Fiona, si wanita bergaun putih yang masih terlihat menawan di usianya yang telah menginjak empat puluh dua tahun itu tertawa dengan suaranya yang renyah."Ah, Jax sayangku! Apa kau kira dengan memasukkanku ke dalam tempat ini akan membuatku semakin tidak waras seperti Mariana? Kau salah, Sayang! Mommy-mu dan aku jauh berbeda. Dia hanya mencintai Daddy-mu dan tidak mencintaimu, itu sebabnya Mariana bunuh diri setelah cintanya kurebut."Fiona berdiri di samping Jaxton dan menaruh satu tangannya di bahu lelaki itu, dan mendekatkan bibirnya di telinga lelaki yang tak bergeming tersebut."Sedangkan aku? Aku sangat mencintaimu. Bisa saja aku melarikan diri dari tempat terkutuk ini, tapi aku tetap diam dan menunggumu di sini. Karena aku tahu, melarikan diri hanya akan membuatku semakin jauh darimu," bisiknya mesra seraya mengecup pipi Jaxton."Kau lihat kan? Betapa dalamnya cintaku kepadamu." Fiona mengulurkan kedua tangannya untuk menangkup pipi Jaxton dan menghadapkan kepadanya."Cintaku s
Senyum merekah sejak tadi terlukis di bibir Bagas, yang saat ini sedang berada di dalam ruangannya. Ada banyak pekerjaan serta tugas yang lumayan menumpuk hari ini sesuai wewenangnya sebagai Manajer Keuangan, namun itu semua tak membuatnya kehilangan semangat. Semua itu tak lebih karena ia mendapatkan informasi, bahwa hari ini Audriana akan datang ke gedung Quinn Entertainment. Tadi pagi ketika ia baru tiba di kantor dan sedang menunggu lift, ajudan Jaxton Quinn yang bernama Geovan kebetulan lewat di belakangnya bersama beberapa pengawal. Lelaki itu sepertinya sedang sibuk menelepon, dan sepintas lalu Bagas pun mendengar Geovan mengucapkan kepada seseorang di sambungan teleponnya, "perketat keamanan, karena Mr. Quinn akan tiba bersama Nona Audriana hari ini." Ia tak peduli meskipun kini gadis itu telah menjadi milik Jaxton Quinn, yang ada di dalam benaknya adalah Audriana tetap kekasihnya. Bagas yakin sekali, jika gadis cantik bersurai panjang itu masih mencintainya, sep
**FLASHBACK BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA ** "Jadi kamu tidak mau menurut dan masuk ke dalam kamar? Kenapa? Apa kamu berharap bisa bertemu dan bersapa mesra dengan 'Mas Bagas', hm?" Olok Jaxton, dengan sengaja menyebut Bagas dengan panggilan yang biasa digunakan Audriana untuk lelaki itu. Sepeninggal Geovan yang baru saja permisi dengan dalih hendak memanggil Bagas, Jaxton pun langsung mengkronfrontasi Audriana yang memberikan penolakan, saat ia menyuruh gadis itu masuk ke dalam kamar yang berada di ruang CEO. Kamar yang biasa ia gunakan untuk beristirahat. "Aku tidak mau masuk kamar bukan karena itu! Tapi karena sikapmu yang sudah benar-benar keterlaluan!" Tandas Audriana tak kalah kesalnya. "Kamu terlalu berlebihan dengan tidak memperbolehkan semua orang menatapku, juga aku yang menyapa Geovan sambil tersenyum saja seakan jadi masalah yang besar." "Itu memang masalah besar bagiku! Aku tidak suka, Audriana. Kuulangi, aku tidak suka wajah dan senyummu dinikmati oleh lelaki lain sela
"Audriana!" Gadis yang sedang mengunyah kue caramel itu pun sontak menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya.Netra beningnya seketika melebar dengan sempurna, saat melihat sosok yang paling ingin ia hindari di muka bumi saat ini. Bahkan kalau bisa, untuk selamanya. Audriana pun hanya memasang senyum tipis, melihat lelaki yang