. Kepala Ny. Yara yang sudah kliyengan karena efek alkohol, membuatnya tak bisa menguasai dirinya dan kehilangan kesadarannya. Dia memang memiliki kebiasaan meminum alkohol saat sedang berhubungan.

    Last Updated : 2021-09-04
  • Let's Play With Me   OLAHRAGA

    “Aku antar ya.” Setelah anggukan Cora, Finn langsung menggandeng Cora, ke mobilnya. Dia juga membukakan pintu untuk gadis malang itu, lalu turut masuk ke mobil. Goresan pada pipi itu, menuntutnya untuk mengambil plester, perban dan obat merah untuk Cora, sebelum melajukan mobilnya. “Kau bisa sendiri?” Cora mengangguk, mengambil tiga benda itu. Karena kesedihannya tadi, dia sampai melupakan luka di pipinya juga rasa perih yang seharusnya ia rasakan. Dan karena telah sadar, rasa perih yang terlupakan itu mulai terasa. Sambil meringis menahannya, perlahan ia mengoleskan obat merah ke pipinya untuk membuat lukanya kering. Step selanjutnya, dia memotong perban sepanjang goresan dari pisau tadi, yang panjangnya dari bawah mata hingga mendekati mulutnya. Memang goresannya tidak terlalu dalam, tetapi tetap ada reaksi sakit yang dihasilkan. Step terakhir, dia memasang plester untuk merekatkan perban itu. Finn sengaja mendiamkan Cora. Sengaja memberikan waktu untuk menen

    Last Updated : 2021-09-05
  • Let's Play With Me   HANGAT YANG HILANG

    Setelah berpamitan dengan Finn, Cora langsung berlari cepat masuk ke rumahnya. Ketika membuka pintu, kekhawatiran yang membuatnya sangat terburu-buru itu, memang benar karena Axel yang sudah menggendong ayahnya.“Kau datang rupanya. Kupikir Ayah akan menggantikanmu malam ini,” santai Axel dengan seringaian iblisnya. Dia mengembalikan ayahnya ke kursi rodanya, sebelum menatap ke Cora lagi. “Waah… Potonganmu bagus juga,” kekehnya sambil memperlihatkan raut mengejeknya pada Tn. Owen.Sebelum Cora datang, terjadi pertikaian kecil di antara ayah dan anak yang membuat ketegangan di rumah itu. Axel adalah pihak yang paling geram karena mengetahui alasan Tn. Owen yang menjeburkan dirinya di perjudian itu, yaitu untuk membuat Axel mati perlahan karena pukulan dari algojo. Axel yang tak terima itu, langsung membongkar korban judi yang ia pakai, yaitu Cora. Dan kata-kata pamungkas malam ini yang terlontar dari mulut Axel adalah, ‘K

    Last Updated : 2021-10-05
  • Let's Play With Me   KAU PEDULI?

    Suasana malam selalu identik dengan tidur. Malam hari, tepatnya pukul 10 malam sampai 2 pagi, kita bisa mendapatkan hasil tidur yang maksimal. Juga, bisa memproduksi hormon pertumbuhan dan perbaikan dalam tubuh dengan sempurna. Tetapi waktu tidur terbaik itu tak bisa Finn nikmati. Belum sembuh memar-memar di tubuhnya, kini dia harus menjalani magang di rumah sakit dan dipaksa begadang oleh shift malamnya. Kemarin setelah Finn dipukuli sampai babak belur, dia tidak pulang. Kondisi wajahnya tentu akan menghebohkan keluarganya. Hotel menjadi pilihannya untuk mengungsi. Karena tak melindungi wajahnya, bonyok-bonyok parah yang kini masih membekas di mata, mulut, juga pipinya. Untung dia adalah asisten dokter di ruang operasi, dengan masker yang menutupi wajah hancurnya yang mungkin bisa menakuti para pasiennya.Setelah operasi yang dikerjakan sukses, Finn kini bisa beristirahat dan bisa memanfaatkan waktu untuk mengobati lukanya. Dia juga sudah mengganti bajunya dan

    Last Updated : 2021-10-07
  • Let's Play With Me   MAKAN MALAM

    Cora tengah bersiap-siap di kamarnya untuk pergi memenuhi undangan Shea. Setelah menembak seharian bersama Shea, yang berakhir kemenangan di pihak Shea, membuat ini sebagai hukuman. Hukuman untuk makan malam bersamanya. Shea juga bilang ada yang ingin dibicarakan bersamanya. Tentu saja kesempatan ini tidak akan disia-siakannya. Dengan begini, dia bisa sekalian mengajak Axel seolah ini adalah usahanya untuk mendekatkan Axel dengan Shea. Penampilannya sudah siap, kini dia menghampiri Axel di ruang TV. “Axel,” panggil Cora.“Hmm?” dehem Axel, dengan pandangan tak teralihkan dari TV.“Shea mengajakku makan malam. Kau mau ikut?” ajak Cora.Dengan senyuman lebar, Axel menyambut ajakan itu. Ternyata bualan yang dia berikan, menghasilkan juga. Misinya untuk mendekati Shea setelah lama berpisah, dilancarkan oleh Cora. “Tentu saja. Sekarang? Di mana?”"Di rumahnya. Sebentar, dia sudah mengirimkan alamatnya." Cora memb

