Share

BOCORAN

Penulis: Sugar Sweetnes
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-14 11:58:13

Setelah menyapa keluarganya sesaat, dan juga mengembalikan uang dari ayahnya kemarin, kini Axel menidurkan tubuhnya yang sudah terasa lemas di ranjangnya. Berhubungan 3 ronde dengan wanita ganas itu bukan pilihan yang bagus. Ny. Yara yang memiliki julukan Woman on Top, sudah menjawab bagaimana panasnya permainan semalam. Permainan yang juga merenggut perjakanya. 

Energi Axel yang sangat kuat apalagi soal pukul memukul, saat ini benar-benar habis. Melayani nafsu Ny. Yara yang sangat buas, membuatnya menjadi lemah tak berdaya. “Wanita itu luar biasa…” gumam Axel sambil terkekeh.    

Foto di mana Ny. Yara duduk di kursi Zero O'clock, sedari tadi menyita perhatiannya. Semua yang dia lakukan, hingga tak ragu menjadikan dirinya barang paling hina, tentunya tidak gratis. Dia meminta sebuah bocoran tentang perjudian itu agar dia juga bisa tersenyum lebar karena kemenangannya, seperti Ny. Yara di foto itu. Sore nanti, bocoran dari Ny. Yara akan segera dia dapatkan. Sudah cukup dia menghayalkan kemenangannya melalui foto Ny. Yara, dan kini dia merubah posisi foto di balik foto itu dengan foto lain sehingga menindihi foto Ny. Yara. Foto itu sengaja dia curi saat berkunjung di rumah Ny. Yara tadi. 

Senyum Axel ketika melihat foto berikutnya, terlihat lebih lebar dari sebelumnya. Wanita yang ada di dalam foto itu, yang membuat perasaan hinanya teralihkan. “Akhirnya aku menemukanmu lagi, Shea…” 

***

 

“Kenapa kau malah mengajakku ke toko kue, sayang?" tanya Axel heran bercampur kesal. Sore ini dia menagih janji Ny. Yara yang akan membocorkan kecurangan yang digunakannya saat permainan Zero O’clock. Namun, wanita itu malah menjahilinya dengan mengajaknya makan kue kering. 

"Ini." Ny. Yara memberikan secarik kertas pada Axel. 

Axel menerima kertas itu dengan kerutan di dahinya. “Apa ini?”

“Berikan itu pada pelayan yang ada di sana.”

 

"Baiklah." Axel menuruti perintah Ny. Yara. Dia turun dari mobil dan langsung berjalan masuk ke toko kue itu. Tak ada yang aneh di dalamnya. Semuanya tampak seperti toko kue pada umumnya. Ketika melihat meja kasir, dia semakin mempercepat langkahnya agar rasa penasarannya cepat terbayarkan. 

"Anda ingin memesan apa Tuan?" tanya pelayan dengan senyumnya yang ramah.

Tanpa mengeluarkan kata, Axel langsung memberikan kertas tadi pada pelayan itu.

"Tunggu sebentar.” Pelayan itu meraih telepon yang terletak di meja kasir juga. Dia terlihat sedang meminta ijin kepada seseorang di sebrang sana. Setelah percakapan singkat dengan seseorang yang entah siapa, pelayan itu kembali pada Axel. “Ikut aku, Tuan." 

Axel mengekor pada pelayan itu. Mereka melewati sebuah pintu yang menghubungkan pada sebuah lorong panjang dengan cahaya remang-remang. Axel tidak menyangka ternyata arsitektur elegan di bagian depan toko sangat berbeda dengan lorong yang kini ia lewati. Selain lampu kuning redup, banyak juga lukisan bertema dark yang tertempel di dindingnya. Dan perjalanan mereka berakhir di sebuah pintu yang terIetak di ujung lorong.

"Silahkan masuk Tuan," kata pelayan itu mempersilahkan. 

Axel membuka pintunya lalu masuk ke ruangan itu. Ternyata di dalamnya, ada seorang wanita yang duduk di kursi besar dan dengan dua kursi kecil yang sepertinya untuk tamu. Posisinya yang sedang menundukkan kepalanya melihat ponsel, membuat Axel tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. "Permisi Nyonya," ucap Axel membunyikan suaranya untuk menandakan kehadirannya.

Wanita itu mengangkat kepalanya dan langsung menatap Axel.

Axel yang sudah bisa melihat wajahnya dengan jelas, tiba-tiba terkekeh. Itu jelas sangat lucu. Ternyata orang itu juga orang yang terlibat dalam pembuatan alur perjudian. "Ternyata itu dirimu?" ejeknya sebelum mendaratkan pantatnya di kursi yang berhadapan dengan wanita itu.

