Beranda / Fantasi / Lembah Kaisar Takdir / Bab 71: Jejak Para Leluhur

Share

Bab 71: Jejak Para Leluhur

Penulis: Lann
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 21:50:00

Liu Feng berdiri di depan gerbang batu besar yang menjulang di hadapannya. Ukiran-ukiran di permukaan gerbang tampak hidup, seolah menceritakan kisah para leluhur yang pernah menguasai dunia dengan kekuatan yang menakjubkan. Udara di sekitarnya bergetar oleh aura yang berasal dari gerbang itu, membuat tubuh Liu Feng terasa ringan sekaligus berat dalam waktu bersamaan.

"Ini... adalah jejak para leluhur," gumamnya, suara seraknya hampir tenggelam oleh keheningan yang mendominasi tempat itu.

Shen Tao, yang berdiri di sampingnya, mengangguk perlahan. "Gerbang ini adalah titik awal dari segala legenda yang pernah kau dengar. Di baliknya, kekuatan sejati tersembunyi, menunggu seseorang yang cukup layak untuk mengungkapnya."

Kata-kata itu membuat jantung Liu Feng berdegup lebih kencang. Selama ini, ia telah melewati berbagai rintangan, kehilangan, dan pengkhianatan, semuanya demi mencapai momen ini. Namun, saat ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh gerbang, rasa ragu menyelusup ke dalam h
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 72: Pertarungan Tanpa Akhir

    Gemuruh langkah kaki yang semakin mendekat membuat atmosfer di dalam lorong terasa semakin menyesakkan. Liu Feng mengangkat pedangnya, menatap ke depan dengan mata tajam, siap menghadapi apa pun yang akan muncul dari kegelapan. Shen Tao berdiri di sisinya, kedua tangannya bersiap dengan energi spiritual yang berkilauan, seolah-olah dia adalah perwujudan dari seorang dewa penjaga."Siapa pun yang mendekat, mereka bukan sekadar prajurit biasa," kata Shen Tao dengan nada datar. "Aura mereka... gelap dan penuh kebencian. Mereka pasti memiliki hubungan dengan kegelapan yang kau lawan selama ini."Liu Feng tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, matanya terus mengawasi bayangan yang semakin jelas. Ketika akhirnya sosok-sosok itu muncul dari kegelapan, Liu Feng bisa merasakan hawa dingin yang menjalar ke tulangnya.Di hadapan mereka, berdiri sekelompok makhluk berzirah hitam legam, dengan senjata yang berkilauan di bawah cahaya api biru. Mereka bukan manusia biasa. Mata mereka merah menya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 73: Jejak Dalam Bayangan

    Kegelapan malam menyelimuti lembah yang kini dipenuhi aroma darah dan bara api yang belum padam sepenuhnya. Liu Feng berdiri di tengah reruntuhan, napasnya terengah-engah. Langit di atasnya tampak muram, seolah menangisi kehancuran yang telah terjadi. Di sekelilingnya, hanya ada sunyi yang menyayat hati, kecuali suara langkah-langkah yang datang dari arah kejauhan.Liu Feng memejamkan mata, mencoba merasakan kehadiran musuh yang mungkin masih mengintai. Tubuhnya dipenuhi luka, namun tekadnya tetap membara. “Apakah ini akhir? Tidak,” gumamnya dengan suara penuh keyakinan.Namun, di balik puing-puing reruntuhan, sebuah suara lirih terdengar, “Liu Feng... hati-hati. Mereka belum selesai.” Itu adalah suara dari salah satu murid yang selamat, namun kondisinya tampak lemah. Liu Feng berbalik dan segera mendekati orang tersebut.“Siapa? Siapa yang masih di sini?” tanya Liu Feng, matanya memancarkan kilatan ketegangan.Murid itu menunjuk ke arah utara, ke sebuah gua gelap yang terlihat menyer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 74: Cahaya di Tengah Kegelapan

