Share

Bab 22

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bak seorang ksatria melindungi junjungannya, Falisha melawan ketakutan di dalam dirinya untuk bangkit dari duduk. Dia tegak membelakangi ayahnya. Menyembunyikan lelaki rapuh itu dari pandangan orang asing.

Baru saja Falisha hendak membuka mulut untuk memaki Codet dan gerombolannya, bunyi gedebuk keras mengunci mulutnya yang ternganga.

Codet dan anak buahnya berlutut di lantai dengan kepala tertunduk.

 “Maafkan kami, Tuan Ghifari! Katakan apa yang harus kami lakukan untuk menebus kesalahan kami!”

Apa matahari terbit dari Barat? Falisha mengucek mata, seperti baru saja bangun dari tidur dan belum terlepas dari pengaruh mimpi.

Uhuk! Uhuk!

Suara batuk Ghifari menyadarkan Falisha.

“Pergi! Jangan ganggu ayahku! Apa kalian belum puas telah membuatnya terbaring di sini?”

Codet merangkak maju, menjangkau kaki Falisha. Kaget dengan gerakan tak terduga Codet, Falisha bergerak mundur hingga pantatnya membentur

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
true Bcv8637
siak kebanyakkan bacot
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 23

    Senyum tulus terukir hangat di bibir Ghifari. Penampakan bibir pucat itu masih sedikit dower dan menyisakan lecet.“Aku senang kalian akhirnya menyadari kesalahan kalian.”“Ya, ya. Kami sungguh bodoh sebelumnya. Kami buta akan nilai-nilai kebenaran, tapi … kini mata hati kami telah terbuka.”“Bangunlah! Jika kalian terus berlutut, bisa-bisa orang lain akan berpikir bahwa kami menyiksa kalian.”Falisha mendelik. Dia tidak suka ayahnya telah melupakan kekejaman Codet dan anak buahnya. Akan tetapi, dia juga tidak bisa mencegah ketika gerombolan gangster itu bergegas bangkit setelah mendengar perintah Ghifari.“Terima kasih, Tuan! Anda sungguh lelaki berhati mulia.”Codet mengayun langkah mendatangi Ghifari. Dia tersenyum ramah pada Falisha dan berkata, “Permisi, Nona! Mulai hari ini, aku yang akan menemani Tuan Ghifari.”Seperti terhipnotis, Falisha menyingkir ke samping.

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 24

    “Apa pinggang Ayah masih nyeri?” Gallen meraba lembut bagian tulang rusuk Ghifari yang patah.“Aku memiliki anak lelaki bertangan ajaib. Bagaimana mungkin aku masih merasa nyeri?”Mata Ghifari penuh dengan kilatan senyum dan bangga saat menyanjung Gallen.“Oh, jadi itu alasan Anda menolak dokter untuk melakukan tindakan operasi?”Entah sejak kapan Hellen memasuki ruangan. Ghifari dan yang lainnya tak ada yang menyadari kemunculan dokter cantik itu. Apa perempuan itu memasang buntalan kapas pada hak sepatunya hingga langkahnya tak terdengar?Gallen kikuk. Dia menerapkan pengobatan alternatif kepada ayahnya secara diam-diam. Namun, ayahnya baru saja membocorkan rahasianya tanpa sengaja. Apa Dokter Hellen akan marah?“Aku sudah tua dan terlalu takut untuk menghadapi pisau bedah.”Ghifari menyelamatkan Gallen dari rasa canggung. Lelaki sepuh itu tersenyum kepada Hellen. Lalu, menyodorkan len

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 25

    Senyuman hangat mengembang di bibir Gallen. “Ayah fokus saja pada pemulihan kesehatan Ayah. Biarkan biaya rumah sakit menjadi urusanku!” Ghifari tidak tahu kalau Gallen sudah merebut kembali rumah mereka yang tergadai. Dia pikir anak gadisnya telah berhasil mendapatkan rumah kontrakan. Tak masalah ukurannya kecil. Yang penting mereka bisa tinggal dengan damai. Kalau saja identitas asli Gallen bukan sebuah rahasia, tentu Ghifari tidak akan secemas itu memikirkan dari mana mendapatkan uang untuk melunasi tagihan biaya rumah sakit serta membayar kontrakan nanti. Gallen menoleh pada Codet. “Temani ayahku sebentar! Aku akan menghubungi seseorang.” “Kalau Tuan bermaksud untuk menyewa kendaraan, itu tidak perlu. Aku akan dengan senang hati mengantar Tuan Ghifari.” Gallen membatalkan niatnya untuk menghubungi Kenzie. “Kau bawa mobil?” Codet mengangguk, lalu menelepon salah satu anak buahnya. “Kenapa tidak bilang dari tadi!” Gallen mera