Wanita itu juga memperlihatkan senyum mengejek untuk Axel. “Kau peliharaan Yara yang baru?” 

Seketika senyum Axel memudar. Ia benci mengakui hinanya dia yang juga diketahui oleh wanita kedua yang Axel benci. Mata menajam yang ditunjukkan Axel sudah cukup menggambarkan bagaimana perasaannya saat bertemu kembali dengan wanita itu setelah 20 tahun tak bertemu. 

Wanita itu semakin terkekeh karena ekspresi yang Axel tunjukkan. Senyumannya masih terlihat sebelum cerutu menyumbat mulutnya, lalu sengaja menghembuskan asapnya pada wajah Axel yang memerah. “Oh iya, kudengar kau menggantikan ayahmu ya.” Dia memajukan sebuah kotak yang memang  sejak Axel masuk tadi, sudah ada di atas meja. “Semoga menang ya.”

Axel yang sudah muak melihat wanita itu, langsung mengambil kotak berisi kue kering itu agar bisa cepat-cepat meninggalkan ruangan ini.

Sebelum Axel melangkah keluar pintu yang sudah terbuka, mulut wanita itu masih ingin memberikan kata-kata mutiaranya. “Ternyata kau tak ada bedanya denganku. Bahkan dirimu lebih menjijikkan,” pedasnya yang membakar telinga Axel. Tanpa mau memberikan sahutan lagi, Axel tetap melanjutkan langkahnya pergi dan kembali ke mobil. 

"Kenapa Axel?" tanya Ny. Yara sambil membelai lembut wajah kusut kekasihnya itu. 

"Bukankah Ny. Beatrice pencipta alur perjudian itu? Kenapa dia malah menjual kecurangan itu padamu?”

“Karena uang, Axel,” singkat Ny. Yara. Kotak yang sedari tadi dia tunggu, langsung ia buka agar bisa mengahafalkan kue-kue dengan kartu di dalamnya itu. Kue yang juga akan ada di perjudian Zero O’clock nanti malam.

Axel juga tertarik saat melihat kotak itu dibuka, dengan Barisan kue-kue yang asing di dalamnya. Walaupun belum ada penjelasan dari Ny. Yara, tapi Axel sudah tahu kecurangan apa yang dipakai Ny. Yara. “Jadi sebelum permainan, kau sudah mengetahui di mana letak sepasang kartu itu?”

“Bukan hanya sepasang, Axel. Tapi aku tahu semua kartu di dalam kue-kue ini. Kau lihat, semua kue ini berpola. Kue coklat dengan simbol waru, kue polos dengan simbol hati, kue berwarna coklat muda dengan simbol keriting, dan kue dengan banyak topping dengan simbol wajik. Mudah kan?”

Ya. Itu sangat mudah dihafalkan. Ternyata alur perjudian itu cukup mudah. Tak perlu dia menanyakan nama-nama atau apapun itu, cukup melalui mata telanjang saja. Ini bukan bocoran lagi, tapi sebuah guyuran.

“Oh iya, kenapa kau sedikit lama tadi? Biasanya orangku hanya sebentar,” heran Ny. Yara karena Axel yang tidak langsung kembali ke mobilnya sesingkat orang suruhannya biasanya.

“Pelayan itu menyuruhku bertemu dengan Ny. Beatrice di ruangannya.”

Kecurigaan Ny. Yara pun muncul. Kenapa saat Axel yang datang, Ny. Beatrice malah menemuinya. Biasanya Ny. Betarice menyuruh pelayannya untuk memberikan kotak spesial itu pada orang suruhanya. Rasa curiga, membuatnya ingin langsung meremas salah satu kue di kotak itu. Dan, tepat saat kue itu hancur, kecurigaannya langsung terjawab. “Apa ini?!” bentaknya kesal. Ternyata di dalam kue itu tidak ada kartunya. Tak percaya dengan itu, dia juga menghancurkan kue-kue yang lain yang ternyata juga kosong.

Axel juga sedikit terkejut tapi tidak sekaget Ny. Yara. Dia memang sudah tahu sifat licik dari Ny. Beatrice yang sudah lama dia kenal.

“Aku membayar mahal hanya untuk…”

Kling!

Muncul sebuah notifikasi pada ponsel Ny. Yara yang sekaligus memotong umpatan yang akan dia katakan. Setelah dichek, ternyata ada uang yang baru saja masuk ke rekeningnya. Dan yang mentransfer uang itu adalah Ny. Beatrice. Wanita licik itu tiba-tiba mengembalikan uang yang Ny. Yara beri untuk membeli kecurangannya. Yang paling membuatnya kesal adalah catatan yang tertulis di sana. Isi pesan itu adalah ‘Pria barumu membuatku tak bisa menjual kecurangan lagi padamu.’

