“Aku mengerti, Ayah,” jawab Mia sambil menutup pintu di belakangnya.***Keesokan paginya, Gerald sedang berbaring di tempat tidur dengan mata terbuka lebar. Setelah semua yang terjadi, ia tidak bisa tidur sedikit pun dan merenung sepanjang malam tanpa hasil. Lamunan Gerald terhenti ketika terdengar ketukan di pintu kamarnya, diikuti oleh Aiden yang berkata, "Si Yaacob itu ada di sini..." Setelah mendengar itu, Gerald hanya bisa menghela napas. Meskipun tidak suka ada yang mengawasinya, apa lagi yang bisa dilakukan? Ia berguling bangkit dari tempat tidurnya kemudian membuka pintu dan menjawab, "Biarkan masuk." Setelah Gerald selesai mencuci muka, Yaacob sudah duduk di ruang tamu. Melihat Gerald, Yaacob segera menunjuk beberapa kantong makanan di atas meja dan berkata, “Aku bangun pagi-pagi untuk membelikan kalian sarapan. Coba makanan yang aku beli. Aku yakin kalian pasti suka.” “Terima kasih,” jawab Gerald dengan nada pasrah."Sama-sama. Hmm? Ah, kamu sudah bangun, Pama
Pelelangan itu diadakan di sebuah gedung besar di tengah pulau yang menyerupai colosseum Romawi, sebagian besar bagian tengahnya berlubang untuk memungkinkan pencahayaan masuk. Gedung lelang itu terdiri atas dua lantai, dengan lantai atas menjadi platform bundar dengan beberapa 'kotak' yang tertata rapi tempat para penonton bisa duduk. Semua kotak dikelilingi oleh kaca tempered bening yang memungkinkan penonton untuk melihat meja lelang di lantai satu. Sementara itu, di lantai satu ada tiga ratus baris bangku kayu. Di depan bangku ada meja lelang dan di belakang meja ada dua pintu kayu yang memberi akses ke belakang panggung. Orang-orang sudah berkerumun di dalam gedung sejak pukul delapan pagi. Karena membawa tiket dari Yaacob, Gerald dan rombongannya bisa langsung menaiki tangga kayu di samping tempat lelang dan menuju ke lantai atas. Ketika anggota panitia melihat Yaacob, dia segera menunjuk ke arah pintu—bahkan tanpa memeriksa tiket—dan berkata, “Silakan masuk.” Yaacob han
“Ya, yang itu orangnya,” jawab Tetua Ketiga meyakinkan. “Apa? Bagaimana mungkin dia memiliki Roh Primordial Hercules di usia semuda itu? Seberapa kuat keluarganya? Mungkinkah dia dari sekte kultivasi besar? Tapi waktu aku bertanya sebelumnya, sepertinya tidak ada yang memiliki roh primordial! Tidak mungkin anak itu bisa mendapatkan kekuatan itu tanpa tergabung di sekte. Semua ini tidak masuk akal!” seru Walter sambil berusaha tetap tenang. "Kami juga sempat ragu apakah dia memang seorang kultivator soliter," gumam Tetua Ketiga dengan suara rendah. "Jika memang begitu, maka bocah itu benar-benar menakutkan," jawab Walter sambil menggelengkan kepalanya. Walter belum pernah mendengar seorang kultivator muda mendapatkan kekuatan yang begitu besar sehingga banyak orang mengejarnya. Jika berita tentang bocah yang memiliki Roh Primordial Hercules menyebar, Walter khawatir dia terpaksa harus menghentikan pelelangan tahun ini. "Apa yang harus kita lakukan, Tuan?" tanya Tetua Ketiga sa
"Apa? Buku ini berisi tentang penjelasan teknik kultivator. Kamu bilang kamu ingin menjadi seorang kultivator, kan?” jawab Gerald sambil tertawa terbahak-bahak. "Hah? Buku ini berisi sebuah teknik?” gumam Aiden sedikit tidak percaya saat melihat buku lusuh di tangannya. Aiden mengira buku-buku yang mengajarkan informasi berharga seperti itu akan disimpan baik-baik. Tetapi ternyata kenyataannya berbanding terbalik dengan yang ia pegang! Seandainya Aiden tidak diberi tahu apa isi buku itu, ia pasti akan mengira Gerald menggunakannya untuk alas kaki meja. "Apa harus kuulangi lagi?" jawab Gerald sambil memutar matanya. “Yah, tidak… tapi… sungguh, kupikir kau memberiku semacam novel kuno!” seru Aiden dengan tawa malu sebelum dengan hati-hati memasukkan buku itu ke dalam sakunya, ia tidak mau sampai merusak buku yang sudah rapuh dan lapuk itu. “Baca ketika kamu ada waktu. Jangan ragu untuk bertanya padaku jika ada sesuatu yang tidak kamu mengerti,” jawab Gerald sambil melihat Aiden
