Home / CEO / Lelang Istri / Part 3 (Tawaran busuk kepada Azizah)

Share

Part 3 (Tawaran busuk kepada Azizah)

Author: Bintang Satria
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Tapi kamu dengerin dulu aku sampai selesai bicara, jangan kamu bantah. Paham?"

Azizah semakin merasa tidak enak, dengan gerak-gerik Galang. Seperti ada sesuatu yang sedang dia rencanakan tetapi belum tahu pasti apa itu, "Ya sudah, Mas. Bicara saja. Aku pasti dengerin!"

"Ok. Jadi begini, temen atau yang lebih jelasnya sahabat. Sedang mencari karyawan baru di perusahaannya. Dia tuh pengusaha sukses, perusahaannya ada dimana-mana. Dia jauh lebih sukses dari aku," jelas Galang.

"Trus? Maksudnya?"

"Nah, sekarang perusahaan aku tuh lagi kolaps. Bahkan saat ini sudah diambang kebangkrutan. Kamu paham kan?" tanya Galang sembari berusaha berpikir cara untuk menyampaikan agar tidak ada rasa curiga pada Azizah atas apa maksud dia yang sebenarnya dari semua ini.

"Ya terus? Mas mau bekerja di perusahaan dia? Terus perusahaan yang kolaps itu mau ditinggal begitu saja? Maaf, Mas. Aku gak setuju dengan pendapat kamu ini. Ini salah. Harusnya kamu berusaha lebih keras lagi, agar perusahaan peninggalan orang tua kamu itu tetap bertahan. Buka justru malah meninggalkan begitu saja."

Galang menatap langit-langit ruang makan.

Ia menarik napas panjang bebarapa kali, seperti berusaha menenangkan dirinya, "Nah ini salah satu hal yang paling aku benci dari kamu, Zah. Kamu tuh orangnya sok tahu, aku belum selesai bicara kamu udah ngawur kemana-mana. Bisa gak sih, kamu dengerin aku dulu?"

"Ya makanya kamu, Mas. Kalau bicara jangan sepotong-sepotong, jadi aku yang dengerin kamu tuh gak salah sangka. Ya sudah, sekarang jelaskan dengan jelas."

"Kamu tahu, 'kan? Hasil gaji kamu selama ini menjadi guru itu gak mencukupi? Nah, aku mau kamu berhenti menjadi guru. Biar nanti, aku urus kamu untuk masuk di kantornya temen aku itu."

Azizah terdiam sejenak.

Ya, bekerja menjadi seorang guru bukan hanya perihal gaji baginya. Tapi juga soal pengabdian. Dan yang terpenting, ia melakukan semua itu dengan ikhlas karena bisa mendidik anak-anak yang sejatinya belum diberikan Allah SWT kepada pernikahan mereka sampai saat ini. Tapi di sisi lain, sebagai seorang istri dia juga harus mendengarkan apa yang dikatakan sang suami. Apalagi, ini tentang hal ekonomi. Ia sadar, keadaan ekonomi keluarga mereka memang saat ini sedang kacau. "Tapi, Mas. Aku sampai saat ini bahagiakan menjadi seorang tenaga pendidik. Aku sudah nyaman, Mas."

"Duh azizah! Kamu tuh paham gak, sih? Sekarang ini kehidupan ekonomi kita sedang berada di ujung tanduk. Jika terus seperti ini, jangankan perusahaan. Bahkan rumah ini juga bakal habis terjual. Kamu mau kita tinggal di jalanan?"

"Ya gak gitu, Mas. Tapi kalaupun aku kerja di perusahaan teman kamu itu, apa mungkin aku bisa menyelamatkan perusahaan? Seberapa besar dia akan memberikan gaji, apa cukup gaji itu untuk menolong perusahaan kamu?"

Mulai bingung.

Galang mulai merasa bingung, bagaimana harus menjawab pertanyaan Azizah sekarang. Karena memang, pertanyaan itu cukup masuk akal. Sekalipun nanti Azizah menjadi manajer, belum tentu gaji yang dia Terima akan cukup untuk menyelamatkan sebuah perusahaan. Harus benar-benar mencari alasan yang tepat. Karena sadar, jika nanti Azizah benar-benar mau bekerja di perusahaan milik Ferdy, sudah pasti mereka akan semakin sering bertemu. Dan itu, akan mempermudah jalan bagi Galang untuk me membuat mereka berdua semakin jauh lebih dekat. Perlahan, ia akan mulai membuat rasa itu tumbuh antara istrinya dengan Ferdy.