Kenapa Ny. Beatrice melakukan itu? 

Sebenarnya, bukan kotak itu yang akan Ny. Beatrice berikan pada Ny. Yara. Ny. Beatrice ternyata sudah mengetahui kedatangan Axel, melalui CCTV yang terpasang di tokonya. Sebelum Axel yang berjalan lamban itu sampai ke meja kasir, Ny. Beatrice sudah menelpon pelayannya yang ada di meja kasir untuk tidak memberikan menu spesialnya pada Axel. Kue yang ada di meja Ny. Beatrice hanyalah menu biasa, tanpa kartu di dalamnya. Soal pelayan yang menelpon tadi, juga sebuah manipulasi yang Ny. Beatrice ciptakan agar Axel tak curiga.

***

Axel memberikan pukulan keras bertubi-tubi pada pintu Cora, mencoba mendobraknya. “Keluarlah bodoh!” bentakan itu mengiringi usahanya yang berusaha membuka pintu yang dikunci dari dalam itu. Cora akhir-akhir ini selalu mengunci kamarnya karena takut Axel tiba-tiba menyeretnya ke permainan itu lagi.

Sedangkan di balik pintu, Cora sedang berusaha menahannya. Dia tidak bisa lagi jika harus menerima pukulan keras dari algojo seperti malam itu. “Kalau kau mau membunuhku katakan saja. Aku akan langsung lompat sekarang. Jangan menyiksaku terus…” sahut Cora dari dalam. Matanya yang mulai berair, sudah menatap ke jendela kamarnya yang terbuka.

“Tidak! Jangan coba-coba!” Axel semakin keras menghantamkan badannya pada pintu itu. Bukan saatnya untuk melihat Cora mati sekarang.

Cora yang sudah tidak kuat lagi, tak peduli dengan Axel yang mencegahnya. Perlahan, langkahnya menuntunnya untuk lebih dekat lagi pada jendela itu. Angin kencang dari luar langsung menerpanya ketika dia sudah sampai di jendela itu. Lautan dengan ombak yang bergulung-gulung, seperti mencoba menghentikan Cora agar tidak bertindak bodoh.

Brak!

Dengan kekuatan penuh, akhirnya Axel berhasil mendobrak pintu kamar Cora. Melihat Cora yang sudah selangkah lagi akan jatuh, membuatnya langsung berlari dan menarik tubuh Cora menjauhkannya  dari jendela. Dia memeluk tubuh Cora dan menjatuhkan dirinya ke belakang yang membuat tubuh Cora menindihnya. “Apa kau gila?!”

“Sakit…” Lirih Cora. Kali ini air matanya tak bisa dibendung lagi.

Axel melepas pelukannya lalu berdiri. “Tidak usah khawatir, aku sudah membayar korban lain. Kau cukup menemaniku saja nanti.”

Cora menatap heran pada Axel. “Siapa?”

“Ayah,” jawabnya santai sambil tersenyum.

Cora sangat menyesal tidak langsung melompat tadi. Kini dia harus dihadapkan oleh dua pilihan. Merelakan tubuhnya kesakitan atau membuat ayahnya kesakitan. “Kau punya uang banyak… Kau bisa membayar…”

“Kau atau ayah?” potong Axel.

perkataan itu membuat Cora terdiam. Nama ayahnya selalu Axel bawa-bawa ketika dia sudah menyerah dengan berbagai derita yang ia rasakan. Cora bingung dengan tujuan Axel yang sebenarnya. Kenapa Axel selalu menyiksanya dan berharap dirinya mati, tapi Axel selalu mencegahnya bunuh diri. “Kau tetap memintaku mejadi korban?”

“Kau lupa perjanjian kita?” Axel kembali mengungkit soal janji. Perjanjian yang pernah diucapkan 10 tahun lalu. Kala itu Cora yang masih berumur 10 tahun dan Axel yang sudah menginjak bangku SMA. Umur mereka berdua berjarak 6 tahun. Di usia Axel yang masih belia itu, dia dengan tubuh yang gagah dan kuat, sudah berani memukul ayah kandungnya sendiri yang sudah berkepala 5. Axel yang selama ini sering memukul Cora, merasa lebih puas ketika memukul ayahnya juga. Tentu saja perlakuan Axel itu, membuat Cora kasihan pada ayahnya. Akhirnya, terucaplah perjanjian dari mulut Cora. Cora berjanji, siap menerima pukulan dari Axel untuk dirinya, dan juga menerima pukulan Axel untuk ayahnya melalui badannya juga. 

