Cora sangat ketakutan melihat degup jantung ayahnya yang terhenti itu. Sebisa mungkin dia berusaha melepas cekalan tangan Axel yang tak kunjung berhasil. “Axel apa kau gila?! Ayah!!!” Tak henti dia terus berusaha melepaskannya sampai dia menghentak-hentakan kakinya ke tanah mengharap Axel mau melepasnya.
“Ini terakhir, Cora. Jangan dekat-dekat dengan keluarga Finn. Percuma saja, kau tidak akan mendapat pertolongan apapun.” Setelah membisikkan itu, Axel melepas tangan Cora.
Tanpa pikir panjang, Cora langsung berlari keluar mencari bantuan dokter. Beruntung dia bisa langsung bertemu dengan salah satu suster dan dengan cepat dokter datang untuk memberikan pertolongan.
Cora baru bisa bernapas lega ketika Tn. Owen kembali kondusif. Sedari tadi jantung Cora terasa hampir copot melihat layar pendeteksi detak jantung (elektrokardiogram) yang beberapa menit hanya memunculkan garis lurus panjang. Air matanya juga tak henti-h
Finn kini sedang memperhatikan Cora yang duduk sambil melamun di perpustakaan. Tekadnya untuk membantu Cora mulai goyah karena urusan pribadinya yang juga ikut terseret karenanya. Ia tak bisa memilih di antara Hazel atau Cora. Entah kenapa Finn ingin terus memperjuangkan Cora dan rela mengesampingkan hubungannya dengan kekasihnya. Tapi dia juga tidak bisa berhenti begitu saja karena sudah sejauh ini. Dia kemudian berjalan menghampiri Cora, berniat menjelaskan rencananya.Belum sampai Finn duduk di hadapan Cora, gadis itu malah langsung bangkit dari duduknya lalu pergi seperti menghindar darinya.“Cora!” panggil Finn mencoba menghentikan langkah Cora. Tapi gadis itu malah melangkah lebih cepat.Merasa Finn tetap mengejarnya, kini Cora berlari kencang agar tak tertangkap oleh Finn. Tak menyerah, Finn juga ikut berlari. Kaki Finn yang memang lebih panjang dari kaki Cora, membuatnya bisa meraih tangan Cora sekaligus menahannya agar tak kabur
Cora terbangun kaget karena tarikan dari Axel yang membuat tubuhnya yang tadi terlentang di kasur menjadi posisi duduk. Terbangun secara tiba-tiba itu, pasti meninggalkan efek pusing karena raga yang belum sepenuhnya siap. Dia masih mencoba mengumpulkan nyawanya sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. “Aku tak perlu menjelaskan lagi, kan?” kata Axel santai lalu berjalan ke luar kamar. Apalagi kalau bukan sebagai korban judi.Cora juga tak banyak bertanya. Setelah mendapatkan kembali kesadarannya, dia langsung bangkit dari kasur dan berjalan mengekor pada Axel. “Kenapa kau menginginkan Shea?” tanya Cora di sela-sela langkahnya yang kini sudah menuruni tangga pertama menuju lantai 3.“Karena aku menyukainya. Tapi bukan berarti kau bisa memanfaatkan itu untuk melawanku. Aku tak akan goyah meskipun kau mengancam akan menyakiti Shea.”Cora terkekeh. “Kenapa kau malah berpikir seperti itu?”
Setelah obrolan singkat bersama Finn di UKS tadi, Cora memutuskan untuk pulang sendiri. Obrolan itu juga menjadi lampu hijau untuk menjalankan rencana Finn dengan catatan tak memberitahukan detail rencana itu pada Cora."Kau masih di sini?" heran Cora ketika melihat Max masih berada di gerbang kampus."Ya, kau pulang naik apa?" tanya Max sambil melihat sekeliling memastikan Cora tidak dijemput oleh siapapun.Cora semakin mencurigai Max. Ini bukan kebetulan lagi. Kalau dihitung-hitung sudah 5 jam lebih di kampus. Hanya orang bodoh yang rela menunggu selama itu. Pasti Max memang dikirim untuk memata-matainya. “Kau mengenalku sebelumnya?” tanyanya menyelidik. Ini seperti buah simalakama. Kalau dia langsung menembak dengan menyebut nama Tn. Warren, dia takut kalau Max memang tak mengenalnya dan malah mengetahui keterlibatannya di perjudian Zero O’clock. Tapi, dia juga curiga dengan kehadiran Max sekarang.“Tentu saja,” jawa