Jika semua ini dia ceritakan.

Sudah pasti, Azizah akan menolak mentah-mentah semua rencana Galang. Dan dia tidak akan bisa mendapatkan dana segar buat mempertahankan perusahaan miliknya.

*********************

Belum sempat Galang berbicara.

Terdengar handphone miliknya berdering, ternyata itu adalah panggilan dari makanan yang dia pesan. "Tolong kamu ambil makanan di depan, itu makanannya sudah sampai," ucap Galang kepada Azizah.

Tanpa menjawab

Azizah pun langsung bangkit dari tempat duduknya, kemudian langsung melangkah menuju pintu depan. Sementara Galang, langsung mengambil sebatang rokok dari dalam sakunya. Kemudian menyalakan, sembari menatap keatas langit-langit.

Wushhh ....

Gumpalan asap keluar dari mulutnya, pertanda ada sesuatu hal berat yang sedang dia pikirkan. Galang sendiri, adalah perokok berat. Apalagi sedang mendapatkan masalah seperti sekarang ini. Dalam sehari, dia mampu menghabiskan beberapa bungkus rokok.

"Sebenarnya ada apa, sih, Mas? Apa perusahaan kita akan segera habis? Jika memang seperti itu, ya sudah. Kita mulai semuanya dari awal lagi. Kita gunakan sisa investasi yang ada, untuk buka usaha baru," ucap Azizah sembari menyiapkan makanan yang dibeli Galang ke atas meja.

"Sudah. Kamu tidak perlu tahu soal perusahaan, sekarang kamu dengerin aja apa yang aku katakan. Itu saja cukup. Bisa gak, sih?!"

"Ya aku bisa saja menuruti apa yang Mas minta. Tapi pikirkan terlebih dahulu, apa semua itu benar-benar bisa mengembalikan semuanya? Karena jika aku memutuskan resign dari sekolah, maka akan sulit mendapatkan pekerjaan lain."

"Maksudnya, kamu tidak percaya dengan aku? Aku suami kamu, zah! Aku tahu apa yang aku lakukan buat keluarga."

Azizah meletakkan makanan di dekat Galang, "Bukan seperti itu, Mas. Ya sudah, kamu makan dulu. Nanti makanannya dingin gak enak. Abis itu kita mengobrol lagi, aku mau sholat dulu."

Tidak menjawab.

Galang membiarkan Azizah pergi, sembari menikmati makan malam yang sudah ada di hadapannya. Memang, saat ini ia terlihat makan dengan lahap. Tapi kembali lagi, isi kepalanya terus berputar memikirkan semuanya.

**************************

Galang mengambil handphone miliknya. Kemudian mengirimkan pesan kepada Ferdy.

[Malam, bro. Maaf kalau aku mengganggu waktu istirahat kamu.] chat Galang kepada Ferdy.

Beberapa menit.

Pesan tersebut tidak dibaca, Galang mulai gelisah. Takut Ferdy berubah pikiran dan membuat semua rencananya batal.

[Ya, Lang. Ada apa?] balas Ferdy.

Seketika raut wajah Galang langsung berubah.

Ia begitu senang, chat yang dia kirimkan dibalas oleh Ferdy, [Gini, Bro. Soal siang tadi. Kira-kira, bisa gak kalau istri aku bekerja di kantor kamu? Perusahaan utama, setidaknya di posisi yang benefit. Dan yang pasti bisa sering ketemu kamu. Sekretaris misal?]

Pesan dibaca.

Tapi beberapa saat Ferdy belum terlihat mengetik apapun. [Tenang, Bro. Kalau soal gaji gak usah terlalu dipikirkan, yang pasti dia bisa bekerja di perusahaan kamu.] chat galang lagi.

[Kalau soal gaji tidak masalah, Lang. Tapi aku bingung, mau posisikan dia sebagai apa. Sementara saat ini aku sudah punya tiga orang sekertaris pribadi.]

Mulai bingung.

Galang kembali berpikir keras, hingga suapan makan malamnya tertunda sejenak.

[Ya kan kamu bisa pecat atau pindahkan salah satu sekertaris kamu ke posisi lain. Aku yakin, istriku bisa menggantikan dia. Istri aku lulusan salah satu Fakultas terkenal di kota ini. Masa kamu ragukan kemampuannya?]

[Bukan gitu, Lang. Tapi gak mungkin semudah itu geser posisi seseorang di perusahaan.]