Cora tak bisa menolaknya. Dia harus tetap ikut ke sana untuk dijadikan korban perjudian.

“Ingat, kalau kau mencoba bunuh diri lagi, aku akan menyiksa ayah sampai dia mati dengan sendirinya. Kau hanya boleh mati di tanganku,” ancam Axel sebelum berjalan keluar kamar.

“Kuharap malam ini aku mati di kandang itu…” gumam Cora dengan pasrah. 

Kepasrahan dan kegelisahan Cora semakin bertambah saat dirinya sudah duduk di kandang penyiksaan bersama seorang korban lagi. Korban di depan Cora itu, terus mengamatinya. Matanya seperti alat scan yang mencoba meneliti Cora dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menyadari itu, Cora terus menunduk agar pria itu tak bisa melihat wajahnya. 

“Kau wanita ya?” tebak pria itu.

Sementara Axel sudah terduduk di kursi judi, berhadapan dengan Ny. Yara yang akan menjadi lawannya.

"Kurasa kalian berdua sudah tahu aturan mainnya, jadi langsung saja kita mulai!" Max memulai permainan 'Zero O'clock' tepat pukul 12 malam. "Silahkan berikan chips kalian."

Axel hanya bertaruh 250 juta saja, walaupun dia membawa uang 500 juta malam ini. Dia tidak berani membiarkan uangnya melayang seluruhnya. Pihak lawan juga ikut bertaruh 250 juta. 

"Silahkan pilih dua kue kering." Jam pasir kembali dibalik agar pemain bisa mulai memikirkan mana kue kering yang tepat.

Axel hanya menatap semua kue kering itu. Kue-kue itu jauh dari yang dijelaskan Ny. Yara kemarin. Semua kue itu seperti tak memiliki kesamaan satu dengan lainnya. Bagaimana bisa dia menebak kartu yang sama? 

Di lain sisi, Ny. Yara berusaha memperhatikan satu persatu kue itu dengan seksama. Dengan tampilan yang tak sama itu, dia tahu alur dari perjudian kali ini bukan dari bentuknya. Tapi ada titik terang baginya, karena di kotak itu dia berhasil menemukan 2 kue kesukaannya yang merupakan kue yang hanya bisa ditemukan di negara Rusia. Menemukan itu, dia terus menelaah kue-kue lainnya hingga dia menyimpulkan alur yang digunakan adalah negara. Sepasang kartu pasti ada di dalam 2 kue kering dari negara yang sama. Langsung saja, Ny. Yara memilih itu dan memenangkan perjudian di ronde pertama itu.

Hukuman kembali menimpa Cora. Korban yang tadi bersama Cora, langsung diseret karena algojo sudah menunggu di pintu untuk segera menghabisinya. Entah kenapa, korban dari Ny. Yara tadi merasa iba dengan Cora. Ketika melintas di depan algojo, pria itu langsung mengatakan permintaannya. “Dia wanita. Jangan keras-keras memukulnya,” bisiknya lalu berjalan pergi.

Mendengar itu, membuat salah satu algojo terkejut. “Kita harus melaporkan ini,” usulnya.

“Kau tidak tahu? Dia korbannya Axel. Axel sudah membayar mahal agar wanita itu tetap bisa menjadi korban.” Kedua algojo itu menatap sendu pada Cora yang meringkuk di dalam kandang.

“Aku tidak tega…”

“Apalagi aku. Aku juga punya adik perempuan. Kita kurangi kekuatan kita saja.”

Dengan berat hati mereka harus tetap menghukum gadis malang itu karena tuntutan pekerjaan. 

Bab terkait

  • Let's Play With Me   MULAI CURIGA

    "Kau mau? Ini enak Finn..." tawar Hazel sambil menyodorkan ice cream rasa coklat yang tengah dinikmatinya. Wanita bernama Hazel itu adalah kekasih Finn yang juga mahasiswa baru sama seperti Cora. Dia sangat cantik juga imut dengan rambut panjang yang juga berponi. Senyumnya yang tercetak di bibir tipisnya, pasti membuat semua pria ingin mendapatkan gadis secantik itu juga. Sebenarnya Finn yang waktu itu berada di barisan mahasiswa baru, hanya ingin mengobatinya rasa rindunya pada Hazel yang baru saja pulang dari London setelah lulus dari bangku SMA-nya. "Ini masih pagi, sayang. Jangan makan itu dulu, nanti kau bisa flu," omel Finn sambil berusaha mengambil ice cream itu dari tangan Hazel. "Tiiidaak! Ini enak…" Hazel berlari kecil agar Finn tidak bisa merampas ice creamnya. Saking takutnya makanan favoritnya diambil, ia sampai tidak melihat jalan menurun di depannya yang membuatnya terjatuh. Brak!Pantat Hazel terduduk keras di lantai. Ice cream