dulu pernah mengisi hatinya itu kini terlihat duduk di sampingnya dengan wajah gembira. "Ternyata kamu ada di sini. Dari tadi aku mencarimu kemana-mana. Lalu tiba-tiba saja aku teringat pada taman di dekat kantor yang suka kamu kunjungi saat menungguku pulang," tukas Bagas ceria. Audriana diam saja tak menyahut. Sejujurnya semula dia hanya ingin sendiri menikmati kue karamel kesukaannya, sambil menghirup udara segar di taman. Mumpung Jaxton juga sedang menghadiri meeting penting dan tumben-tumbenan Geovan mengijinkannya keluar dari ruangan CEO, meskipun tetap saja diawasi oleh empat orang pengawal. Mungkin ajudan Jaxton itu merasa kasihan dengann
Audriana telah berada di dalam helikopter menuju ke sebuah restoran di hotel di daerah Jakarta Barat. Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh, membuat perjalanan hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit saja. Mereka turun ke landasan heli di atas gedung sebuah hotel bintang lima, dimana Jaxton berencana membawa Audriana untui private lunch di sana. Audriana terlihat bingung ketika alih-alih memasuki sebuah restoran, Jaxton malah membawanya ke sebuah ruangan yang menyerupai dapur bersih yang luas. Jendela-jendela kaca besar terdapat di dinding-dindingnya, membuat Audriana bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari ketinggian pencakar langit. "Selamat siang, Mr. Jaxton Quinn dan Miss Audriana. Perkenalkan nama saya Chef Berlian. Saya yang hari ini akan memasak untuk kalian." Audriana memekik gembira ketika melihat seorang wanita cantik berseragam chef yang menyambut mereka. Chef Berlian adalah idola Audriana. Selain cantik dan jago masak, wanita yang memiliki program acara memasak
"Baby! Ada apa?!" Audriana masih menjerit-jerit histeris dengan mata yang masih tertutup ketika Jaxton merengkuh dan memeluknya erat. "Baby, buka matamu. Itu cuma mimpi. Sshh... tenanglah." Usapan lembut di punggung serta suara berat Jaxton itu ternyata mampu memberikan ketenangan kepada Audriana. Dengan napas yang masih memburu, gadis itu pun perlahan membuka kedua matanya. "Ja-Jaxton??" Audriana menatap Jaxton dengan bibiirnya yang gemetar. Kedua tangannya terulur ke atas dan menangkup wajah lelaki itu. "Ka-kamu masih hidup? Jadi itu... itu... cuma mimpi buruk??" Jaxton mengecup bibir pucat gemetar itu dengan sepenuh hati. "Aku akan selalu di sini bersamamu, Baby... apa pun yang membuatmu takut tadi, itu hanya mimpi." "Huuhuhuu.... aku bermimpi kamu meninggal! Kamu meninggal tertembak karena melindungiku... dan Bagas... Bagas menculikku!" Audriana menangis sejadi-jadinya di dalam dekapan Jaxton. Tangis ketakutan yang bercampur dengan rasa lega karena semua hanya mimpi, meski
**FLASHBACK BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA** Audriana yang sejak tadi terbaring di ranjang sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Tubuhnya lelah, tapi pikirannya terus berkelana kepada mimpi semalam, serta raut wajah tegang Jaxton ketika mendapatkan telepon dari Geovan tadi. Gadis itu pun mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Aaarrggh!!! Percuma saja ia berusaha untuk rileks sejak tadi, jika otaknya terus terjaga dan seolah menolak untuk istirahat! Sambil menghembuskan napas keras, Audriana pun memutuskan untuk turun dari ranjang dan melangkah keluar dari kamar. Ia bertemu dengan beberapa maid di