Suasana kampus, kini sudah mulai sepi karena hari yang sudah menginjak sore. Sementara mahasiswi bernama Cora, masih harus menghabiskan banyak waktu lagi di kampus ini. Dia sedang sibuk mencari jawaban di buku tebal untuk menyelesaikan tugas dari dosennya yang harus ia kumpulkan besok pagi. Dan hari ini, Axel juga memintanya untuk menjadi korban judi. Mau tak mau dia harus menyelesaikannya hari ini juga. "Astaga... Kenapa jawabannya panjang semua. Huaam..." keluh Cora sambil menguap. Ia baru mengerjakannya setengahnya namun, dia sudah sangat mengantuk dan bosan. Ini pasti efek dari tubuhnya yang karena belum mengkonsumsi cafein juga tak ada lagu retro yang masuk ke gendang telinganya. Walkman-nya yang tertinggal di rumah, membuatnya tak bisa mengalihkan rasa bosannya.Ting!Sebuah pesan, masuk ke ponsel Cora. Dia langsung membaca pesan yang ternyata itu dari Finn.‘Kau di mana? Ada yang ingin kukatakan.’ ~ FinnCora berdecak
Setelah meninggalkan kampus Cora, Ny. Beatrice tidak langsung berangkat ke gedung Flash House. Dia menyempatkan diri untuk menjenguk mantan kekasihnya, Tn. Owen. Kini dia sudah berada di ruang rawat Tn. Owen, duduk tepat di sampingnya.“Kenapa kau tak bangun-bangun?” tanya Ny. Beatrice pada Tn. Owen yang masih terpejam. “Ada satu pertanyaan untukmu. Hanya kau yang bisa menjawabnya.” Tangannya kemudian mengusap lembut rambut Tn. Owen. “Atau kau memang sengaja tidur agar aku yang mencari jawabannya sendiri?” Ny. Beatrice kemudian sengaja mencabut sehelai rambut Tn. Owen memasukkannya ke dalam plastik yang sudah ia siapkan. Sebelumnya, dia juga sudah mendapatkan rambut Cora saat pertemuan terakhirnya tadi dengan gadis itu. “Aku akan mengetahui jawabann
“Itu saja yang ingin kusampaikan. Sampai berjumpa besok untuk peluncuran perdana perjudian baru kita,” tutup Tn. Warren.Setelah penutupan itu, Cora juga sudah melihat Axel bangkit dari duduknya. Membuatnya harus cepat-cepat kembali ke kandang agar Axel tak curiga. Saat kembali, sudah ada seseorang yang mengenakan jaketnya tadi, tengah berdiri membelakanginya. “Kau yang menggantikanku ya?” tanya Cora sambil menepuk pundak orang itu.Orang itu kemudian membalikkan badannya. Dan ternyata…“Astaga Shea! Apa yang kau lakukan?!” Cora sangat terkejut melihat wajah Shea yang babak belur. “Kenapa kau yang menggantikanku?!” khawatirnya.“Tidak apa. Aku hanya ingin membuktikan kalau kakakmu terpengaruh atau tidak dengan ini,” kata Shea santai. Bahkan dia masih bisa tersenyum seperti sangat menikmati rasa sakit yang dia dapat itu.“Shea?” Axel yang baru saja datang, juga dibuat ter
“Kenapa tiba-tiba kau menyiapkan ini senua?” tanya Tn. Edgar heran melihat Ny. Beatrice yang menata acara makan malam dengan apik, di tengah hubungan mereka yang sedang mengalami keretakan akhir-akhir ini.Ny. Beatrice sengaja menyewa restoran mewah berbintang tujuh. Dia bahkan menyewa tempat VIP yang disediakan dengan akses lift. Hanya tamu kaya saja yang bisa menyewa tempat ini.“Bagaimana jika kita anggap ini adalah malam perayaan untukmu?” balas Ny. Beatrice sambil menatap Tn. Edgar.“Maksudmu perjudian itu?” tanya Tn. Edgar memastikan.“Ya. Aku juga mendatangkan pemain andalanku, untuk perjudianmu,” tegas Ny. Beatrice sambil tersenyum miring.“Silahkan saja,” kata Tn. Edgar enteng.Sedangkan Finn sedari tadi hanya sibuk dengan ponselnya. Kekecewaannya karena sikap Cora kemarin, membuat mood-nya berantakan. Juga, hasratnya untuk menolong Cora lu