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Let's Play With Me   MENCARI TAHU

    Ny. Beatrice berusaha mengatur napasnya juga mengontrol detak jantungnya yang semakin kencang saat melihat pistol yang terpasang di celananya. “Apa yang kau bicarakan? Kau tidak lihat, aku seharian di toko kue. Seharusnya kalau menuduh, harus ada bukti.” Dia juga tetap menjaga nada tenangnya agar bisa mengelabui suaminya. Suaminya yang merupakan seorang komandan polisi, sangat sering bertugas pada malam hari, hingga membuatnya tak pernah tahu apa yang istrinya lakukan saat jam 12 malam. “Lalu kartu-kartu itu? Kenapa ada di sini?” Tn. Edgar masih tidak percaya dengan penjelasan Ny. Beatrice. “Ya, aku hanya ingin melepas penat. Aku bermain dengan karyawanku di sini. Ya… dengan taruhan kecil tapi itu tidak membebankan mereka." Ny. Beatrice terus mencari-cari alasan yang aman. Mata Tn. Edgar masih menajam seperti tatapan awal saat dia membuka pintu ruangan itu. “Kau masih tidak mau mengakuinya?” Walau takut, Ny. Beatrice tetap bersikap angkuh karena

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Let's Play With Me   MENCARI TAHU 2

    “Kenapa kau terus mengungkit itu?” tanya Tn. Edgar tak suka. Pembicaraan mengenai KDRT yang pernah ibunya alami dulu, selalu membuat Finn geram. Perlakuan kasar itu, tak pernah sedikitpun memunculkan perasaan bersalah pada diri Ayahnya. Sangat malas rasanya bila harus melawan orang berhati batu seperti dia. “Lagipula itu memang kesalahan ibumu sendiri, kan?” Tn. Edgar kembali memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri. Finn tersenyum kecut. Bosan mendengar semua kalimat pembelaan yang selalu menyudutkan itu. “Kalau begitu, kenapa kau memaksa untuk tetap menikahi seorang pejudi, lalu melarangnya berjudi? Kau bisa menikahi wanita lain, ayah.” Skakmat dari Finn itu, membuat Tn. Edgar kembali mengingat awal mula pernikahannya dengan Ny. Beatrice. Jika kalian berharap pernikahan mereka diawali oleh kisah yang romantis, kalian salah besar. Tn. Edgar bukan tipe pria yang tiba-tiba jatuh cinta pada pandang pertama. Hal yang memotivasi untuk rencananya a

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Let's Play With Me   MENCARI TAHU 3

    “Kau pasti sangat kelelahan ya? Tinggallah di sini dulu…” manja Ny. Yara sambil mengelus dada sixpack Axel. Elusan itu langsung ditepis kasar oleh Axel. Tubuhnya yang sudah sangat lelah akibat Ny. Yara yang meminta ronde tambahan sebanyak 5 kali, membuatnya kesal. Padahal perjanjian untuk check bernominal 100 juta tadi, hanya untuk satu permainan. Jika dia berlama-lama di sini, ronde ketujuh pasti akan terjadi juga. “Aku harus pulang, sayang. Ada sesuatu yang harus aku urus.” Berulang kali Ny. Yara menarik baju yang akan Axel kenakan, tak mau melepas peliharaannya. “Aku akan menambah uangnya, sayang…” “Besok lagi ya.” Sekali lagi memberikan penolaknnya dan mempercepat gerakan tangannya agar baju itu segera menutupi tubuh sexy-nya yang menggoda. Kepala Ny. Yara yang sudah kliyengan karena efek alkohol, membuatnya tak bisa menguasai dirinya dan kehilangan kesadarannya. Dia memang memiliki kebiasaan meminum alkohol saat sedang berhubungan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Let's Play With Me   OLAHRAGA

    “Aku antar ya.” Setelah anggukan Cora, Finn langsung menggandeng Cora, ke mobilnya. Dia juga membukakan pintu untuk gadis malang itu, lalu turut masuk ke mobil. Goresan pada pipi itu, menuntutnya untuk mengambil plester, perban dan obat merah untuk Cora, sebelum melajukan mobilnya. “Kau bisa sendiri?” Cora mengangguk, mengambil tiga benda itu. Karena kesedihannya tadi, dia sampai melupakan luka di pipinya juga rasa perih yang seharusnya ia rasakan. Dan karena telah sadar, rasa perih yang terlupakan itu mulai terasa. Sambil meringis menahannya, perlahan ia mengoleskan obat merah ke pipinya untuk membuat lukanya kering. Step selanjutnya, dia memotong perban sepanjang goresan dari pisau tadi, yang panjangnya dari bawah mata hingga mendekati mulutnya. Memang goresannya tidak terlalu dalam, tetapi tetap ada reaksi sakit yang dihasilkan. Step terakhir, dia memasang plester untuk merekatkan perban itu. Finn sengaja mendiamkan Cora. Sengaja memberikan waktu untuk menen

