"Hentikan, Gallen!" Thomas menarik pinggang Gallen dengan dua tangan. Menjauhkan sang cucu menantu dari ranjang Grath."Apa kau gila?! Tuan Kyler ayahmu!" Entah sejak kapan Kenzie menahan tangan Gallen dari sisi ranjang yang berlawanan."Lepaskan aku, Kek! Kenzie!" Gallen berteriak jengkel."Ingat, Gallen! Tidak baik menyakiti orang tua. Dosa!" bisik Thomas.Gallen menarik napas panjang sampai perutnya kempis."Betul kata Professor Dayyan! Jangan jadi anak durhaka, Bro! Susah payah kau menyelamatkan ayahmu, kenapa setelah kondisi kesehatan Tuan Kyler lebih baik, kau justru ingin menyakitinya?"Gallen melongo. "Siapa yang mau menyakiti ayah? Jangan asal tuduh!""Lah, barusan kau mengangkat tangan. Bukankah kau ingin menyerang ayahmu?""Aku tidak segila itu, Kenziiie!"Gallen menarik lepas belitan lengan rapuh Thomas dari pinggangnya setelah berhasil meruntuhkan pertahanan Kenzie.Tanpa ada yang mampu menghalangi, Gallen memagut tubuh ringkih Grath. "Ayah, aku senang akhirnya bisa mende
"Ibu sudah cek kamera CCTV?"Kimi menggeleng. "Kepala gudang melaporkan kamera itu rusak dari kemarin. Aku belum sempat menugaskan seseorang untuk menggantinya.""Lo, bukankah kamera di gudang itu baru diganti seminggu yang lalu?"Gallen ingat betul data laporan keuangan yang sempat diperlihatkan Kimi kepadanya. Ada biaya untuk penggantian kamera CCTV pada gudang yang kini terbakar."Bukankah itu aneh bila kameranya rusak dalam waktu singkat?" Kimi bertanya bego."Baiklah. Lupakan masalah kamera! Aku akan menyelidiki hal itu nanti," tukas Gallen. "Tapi, apa Ibu sudah mencoba mengorek informasi pada orang-orang yang bekerja di bagian gudang?""Belum. Aku terlalu syok mendengar berita kebakaran ini, dan langsung meluncur ke sini."Kimi kesal pada diri sendiri. "Aku memang ceroboh. Seharusnya aku memanggil Atha sebelum berangkat tadi.""Atha?""Aaah, aku lupa memberitahumu. Aku tidak tega memecat Atha dari Perusahaan Kyler. Bagaimanapun, dia masih saudaramu. Jadi, aku memindahkannya ke b
"Lo, Kenz ... kau tinggalkan di mana istriku?" selisik Gallen, kaget mendapati Kenzie pulang sendiri.Padahal, ia telah menghubungi Kenzie untuk menjemput Grizelle dari keramaian orang-orang yang sibuk menonton kebakaran gudang Perusahaan Kyler."Apa? Kakak ipar belum pulang?" Kenzie tak kalah kaget. "Tadi dia minta diturunkan di supermarket.""Kenapa tidak ditunggu?""Aku sudah menawari, tapi dia menolak. Dia malah mengancam, belum akan belanja kalau aku tidak pergi.""Cih! Kau mudah sekali ditipu oleh wanita. Pantas saja sampai sekarang kau belum mendapatkan hati Falisha. Payah!"Gallen mengeluarkan ponsel, menghubungi Grizelle. Terdengar suara tut-tut, tanda panggilan tak terhubung."Astagfirullah! Jangan-jangan dia bekerja sendiri!" Wajah Gallen beriak cemas."Bekerja? Kembali ke Perusahaan Kyler?""Ish! Mana mungkin dia kembali ke sana kalau aku membawa ibuku ke sini.""Nyonya Kimi sudah di sini?" Kenzie memelankan suaranya. "Sorry, aku kira kau membawa ibumu ke Rumah Sakit dulu