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 26

    Turun dari motor butut kesayangannya, Gallen disambut oleh wajah serius Kenzie. Lelaki itu duduk di atas sebuah kursi plastik berbentuk bulat sambil mengawasi seorang karyawan Gallen yang sedang bekerja.“Sudah lama?”Kenzie baru menyadari kehadiran Gallen. “Ah, belum terlalu lama,” sahutnya, meninggalkan tempat duduknya dan menyusul Gallen masuk ke sebuah ruangan kecil.“Kau sudah mendapatkan informasinya?” tanya Gallen, menghempaskan pantat pada kursi putar tua. Warnanya bahkan sudah pudar.“Ya. Tidak sulit mendapatkannya.”Kenzie duduk berhadapan dengan Gallen. Mengulurkan sebuah amplop cokelat kepada Gallen.Gallen membuka amplop di depannya. Ekspresi wajahnya tak terbaca ketika dia sedang berkonsentrasi menyerap informasi yang tersaji dalam semua dokumen itu. Setelah selesai, ditaruhnya kembali amplop itu di atas meja.“Jadi, Codet benar-benar pemimpin tertinggi kelompok Cakar

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 27

    “Aw! Panaaas … panaaas!”Bella—gadis bertubuh tinggi semampai dengan kulit kuning langsat—menjerit kesakitan seraya menarik kemeja yang dikenakannya. Sebelah tangannya menyambar tisu di atas meja.Secangkir cokelat panas baru saja memandikan bagian depan tubuhnya. Bahkan, cipratan minuman favoritnya itu juga mengenai wajahnya. Disekanya wajah rasa terbakar itu dengan helaian tisu.“Maaf, Nona … s–saya tidak sengaja.”Darah seakan disedot habis dari wajah Falisha. Disambarnya helaian tisu di atas meja, bermaksud untuk menyeka lelehan cokelat panas yang membasahi baju Bella.Bella menepis tangan Falisha. Sorot matanya memerah saga, seolah-olah dia ingin mencabik-cabik tubuh Falisha detik itu juga.“Kamu bisa kerja nggak sih?! Kamu sengaja ya ingin mencelakaiku?”“T–tidak, Nona. S–saya benar-benar tidak sengaja.”“Dasar udik! Bekerja

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 28

    Bertahun-tahun Bram mengejar Falisha, tetapi gadis itu tak pernah memberinya kesempatan. Jangankan membalas perasaannya, melirik pun enggan. Gadis itu selalu melarikan diri darinya. Sekarang saatnya untuk memberi sedikit pelajaran. “Dia teman sekampusku.” Bram mengakui mengenal Falisha. Bella memindai sekujur tubuh Falisha dari ujung kepala hingga ke kaki. “Hanya teman sekampus atau … dia wanita yang selama ini terobsesi denganmu?” Falisha mendongak. Menatap tak percaya pada Bella, lalu beralih pada Bram. Sorot matanya seakan ingin menelan lelaki itu hidup-hidup. Bram merasakan hawa dingin menjalari sekujur tubuhnya. Aliran darahnya seakan membeku seketika. Tatapan mata Falisha bukan hanya menyiratkan ketidaksenangan seperti sebelumnya, melainkan penuh kebencian dan dendam. Lewat pandangan menikam itu seakan-akan Falisha berkata, ‘Kurang ajar! Kamu cari mati dengan memutarbalikkan fakta! Tunggu pembalasan dariku!’ Akan tetapi,