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Let's Play With Me   HANGAT YANG HILANG

    Setelah berpamitan dengan Finn, Cora langsung berlari cepat masuk ke rumahnya. Ketika membuka pintu, kekhawatiran yang membuatnya sangat terburu-buru itu, memang benar karena Axel yang sudah menggendong ayahnya.“Kau datang rupanya. Kupikir Ayah akan menggantikanmu malam ini,” santai Axel dengan seringaian iblisnya. Dia mengembalikan ayahnya ke kursi rodanya, sebelum menatap ke Cora lagi. “Waah… Potonganmu bagus juga,” kekehnya sambil memperlihatkan raut mengejeknya pada Tn. Owen.Sebelum Cora datang, terjadi pertikaian kecil di antara ayah dan anak yang membuat ketegangan di rumah itu. Axel adalah pihak yang paling geram karena mengetahui alasan Tn. Owen yang menjeburkan dirinya di perjudian itu, yaitu untuk membuat Axel mati perlahan karena pukulan dari algojo. Axel yang tak terima itu, langsung membongkar korban judi yang ia pakai, yaitu Cora. Dan kata-kata pamungkas malam ini yang terlontar dari mulut Axel adalah, ‘K

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • Let's Play With Me   KAU PEDULI?

    Suasana malam selalu identik dengan tidur. Malam hari, tepatnya pukul 10 malam sampai 2 pagi, kita bisa mendapatkan hasil tidur yang maksimal. Juga, bisa memproduksi hormon pertumbuhan dan perbaikan dalam tubuh dengan sempurna. Tetapi waktu tidur terbaik itu tak bisa Finn nikmati. Belum sembuh memar-memar di tubuhnya, kini dia harus menjalani magang di rumah sakit dan dipaksa begadang oleh shift malamnya. Kemarin setelah Finn dipukuli sampai babak belur, dia tidak pulang. Kondisi wajahnya tentu akan menghebohkan keluarganya. Hotel menjadi pilihannya untuk mengungsi. Karena tak melindungi wajahnya, bonyok-bonyok parah yang kini masih membekas di mata, mulut, juga pipinya. Untung dia adalah asisten dokter di ruang operasi, dengan masker yang menutupi wajah hancurnya yang mungkin bisa menakuti para pasiennya.Setelah operasi yang dikerjakan sukses, Finn kini bisa beristirahat dan bisa memanfaatkan waktu untuk mengobati lukanya. Dia juga sudah mengganti bajunya dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • Let's Play With Me   MAKAN MALAM

    Cora tengah bersiap-siap di kamarnya untuk pergi memenuhi undangan Shea. Setelah menembak seharian bersama Shea, yang berakhir kemenangan di pihak Shea, membuat ini sebagai hukuman. Hukuman untuk makan malam bersamanya. Shea juga bilang ada yang ingin dibicarakan bersamanya. Tentu saja kesempatan ini tidak akan disia-siakannya. Dengan begini, dia bisa sekalian mengajak Axel seolah ini adalah usahanya untuk mendekatkan Axel dengan Shea. Penampilannya sudah siap, kini dia menghampiri Axel di ruang TV. “Axel,” panggil Cora.“Hmm?” dehem Axel, dengan pandangan tak teralihkan dari TV.“Shea mengajakku makan malam. Kau mau ikut?” ajak Cora.Dengan senyuman lebar, Axel menyambut ajakan itu. Ternyata bualan yang dia berikan, menghasilkan juga. Misinya untuk mendekati Shea setelah lama berpisah, dilancarkan oleh Cora. “Tentu saja. Sekarang? Di mana?”"Di rumahnya. Sebentar, dia sudah mengirimkan alamatnya." Cora memb