    Udara pagi yang dingin menusuk hingga ke tulang. Liu Feng melangkah keluar dari gua yang penuh dengan bayangan gelap dan ingatan akan pertarungan sengit semalam. Langit kini mulai berubah warna, dari hitam pekat menjadi merah keemasan. Namun, suasana di dalam hati Liu Feng tetap berat, seperti batu yang tak bisa diangkat.Di depannya terbentang padang luas yang diselimuti kabut tipis. Namun, di kejauhan, ia bisa melihat sebuah perkampungan kecil. Liu Feng mengepalkan tangannya, luka-luka di tubuhnya masih terasa perih. Namun, ia tahu waktu untuk beristirahat sudah habis."Setiap langkahku semakin mendekat pada takdir yang entah seperti apa akhirnya," gumamnya pelan, suaranya terdengar getir namun penuh tekad.Saat ia mulai berjalan menuju perkampungan itu, suara langkah kecil terdengar di belakangnya. Liu Feng berhenti, matanya tajam melirik ke belakang. Dari balik bayangan pepohonan, seorang anak kecil dengan wajah kotor dan pakaian compang-camping muncul.“Siapa kau?” tanya Liu Feng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 75: Tekad yang Tak Terbendung

    Langit perlahan diselimuti kegelapan, meskipun malam belum sepenuhnya tiba. Udara terasa berat, seolah menyimpan firasat akan kehancuran yang segera datang. Liu Feng berdiri di tepi bukit kecil di depan sebuah gua tua, dikelilingi oleh reruntuhan desa dan nyala api yang terus membakar tanpa ampun. Di balik punggungnya, sekumpulan penduduk desa yang tersisa menatapnya penuh harap, meski ketakutan jelas terpancar di wajah mereka."Feng-ge, mereka mendekat!" seru seorang pria muda dari dalam gua, dengan suara yang sedikit bergetar.Liu Feng mengangguk tanpa menoleh, tatapannya tetap terpaku ke arah para musuh berjubah hitam yang muncul dari balik pepohonan. Jumlah mereka banyak, jauh lebih banyak daripada yang ia perkirakan sebelumnya. Di depan mereka, berdiri pemimpin kelompok itu—seorang pria bertubuh tinggi dengan mata merah menyala, memancarkan aura kegelapan yang begitu kuat hingga membuat bulu kuduk berdiri."Serahkan dirimu, Liu Feng," kata pria itu dengan suara berat yang bergema

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 76: Awal Pertempuran Terakhir

    Langit kelam bergemuruh di atas Lembah Kaisar Takdir, menandakan dimulainya pertempuran besar yang akan menentukan nasib dunia. Awan hitam berputar dengan ganas, menciptakan pusaran yang seakan siap menelan segalanya. Dari kejauhan, pasukan musuh yang tak terhitung jumlahnya mulai bergerak, suara langkah kaki mereka mengguncang tanah di bawahnya seperti genderang perang yang tak berkesudahan.Liu Feng berdiri di atas tebing yang menghadap ke medan pertempuran. Matanya tajam, menatap lurus ke arah Raja Kegelapan yang berdiri gagah di tengah pasukannya. Raja Kegelapan memancarkan aura mengerikan, sosoknya tinggi menjulang dengan mantel hitam yang berkibar di tengah angin kencang. Sorot matanya penuh dengan keangkuhan dan kebencian, seakan menikmati momen ketika kegelapan akan segera menelan dunia.Di belakang Liu Feng, para murid Lembah Kaisar Takdir bersiap dengan senjata di tangan mereka. Beberapa dari mereka berusaha menenangkan diri dengan menarik napas panjang, sementara yang lain

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 77: Jejak Akhir Kegelapan

    Di tengah medan perang yang hening, Liu Feng berdiri mematung, napasnya terengah-engah, namun tatapannya tetap tajam seperti bilah pedang di tangannya. Cahaya dari Pedang Cahaya Abadi yang ia genggam memantulkan sisa-sisa kehancuran di sekitarnya—tanah yang retak, darah yang membasahi tanah, dan tubuh-tubuh tak bernyawa dari prajurit yang telah gugur dalam pertempuran. Angin dingin berembus, membawa aroma logam bercampur kesedihan dan kehancuran."Hari ini adalah akhirnya," gumam Liu Feng pada dirinya sendiri, suaranya pelan namun penuh kepastian. Ia menyadari bahwa semua perjalanan yang ia lalui, semua penderitaan dan pengorbanan, telah membawanya ke titik ini. Tapi meski kemenangan hampir di depan mata, bayang-bayang kegelapan masih belum sepenuhnya sirna.Dari balik kabut tebal di kejauhan, suara langkah berat mulai terdengar. Sosok-sosok bayangan bermunculan, semakin lama semakin jelas. Itu adalah pasukan terakhir dari sang Pemimpin Kegelapan, sebuah kekuatan sisa yang mengerikan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 78: sang Penjaga Langit