Kenzie mengangkat dua jari. "Sumpah! Aku tidak bohong, Bos!"Grizelle terus menyibukkan diri dengan kakinya. Entah memang pegal atau hanya sebuah akting untuk mengusili Kenzie.Dari tempat duduknya, Kenzie memandang Grizelle dengan tatapan rumit. Ia sungguh tak melihat Grizelle saat kembali ke tempat itu.Apa Grizelle sengaja menjebaknya? Tapi untuk apa wanita itu memecah-belah persahabatannya dengan Gallen? Grizelle tidak terlihat sebagai orang yang suka menebar fitnah."Hari ini melelahkan sekali! Aku mau istirahat." Grizelle bangkit, memungut kantong belanjaannya dari atas lantai. "Lain kali kalau jalan hati-hati, Kenzie! Kau bisa kena tuntut dengan tuduhan telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan bila terus memelihara sifat cerobohmu itu!"Kening Kenzie mengerut. Apa maksud Grizelle berkata begitu?"Kau melakukan kesalahan lagi saat bertugas, Kenz?""Tidak! Kau tahu aku selalu hati-hati dalam bekerja.""Jadi, kau ingin bilang istriku sedang berusaha merusak citramu di hadapank
Atha melawan ketika dua orang polisi membekuknya, dan memaksa dia beranjak dari tempat duduknya yang nyaman.Braak!Kaki panjang Atha menendang meja, membuat perhatian dua polisi itu sedikit teralihkan dan lengah.Atha memanfaatkan detik berharga itu untuk kabur."Kejar dia!" Salah satu dari polisi itu berseru memberi perintah.Atha terus berlari. Melompati dan menginjak meja tanpa memedulikan jeritan pengunjung kafe yang syok menyaksikan aksi gilanya.Tiba di tepi jalan, Atha kebingungan. Mobilnya parkir di tempat yang sulit untuk keluar. Sebuah motor, entah disengaja atau milik idiot yang tak memahami aturan, parkir di belakang mobilnya.'Sial! Aku harus ke mana sekarang?' Atha membatin gundah.Saat telinganya menangkap derap langkah yang kian mendekat, Atha lantas memacu kakinya berlari tanpa henti.Ia mengabaikan tembakan peringatan yang menghantam langit.Gedebuk!Atha terjungkal di aspal.Suara letusan senjata api telah menarik perhatian seorang pengendara motor yang sedang meli
Grizelle tak bereaksi terhadap pertanyaan Gallen.Saling membuka hati dan membuka diri? Huh! Kedengarannya menggelikan sekaligus memalukan.Apa lelaki begitu tidak peka terhadap perasaan wanita?Hati Grizelle telah sepenuhnya menjadi milik Gallen, jauh hari, semenjak mereka terdampar di daratan China.Dia hanya terlalu malu untuk mengucapkan kata-kata cinta untuk Gallen.Jika hingga saat ini dia belum membuka diri pada Gallen, itu juga bukan salahnya.Gallen sendiri yang bersikap sangat hati-hati serta membatasi diri. Kenapa sekarang jadi dia yang terkesan seolah-olah enggan menerima sentuhan Gallen?"Tidak harus terburu-buru mencapai puncak, tapi kita bisa mencoba dari hal-hal kecil," rayu Gallen, menatap sayu pada manik mata resah milik Grizelle sembari menyingkirkan helaian rambut yang jatuh menjuntai, menutupi kening licin Grizelle."Pergilah! Lama-lama aku bisa mati kedinginan!"Grizelle mengusir Gallen.'Dasar lelaki mati rasa!' umpatnya dalam hati. Menatap garang pada Gallen ya
Grizelle ingin marah karena Gallen tak membiarkan dirinya menyelesaikan rutinitas setelah mandi sore, tapi dia juga menyukai sensasi rasa yang disuguhkan Gallen untuknya.Antara kesal dan ketagihan, Grizelle manjawab pertanyaan Gallen dengan ekspresi datar.Pemandangan itu menantang diri Gallen untuk mengulangi aksi yang sempat terhenti.Bagaimana bisa dia menoleransi reaksi dingin yang ditunjukkan Grizelle? Apa dia sangat payah hingga pemanasan yang dilakukannya tak mampu menggerakkan naluri wanita dewasa yang bersembunyi dalam diri Grizelle?Dia harus mencobanya lagi!Tak puas hanya dengan merujak bibir, jemari Gallen mulai bergerilya. Menjelajahi setiap bukit dan lembah yang belum terjamah.Penjelajahan itu menyebabkan aliran darah di sekujur tubuh Gallen bertambah panas."H–hentikan, Gallen!"Ribuan semut menggelitik saraf Grizelle. Ia malu ketika bibirnya mengudarakan desah manja.Gallen justru tambah bersemangat menjelajahi setiap ceruk dan lekuk yang menggoda."Gallen, s–stop!"