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10

Bab terbaru

  • Let's Play With Me   PENYERAHAN BUKTI

    “Siapa yang menolongmu?” tanya Ny. Beatrice pada Axel. Dia datang karena Rexy yang meneleponnya. Kalau tidak ada Ny. Beatrcie mungkin sampai pagi Cora masih memberontak sambil menangis kencang. Hanya ibunya yang bisa menenangkan Cora.“Tn. Edgar,” jawab Axel.“Edgar?” kaget Ny. Beatrice mendengar nama mantan suaminya itu. “Apa tujuannya?”“Entahlah. Saat setengah tubuhku sudah terkena api karena di bakar oleh Shea, tiba-tiba ada yang masuk sambil menyemprotkan alat pemadam kebakaran. Ternyata dia adalah Tn. Edgar. Setelah aku diobati dan tubuhku membaik, dia menyelamatkanku karena dia menganggapku sebagai anaknya. Itu agak aneh tapi, memang begitu,” jelas Axel, sesuai kejadian sesungguhnya.Ny. Beatrice sangat malas mendengar nama Tn. Edgar yang ternyata masih ada di sekeliling mereka. Dia sudah tidak bisa lagi mempercayai mantan suami

  • Let's Play With Me   AXEL MASIH HIDUP?

    “Sakha ditemukan tertembak di cafe-nya. Siapa yang menembak masih dalam penyelidikan karena tidak ada rekaman CCTV. Kenapa?” tanya komandan polisi bername tag ‘Edgar’.“Sakha itu anak buah Tn. Warren. Aku sangat yakin kematiannnya juga sangat berhubungan dengan dia,” duga Axel. Dia sengaja datang ke kantor polisi yang sedang menyelidiki kasus kematian Sakha. Kebetulan yang mengomandani kasus itu adalah Tn. Edgar. Kini mereka sedang berdebat di ruangan komandan Edgar.“Apa yang kau bicarakan? Permainan itu sudah selesai dan sudah diambil alih oleh Cora. Sebaiknya kau membantuku menemukan di mana tempat baru perjudian itu,” kata Tn. Edgar membantah dugaan Axel.“Tn. Warren tidak akan semudah itu melepas bisnis besarnya. Pasti dia sedang merencanakan sesuatu,” kata Axel menekankan dugaan yang pasti terjadi itu.“Bisa kau jelaskan ap

  • Let's Play With Me   MELIHAT SENJA

    Ny. Beatrice kembali dengan membawa makanan sehat. Dia memilih menu ayam dengan sandwich. Ibu hamil memang harus menjaga makannya untuk kesehatan bayinya. “Sayang, ayo turun, makanannya sudah datang!” panggil Ny. Beatrice dari bawah.“Ibu! Tolong aku!” sahut Cora dari atas.Ny. Beatrice sangat khawatir dan langsung berlari ke atas. “Astaga… Kalian sudah baikan rupanya,” kaget Ny. Beatrice ketika melihat anak dan menantunya sedang berpelukan. Tidak, yang benar Rexy sedang memeluk Cora seerat-eratnya.“Ibu, dia membuatku sesak napas,” keluh Cora.Ny. Beatrice terkekeh. “Nanti lagi bermesraannya. Sekarang makan dulu.”“Ayo makan, sayang.” Rexy langsung menggendong Cora membawanya turun ke meja makan.“Aku bisa jalan sendiri, Rexy!” Cora masih terus mengomel.&

  • Let's Play With Me   DITERIMA

    Cora baru membuka matanya saat hari sudah memasuki siang hari. Saat dia hendak mengucek matanya yang tertutup bunga tidur, namun tangannya tertahan kain yang terikat di ujung sandaran kasur. Jangankan mau memukul perutnya lagi, mengangkat tangannya saja sangat susah. “Astaga…” keluhnya. Cora kemudian menyisir pandangan dan menemukan Rexy yang sedang tidur di sofa tak jauh dari ranjang. “Rexy!” panggilnya.Rexy masih tidur. Suara Cora tadi ternyata tidak berhasil masuk ke telinga Rexy.“Rexy!” Kali ini Cora menambah volume teriakannya.Akhirnya Rexy mendengar panggilan itu dan membuatnya terbangun . Dia menegakkan duduknya dan langsung melihat Cora. “K-kenapa?” tanyanya canggung.“Lepaskan tanganku,” pinta Cora.“Kau tidak boleh memukul perutmu lagi,” larang Rexy.