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 29

    “Heh, Falisha! Kau sengaja ingin mempermalukan Bella?” Bram semakin menunjukkan keberpihakannya pada Bella. “Aku hanya menawarkan solusi.” Falisha menjawab acuh tak acuh. Orang-orang di kafe itu kian tertarik menyaksikan perdebatan antara mereka. Warna muka Bella bergulir pucat ketika jarak lelaki bertubuh tambun dengan dirinya bertambah dekat. Tanpa sadar dia bergeser, berlindung di balik badan Bram. Kalau saja dia tahu bahwa lelaki itu adalah Winata sang pemilik kafe, tentu dia tidak akan berani bersikap sombong. Merasakan tangan Bella gemetar saat menggelayuti lengannya, jiwa pahlawan Bram bangkit. Dia membusungkan dada. Dagunya menjulang angkuh menatap lelaki yang mendatangi Bella. Lewat postur tubuhnya, dia seakan berkata, ‘Jangan coba-coba mengganggu wanitaku! Atau kau akan merasakan akibatnya!’ “Anda sangat cantik, Nona! Tapi … Anda juga licik!” Winata tersenyum sinis. “Apa menurut Anda tidak ada seorang pun dari kami yang meny

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 30

    “Berengsek! Siapa yang berani bermain-main denganku?!”Winata memaki geram. Bokongnya terasa sakit akibat tendangan yang sangat keras. Dia nyaris batuk darah ketika dadanya menghantam tepi meja.Begitu berhasil membalikkan badan, matanya melotot pada Gallen. “Kau?!”Gallen memasang wajah datar. “Ya. Itu aku! Anda pantas mendapatkannya.”Winata telah berhasil menguasai diri. Dia melangkah menghampiri Gallen. “Siapa kau hingga berani mencampuri urusanku?”Tatapan mengejek memancar dari mata geram Winata. Disapunya sekujur tubuh Gallen. “Cih! Kau bahkan tidak layak menginjakkan kaki di sini!”“Apa Anda pikir aku senang menginjakkan kaki di tempat sekotor ini?”“Jaga bicaramu! Apa kau tahu dengan siapa kau berhadapan?” Winata mengepalkan tinju. “Sebaiknya kau lekas angkat kaki dari sini sebelum anak buahku mematahkan kakimu!”“Tent

Latest chapter

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 448

    "Nyonya Bellona Hopkins?!" seru Gallen, kaget. "Tidak. Anda datang pada waktu yang tepat. Mari bergabung bersama keluargaku!""Iya, Nyonya. Ayo duduk sini!" Kimi menjemput Bellona."Terima kasih!" Bellona merasa terharu dengan sambutan Gallen dan keluarganya. "Sebenarnya, aku ke sini ingin minta maaf pada Gallen atas namaku dan juga Atha. Aku terlalu serakah dan mementingkan anakku.""Seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu bisa dimaklumi, Nyonya," sahut Gallen. "Kami juga minta maaf karena telah melaporkan Anda dengan beberapa tindak kejahatan yang tidak Anda lakukan."Wajah Gallen kecut, merasa bersalah."Itu bukan kesalahanmu sepenuhnya. Wanita berhati iblis itu yang sangat pandai menipu orang." Muka Bellona menggelap. "Kalau aku tahu Bibi Rose menggunakan wajahku untuk berbuat jahat, aku pasti telah lebih dulu menyeretnya ke penjara. Dia benar-benar licik!""Dia pasti mempelajari keterampilan make-up saat berada di Korea Selatan," timpal Kimi."Betul. Itu ar

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 447

    Gallen melangkah gontai memasuki rumah. Ia melewati Grizelle yang duduk santai di ruang tengah begitu saja.Namun, ketika sudut matanya menangkap bayang Grizelle saat hendak menaiki tangga, ia berbalik.Tanpa malu-malu ia merebahkan diri dan meletakkan kepala di pangkuan Grizelle yang duduk berjuntai di atas sofa.Grizelle mengelus rambut Gallen yang jatuh ke kening."Kamu dari mana saja? Aku sangat khawatir. Teleponmu tidak aktif."Gallen merogoh saku, mengeluarkan ponsel. "Ck! Baterainya habis.""Sini! Kubantu mengisikan dayanya.""Nanti saja! Aku masih mau seperti ini." Gallen menaruh ponsel di atas meja, lalu melingkarkan lengan pada pinggang Grizelle.Saat hatinya sedang galau dan pikiran kacau, berbaring di pangkuan Grizelle bikin nyaman.Wangi vanila berpadu dengan aroma alami tubuh Grizelle menghadirkan perasaan tenang di hati Gallen.Setelah cukup lama menikmati kehangatan pangkuan Grizelle, Gallen bangkit. Mengecup kening Grizelle."Terima kasih. Bersamamu, aku selalu merasa