    Langit yang retak seperti cermin usang semakin membesar. Retakan itu mengeluarkan kilatan cahaya keunguan yang menyerupai petir, menari liar di angkasa. Serpihan-serpihan langit mulai jatuh, setiap pecahannya memancarkan aura dingin yang menggetarkan, seakan dunia sendiri tengah runtuh.Di bawahnya, Liu Feng berdiri di atas tebing yang hampir ambruk akibat guncangan hebat. Tubuhnya penuh luka; darah mengalir dari pelipisnya hingga membasahi dada, namun sorot matanya tetap tajam. Napasnya berat, seolah setiap tarikan adalah perjuangan, tapi semangat juangnya tidak goyah sedikit pun.“Apa ini…?” gumamnya, tatapannya terpaku pada celah di langit yang kini terlihat seperti portal ke dimensi lain. Dari dalam celah itu, terdengar bisikan-bisikan lirih, seperti jeritan jiwa-jiwa yang terperangkap. Aura kegelapan yang menjalar darinya kian menguat, mencekam setiap sudut.Namun, pemandangan itu bukan hanya menarik perhatian Liu Feng. Seluruh penjuru lembah kini terfokus pada fenomena tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 79: Warisan yang Terkunci

    Liu Feng terengah-engah, matanya menatap tajam pada retakan di tanah yang terus memancarkan cahaya merah menyala. Setiap getaran yang muncul terasa seperti dentuman keras di telinganya, memaksa tubuhnya untuk tetap siaga meski rasa lelah dan sakit menjalar."Ini... apa lagi sekarang?" gumamnya, menggenggam pedangnya lebih erat.Cahaya merah yang muncul dari dalam retakan perlahan membentuk lingkaran aneh dengan pola yang kompleks. Pola itu seperti ukiran kuno, berisi simbol-simbol yang tidak dapat dimengerti namun memancarkan aura kejahatan. Semakin lama, cahaya itu menjadi semakin intens, memancar hingga menyinari area yang luas.Dari dalam retakan itu, muncul suara-suara yang bergema. Suara itu seperti nyanyian ribuan jiwa yang penuh penderitaan, menggaung dalam harmoni menyeramkan. Liu Feng mencoba memusatkan pikirannya, namun aura di sekitarnya semakin berat, membuatnya sulit bernapas."Jiwa-jiwa yang terperangkap..." pikir Liu Feng, mengingat kisah lama yang pernah ia dengar tent

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 128: Pusaran Ajaib Semesta

    Di bawah langit yang tak berujung, di mana awan gelap dan sinar rembulan saling bertarung untuk menguasai cakrawala, terdapat sebuah lembah yang terlupakan oleh waktu. Lembah itu dipenuhi oleh sisa-sisa pertempuran kuno dan keheningan yang menyimpan rahasia masa lampau. Setiap sudutnya bercerita tentang perjuangan para penyihir, kesatria, dan makhluk ajaib yang pernah bertarung demi melindungi keseimbangan alam. Angin dingin berhembus, membawa aroma tanah basah, dedaunan yang layu, dan secercah harapan yang masih tersisa di antara reruntuhan zaman.Di tengah lembah itu, berdirilah sebuah danau kecil yang airnya berkilauan dengan cahaya aneh, seolah-olah memantulkan energi dari semesta yang jauh. Air danau itu tampak hidup, bergerak perlahan, menyatu dengan irama alam yang misterius. Di sekelilingnya, tumbuh pepohonan purba yang akarnya menembus batu, seakan menyimpan rahasia dari dalam bumi. Suasana itu begitu hening sehingga hanya ada suara gemericik air dan desir angin yang menemani

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 127: Cahaya Abadi dari Alam Lain

    Langit di atas Kerajaan Lembah Elysia tampak seperti kanvas raksasa yang dihiasi warna-warna senja, namun di balik keindahan itu terselubung bayang-bayang misterius yang selalu mengancam. Angin malam yang sejuk mengalir lembut menyusuri lembah, membawa aroma bunga-bunga liar dan embun pagi yang masih menempel pada dedaunan. Di antara keheningan alam, terdengar suara gemericik sungai kecil yang mengalir di antara bebatuan, seolah-olah memberikan irama bagi kisah yang akan segera terungkap.Di sebuah dataran tinggi yang menghadap lembah, berdirilah sekelompok kesatria yang tampak kelelahan, namun matanya menyala dengan tekad yang membara. Di antara mereka, seorang pemuda bernama Armand, dengan rambut hitam legam dan mata biru yang tajam, memimpin barisan itu. Wajahnya, meski dipenuhi bekas luka pertempuran, memancarkan keberanian yang tak tergoyahkan. Ia mengenakan baju zirah berlapis perunggu yang berkilau samar di bawah sinar rembulan, dan di tangannya terhunus pedang pusaka yang tela