Grizelle terus saja bersembunyi di balik selimut, menulikan telinga atas segala godaan yang dilontarkan Gallen.Tok! Tok!"Iya, sebentar!" Gallen berteriak dengan suara ditekan. Pasti ibunya yang mengetuk pintu."Aku pergi, Greeze!" pamitnya lesu, mengecup puncak kepala Grizelle yang terhalang selimut.Sepanjang perjalanan Gallen tak bicara. Hatinya masih mangkel gara-gara hasratnya tak tersalurkan. Ada-ada saja halangannya.Dulu, ia harus menyelesaikan banyak masalah. Lagi pula, ia juga terlanjur berjanji pada Grizelle untuk tak akan menyentuh Grizelle sebelum wanita itu memiliki perasaan yang sama dengannya, tapi itu sungguh sangat menyiksa.Bagaimanapun, dia adalah lelaki normal dengan usia dan vitalitas tubuh yang prima. Kerap ia melarikan diri ke ruang bawah tanah, berlatih bela diri untuk mengalihkan tenaganya yang tak kuat menatap tubuh ramping Grizelle lama-lama.Kini, satu persatu kelindan benang permasalahannya terurai. Sikap Grizelle juga mulai berubah, menjadi lebih lembut
"Nyonya Bellona Hopkins?!" seru Gallen, kaget. "Tidak. Anda datang pada waktu yang tepat. Mari bergabung bersama keluargaku!""Iya, Nyonya. Ayo duduk sini!" Kimi menjemput Bellona."Terima kasih!" Bellona merasa terharu dengan sambutan Gallen dan keluarganya. "Sebenarnya, aku ke sini ingin minta maaf pada Gallen atas namaku dan juga Atha. Aku terlalu serakah dan mementingkan anakku.""Seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu bisa dimaklumi, Nyonya," sahut Gallen. "Kami juga minta maaf karena telah melaporkan Anda dengan beberapa tindak kejahatan yang tidak Anda lakukan."Wajah Gallen kecut, merasa bersalah."Itu bukan kesalahanmu sepenuhnya. Wanita berhati iblis itu yang sangat pandai menipu orang." Muka Bellona menggelap. "Kalau aku tahu Bibi Rose menggunakan wajahku untuk berbuat jahat, aku pasti telah lebih dulu menyeretnya ke penjara. Dia benar-benar licik!""Dia pasti mempelajari keterampilan make-up saat berada di Korea Selatan," timpal Kimi."Betul. Itu ar
Gallen melangkah gontai memasuki rumah. Ia melewati Grizelle yang duduk santai di ruang tengah begitu saja.Namun, ketika sudut matanya menangkap bayang Grizelle saat hendak menaiki tangga, ia berbalik.Tanpa malu-malu ia merebahkan diri dan meletakkan kepala di pangkuan Grizelle yang duduk berjuntai di atas sofa.Grizelle mengelus rambut Gallen yang jatuh ke kening."Kamu dari mana saja? Aku sangat khawatir. Teleponmu tidak aktif."Gallen merogoh saku, mengeluarkan ponsel. "Ck! Baterainya habis.""Sini! Kubantu mengisikan dayanya.""Nanti saja! Aku masih mau seperti ini." Gallen menaruh ponsel di atas meja, lalu melingkarkan lengan pada pinggang Grizelle.Saat hatinya sedang galau dan pikiran kacau, berbaring di pangkuan Grizelle bikin nyaman.Wangi vanila berpadu dengan aroma alami tubuh Grizelle menghadirkan perasaan tenang di hati Gallen.Setelah cukup lama menikmati kehangatan pangkuan Grizelle, Gallen bangkit. Mengecup kening Grizelle."Terima kasih. Bersamamu, aku selalu merasa