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 446

    "Kenapa? Kaget? Hahaha ...."Wanita itu tak peduli dengan keberadaan polisi dan tangannya yang terbogol. Ia tertawa, seperti telah kehilangan kewarasannya.Gallen bukan hanya kaget, tapi syok. Tak menyangka orang yang selama ini dikenalnya begitu baik dan berada di pihaknya, ternyata merupakan dalang dari segala kemalangan yang menimpa keluarganya."Bibi Rose, katakan bahwa ini tidak benar!""Hahaha ... sayangnya, inilah kenyataannya."Gallen menggeleng-geleng. Masih sulit memercayai kebenaran yang terpampang di depan mata."Kenapa, Bi? Bukankah nenekku selalu memperlakukan Bibi dengan baik?"Gallen masih ingat, walaupun samar, neneknya tidak pernah memperlakukan Bibi Rose dengan kasar.Rianna bahkan memercayai Bibi Rose menjadi pelayan pribadinya. Neneknya bahkan tak pernah perhitungan dalam membelikan pakaian dan memenuhi kebutuhan Bibi Rose.Tapi lihat balasan yang diberikan wanita itu! Hanya pengkhianatan terhadap keluarganya."Baik? Cih! Nenekmu bahkan lebih licik dari seekor rub

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 445

    "Bro, target memasuki perangkap. Kau ingin melihat langsung?""Aku sudah berada di lokasi. Di mana kau?"Gallen berdiri di belakang sebuah tiang besar, mengawasi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil.Wanita itu memakai setelan tunik dan celana panjang yang terlihat modis. Sehelai masker dan kacamata hitam berbingkai lebar menutupi wajahnya yang lonjong.Sebuah topi bulat dengan hiasan sekuntum bunga teratai mekar meneduhi wajahnya yang tersembunyi dari terik matahari."Arah jam sembilan."Gallen mengerling ke titik yang disebutkan. Tampak bayangan Regan duduk di belakang roda kemudi, berlagak sedang membersihkan dashboard. Namun, matanya sering kali mengerling ke pintu gerbang."Aku pada titik jam satu."Pandangan keduanya segera bertemu begitu Gallen menutup panggilan telepon.Regan tersenyum seraya mengangguk ringan.Wanita itu telah memasuki lobi hotel. Regan mengikuti dari belakang layaknya juga seorang pengunjung.Gallen berjalan memutar. Memasuki hotel lewat pintu khusu

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 444

    "Laura, memaafkan dan kembali bersama adalah dua hal yang berbeda! Jangan mengharapkan lebih dari apa yang dapat kuberikan dan pantas untuk kau dapatkan!"Binar di mata Laura sirna seketika. Tatapannya luruh ke tanah."Tapi aku masih sangat mencintaimu, Gallen! Tak bisakah kamu menceraikan istrimu dan kembali padaku?""Laura, rumah tangga bukan hanya tentang rasa cinta, tapi tentang komitmen dan saling percaya."Cinta adalah ungkapan rasa hati. Dan asal kau tahu, hati itu sangat rapuh. Mudah sekali terbolak-balik, seperti musim yang terus berganti."Sementara komitmen adalah keteguhan hati dalam memegang janji suci. Tak peduli sekuat apa semesta mengguncangnya, ia tak akan berubah. Tetap setia melewati berbagai cobaan dan rintangan."Namun, sekali komitmen itu hancur, maka yang tersisa hanyalah serpihan tak berwujud, dan tak akan pernah bisa kembali utuh seperti semula."Kau bukan hanya telah menghancurkan komitmen cintamu denganku, Laura, tapi juga telah membuangnya. Apa lagi yang bi