koridor yang menyapanya dengan ramah dan bertanya apakah dirinya membutuhkan sesuatu. Audriana hanya menjawab dengan gelengan kepala dan ucapan terima kasih. Sejujurnya ia hanya ingin menyendiri ke tempat yang tenang. Tapi kemana ia harus melangkah? "Nona Audriana!" Seorang maid berwajah chubby dengan pipinya yang merah, menyapa Audriana yang sedang menuruni tangga besar selebar dua mobi
Ponsel yang berada di dalam kantung seragam maid milik Windi pun bergetar, memandakan adanya sebuah panggilan masuk. Dengan sigap, wanita itu pun mengangkatnya. "Halo?" "Halo, Windiarti." Suara kekehan keji sekonyong-konyong terdengar dari seberang sambungan telepon. "Aku sudah melakukan sesuai perintahmu, Brengsekk!! Sekarang lepaskan adikku!" Tanpa basa-basi, Windi pun langsung menyambar gusar. Tawa kejam itu kembali berkumandang. "Aku akan melepaskan adikmu, segera setelah bosku keluar dengan selamat dengan membawa Nona cantik itu, Sayang! Sabarlah, dan bantu bosku agar bisa keluar dari gerbang!" Windi menoleh ke arah pagar besi setinggi lima meter, yang ia tahu dialiri oleh listrik bertegangan tinggi serta penjagaan yang sangat ketat. "Aku sudah mengatur semuanya. Bosmu dan Nona Audriana akan keluar dari sini dengan selamat. Ingat, aku minta kau agar segera bebaskan adikku dan jangan pernah kau berani menyentuhnya, Wiryawan!" Terdengar keributan di bagian gerbang sebelum p
"Maaf, jadi kamu yang menyetir." Geovan berucap seraya menyandarkan tubuhnya dengan lemas di kursi penumpang. Kedua matanya terpejam rapat, napasnya masih pendek-pendek dan keringat dingin membanjiri di sekujur tubuhnya, membuat kemeja hitam yang ia kenakan terasa lengket di kulitnya. Kania yang sedang fokus menyetir pun menoleh ke arah suaminya seraya tersenyum maklum. "Nggak apa-apa. Kamu kan lagi sakit," sahutnya. "Udah, tidur aja dulu. Kepala kamu masih pusing kan? Nanti kalau sudah sampai rumah, aku bangunin deh." Geovan hanya mengangguk pelan, dengan mata yang masih menutup. Bukan hanya kepalanya saja yang pusing, tapi perutnya pun terasa mual seperti diaduk-aduk. Eugh. 'Tadi aku makan apa sih??' keluhnya dalam hati. Rasanya tak ada yang aneh, karena Geovan baru mengisi perutnya dengan sarapan tadi pagi, sebelum ia buru-buru berangkat lebih dulu ke kampus Kania untuk memberikan kejutan pada istrinya. Dan siang ini ia juga belum makan apa pun, karena Audriana yang ma
"Baby! Kamu pendarahan!" Suara Jaxton yang terdengar penuh getaran kecemasan pun adalah yang terdengar selanjutnya, tak pelak membuat semua orang menatap ke arah suami istri itu dengan penuh rasa ingin tahu. Tak menunggu lama, lelaki bule bernetra zamrud itu pun segera membopong istrinya. "Tunggu! Aku ikuut!!" Kania berteriak dan menarik tangan suaminya untuk mengekori Jaxton yang terus berlari membawa Audriana di dalam dekapannya. "Minggir!" Desis Jaxton geram ketika beberapa orang mengabadikan momen itu ke dalam ponsel mereka sehingga menghalangi jalan keluar. "Jaxton, tunggu. Pakai helikopterku saja," ucap Geovan tiba-tiba sambil menunjuk ke arah rooftop gedung. Kania pun mendelik ke arah suaminya. Dia saja tadi berangkat ke venue acara dengan bermacet-macetan di jalanan kota Jakarta, sementara suaminya dengan santainya naik helikopter?! Menyebalkan. Jaxton mengangguk, seraya mengutuk dirinya sendiri kenapa tidak berpikiran untuk menggunakan helikopter juga. Akan jauh le