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 126: Kebangkitan Pemberani

    Di balik awan gelap yang menyelimuti langit, fajar perlahan mulai memecah kegelapan malam. Namun, sinar yang menyusup itu bukanlah cahayanya matahari yang hangat, melainkan kilauan magis yang datang dari dalam jiwa para pejuang yang telah lama terlupakan. Di tengah medan pertempuran yang hancur lebur, di antara reruntuhan dan debu yang menutupi tanah, para penyintas berkumpul dengan harapan yang tertinggal dari masa lalu. Suasana itu terasa seperti perisai terakhir yang memisahkan dunia dari kehancuran mutlak.Awan-awan berarak di langit dengan gerakan lambat namun pasti, seolah-olah menyaksikan sebuah pertunjukan yang telah ditentukan oleh takdir. Di antara debu dan sisa-sisa kehancuran, Armand berdiri tegak, meskipun tubuhnya dipenuhi luka dan kelelahan. Mata Armand yang dulunya menyala dengan semangat kini menunjukkan jejak penderitaan, namun tekadnya tetap menggelora. Di balik setiap luka, ada cerita tentang pertempuran, pengorbanan, dan janji untuk tidak pernah menyerah.Di sisi

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 125: Keabadian Sang Penjaga

    Di antara reruntuhan sebuah dunia yang telah lama terpuruk dalam kegelapan, muncul secercah cahaya yang tak terduga. Langit yang dahulu suram kini mulai menunjukkan secercah fajar, meskipun bayang-bayang masa lalu masih menghantui setiap sudut. Di tengah medan pertempuran yang hancur, di mana batu-batu retak berserakan dan tanah basah oleh darah para pejuang, berdiri seorang pria dengan tatapan penuh tekad. Namanya adalah Rasyid, sang Penjaga, yang tak pernah mengingkari janjinya untuk melindungi sisa-sisa harapan dunia ini.Rasyid mengenakan baju zirah yang berkilauan meskipun sudah banyak goresan dan retak, tanda pertempuran yang tak terhitung jumlahnya. Di tangannya, tersandang pedang legendaris yang telah mengantar ribuan jiwa menuju keabadian atau kehancuran. Pedang itu, yang dikenal sebagai "Sinar Purnama", memancarkan cahaya lembut di tengah kegelapan, seolah menandakan bahwa meskipun dunia telah terbenam dalam kehancuran, masih ada secercah harapan yang takkan pernah padam.Da

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 124: Titik Balik di Dunia yang Terbelah

    Di suatu pagi yang kelabu, ketika embun masih menempel di dedaunan dan udara terasa dingin menyelinap ke dalam setiap celah, dunia seolah-olah sedang mengalami pergeseran. Di balik langit yang kelabu dan megah, terdapat sebuah kekosongan yang menggantung, seolah-olah alam semesta sedang menahan nafas. Di sinilah titik balik yang selama ini dinanti telah tiba, di mana segala sesuatu yang telah terjadi mulai menemukan maknanya dan jalan menuju keabadian mulai terbuka.Di tengah kekacauan itu, Armand berdiri di atas reruntuhan sebuah kota kuno yang pernah menjadi pusat peradaban. Tubuhnya yang penuh luka menandakan betapa pertempuran yang telah ia lalui sangatlah berat. Meski begitu, matanya yang tajam tetap menyala, menyiratkan tekad yang tak tergoyahkan untuk melanjutkan perjuangan. Di sekelilingnya, puing-puing bata, potongan-potongan kayu, dan debu-debu halus berterbangan, menorehkan gambaran dari kehancuran yang melanda dunia. Namun, di balik setiap reruntuhan itu tersimpan harapan—