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 443

    Hening!Orang itu tak menyahuti perkataan Gallen. Ia sama sekali tak membantah tuduhan Gallen."Siapa kau?"Gallen menekan beberapa titik di punggung orang itu dengan gerakan cepat. Mengunci tubuhnya agar tak bisa melarikan diri."Kamu apakan badanku, hah?! Lepaskan aku!"Gallen terkesiap. Ternyata sosok yang bersembunyi di balik coat panjang dengan kepala tertutup hoodie lebar itu adalah seorang perempuan."Kau tidak akan ke mana-mana sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan darimu," bisik Gallen, dengan nada penuh penekanan.Beberapa pasang mata, dari orang-orang yang melintas hendak keluar masuk Rumah Sakit, mengerling curiga pada Gallen.Gallen pindah ke hadapan wanita itu. Tegak dengan sebelah tangan bersembunyi dalam saku celana.Posisi mereka seperti dua orang kenalan yang saling bercengkerama.Keinginan wanita itu untuk kabur dari Gallen melebihi kuatnya terjangan ombak yang mengempas batu karang. Sayang, sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan."Tolong, lepaskan aku! Aku janj

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 442

    "Ada apa ini? Kenapa semua terlihat canggung?" tanya Grizelle, merasa tak enak hati karena masuk tanpa mengetuk pintu."Ah, itu hanya perasaanmu saja!"Gallen menyongsong Grizelle, mengambil alih tas berukuran kecil, yang berisi pakaian Kimi."Instingku tak pernah salah," bisik Grizelle. "Aura ruangan ini agak aneh."Gallen tersenyum simpul. Ia akui Grizelle memiliki kepekaan yang luar biasa. Pantas saja ia tak pernah gagal dalam menyelidiki kasus kliennya."God! Ayah juga di sini?" seru Grizelle, bergegas menyalami Grath. "Huh! Sekarang aku tahu kenapa ruangan ini terasa aneh. Ternyata Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terlempar dari surga ke belahan dunia yang berbeda.""Greeze, apa yang kamu katakan?" Pipi Kimi merona merah.Perumpamaan yang disematkan Grizelle pada dirinya dan Grath menurutnya terlalu berlebihan."Wah, Ayah juga sudah sembuh? Luar biasa! Memang ya ... lelaki akan melupakan segala rasa sakit dan kesedihannya begitu melihat senyum menawan sang istri," imbuh Griz

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 441

    "Penjahat seperti David Kyler tidak akan mampu menyentuhku, Bu. Ibu tidak perlu mencemaskan aku. Pikirkan saja kesehatan Ibu! Ibu harus segera sembuh.""Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan aku secara berlebihan."Gallen meraih jemari Kimi. "Bu, aku takut. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Ibu, aku akan merasa bersalah seumur hidup. Aku akan dihantui perasaan menyesal.""Gallen, tidak ada yang perlu disesali dari sebuah takdir. Cepat atau lambat, kita semua akan meninggalkan dunia ini.""Aku tahu, Bu. Tapi aku akan menyesal karena aku belum sempat mempertemukan Ibu dengan ayah.""Kamu tidak perlu melakukan itu, Gallen." Kimi melengos. Matanya terasa panas."Kenapa? Apa Ibu tak lagi mencintai ayah?""Bukan. Bukan karena itu. Seumur hidupku, aku hanya mencintai satu orang pria. Dan Pria itu adalah ayahmu."Aku tidak pernah mencintai lelaki lain, dan tidak akan pernah bisa.""Tapi, kenapa Ibu tidak mau bertemu dengan ayah? Selama ini ayah juga menderita, Bu."Kimi berusaha untuk dudu

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 440

    Bugh!Tendangan Gallen melempar David hingga menghantam dinding dan menyebabkan dinding itu jebol."Bawa dia!" titah Gallen pada dua orang anak buah Kenzie yang menonton aksinya."S–siap, Komandan!"Mereka gugup melihat kehebatan Gallen. Tak terbayang jika mereka yang berada di posisi David. Mengerikan.Cepat-cepat mereka mengangkat sosok David yang tergeletak di tanah.Suara dering ponsel memecah kesunyian di kamar isolasi Grath.Thomas meninggalkan komputer yang memuat laporan perkembangan kesehatan Grath. Berjalan sedikit menjauh setelah membaca nama Gallen pada layar monitor."Firasatku tidak enak menerima panggilan telepon darimu pagi-pagi begini," ujar Thomas dengan suara lirih."Apa istriku bersama Kakek? Aku tidak bisa menghubunginya.""Tidak. Ada apa?""Kek, kalau Grizelle datang menemui Kakek, tolong minta dia untuk ke rumah ibuku, mengambil baju. Ibuku dirawat di Rumah Sakit.""Ibumu dirawat?! Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?""Ceritanya panjang, Kek. Aku masih ada

DMCA.com Protection Status