"Kenapa? Kaget? Hahaha ...."Wanita itu tak peduli dengan keberadaan polisi dan tangannya yang terbogol. Ia tertawa, seperti telah kehilangan kewarasannya.Gallen bukan hanya kaget, tapi syok. Tak menyangka orang yang selama ini dikenalnya begitu baik dan berada di pihaknya, ternyata merupakan dalang dari segala kemalangan yang menimpa keluarganya."Bibi Rose, katakan bahwa ini tidak benar!""Hahaha ... sayangnya, inilah kenyataannya."Gallen menggeleng-geleng. Masih sulit memercayai kebenaran yang terpampang di depan mata."Kenapa, Bi? Bukankah nenekku selalu memperlakukan Bibi dengan baik?"Gallen masih ingat, walaupun samar, neneknya tidak pernah memperlakukan Bibi Rose dengan kasar.Rianna bahkan memercayai Bibi Rose menjadi pelayan pribadinya. Neneknya bahkan tak pernah perhitungan dalam membelikan pakaian dan memenuhi kebutuhan Bibi Rose.Tapi lihat balasan yang diberikan wanita itu! Hanya pengkhianatan terhadap keluarganya."Baik? Cih! Nenekmu bahkan lebih licik dari seekor rub
"Bro, target memasuki perangkap. Kau ingin melihat langsung?""Aku sudah berada di lokasi. Di mana kau?"Gallen berdiri di belakang sebuah tiang besar, mengawasi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil.Wanita itu memakai setelan tunik dan celana panjang yang terlihat modis. Sehelai masker dan kacamata hitam berbingkai lebar menutupi wajahnya yang lonjong.Sebuah topi bulat dengan hiasan sekuntum bunga teratai mekar meneduhi wajahnya yang tersembunyi dari terik matahari."Arah jam sembilan."Gallen mengerling ke titik yang disebutkan. Tampak bayangan Regan duduk di belakang roda kemudi, berlagak sedang membersihkan dashboard. Namun, matanya sering kali mengerling ke pintu gerbang."Aku pada titik jam satu."Pandangan keduanya segera bertemu begitu Gallen menutup panggilan telepon.Regan tersenyum seraya mengangguk ringan.Wanita itu telah memasuki lobi hotel. Regan mengikuti dari belakang layaknya juga seorang pengunjung.Gallen berjalan memutar. Memasuki hotel lewat pintu khusu
"Laura, memaafkan dan kembali bersama adalah dua hal yang berbeda! Jangan mengharapkan lebih dari apa yang dapat kuberikan dan pantas untuk kau dapatkan!"Binar di mata Laura sirna seketika. Tatapannya luruh ke tanah."Tapi aku masih sangat mencintaimu, Gallen! Tak bisakah kamu menceraikan istrimu dan kembali padaku?""Laura, rumah tangga bukan hanya tentang rasa cinta, tapi tentang komitmen dan saling percaya."Cinta adalah ungkapan rasa hati. Dan asal kau tahu, hati itu sangat rapuh. Mudah sekali terbolak-balik, seperti musim yang terus berganti."Sementara komitmen adalah keteguhan hati dalam memegang janji suci. Tak peduli sekuat apa semesta mengguncangnya, ia tak akan berubah. Tetap setia melewati berbagai cobaan dan rintangan."Namun, sekali komitmen itu hancur, maka yang tersisa hanyalah serpihan tak berwujud, dan tak akan pernah bisa kembali utuh seperti semula."Kau bukan hanya telah menghancurkan komitmen cintamu denganku, Laura, tapi juga telah membuangnya. Apa lagi yang bi
Hening!Orang itu tak menyahuti perkataan Gallen. Ia sama sekali tak membantah tuduhan Gallen."Siapa kau?"Gallen menekan beberapa titik di punggung orang itu dengan gerakan cepat. Mengunci tubuhnya agar tak bisa melarikan diri."Kamu apakan badanku, hah?! Lepaskan aku!"Gallen terkesiap. Ternyata sosok yang bersembunyi di balik coat panjang dengan kepala tertutup hoodie lebar itu adalah seorang perempuan."Kau tidak akan ke mana-mana sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan darimu," bisik Gallen, dengan nada penuh penekanan.Beberapa pasang mata, dari orang-orang yang melintas hendak keluar masuk Rumah Sakit, mengerling curiga pada Gallen.Gallen pindah ke hadapan wanita itu. Tegak dengan sebelah tangan bersembunyi dalam saku celana.Posisi mereka seperti dua orang kenalan yang saling bercengkerama.Keinginan wanita itu untuk kabur dari Gallen melebihi kuatnya terjangan ombak yang mengempas batu karang. Sayang, sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan."Tolong, lepaskan aku! Aku janj