    Last Updated : 2021-10-10
  • Let's Play With Me   PENYAMARAN

    Malam ini Cora sedang berada di salon, mencoba berbagai jenis wig. Itu dilakukannya agar penyamarannya berjalan dengan lancar. Penyamaran untuk menutupi identitasnya di meja judi Zero O’Clock. Tawaran Tn. Owen cukup membuat Cora tergiur. Selain untuk mencoba peruntungannya, pilihannya kali ini juga bisa menjadi langkah awal pemberontakannya pada semua penderitaan yang dirasakannya selama ini.“Bagaimana kalau begini?” tanya karyawati salon, di model rambut ketiga yang terpasang dirambut Cora. Rambut lurus panjang sepinggang dengan warna hitam dan ombre abu-abu di bawahnya, terlihat cocok untuk Cora.“Ya, aku suka ini.” Cora tampak berbeda sekarang. Dia yang memang sudah memiliki wajah cantik, kini menjadi sangat-sangat cantik. “Oh iya tolong berikan riasan yang membuat wajah asliku berbeda.”“Sepertinya dengan rambutmu sekarang, ini cocok untukmu.” Karyawati itu menunjukkan foto Lisa Blackpink di MV Money, me

    Last Updated : 2021-10-14
  • Let's Play With Me   DIA MENEMUKANNYA

    Sebuah belaian lembut berusaha membangunkan Cora. Belaian yang berasal dari tangan halus Ny. Beatrice. Namun bukannya bangun dengan tenang, Cora malah terperanjat kaget dari tidurnya. Di otaknya, dia masih mengingat kasarnya perlakuan Axel. Apalagi ditambah ancaman yang tadi malam Tn. Edgar berikan, sampai terbawa mimpi. Ancaman yang dia dapat karena berani masuk ke kehidupannya. Tn. Edgar dengan tegas menyuruh Cora jauh-jauh dari Finn terutama Ny. Beatrice. Belum jelas, apa alasan Semua ancaman itu diberikan pada Cora."Hey, tenanglah. Apa aku terlalu keras membangunkanmu?" tanya Ny. Beatrice khawatir."Tidak apa, aku hanya mimpi buruk tadi," kata Cora sambil terkekeh.Ny. Beatrice terus membelai lembut rambut Cora mencoba menenangkan gadis yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya. Entah kenapa, tatapan mata Ny. Beatrice yang begitu tenang membuat Cora percaya untuk menceritakan masalah yang sedang ia tutupi."Suamimu tidak suka aku terlalu dekat dengan

    Last Updated : 2021-10-17
  • Let's Play With Me   CORA ATAU HAZEL

    Cora sangat ketakutan melihat degup jantung ayahnya yang terhenti itu. Sebisa mungkin dia berusaha melepas cekalan tangan Axel yang tak kunjung berhasil. “Axel apa kau gila?! Ayah!!!” Tak henti dia terus berusaha melepaskannya sampai dia menghentak-hentakan kakinya ke tanah mengharap Axel mau melepasnya.“Ini terakhir, Cora. Jangan dekat-dekat dengan keluarga Finn. Percuma saja, kau tidak akan mendapat pertolongan apapun.” Setelah membisikkan itu, Axel melepas tangan Cora.Tanpa pikir panjang, Cora langsung berlari keluar mencari bantuan dokter. Beruntung dia bisa langsung bertemu dengan salah satu suster dan dengan cepat dokter datang untuk memberikan pertolongan.Cora baru bisa bernapas lega ketika Tn. Owen kembali kondusif. Sedari tadi jantung Cora terasa hampir copot melihat layar pendeteksi detak jantung (elektrokardiogram) yang beberapa menit hanya memunculkan garis lurus panjang. Air matanya juga tak henti-h