“Kau mau berangkat bersamaku?” tawar Tn. Edgar ketika melihat Cora yang baru saja keluar dari lift. Rupanya dia memang sengaja menunggu Cora.“Boleh,” jawab Cora setuju. Dia tentu merasa canggung bila harus semobil dengan ayahnya. Jadi lebih baik dia bersama Tn. Edgar.Kini Cora sudah masuk ke dalam mobil sport milik Tn. Edgar. Sebelum Tn. Edgar melajukan mobilnya dia memasangkan sabuk pengaman untuk Cora. Perlakuannya sangat berbeda jika dibandingkan dengan sat pertama kali mereka bertemu malam itu. Tatapan Tn. Edgar lebih hangat dan juga tak ada ancaman apapun darinya.“Kenapa kau setenang ini? Kau sudah tahu sebelumnya?” heran Cora. Seharusnya seorang suami yang mendengar itu, sudah membunuh istri yang sudah mengkhianatinya. Tapi dilakukannya hanya memberikan satu tamparan. Apa itu sudah cukup?“Belum. Aku baru tahu sekarang,” jawab Tn. Edgar santai.“Kenapa kau tidak membun
“Siapa yang menolongmu?” tanya Ny. Beatrice pada Axel. Dia datang karena Rexy yang meneleponnya. Kalau tidak ada Ny. Beatrcie mungkin sampai pagi Cora masih memberontak sambil menangis kencang. Hanya ibunya yang bisa menenangkan Cora.“Tn. Edgar,” jawab Axel.“Edgar?” kaget Ny. Beatrice mendengar nama mantan suaminya itu. “Apa tujuannya?”“Entahlah. Saat setengah tubuhku sudah terkena api karena di bakar oleh Shea, tiba-tiba ada yang masuk sambil menyemprotkan alat pemadam kebakaran. Ternyata dia adalah Tn. Edgar. Setelah aku diobati dan tubuhku membaik, dia menyelamatkanku karena dia menganggapku sebagai anaknya. Itu agak aneh tapi, memang begitu,” jelas Axel, sesuai kejadian sesungguhnya.Ny. Beatrice sangat malas mendengar nama Tn. Edgar yang ternyata masih ada di sekeliling mereka. Dia sudah tidak bisa lagi mempercayai mantan suami
“Sakha ditemukan tertembak di cafe-nya. Siapa yang menembak masih dalam penyelidikan karena tidak ada rekaman CCTV. Kenapa?” tanya komandan polisi bername tag ‘Edgar’.“Sakha itu anak buah Tn. Warren. Aku sangat yakin kematiannnya juga sangat berhubungan dengan dia,” duga Axel. Dia sengaja datang ke kantor polisi yang sedang menyelidiki kasus kematian Sakha. Kebetulan yang mengomandani kasus itu adalah Tn. Edgar. Kini mereka sedang berdebat di ruangan komandan Edgar.“Apa yang kau bicarakan? Permainan itu sudah selesai dan sudah diambil alih oleh Cora. Sebaiknya kau membantuku menemukan di mana tempat baru perjudian itu,” kata Tn. Edgar membantah dugaan Axel.“Tn. Warren tidak akan semudah itu melepas bisnis besarnya. Pasti dia sedang merencanakan sesuatu,” kata Axel menekankan dugaan yang pasti terjadi itu.“Bisa kau jelaskan ap
Ny. Beatrice kembali dengan membawa makanan sehat. Dia memilih menu ayam dengan sandwich. Ibu hamil memang harus menjaga makannya untuk kesehatan bayinya. “Sayang, ayo turun, makanannya sudah datang!” panggil Ny. Beatrice dari bawah.“Ibu! Tolong aku!” sahut Cora dari atas.Ny. Beatrice sangat khawatir dan langsung berlari ke atas. “Astaga… Kalian sudah baikan rupanya,” kaget Ny. Beatrice ketika melihat anak dan menantunya sedang berpelukan. Tidak, yang benar Rexy sedang memeluk Cora seerat-eratnya.“Ibu, dia membuatku sesak napas,” keluh Cora.Ny. Beatrice terkekeh. “Nanti lagi bermesraannya. Sekarang makan dulu.”“Ayo makan, sayang.” Rexy langsung menggendong Cora membawanya turun ke meja makan.“Aku bisa jalan sendiri, Rexy!” Cora masih terus mengomel.&
Cora baru membuka matanya saat hari sudah memasuki siang hari. Saat dia hendak mengucek matanya yang tertutup bunga tidur, namun tangannya tertahan kain yang terikat di ujung sandaran kasur. Jangankan mau memukul perutnya lagi, mengangkat tangannya saja sangat susah. “Astaga…” keluhnya. Cora kemudian menyisir pandangan dan menemukan Rexy yang sedang tidur di sofa tak jauh dari ranjang. “Rexy!” panggilnya.Rexy masih tidur. Suara Cora tadi ternyata tidak berhasil masuk ke telinga Rexy.“Rexy!” Kali ini Cora menambah volume teriakannya.Akhirnya Rexy mendengar panggilan itu dan membuatnya terbangun . Dia menegakkan duduknya dan langsung melihat Cora. “K-kenapa?” tanyanya canggung.“Lepaskan tanganku,” pinta Cora.“Kau tidak boleh memukul perutmu lagi,” larang Rexy.
