“Toy… Tolong Toy… Jangan sampai, kejadian yang kemarin terulang lagi… Tolong deh bilangin ke dia, jangan dekat-dekat begitu…” Kata Maya sembari memandangi wajah sosok itu.
“E… Eh kuy-kuy, jangan terlalu dekat begitu ya, hehe. Tidak enak dilihat tetangga sebelah nanti…” Kata Otoy sembari sedikit menjauhkan si Kuyang dari Maya.
“Nah, gitu dong, kalau begini agak sedikit berkurang rasa takutnya, hehe.”
Kemudian, sosok-sosok yang lainnya mulai bermunculan satu-persatu bersamaan dengan si Genderuwo yang tadinya sempat pergi tidak tau kemana. Dan sekarang, di depan istana itu sudah ramai dengan berbagai jenis sosok. Mulai dari yang paling pendek, sampai yang paling tinggi, mulai dari yang kurus, sampai yang paling besar tubuhnya. Ada yang memiliki kepala dengan wajah yang masih utuh, ada yang memiliki kepala, tapi dengan wajah yang abstrak, bahkan sampai ada yang berwajah rata. Kemudian, ada
“Umm… Umm… Umm…” Teriak Sukma sembari mulutnya di bungkam oleh Maya dan menunjuk kearah Otoy yang sepertinya tiba-tiba muncul.“Sssstttt… Sudah, dia tidak mengganggu kok kak. Dia temanku, hehe”“Huh! Memang ya, manusia kalau sudah di tolong tidak tahu terima kasih! Eh, malah tunjuk-tunjuk, ga sopan tau!” Kata Otoy dengan sedikit jengkel kepada Sukma.“Di tolong? Siapa? Aku? Hah!?” Tanya Sukma kepada Maya.“Iya kak, dia yang sudah menyelamatkan kakak. Ga tau deh, bagaimana cara dia menyelamatkan kakak. Tapi yang jelas, kakak selamat, hehe”“Hah!? Hadehh…”“Eeeittttsss… Jangan pingsan, tolong jangan pingsan. Bakal ribet entar urusannya… Oke-oke, aku pergi…” Kata Otoy.Dan seketika, Otoy perlahan menghilang.“M… May… Itu tadi apa? Siapa? Kok dia punya dua tanduk begitu? Pun
“Emm… Tidak tau kalau masalah itu… Dari cerita kamu saja, kalian sudah melanggar aturan yang ada disini. Pantas saja, penunggu yang ada disini marah kepada kalian.” Jawab pakde Yono.“Tapi pakde, yang sudah membunuh teman-temanku itu bukanlah hantu atau makhluk gaib lainnya. Melainkan, manusia biasa seperti kita ini!”“Hah!? Manusia? Siapa itu? Emm… Kamu tau cici-ciri orang yang sudah membunuh teman-teman kamu?” Tanya pakde Yono.“Ya jelas tau pakde, yang lebih jelasnya sih, tidak mungkin pakde tidak mengenal orang itu.”“Hah!? Siapa orang nya? Kok pakde tidak tau?”“Orang yang telah membunuh teman-temanku itu adalah…”“Eh! Sepertinya kita sudah terlalu lama disini pakde, kak sukma… Lebih baik kita turun saja yuk, hehe. Soalnya, kurang enak aja gitu kalau kita berlama-lama disini.” Kata Maya memotong pembicaraan.&ldq
“Huwaaaaaa!!! Pergi kamu… Pergi!!!” Teriak Sukma sembari menutup matanya.“Hah!? Hei kak… Ini aku, Maya! Hei… Apaan sih teriak-teriak!” Bentak Maya sembari memukul-mukul pundaknya Sukma.Mendengar itu, Sukma langsung membuka sedikit sela jari tangannya untuk mengintip ke depan. Dan ya, ternyata itu adalah Maya.“Eh! Kamu ternyata May… Bikin kaget saja ih!” Kata Sukma sembari menurunkan tangannya.“Lah!? Yang bikin kaget itu kakak! Apaan coba teriak-teriak begitu? Kayak lagi lihat hantu saja! Emang, wajahku yang cantik dan imut ini tampak seperti hantu? Eh, tapi mana ada hantu yang imut seperti aku, hahaha”“Hissss! Ga gitu loh May… Tadi, aku melihat seorang anak perempuan sedang berdiri disini dan melambai-lambai kearahku. Itu sebabnya aku…”“Sssstttt… Sudah, simpan pertanyaan kakak! Ayo kita cerita di kamar saja.”