[Kenapa tidak bisa? Toh perusahaannya milik kamu. Ayoklah, Fer. Biarkan aku berusaha dulu. Kasi kesempatan.] Galang mulai kembali memaksa.

Tidak ada jawaban.

Chat dari Galang dibiarkan begitu saja beberapa saat. Berusaha bersabar, Galang pun kembali melanjutkan makan malamnya hingga selesai. Dan tidak lama, terlihat Azizah pun keluar dari kamar karena telah selesai melaksanakan sholat.

Tidak lama.

Ferdy pun membalas, [Ok, Lang. Tapi aku gak bisa putuskan sekarang. Kasi aku waktu. Karena ini bukan hanya soal persahabatan kita, ini juga menyangkut perusahaanku.]

[Ok, Bro. Aku tunggu jawaban kamu secepatnya.]

Galang pun langsung tersenyum lebar, sembari menatap layar handphonenya. Sepertinya, idenya kali ini mulai berjalan.

"Ada apa sih, Mas? Kamu kok senyum-senyum sendiri. Kamu chatan sama Ega, ya?" tanya Azizah, melihat gerak-gerik suaminya yang berbeda saat menatap handphone.

Galang melirik ke arah Azizah, kemudian berkata ....

Related chapters

  • Lelang Istri   Part 4 (Bertemunya kembali, Azizah dengan Ferdy)

    "Apaan, sih? Kamu tiba-tiba bawa Ega? Aku paling gak suka kamu tuh suka curiga sama dia!" Galang mulai terpancing emosi. Selain itu. Azizah bertanya tentang hal itu juga bukan tanpa alasan. Justeru dia sadar, jika antar Galang dan Ega yang sudah sejak dulu menjadi asisten pribadinya memiliki suatu hubungan spesial. Walaupun memang, Azizah belum pernah melihat secara langsung dari depan mata kepalanya. Tapi kecurigaan dia sebagai seorang istri mengatakan demikian. Sudah sejak lama, ia merasakan jika hubungan antar suaminya dan Ega bukanlah sekedar hubungan sebatas rekan kerja saja. Tapi memang ada yang lain, pastinya yang lebih spesial. "Trus, Mas chatan dengan siapa malam-malam begini? Bukankah waktu kerja harusnya sudah habis?" tanya Azizah memperjelas. "Kamu tuh, ya. Selalu saja beranggapan buruk tentang semua yang aku lakukan. Kamu tahu, aku baru saja nanyain kepada Ferdy siap lowongan pekerjaan itu. Kamu paham?""Ferdy? Itu teman kamu yang buka lowongan di kantornya itu?""Iya

  • Lelang Istri   Part 5 (Awal perbincangan antara Azizah dan Ferdy)

    Pertemuan yang tanpa disengaja atau tidak itu, membuat senyum terpancar di wajah mereka masing-masing. Entah, ini disebut pertemuan antara kedua sahabat lama atau justru kembali bertemunya dua hati yang sempat punya cerita indah. Walau dulu, tidak berakhir dengan indah. Tidak bisa dipungkiri, senyuman di wajah mereka berdua memiliki makna yang dalam. Dan hanya mereka, yang dapat merasakan dan menyebut kebahagiaan itu sebagai kebahagiaan apa di diri mereka masing-masing. Walaupun di sisi Azizah. Mungkin ia sadar, saat ini ia sudah tidak lagi seperti dulu. Jika dulu, ia sering memukul canda atau bahkan kadang sengaja melompati baju Ferdy layaknya seorang anak kecil yang ingin digendong oleh sang kakak. Tapi kali ini ia sadar, dia bukan lagi azizah yang dulu. Saat ini dia sudah bersuami dan menjadi milik orang lain. Meski tadi, hal itu sempat terlintas kembali di dalam ingatannya. Walau hanya sekilas. "Alhamdulillah, Baik. Kamiu gimana, Zah?" tanya Ferdy sedikit sungkan dan dengan bib

  • Lelang Istri   Part 1 (Tawaran Istri)