5 menit, tentubukan waktu yang lama untuk di tunggu.Mereka sudah mendapat hasildari test pack itu. 2 garis biru terlihat jelas pada alat itu.Ny. Beatrice tidak tahu harus menempatkan dirinya bagaimana. Haruskah senang atau malah sedih?“Apa? Aku tidak hamil, kan?” tanya Cora berharap rahimnya masih kosong.“Kau, hamil sayang,”jawab Ny. Beatrice.Rexy tersenyum lebar mendengarnya. Dia akhirnya berhasil mengikat Cora sepenuhnya.Berbeda dengan Cora yang langsung mematung mendengar perkataan itu. Bukan mimpi, janin bayi memang mengisi rahimnya sekarang. Ia tidak mau harapan untuk bisa bersanding dengan pria lain hilang karena hal ini. Kembali lagi, dia tidak mau seumur hidup bersama Rexy seperti ketakutannya selama sebulan pernikahannya ini. Hal lain yang membuatnya tak bisa menerima kehamilannya adalah nama Max yang masih terukir di
Satu bulan kemudian“Kapal pesiarnya sudah jadi bu. Kau mau melihatnya?” tawar Finn.“Tentu saja.”Finn dan Ny. Beatrice langsung berangkat ke pulau yang waktu itu Cora dan Rexy datangi, menggunakan mobilnya. Seusai 5 jam perjalanan darat dan 30 menit perjalanan laut, mereka telah sampai. Di sekitar pulau itu sudah ada kapal pesiar yang sangat mewah terparkir. Tak hanya itu ada beberapa kapal kecil dan jet ski yang nantinya akan digunakan juga untuk penyerangan.“Kau mau mulai dari mana?” tanya Finn yang sudah naik ke kapal pesiarnya.“Ruang senjata dulu,” pinta Ny. Beatrice.“Ayo, itu ada di lantai bawah.” Finn menuntun ke sebuah pintu yang bisa mengakses ke lantai paling bawah. Biasanya ruangan itu digunakan untuk menyimpan sekoci darurat, tapi kali ini ruangan itu digunakan untuk menyimpan banyak
*Flashback“Jangan ikut campur. Mulai sekarang kau harus tetap di rumah. Bagaimanapun caranya kau harus lulus karena aku sudah memilihkan kampus terbaik di Australia untuk S2-mu.”“Apa maksudmu? Kau memintaku melepas Cora begitu saja setelah merenggut semua keluarganya?”“Shea…”“Kau lupa? Kita sudah membunuh kakaknya!”“Ini demi kebaikanmu.” Kemudian 2 orang bodyguard datang lalu berdiri di samping kanan dan kiri Shea.“Apalagi ini?”“Mereka akan mengikutimu setiap kau keluar rumah untuk ke kampus. Kau tidak boleh kemana-mana selain ke kampus. Mana ponselmu?”“Kau juga mau men
Cora, Rexy, dan Finn tak menghabiskan banyak waktu, hanya mengobrol sebentar sekedar menjelaskan sedikit cara yang akan dilakukan nanti. Setelah 2 jam, Cora dan Rexy pamit pulang sedangkan Finn masih ingin di markas snipernya. Perjalanan dengan perahu selama 30 menit juga 5 jam perjalanan dengan mobil membuat mereka baru sampai saat malam hari sekitar jam sepuluhan.Sebelum ke apartemennya, Rexy memang sudah berencana untuk mampir ke cafe judi. Tetapi melihat Cora masih tertidur pulas, membuatnya tak tega membangunkannya. Akhirnya dia menggantikan Cora untuk mengatur kaset-kasetnya.“Kau, bukannya pemain ya?” bingung Yoland melihat ada pengunjung yang sudah datang padahal masih belum waktunya.“Aku sekarang sudah menikah dengan Cora. Dan Cora sedang tidur jadi aku yang akan mengatur kasetnya,” jawab Rexy.“Oh Cora sudah menikah. Kalau begitu silahkan masuk.” Yoland
Masalah yang satu persatu mencuat, semakin membuat Finn pusing. Di sangat menyesal menghilang sesaat untuk memberikan pelajaran pada Cora. Perbuatan cerobohnya membuat sang adik kembali merasa menderita. “Cora ternyata sudah menikah. Tapi Cora sepertinya tak menginginkan pernikahan itu terjadi,” ungkap Finn menceritakan kondisi Cora sekarang kepada ibunya. Mereka sedang berada di tepi kolam renang di rumah Ny. Beatrice. “Kenapa menikah kalau Cora tidak mau?” heran Ny. Beatrice.“Alasan dari keduanya sangat membingungkan. Rexy bilang diancam Axel dan Cora bilang dia menikah untuk mendapat perlindungan. Tapi Cora terlihat sangat sedih. Aku sempat melihat matanya sangat lebam,” jelas Finn sambil mengingat wajah Cora setelah dia bilang sudah memiliki suami.“Aku jadi penasaran dengan Rexy, itu.”“Kau mau bertemu?”