    Last Updated : 2021-10-19

Latest chapter

  • Let's Play With Me   PENYERAHAN BUKTI

    “Siapa yang menolongmu?” tanya Ny. Beatrice pada Axel. Dia datang karena Rexy yang meneleponnya. Kalau tidak ada Ny. Beatrcie mungkin sampai pagi Cora masih memberontak sambil menangis kencang. Hanya ibunya yang bisa menenangkan Cora.“Tn. Edgar,” jawab Axel.“Edgar?” kaget Ny. Beatrice mendengar nama mantan suaminya itu. “Apa tujuannya?”“Entahlah. Saat setengah tubuhku sudah terkena api karena di bakar oleh Shea, tiba-tiba ada yang masuk sambil menyemprotkan alat pemadam kebakaran. Ternyata dia adalah Tn. Edgar. Setelah aku diobati dan tubuhku membaik, dia menyelamatkanku karena dia menganggapku sebagai anaknya. Itu agak aneh tapi, memang begitu,” jelas Axel, sesuai kejadian sesungguhnya.Ny. Beatrice sangat malas mendengar nama Tn. Edgar yang ternyata masih ada di sekeliling mereka. Dia sudah tidak bisa lagi mempercayai mantan suami

  • Let's Play With Me   AXEL MASIH HIDUP?

    “Sakha ditemukan tertembak di cafe-nya. Siapa yang menembak masih dalam penyelidikan karena tidak ada rekaman CCTV. Kenapa?” tanya komandan polisi bername tag ‘Edgar’.“Sakha itu anak buah Tn. Warren. Aku sangat yakin kematiannnya juga sangat berhubungan dengan dia,” duga Axel. Dia sengaja datang ke kantor polisi yang sedang menyelidiki kasus kematian Sakha. Kebetulan yang mengomandani kasus itu adalah Tn. Edgar. Kini mereka sedang berdebat di ruangan komandan Edgar.“Apa yang kau bicarakan? Permainan itu sudah selesai dan sudah diambil alih oleh Cora. Sebaiknya kau membantuku menemukan di mana tempat baru perjudian itu,” kata Tn. Edgar membantah dugaan Axel.“Tn. Warren tidak akan semudah itu melepas bisnis besarnya. Pasti dia sedang merencanakan sesuatu,” kata Axel menekankan dugaan yang pasti terjadi itu.“Bisa kau jelaskan ap

  • Let's Play With Me   MELIHAT SENJA

    Ny. Beatrice kembali dengan membawa makanan sehat. Dia memilih menu ayam dengan sandwich. Ibu hamil memang harus menjaga makannya untuk kesehatan bayinya. “Sayang, ayo turun, makanannya sudah datang!” panggil Ny. Beatrice dari bawah.“Ibu! Tolong aku!” sahut Cora dari atas.Ny. Beatrice sangat khawatir dan langsung berlari ke atas. “Astaga… Kalian sudah baikan rupanya,” kaget Ny. Beatrice ketika melihat anak dan menantunya sedang berpelukan. Tidak, yang benar Rexy sedang memeluk Cora seerat-eratnya.“Ibu, dia membuatku sesak napas,” keluh Cora.Ny. Beatrice terkekeh. “Nanti lagi bermesraannya. Sekarang makan dulu.”“Ayo makan, sayang.” Rexy langsung menggendong Cora membawanya turun ke meja makan.“Aku bisa jalan sendiri, Rexy!” Cora masih terus mengomel.&

  • Let's Play With Me   DITERIMA

    Cora baru membuka matanya saat hari sudah memasuki siang hari. Saat dia hendak mengucek matanya yang tertutup bunga tidur, namun tangannya tertahan kain yang terikat di ujung sandaran kasur. Jangankan mau memukul perutnya lagi, mengangkat tangannya saja sangat susah. “Astaga…” keluhnya. Cora kemudian menyisir pandangan dan menemukan Rexy yang sedang tidur di sofa tak jauh dari ranjang. “Rexy!” panggilnya.Rexy masih tidur. Suara Cora tadi ternyata tidak berhasil masuk ke telinga Rexy.“Rexy!” Kali ini Cora menambah volume teriakannya.Akhirnya Rexy mendengar panggilan itu dan membuatnya terbangun . Dia menegakkan duduknya dan langsung melihat Cora. “K-kenapa?” tanyanya canggung.“Lepaskan tanganku,” pinta Cora.“Kau tidak boleh memukul perutmu lagi,” larang Rexy.