Halo, teman-teman. Author di sini cuma mau menginfokan, bahwa buku ini sebenarnya sudah tamat ya. Namun, aku mau menambahkan beberapa Extra Part di buku ini juga, dan untuk mulai terbit kapan masih belum tahu ya, hehe. Karena aku masih fokus menulis buku baru, The Sexy Stranger (udah baca belum? Btw, untuk kisah Geandra dan Jordan, bukunya sudah ada dan sudah tamat, namun ada di aplikasi lain yang tidak bisa aku bawa ke sini, karena di sana kontrak eksklusif, maaf yaa 🙏🤗 kalau masih mau tanya2, boleh langsung aja DM aku di blackauroranovels ya. Oh iya, judul buku Gea-Jordan adalah : Enemy In Love. Baiklah, terima kasih sudah membaca buku Let Me Go, Mr. CEO, makasih untuk ulasan dan gems-nya juga. Love kalian semua. -Black Aurora-
***LIMA BULAN KEMUDIAN*** Saat ini Kania sedang berada di podium di atas panggung, berdiri dengan penuh percaya diri di depan ribuan peserta wisuda. Sebagai mahasiswi dengan nilai IPK tertinggi, dirinya diminta untuk mewakili Fakultas Psikologi untuk memberikan pidato perpisahan. Manik beningnya menatap ke seluruh penjuru dan memberikan kalimat-kalimat motivasi, sebelum akhirnya ia pun menyudahi pidatonya yang diiringi oleh tepukan riuh dari para peserta wisuda serta keluarga yang mendampingi. "Kamu keren banget!" Seru Audriana dengan wajah yang berseri-seri sembari memeluk Kania hangat. Wanita yang kini kehamilannya telah memasuki tri semester akhir itu pun kemudian kembali duduk bersama Kania di kursi, bersama Jaxton yang berada di sampingnya. Kedatangan suami istri selebriti ini sempat membuat heboh pada awalnya. Bahkan pihak unversitas yang tidak tahu bahwa salah satu mahasiswinya telah mengundang seorang CEO agensi artis beserta istrinya, yang tak kalah tenar dari artisnya
Kania terkagum-kagum mengamati bagaimana Geovan dengan aura CEO-nya yang bersinar itu memberikan setiap perintah kepada anak buahnya. Dan gadis itu pun takjub saat mengetahui bahwa persiapan pernikahan 'dadakan' mereka telah siap hanya dalam empat jam! Geovan benar-benar mengerahkan segala sumber dayanya sebagai CEO untuk mewujudkan apa yang ia inginkan dalam waktu yang terbilang sangat singkat, sebuah perayaan yang digelar di rumah milik keluarga Aditya. "Maaf karena cuma bisa memberi pernikahan yang sederhana, Sayang. Aku hanya ingin kita sah sebagai suami istri. Untuk perayaan yang lebih maksimalnya akan diselenggarakan bulan depan. Is that okay?" Suara maskulin Geovan dan belaian lembutnya di puncak kepala Kania membuat gadis itu pun sontak meleleh. Gimana nggak makin jatuh cinta coba? Dan yang dibilang 'sederhana' bagi si sultan blasteran Korea itu saja sudah menghabiskan dana hampir 5 milyar! Meskipun diadakan di rumah, namun tetap saja semuanya begitu mewah. Taman lu
"Sakit ya?" tanya suara maskulin yang mengalun lembut itu. Kania menggigit bibirnya kuat-kuat untuk menahan nyeri luar biasa di bagian bawah tubuhnya. Cairan bening yang tumpah di wajahnya sebagai bukti, betapa dirinya berusaha menahan semua kesakitan itu, dan yang juga membuat Geovan tidak tega. "Mau kuhentikan?" Bisik lelaki itu sambil mengecup kedua kelopak mata Kania yang basah. "Tidak, lanjutkan saja. Semua rasa sakit ini adalah hakmu," sahut Kania lembut. Meski sakitnya seperti ada yang memotong tubuhnya menjadi dua dengan pisau, tapi Kania lega karena kini dirinya yang utuh, telah dipersembahkan untuk satu-satunya lelaki yang ia inginkan dan berhak mendapatkannya. Geovan mengecup lembut bibir sewarna jingga itu dengan penuh perasaan cinta, yang serasa tumpah ruah hanya untuk Kania.Meskipun Kania menangis kesakitan, but it feels magical. Penyatuan cinta mereka terasa indah bagi Geovan yang sudah sejak lama mendambanya. Kania yang manis, Kania yang lucu, Kania yang selalu