"Ada apa ini? Kenapa semua terlihat canggung?" tanya Grizelle, merasa tak enak hati karena masuk tanpa mengetuk pintu."Ah, itu hanya perasaanmu saja!"Gallen menyongsong Grizelle, mengambil alih tas berukuran kecil, yang berisi pakaian Kimi."Instingku tak pernah salah," bisik Grizelle. "Aura ruangan ini agak aneh."Gallen tersenyum simpul. Ia akui Grizelle memiliki kepekaan yang luar biasa. Pantas saja ia tak pernah gagal dalam menyelidiki kasus kliennya."God! Ayah juga di sini?" seru Grizelle, bergegas menyalami Grath. "Huh! Sekarang aku tahu kenapa ruangan ini terasa aneh. Ternyata Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terlempar dari surga ke belahan dunia yang berbeda.""Greeze, apa yang kamu katakan?" Pipi Kimi merona merah.Perumpamaan yang disematkan Grizelle pada dirinya dan Grath menurutnya terlalu berlebihan."Wah, Ayah juga sudah sembuh? Luar biasa! Memang ya ... lelaki akan melupakan segala rasa sakit dan kesedihannya begitu melihat senyum menawan sang istri," imbuh Griz
"Penjahat seperti David Kyler tidak akan mampu menyentuhku, Bu. Ibu tidak perlu mencemaskan aku. Pikirkan saja kesehatan Ibu! Ibu harus segera sembuh.""Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan aku secara berlebihan."Gallen meraih jemari Kimi. "Bu, aku takut. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Ibu, aku akan merasa bersalah seumur hidup. Aku akan dihantui perasaan menyesal.""Gallen, tidak ada yang perlu disesali dari sebuah takdir. Cepat atau lambat, kita semua akan meninggalkan dunia ini.""Aku tahu, Bu. Tapi aku akan menyesal karena aku belum sempat mempertemukan Ibu dengan ayah.""Kamu tidak perlu melakukan itu, Gallen." Kimi melengos. Matanya terasa panas."Kenapa? Apa Ibu tak lagi mencintai ayah?""Bukan. Bukan karena itu. Seumur hidupku, aku hanya mencintai satu orang pria. Dan Pria itu adalah ayahmu."Aku tidak pernah mencintai lelaki lain, dan tidak akan pernah bisa.""Tapi, kenapa Ibu tidak mau bertemu dengan ayah? Selama ini ayah juga menderita, Bu."Kimi berusaha untuk dudu
Bugh!Tendangan Gallen melempar David hingga menghantam dinding dan menyebabkan dinding itu jebol."Bawa dia!" titah Gallen pada dua orang anak buah Kenzie yang menonton aksinya."S–siap, Komandan!"Mereka gugup melihat kehebatan Gallen. Tak terbayang jika mereka yang berada di posisi David. Mengerikan.Cepat-cepat mereka mengangkat sosok David yang tergeletak di tanah.Suara dering ponsel memecah kesunyian di kamar isolasi Grath.Thomas meninggalkan komputer yang memuat laporan perkembangan kesehatan Grath. Berjalan sedikit menjauh setelah membaca nama Gallen pada layar monitor."Firasatku tidak enak menerima panggilan telepon darimu pagi-pagi begini," ujar Thomas dengan suara lirih."Apa istriku bersama Kakek? Aku tidak bisa menghubunginya.""Tidak. Ada apa?""Kek, kalau Grizelle datang menemui Kakek, tolong minta dia untuk ke rumah ibuku, mengambil baju. Ibuku dirawat di Rumah Sakit.""Ibumu dirawat?! Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?""Ceritanya panjang, Kek. Aku masih ada