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 123: Pencerahan Abadi

    Di ufuk timur, matahari perlahan muncul dari balik awan mendung, menyinari dunia yang telah lama didera kegelapan. Setiap sinar cahayanya seolah membawa harapan baru bagi tanah yang hancur dan jiwa-jiwa yang terluka. Angin pagi menyapa dengan lembut, membawa aroma bunga liar yang mulai mekar kembali di tengah reruntuhan zaman yang penuh penderitaan.Di sebuah lembah yang dulunya pernah dipenuhi kebahagiaan, kini tersisa hanya puing dan kenangan pahit. Armand, Aveline, dan beberapa penyintas lain berjalan perlahan melewati medan pertempuran yang sunyi. Langkah mereka berat, namun semangat mereka tetap menyala, seperti bara api yang tidak pernah padam. Setiap jejak kaki mereka menorehkan kisah perjuangan, sebuah bukti bahwa walaupun dunia ini telah dihantui oleh kegelapan, masih ada cahaya yang tak terpadamkan.Armand menatap jauh ke depan, ke arah cakrawala yang perlahan berubah warna. Ia teringat akan janji yang telah diikrarkannya kepada mereka yang ia cintai, janji untuk membebaskan

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 122: Fajar di Ujung Kegelapan

    Di balik reruntuhan pertempuran yang masih menggema di lembah, fajar perlahan menyingsing, membawa secercah harapan di tengah kehancuran. Udara masih dipenuhi abu dan debu, namun sinar matahari yang mulai menembus awan gelap menyiratkan janji tentang hari baru. Suasana pagi itu begitu kontras dengan malam yang penuh deru petir dan tawa makhluk kegelapan, seolah alam pun bersumpah untuk memulihkan keseimbangan.Di tepi lembah yang hancur, Armand terbaring di atas batu besar yang retak, tubuhnya terluka parah namun jiwa masih berkobar. Dia terbangun perlahan, merasakan setiap denyut nadi sebagai bukti bahwa hidupnya masih menyala meskipun pertempuran telah meninggalkan bekas yang dalam. Setiap luka yang ia rasakan mengingatkannya pada pengorbanan dan perjuangan yang telah dilalui, membuatnya tersadar bahwa hari ini adalah kesempatan kedua untuk membangun kembali dunia.Aveline berdiri di samping Armand, wajahnya penuh dengan campuran kelelahan dan tekad. Ia menyaksikan cakrawala yang pe

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 121: Sang Fajar yang Bangkit

    Di ufuk timur, ketika rembulan mulai menghilang dan langit perlahan berubah dari kelam menjadi keabu-abuan, terdengar bisikan angin yang seolah membawa harapan yang lama hilang. Di balik reruntuhan sebuah kota kuno yang hancur, sekelompok penyintas berkumpul dalam keheningan. Suara langkah kaki dan deru napas mereka teredam oleh getar bumi yang masih tersisa dari pertempuran dahsyat yang baru saja berlalu. Di antara mereka, seorang pemuda dengan mata penuh tekad berdiri teguh, memandang jauh ke ufuk timur, di mana cahaya fajar mulai mengintip di balik awan.Pemuda itu bernama Raka, dan ia telah melewati banyak penderitaan. Tubuhnya dipenuhi bekas luka, namun setiap luka bercerita tentang perjuangan dan pengorbanan. Raka memegang erat pedangnya, senjata yang sudah hampir usang namun masih memancarkan kilauan yang mengingatkannya pada janjinya kepada orang-orang yang ia cintai. Ia berdiri di antara reruntuhan, memikirkan bagaimana dunia yang dulu penuh keajaiban kini terjebak

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 120: Gerbang Kehidupan Abadi

    Di balik langit yang kelam dan awan gelap yang terus bergulung, terhampar sebuah lembah yang dulu pernah dikenal sebagai tanah subur dan penuh kehidupan. Kini, lembah itu berubah menjadi medan pertempuran antara kekuatan cahaya dan kegelapan. Reruntuhan bangunan kuno, sisa-sisa peradaban yang telah lama hilang, serta bebatuan besar yang tercabik-cabik oleh ledakan sihir, menjadi saksi bisu dari pertempuran yang telah melanda dunia. Di tengah kehancuran itu, para pejuang yang tersisa berkumpul, menatap ke arah ujung lembah yang tampak berbeda: di sana berdiri sebuah struktur megah, bersinar samar dalam keremangan—Gerbang Kehidupan Abadi.Para pemimpin dari pihak terang telah mendengar legenda tentang gerbang tersebut sejak lama. Konon, gerbang itu adalah satu-satunya kunci untuk mengembalikan keseimbangan antara cahaya dan kegelapan, untuk menyembuhkan luka-luka bumi yang telah diderita selama berabad-abad. Namun, legenda itu juga menyebutkan bahwa setiap upaya untuk membuka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status