Jaxton hanya bisa membuang napas kesal, ketika melihat dua orang yang telah mengganggu hari santai bersama istrinya. Netra zamrud itu menyorot dingin kepada Geovan dan Kania yang malah asik mengunyah camilan ringan, yang sengaja dihidangkan Audriana untuk para tamunya. "Gimana? Enak nggak?" Tanya Audriana yang kali ini memanggang souffle hangat dan lembut yang sangat nikmat untuk dinikmati sebagai hidangan pencuci mulut, karena baik Kania maupun Geovan menolak untuk hidangan berat dengan dalih sudah sarapan. "Inyi enyak bunget," sahut Kania dengan mulut penuh, sambil mengacungkan dua ibu jarinya ke arah Audriana yang tersenyum puas. Kania benar-benar kagum akan kemampuan memasak temannya itu yang semakin hari semakin mengalahkan seorang chef. Sejak dulu memang Kania tahu kalau Audriana menyukai masak-memasak. Apalagi menurut cerita calon ibu itu, sekarang ia berteman baik dengan chef Berlian, salah satu chef kenamaan yang namanya sangat terkenal di Indonesia. Geovan tidak berko
Sejak tadi Kania mencari-cari keberadaan Geovan. Lelaki itu tiba-tiba tak terlihat lagi sejak menemui dokter bersama Ae Ra dan juga ikut ditemani Kania. Kondisi Sagara sudah jauh lebih baik sekarang, berkat penangangan cepat tim dokter terbaik dan karena Geovan yang juga buru-buru membawanya ke rumah sakit. Bahkan sekarang Papanya Geovan itu sudah sadar dan bisa merespon orang-orang di sekitarnya dengan baik. Perkembangan Sagara yang cukup signifikan hanya dalam beberapa jam setelah serangan itu sesungguhnya adalah kabar yang sangat baik. Namun Kania bisa melihat kegelisahan yang tergambar jelas di sorot monolid Geovan, yang sengaja ia tutupi dengan senyum di depan Ae Ra. Kania tersenyum gembira, ketika melihat sosok tampan yang sedang duduk sendirian di bangku kayu yang terletak di halaman rumah sakit. Halaman itu cukup luas dan indah dihiasi beraneka ragam bunga berwarna-warni serta walking track dan beberapa alat olah raga ringan. Dengan sengaja, gadis itu berjalan per
"Kania pernah menjadi pacarku sewaktu di SMA, Ma." Dan Kania pun hanya bisa meringis. Bukan karena perkataan Arka barusan, tapi karena tatapan kagum lelaki itu yang tak lepas dari dirinya. Sontak Kania pun melirik ke arah Ae Ra yang berada tak jauh darinya. Gawat. Kania sampai gemetar, melihat kilatan berbahaya di manik monolid calon mertuanya itu, yang tertuju kepada Arka! "Senangnya bisa bertemu lagi denganmu setelah sekian tahun," ucap Arka lagi, yang membuat Kania kembali menatapnya. "Kamu tambah cantik, Kania," cetusnya seraya tersenyum memandangi wajah manis di depannya. "Makasih, Arka. Kamu terlalu memuji," sahut Kania pelan dengan hati berdebar, karena takut melihat Ae Ra yang semakin kesal dengan interaksi mereka. Haduh, bisa-bisa dirinya yang cantik manis seperti gula lemon kecap frutang sirup ABC ini dipecat jadi mantu! "Sayang sekali kamu nggak ikut reuni SMA tahun kemarin. Oh iya, kamu sudah tahu belum kalau minggu ini sekolah kita mau mengadakan reuni lagi? Giman