    Kalau bini aku gimana? Harga bisa nego, lah] Degg!Chat yang dikirim Galang kepada Ferdy sontak membuat Ferdy terdiam sejenak. Ia masih mencoba mencerna, apa yang dimaksud oleh Galang dari chatnya barusan. Bercandaan? Jika memang ini sebuah bercandaan seperti yang biasa dilakuan Galang padanya, rasanya ini bukanlah sebuah bercandaan yang kurang pantas. Apalagi tentang istri sendiri, seseorang yang harusnya dia jaga melebihi dirinya sendiri. Tidak membalas. Ferdy hanya membiarkan chat tersebut. Sampai akhirnya, Galang kembali mengirimkan pesan padanya. [Gimana, Fer? Kamu mau, gak? Kenapa diam aja, sih?] Ferdy membaca chat itu, kemudian membalas [Gak lucu bercandan, Lu, Lang. Aku nih cari calon istri, jangan dibercandain gini, deh.] [Aku gak becanda, Fer! Ok gini aja, siang nanti kita ketemu di cafe biasa. Gimana?] [Kamu serius, Lang?][Sudah, jam satu siang nanti di cafe biasa. Aku tunggu.] Masih tidak percaya. Dengan apa yang dikatakan oleh Galang. Satu sisi, Ferdy saat ini se

  • Lelang Istri   Part 2 (Obrolan antara Galang dan Ferdy)

    "Apalagi sih, Fer? Kenapa? Apa istriku masih kurang cantik? Kamu dengar ya, kalau memang kami memiliki Kecocokan saja mungkin aku tidak akan pernah melepaskan dia. Istri aku tuh cantik," ucap Galang berusaha terus meyakinkan Ferdy. "Bukan soal itu, Lang. Tapi ini hal gila! Aku baru liat seorang suami rela menawarkan istri sah nya pada sahabatnya sendiri. Ini gila!"Galang mengalihkan pandangan sejenak. Ia menarik napas panjang, "Fer. Tolong pahami apa yang aku maksud. Di sini, aku dan azizah itu memang sudah sejak lama tidak ada kecocokan sama sekali. Dia terlalu egois. Nah, kamu tuh orangnya sabar, kalian pasti cocok. Masa iya aku ngasi wanita yang gak sudah pasti gak cocok sama sahabatku? Udahlah, kamu jalani aja dulu. Kalian bisa saling mengenal, pendekatan, kalau sudah cocok kalian baru menikah. Gimana?"Tidak menjawab. Ferdy hanya terdiam, mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Galang. Berat memang, bagi Ferdy berada di situasi seperti ini. Mungkin, kalau soal perasaan ti

Latest chapter

  • Lelang Istri   Part 5 (Awal perbincangan antara Azizah dan Ferdy)

    Pertemuan yang tanpa disengaja atau tidak itu, membuat senyum terpancar di wajah mereka masing-masing. Entah, ini disebut pertemuan antara kedua sahabat lama atau justru kembali bertemunya dua hati yang sempat punya cerita indah. Walau dulu, tidak berakhir dengan indah. Tidak bisa dipungkiri, senyuman di wajah mereka berdua memiliki makna yang dalam. Dan hanya mereka, yang dapat merasakan dan menyebut kebahagiaan itu sebagai kebahagiaan apa di diri mereka masing-masing. Walaupun di sisi Azizah. Mungkin ia sadar, saat ini ia sudah tidak lagi seperti dulu. Jika dulu, ia sering memukul canda atau bahkan kadang sengaja melompati baju Ferdy layaknya seorang anak kecil yang ingin digendong oleh sang kakak. Tapi kali ini ia sadar, dia bukan lagi azizah yang dulu. Saat ini dia sudah bersuami dan menjadi milik orang lain. Meski tadi, hal itu sempat terlintas kembali di dalam ingatannya. Walau hanya sekilas. "Alhamdulillah, Baik. Kamiu gimana, Zah?" tanya Ferdy sedikit sungkan dan dengan bib

  • Lelang Istri   Part 4 (Bertemunya kembali, Azizah dengan Ferdy)

    "Apaan, sih? Kamu tiba-tiba bawa Ega? Aku paling gak suka kamu tuh suka curiga sama dia!" Galang mulai terpancing emosi. Selain itu. Azizah bertanya tentang hal itu juga bukan tanpa alasan. Justeru dia sadar, jika antar Galang dan Ega yang sudah sejak dulu menjadi asisten pribadinya memiliki suatu hubungan spesial. Walaupun memang, Azizah belum pernah melihat secara langsung dari depan mata kepalanya. Tapi kecurigaan dia sebagai seorang istri mengatakan demikian. Sudah sejak lama, ia merasakan jika hubungan antar suaminya dan Ega bukanlah sekedar hubungan sebatas rekan kerja saja. Tapi memang ada yang lain, pastinya yang lebih spesial. "Trus, Mas chatan dengan siapa malam-malam begini? Bukankah waktu kerja harusnya sudah habis?" tanya Azizah memperjelas. "Kamu tuh, ya. Selalu saja beranggapan buruk tentang semua yang aku lakukan. Kamu tahu, aku baru saja nanyain kepada Ferdy siap lowongan pekerjaan itu. Kamu paham?""Ferdy? Itu teman kamu yang buka lowongan di kantornya itu?""Iya