  • Let's Play With Me   KEHAMILAN YANG MENDADAK

    5 menit, tentubukan waktu yang lama untuk di tunggu.Mereka sudah mendapat hasildari test pack itu. 2 garis biru terlihat jelas pada alat itu.Ny. Beatrice tidak tahu harus menempatkan dirinya bagaimana. Haruskah senang atau malah sedih?“Apa? Aku tidak hamil, kan?” tanya Cora berharap rahimnya masih kosong.“Kau, hamil sayang,”jawab Ny. Beatrice.Rexy tersenyum lebar mendengarnya. Dia akhirnya berhasil mengikat Cora sepenuhnya.Berbeda dengan Cora yang langsung mematung mendengar perkataan itu. Bukan mimpi, janin bayi memang mengisi rahimnya sekarang. Ia tidak mau harapan untuk bisa bersanding dengan pria lain hilang karena hal ini. Kembali lagi, dia tidak mau seumur hidup bersama Rexy seperti ketakutannya selama sebulan pernikahannya ini. Hal lain yang membuatnya tak bisa menerima kehamilannya adalah nama Max yang masih terukir di

  • Let's Play With Me   PERTEMUAN DENGAN IBU MERTUA

    Satu bulan kemudian“Kapal pesiarnya sudah jadi bu. Kau mau melihatnya?” tawar Finn.“Tentu saja.”Finn dan Ny. Beatrice langsung berangkat ke pulau yang waktu itu Cora dan Rexy datangi, menggunakan mobilnya. Seusai 5 jam perjalanan darat dan 30 menit perjalanan laut, mereka telah sampai. Di sekitar pulau itu sudah ada kapal pesiar yang sangat mewah terparkir. Tak hanya itu ada beberapa kapal kecil dan jet ski yang nantinya akan digunakan juga untuk penyerangan.“Kau mau mulai dari mana?” tanya Finn yang sudah naik ke kapal pesiarnya.“Ruang senjata dulu,” pinta Ny. Beatrice.“Ayo, itu ada di lantai bawah.” Finn menuntun ke sebuah pintu yang bisa mengakses ke lantai paling bawah. Biasanya ruangan itu digunakan untuk menyimpan sekoci darurat, tapi kali ini ruangan itu digunakan untuk menyimpan banyak

  • Let's Play With Me   RAHASIA BESAR

    *Flashback“Jangan ikut campur. Mulai sekarang kau harus tetap di rumah. Bagaimanapun caranya kau harus lulus karena aku sudah memilihkan kampus terbaik di Australia untuk S2-mu.”“Apa maksudmu? Kau memintaku melepas Cora begitu saja setelah merenggut semua keluarganya?”“Shea…”“Kau lupa? Kita sudah membunuh kakaknya!”“Ini demi kebaikanmu.” Kemudian 2 orang bodyguard datang lalu berdiri di samping kanan dan kiri Shea.“Apalagi ini?”“Mereka akan mengikutimu setiap kau keluar rumah untuk ke kampus. Kau tidak boleh kemana-mana selain ke kampus. Mana ponselmu?”“Kau juga mau men

  • Let's Play With Me   SANGAT MANIS

    Cora, Rexy, dan Finn tak menghabiskan banyak waktu, hanya mengobrol sebentar sekedar menjelaskan sedikit cara yang akan dilakukan nanti. Setelah 2 jam, Cora dan Rexy pamit pulang sedangkan Finn masih ingin di markas snipernya. Perjalanan dengan perahu selama 30 menit juga 5 jam perjalanan dengan mobil membuat mereka baru sampai saat malam hari sekitar jam sepuluhan.Sebelum ke apartemennya, Rexy memang sudah berencana untuk mampir ke cafe judi. Tetapi melihat Cora masih tertidur pulas, membuatnya tak tega membangunkannya. Akhirnya dia menggantikan Cora untuk mengatur kaset-kasetnya.“Kau, bukannya pemain ya?” bingung Yoland melihat ada pengunjung yang sudah datang padahal masih belum waktunya.“Aku sekarang sudah menikah dengan Cora. Dan Cora sedang tidur jadi aku yang akan mengatur kasetnya,” jawab Rexy.“Oh Cora sudah menikah. Kalau begitu silahkan masuk.” Yoland

  • Let's Play With Me   REXY MARAH

    Masalah yang satu persatu mencuat, semakin membuat Finn pusing. Di sangat menyesal menghilang sesaat untuk memberikan pelajaran pada Cora. Perbuatan cerobohnya membuat sang adik kembali merasa menderita. “Cora ternyata sudah menikah. Tapi Cora sepertinya tak menginginkan pernikahan itu terjadi,” ungkap Finn menceritakan kondisi Cora sekarang kepada ibunya. Mereka sedang berada di tepi kolam renang di rumah Ny. Beatrice. “Kenapa menikah kalau Cora tidak mau?” heran Ny. Beatrice.“Alasan dari keduanya sangat membingungkan. Rexy bilang diancam Axel dan Cora bilang dia menikah untuk mendapat perlindungan. Tapi Cora terlihat sangat sedih. Aku sempat melihat matanya sangat lebam,” jelas Finn sambil mengingat wajah Cora setelah dia bilang sudah memiliki suami.“Aku jadi penasaran dengan Rexy, itu.”“Kau mau bertemu?”

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status