Merasakan sesuatu yang dingin di lehernya, pria itu kemudian menunduk dan menyadari ada belati menempel di tenggorokannya! "Mau menjelaskan kenapa kau mengikutiku?" tanya Gerald sambil menyipitkan matanya. “K-kau salah, Saudara! Aku tidak mengikutimu!” jawab pemuda itu sambil menelan ludah dan tersenyum canggung sambil mengangkat kedua tangannya. Mendengar itu, Gerald sedikit terkejut. Pemuda itu bukan hanya tidak melawan dan mengancamnya, tetapi dia juga tidak mengubah qi esensialnya sama sekali! Meskipun itu di luar dugaannya, Gerald hanya menarik napas dalam-dalam dan menjawab, "Apakah ini karena aku masuk tanpa izin ke area terlarang tadi malam?" “Area terlarang?” tanya pemuda itu yang merasa bingung. Dia tidak tahu kalau Gerald pergi ke Gunung Nimbus tadi malam. Dia hanya diberitahu bahwa bocah itu punya Roh Primordial Hercules dan tidak diizinkan meninggalkan pulau itu. Gerald menunjuk ke arah Gunung Nimbus kemudian berkata, “Gunung besar di sana.” Ketika Gerald ber
“Aku pernah mendengar rumor bahwa pulau itu tidak bisa ditemukan kecuali diadakan lelang di sini. Benar begitu?" tanya Gerald sambil menatap Yaacob. “Aku… tidak bisa menjawabnya karena aku juga baru pertama kali mendengar soal itu. Kalau kamu ragu, ketahuilah bahwa meskipun kami bertugas menjaga ketertiban di sini, kami tidak diizinkan berada di pulau itu kecuali jika diperintahkan. Jadi kami datang ke sini di waktu yang hampir bersamaan dengan kalian semua,” jawab Yaacob sambil menggelengkan kepalanya. Yakin bahwa Yaacob tidak berbohong, Gerald kemudian menghela napas sambil berkata, “Baik. Kalau begitu beri tahu aku apa lagi yang kamu ketahui tentang tempat ini." "Mmm, ada banyak makanan enak di sini! Mari aku antar!” seru Yaacob dengan kilatan kegembiraan di matanya. Setelah mendengar itu, Gerald tidak tahu apakah harus merasa senang atau sedih. Meskipun sekarang dirinya tahu bahwa penyelenggara belum berniat untuk melakukan apapun padanya—yang memastikan keselamatan Aiden dan L
Meskipun Yaacob tidak terlihat mencurigakan dan sejauh ini masih bisa dipercaya oleh Gerald, tetap saja pria itu adalah bagian dari keluarga penyelenggara. Karena Gerald hanya tahu sedikit soal keluarga itu, ia tetap harus waspada terhadap Yaacob. Karena Yaacob mengikuti Gerald sampai ke kamarnya, Aiden yang sedang berbaring di sofa langsung bangkit dan bertanya, “Siapa dia?” “Dia teman yang baru ku kenal. 'Teman', kamu tidak akan tinggal bersama kami, kan? Lagi pula, hanya ada tiga kamar dan tiga tempat tidur di sini,” jawab Gerald—yang tidak mau Aiden tahu kejadian sebenarnya—sambil menoleh pada Yaacob. “Ah, jangan khawatirkan aku. Aku akan mencari kamar lain!” kata Yaacob sambil menggelengkan kepalanya. Misinya hanya mengawasi Gerald, bukan untuk berada di sampingnya setiap saat. Begitu Yaacob pergi, Gerald akhirnya bisa bernapas lega. Ia menuangkan segelas air kemudian bertanya, "Omong-omong, di mana Paman Grubb?" “Dia pergi untuk mendaftarkan kita di lelang besok,” jaw
Terlepas dari statusnya, Walter tidak terlihat seperti kepala keluarga dan lebih seperti seorang ayah yang mengkhawatirkan kehidupan putrinya. Setelah mendengar itu, tetua ketiga segera membungkuk sedikit dan berkata, “Benar. Namanya Gerald Crawford dan dia masih di pulau itu. Yaacob mengawasinya untuk berjaga-jaga jika dia mencoba kabur.” “Bagaimana dengan latar belakang keluarganya?” tanya Walter. “Dia tampaknya seorang kultivator soliter. Sayangnya, saya belum mengetahui apa pun tentang latar belakang keluarganya,” gumam Tetua Ketiga yang masih tidak yakin dengan perkataannya sendiri. “Apakah kamu benar-benar yakin? Kedengarannya itu tidak mungkin.” jawab Walter sambil menghela napas. “Yah. Nona Muda yang pertama kali merasakan Roh Primordial Hercules-nya. Saya juga bisa merasakannya ketika bocah itu mencoba memasuki Gunung Nimbus tadi malam,” jelas Tetua Ketiga sambil menggelengkan kepalanya. “Sekarang coba pikirkan, bagaimana mungkin seorang kultivator soliter punya Ro