  • Lelang Istri   Part 3 (Tawaran busuk kepada Azizah)

    "Tapi kamu dengerin dulu aku sampai selesai bicara, jangan kamu bantah. Paham?"Azizah semakin merasa tidak enak, dengan gerak-gerik Galang. Seperti ada sesuatu yang sedang dia rencanakan tetapi belum tahu pasti apa itu, "Ya sudah, Mas. Bicara saja. Aku pasti dengerin!""Ok. Jadi begini, temen atau yang lebih jelasnya sahabat. Sedang mencari karyawan baru di perusahaannya. Dia tuh pengusaha sukses, perusahaannya ada dimana-mana. Dia jauh lebih sukses dari aku," jelas Galang. "Trus? Maksudnya?""Nah, sekarang perusahaan aku tuh lagi kolaps. Bahkan saat ini sudah diambang kebangkrutan. Kamu paham kan?" tanya Galang sembari berusaha berpikir cara untuk menyampaikan agar tidak ada rasa curiga pada Azizah atas apa maksud dia yang sebenarnya dari semua ini. "Ya terus? Mas mau bekerja di perusahaan dia? Terus perusahaan yang kolaps itu mau ditinggal begitu saja? Maaf, Mas. Aku gak setuju dengan pendapat kamu ini. Ini salah. Harusnya kamu berusaha lebih keras lagi, agar perusahaan peningga

  • Lelang Istri   Part 2 (Obrolan antara Galang dan Ferdy)

    "Apalagi sih, Fer? Kenapa? Apa istriku masih kurang cantik? Kamu dengar ya, kalau memang kami memiliki Kecocokan saja mungkin aku tidak akan pernah melepaskan dia. Istri aku tuh cantik," ucap Galang berusaha terus meyakinkan Ferdy. "Bukan soal itu, Lang. Tapi ini hal gila! Aku baru liat seorang suami rela menawarkan istri sah nya pada sahabatnya sendiri. Ini gila!"Galang mengalihkan pandangan sejenak. Ia menarik napas panjang, "Fer. Tolong pahami apa yang aku maksud. Di sini, aku dan azizah itu memang sudah sejak lama tidak ada kecocokan sama sekali. Dia terlalu egois. Nah, kamu tuh orangnya sabar, kalian pasti cocok. Masa iya aku ngasi wanita yang gak sudah pasti gak cocok sama sahabatku? Udahlah, kamu jalani aja dulu. Kalian bisa saling mengenal, pendekatan, kalau sudah cocok kalian baru menikah. Gimana?"Tidak menjawab. Ferdy hanya terdiam, mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Galang. Berat memang, bagi Ferdy berada di situasi seperti ini. Mungkin, kalau soal perasaan ti

  • Lelang Istri   Part 1 (Tawaran Istri)

    Kalau bini aku gimana? Harga bisa nego, lah] Degg!Chat yang dikirim Galang kepada Ferdy sontak membuat Ferdy terdiam sejenak. Ia masih mencoba mencerna, apa yang dimaksud oleh Galang dari chatnya barusan. Bercandaan? Jika memang ini sebuah bercandaan seperti yang biasa dilakuan Galang padanya, rasanya ini bukanlah sebuah bercandaan yang kurang pantas. Apalagi tentang istri sendiri, seseorang yang harusnya dia jaga melebihi dirinya sendiri. Tidak membalas. Ferdy hanya membiarkan chat tersebut. Sampai akhirnya, Galang kembali mengirimkan pesan padanya. [Gimana, Fer? Kamu mau, gak? Kenapa diam aja, sih?] Ferdy membaca chat itu, kemudian membalas [Gak lucu bercandan, Lu, Lang. Aku nih cari calon istri, jangan dibercandain gini, deh.] [Aku gak becanda, Fer! Ok gini aja, siang nanti kita ketemu di cafe biasa. Gimana?] [Kamu serius, Lang?][Sudah, jam satu siang nanti di cafe biasa. Aku tunggu.] Masih tidak percaya. Dengan apa yang dikatakan oleh Galang. Satu sisi, Ferdy saat ini se

DMCA.com Protection Status