“Oh, bisa kok Eyang… Emm… Rumah kamu dimana Sukma?” Tanya Reno kepada Sukma.“Di Yogyakarta mas, tidak jauh kok dari sini.”“Oh dekat ternyata, yasudah, mau berangkat kapan?”“Emm… Kalau hari ini bagaimana mas?”“Sekarang?”“Emm… Tidak sih, aku harus merapihkan barang-barangku dulu…”“Ah, yasudah, kamu rapihkan saja dulu barang-barang kamu. Mas juga mau makan dulu nih, laper soalnya, hahaha”“Yasudah, nak Sukma, kamu kemaslah barang-barangmu dulu, minta tas kamu ke bi Sari. Pakaian kamu juga sepertinya sudah bersih. Biarkan Reno makan dan istirahat dulu sebentar, dia mungkin lelah karena baru saja sampai di rumah.” Kata Eyang putri.“Ah, iya Eyang, akan ku kemas barang-barangku sekarang.”Setelah itu, Sukma langsung bergegas ke dapur untuk menghampiri bi Sari.“Bi Sar
“Ada apa sih May, hmmphhh… Huaaahhhh” Kata Sukma yang baru saja terbangun dari tidurnya.“Kita sudah sampai di Yogyakarta kak, lihat tuh”“Hah? Oh iya, kita sudah sampai… Emm… Mas Reno, di depan sana nanti kita ambil jalur kiri ya… Nah, dari sana nanti tinggal lurus saja.” Kata Sukma kepada Reno.“Oh, iya Sukma… Emm… Kira-kira masih jauh lagi?” Tanya Reno.“Tidak kok, nah, dari sini kan tinggal lurus saja, nanti di pertigaan yang ada di depan, kita ambil kiri lagi, nah, setelah itu ada sebuah Gang yang pertama, kita masuk, sudah sampai deh.”“Oh, oke lah…”“Kak, rumah teman-temannya kakak dimana?” Tanya Maya.“Emm… Satu Gang denganku sih, tapi hanya beda jarak sedikit saja, nanti aku tunjukan.” Jawab Sukma.Setelah itu, percakapan berakhir. Dan tidak lama kemudian, mereka tiba d
“Sukma, ketika kamu disana, apa saja yang kamu rasakan ketika kamu berada di rumah itu?” Tanya pakde Gunawan di tengah perjalanan.“Emm… Tidak ada sih pakde, hanya seperti rumah biasa saja. Tapi… Ada sosok-sosok makhluk ga jelas gitu.” Jawab Sukma kepada pakde Gunawan.“Loh, jadi kamu sekarang sudah bisa melihat hal-hal seperti itu Suk?”“Ga tau sih pakde, tapi sepertinya, bukan aku yang bisa melihat mereka, tapi mereka sendiri yang menampakkan wujud mereka sendiri. Begitu sih menurutku pakde.”“Emm… Begitu ya…”Percakapan berakhir. Pakde Gunawan hanya fokus membawa mobilnya menuju rumah Eyang kakung yang berada di begitu jauh dari lokasi rumah Sukma.Tak terasa, hari sudah mulai gelap. Namun, Sukma dan pakde Gunawan belum juga sampai ke rumahnya Eyang kakung.“Sukma? Kok dari tadi kita belum sampai-sampai juga ya? Perasaan tadi kita berangka
Setelah itu, Maya, Sukma dan pakde gunawan masuk ke dalam rumah Eyang dan kemudian, mereka langsung pergi ke ruang tamu.“Jadi bagaimana kak?” Tanya Maya.“Ah, iya May, emm… Jadi begini May… Orang tuaku dan juga adikku telah meninggal dunia hari ini.”“Inalillahi wainailaihi rojiun… Loh, kok bisa mendadak gini kak? Orang tua da juga adik kakak sakit? Atau bagaimana?”“Itu lah alasan kami kesini May… Orang tua dan juga adikku tidak sedang mengidap penyakit apapun May! Mereka juga awalnya masih sehat-sehat saja kok, itu lah sebabnya mengapa aku bisa sampai mendaki kesini.”“Emm… Mungkin orang tua dan adik kakak menyembunyikan penyakit mereka, supaya kakak tidak cemas, mungkin sih…”“Tidak May, kalau lah seandainya benar begitu, pasti orang tua dan juga adikku tidak mungkin merahasiakan penyakit mereka ke orang lain atau bahkan, pakdeku s
“Loh, sudah malem loh ini non, apa tidak sebaiknya besok saja?”“Tidak pakde, sekarang saja. Kalau nanti Eyang terbangun dan mencariku, bilang saja kalau aku ingin menangkap jangkrik, hihi.”“Jangkrik? Kan bisa minta tolong pakde non.”“Sudah lah, buka saja gerbangnya ih, apa susahnya!” Kata Otoy yang tiba-tiba muncul di samping pakde Yono.“Astaga! Kok ada cicak negro disini!”Plak!!!“Ba… Baik…”Setelah kepala pakde Yono di keplak oleh Otoy, spontan pakde Yono langsung berlari keluar pos menuju gerbang dan membukanya.Setelah itu, pakde Gunawan menginjak pedal gas mobilnya dan kemudian pergi keluar meninggalkan rumah Eyang.“May, sebenarnya ini ada apa sih May?” Tanya Sukma kepada Maya yang tengah duduk di kursi belakang di samping Maya.“Emm… Ga tau deh kak, aku juga bingung nih. Coba nanti kakak