  • Let's Play With Me   KEHAMILAN YANG MENDADAK

    5 menit, tentubukan waktu yang lama untuk di tunggu.Mereka sudah mendapat hasildari test pack itu. 2 garis biru terlihat jelas pada alat itu.Ny. Beatrice tidak tahu harus menempatkan dirinya bagaimana. Haruskah senang atau malah sedih?“Apa? Aku tidak hamil, kan?” tanya Cora berharap rahimnya masih kosong.“Kau, hamil sayang,”jawab Ny. Beatrice.Rexy tersenyum lebar mendengarnya. Dia akhirnya berhasil mengikat Cora sepenuhnya.Berbeda dengan Cora yang langsung mematung mendengar perkataan itu. Bukan mimpi, janin bayi memang mengisi rahimnya sekarang. Ia tidak mau harapan untuk bisa bersanding dengan pria lain hilang karena hal ini. Kembali lagi, dia tidak mau seumur hidup bersama Rexy seperti ketakutannya selama sebulan pernikahannya ini. Hal lain yang membuatnya tak bisa menerima kehamilannya adalah nama Max yang masih terukir di

  • Let's Play With Me   PERTEMUAN DENGAN IBU MERTUA

    Satu bulan kemudian“Kapal pesiarnya sudah jadi bu. Kau mau melihatnya?” tawar Finn.“Tentu saja.”Finn dan Ny. Beatrice langsung berangkat ke pulau yang waktu itu Cora dan Rexy datangi, menggunakan mobilnya. Seusai 5 jam perjalanan darat dan 30 menit perjalanan laut, mereka telah sampai. Di sekitar pulau itu sudah ada kapal pesiar yang sangat mewah terparkir. Tak hanya itu ada beberapa kapal kecil dan jet ski yang nantinya akan digunakan juga untuk penyerangan.“Kau mau mulai dari mana?” tanya Finn yang sudah naik ke kapal pesiarnya.“Ruang senjata dulu,” pinta Ny. Beatrice.“Ayo, itu ada di lantai bawah.” Finn menuntun ke sebuah pintu yang bisa mengakses ke lantai paling bawah. Biasanya ruangan itu digunakan untuk menyimpan sekoci darurat, tapi kali ini ruangan itu digunakan untuk menyimpan banyak

  • Let's Play With Me   RAHASIA BESAR

    *Flashback“Jangan ikut campur. Mulai sekarang kau harus tetap di rumah. Bagaimanapun caranya kau harus lulus karena aku sudah memilihkan kampus terbaik di Australia untuk S2-mu.”“Apa maksudmu? Kau memintaku melepas Cora begitu saja setelah merenggut semua keluarganya?”“Shea…”“Kau lupa? Kita sudah membunuh kakaknya!”“Ini demi kebaikanmu.” Kemudian 2 orang bodyguard datang lalu berdiri di samping kanan dan kiri Shea.“Apalagi ini?”“Mereka akan mengikutimu setiap kau keluar rumah untuk ke kampus. Kau tidak boleh kemana-mana selain ke kampus. Mana ponselmu?”“Kau juga mau men

  • Let's Play With Me   SANGAT MANIS

    Cora, Rexy, dan Finn tak menghabiskan banyak waktu, hanya mengobrol sebentar sekedar menjelaskan sedikit cara yang akan dilakukan nanti. Setelah 2 jam, Cora dan Rexy pamit pulang sedangkan Finn masih ingin di markas snipernya. Perjalanan dengan perahu selama 30 menit juga 5 jam perjalanan dengan mobil membuat mereka baru sampai saat malam hari sekitar jam sepuluhan.Sebelum ke apartemennya, Rexy memang sudah berencana untuk mampir ke cafe judi. Tetapi melihat Cora masih tertidur pulas, membuatnya tak tega membangunkannya. Akhirnya dia menggantikan Cora untuk mengatur kaset-kasetnya.“Kau, bukannya pemain ya?” bingung Yoland melihat ada pengunjung yang sudah datang padahal masih belum waktunya.“Aku sekarang sudah menikah dengan Cora. Dan Cora sedang tidur jadi aku yang akan mengatur kasetnya,” jawab Rexy.“Oh Cora sudah menikah. Kalau begitu silahkan masuk.” Yoland

  • Let's Play With Me   REXY MARAH

    Masalah yang satu persatu mencuat, semakin membuat Finn pusing. Di sangat menyesal menghilang sesaat untuk memberikan pelajaran pada Cora. Perbuatan cerobohnya membuat sang adik kembali merasa menderita. “Cora ternyata sudah menikah. Tapi Cora sepertinya tak menginginkan pernikahan itu terjadi,” ungkap Finn menceritakan kondisi Cora sekarang kepada ibunya. Mereka sedang berada di tepi kolam renang di rumah Ny. Beatrice. “Kenapa menikah kalau Cora tidak mau?” heran Ny. Beatrice.“Alasan dari keduanya sangat membingungkan. Rexy bilang diancam Axel dan Cora bilang dia menikah untuk mendapat perlindungan. Tapi Cora terlihat sangat sedih. Aku sempat melihat matanya sangat lebam,” jelas Finn sambil mengingat wajah Cora setelah dia bilang sudah memiliki suami.“Aku jadi penasaran dengan Rexy, itu.”“Kau mau bertemu?”

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status