“Lalu tunggu apa lagi, Mia? Kamu punya waktu kurang dari satu tahun! Jika kita tidak bertindak cepat, pemuda itu akan pergi dan kita mungkin tidak akan bisa menemukannya lagi!” jawab Walter dengan nada mendesak. Bagaimanapun juga, nyawa putrinya dipertaruhkan! Mendengar itu, Mia hanya bisa menunduk sambil bergumam, “Tolong tinggalkan aku dan ayahku sebentar.” Tetua Ketiga mengangguk pelan kemudian segera meninggalkan ruangan diikuti yang lain. Begitu mereka pergi, Mia menggulung lengan bajunya dan berkata dengan suara pelan, “Ayah, aku yakin Ayah tahu apa yang harus kulakukan pada pemuda itu untuk menyembuhkan racun dingin di tubuhku.” Setelah hening sejenak, Walter kemudian menjawab, "Ya, aku tahu." “Bolehkah aku mengenal orang ini dulu? Aku harus bisa menerimanya sebelum mengizinkannya mengobati racun dinginku, kan?” kata Mia, merasa sangat malu. “Kamu terlalu pilih-pilih! Yang terbaik adalah kamu bersama pemuda itu, tidak ada pilihan lain. Kalau kamu memang sadar akan
“Aku mengerti, Ayah,” jawab Mia sambil menutup pintu di belakangnya.***Keesokan paginya, Gerald sedang berbaring di tempat tidur dengan mata terbuka lebar. Setelah semua yang terjadi, ia tidak bisa tidur sedikit pun dan merenung sepanjang malam tanpa hasil. Lamunan Gerald terhenti ketika terdengar ketukan di pintu kamarnya, diikuti oleh Aiden yang berkata, "Si Yaacob itu ada di sini..." Setelah mendengar itu, Gerald hanya bisa menghela napas. Meskipun tidak suka ada yang mengawasinya, apa lagi yang bisa dilakukan? Ia berguling bangkit dari tempat tidurnya kemudian membuka pintu dan menjawab, "Biarkan masuk." Setelah Gerald selesai mencuci muka, Yaacob sudah duduk di ruang tamu. Melihat Gerald, Yaacob segera menunjuk beberapa kantong makanan di atas meja dan berkata, “Aku bangun pagi-pagi untuk membelikan kalian sarapan. Coba makanan yang aku beli. Aku yakin kalian pasti suka.” “Terima kasih,” jawab Gerald dengan nada pasrah."Sama-sama. Hmm? Ah, kamu sudah bangun, Pama
Pelelangan itu diadakan di sebuah gedung besar di tengah pulau yang menyerupai colosseum Romawi, sebagian besar bagian tengahnya berlubang untuk memungkinkan pencahayaan masuk. Gedung lelang itu terdiri atas dua lantai, dengan lantai atas menjadi platform bundar dengan beberapa 'kotak' yang tertata rapi tempat para penonton bisa duduk. Semua kotak dikelilingi oleh kaca tempered bening yang memungkinkan penonton untuk melihat meja lelang di lantai satu. Sementara itu, di lantai satu ada tiga ratus baris bangku kayu. Di depan bangku ada meja lelang dan di belakang meja ada dua pintu kayu yang memberi akses ke belakang panggung. Orang-orang sudah berkerumun di dalam gedung sejak pukul delapan pagi. Karena membawa tiket dari Yaacob, Gerald dan rombongannya bisa langsung menaiki tangga kayu di samping tempat lelang dan menuju ke lantai atas. Ketika anggota panitia melihat Yaacob, dia segera menunjuk ke arah pintu—bahkan tanpa memeriksa tiket—dan berkata, “Silakan masuk.” Yaacob han
“Ya, yang itu orangnya,” jawab Tetua Ketiga meyakinkan. “Apa? Bagaimana mungkin dia memiliki Roh Primordial Hercules di usia semuda itu? Seberapa kuat keluarganya? Mungkinkah dia dari sekte kultivasi besar? Tapi waktu aku bertanya sebelumnya, sepertinya tidak ada yang memiliki roh primordial! Tidak mungkin anak itu bisa mendapatkan kekuatan itu tanpa tergabung di sekte. Semua ini tidak masuk akal!” seru Walter sambil berusaha tetap tenang. "Kami juga sempat ragu apakah dia memang seorang kultivator soliter," gumam Tetua Ketiga dengan suara rendah. "Jika memang begitu, maka bocah itu benar-benar menakutkan," jawab Walter sambil menggelengkan kepalanya. Walter belum pernah mendengar seorang kultivator muda mendapatkan kekuatan yang begitu besar sehingga banyak orang mengejarnya. Jika berita tentang bocah yang memiliki Roh Primordial Hercules menyebar, Walter khawatir dia terpaksa harus menghentikan pelelangan tahun ini. "Apa yang harus kita lakukan, Tuan?" tanya Tetua Ketiga sa