“Benda Itu dibuat oleh Keluarga Marshall,” jelas Lucian."Keluarga seperti apa mereka?" tanya Gerald dan Aiden secara bersamaan.“Mereka adalah keluarga kultivator yang terkenal dengan alat yang mereka tempa. Asal kalian tahu saja, sebagian besar senjata dan artefak sihir yang digunakan para ksatria dibuat oleh keluarga ini. Apakah kalian ingat pedang yang tergantung di ruang tamuku?” jawab Lucian sambil mengelus jenggotnya. "Ya," jawab Gerald dengan anggukan ketika dia mengingat pedang panjang yang tergantung di dinding ruang tamu.Meskipun tahu soal pedang itu, ia tidak pernah mempedulikannya. "Nah, bagus. Dengar, pedang panjang itu dibuat oleh Keluarga Marshall dan aku berhasil mendapatkannya sekitar sepuluh tahun yang lalu. Pedang semacam itu memang biasa bagi Keluarga Marshall, tetapi hanya itu yang mampu dibeli oleh keluarga sepertiku. Aku menganggapnya sebagai harta keluarga, meskipun itu adalah sesuatu yang mungkin tidak akan dilihat oleh anggota Keluarga Marshall, " gum
Melihat Walter tersenyum, Tetua Ketiga tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Apakah ia cukup meyakinkan Anda, Tuan Kepala?" “Ya, lumayan, meskipun aku belum bisa mengatakan dengan pasti karena aku masih belum tahu kepribadiannya. Kita juga belum tahu banyak soal keluarga atau latar belakangnya. Jika tidak ada masalah di hal-hal itu, aku tidak keberatan dia menjadi menantuku,” jawab Walter dengan anggukan. Walter tahu jika Gerald mampu memiliki Roh Primordial Hercules pada usianya saat ini, ia pasti akan menjadi orang besar di bidang kultivasi dalam sepuluh atau dua puluh tahun lagi. Dari perhitungan itu, Walter tidak akan melewatkan kesempatan untuk punya menantu yang luar biasa. “Siapa yang Ayah maksud menantu? Kedengarannya mencurigakan,” seru Mia—yang diam-diam mengikuti mereka sejak tadi—sebelum meraih lengan ayahnya. “Ya, bukankah ia pilihan terbaik untukmu? Jika bisa lulus ujianku, maka reputasimu pasti akan terjaga,” jawab Walter dengan nada sayang sambil menepuk kepa
“Karena kamu tahu semua ini, apakah kamu adalah Tuan Muda dari keluarga besar atau semacamnya?” tanya Aiden sambil duduk di samping Yaacob. Meskipun ia tidak tahu siapa Yaacob sebenarnya, Aiden cukup yakin bahwa pemuda itu tidak merencanakan sesuatu yang buruk. "Kalau aku punya posisi seperti itu, aku tidak akan berada di sini!" jawab Yaacob dengan tawa yang sedikit pahit. Sebenarnya, statusnya tidak terlalu tinggi di Keluarga Zeman. Ia hanya seorang murid yang dirawat dengan baik oleh petinggi keluarga itu. “Menurutku itu sulit dipercaya. Apalagi kamu tidak hanya punya tiket VIP, tapi kamu juga tahu informasi yang tidak diketahui Paman Grubb! Beri tahu kami siapa kamu sebenarnya atau aku akan mengusirmu!” ancam Aiden saat dia meraih bahu Yaacob. “D-dengar, aku hanya seorang kultivator biasa! Kamu tidak tahu tentang ini karena kamu berasal dari dunia sekuler!” jelas Yaacob. “Huh. Cukup masuk akal,” jawab Aiden sambil melepaskan cengkeramannya dari Yaacob. “Baik, sudah cuk
Setelah melihat Tetua Ketiga, Mia berjalan ke arahnya dan tersenyum kecut sambil bertanya, "Mau pergi ke suatu tempat, Tetua Ketiga?" Tetua Ketiga mengangguk sebagai tanggapan, kemudian menjawab, "Ya, Nona Muda. Tuan Besar menyuruh saya melakukan sesuatu." “Oh, begitu. Apa yang kalian berdua bicarakan di sana? Aku hanya ingin tahu yang sebenarnya.” jawab Mia sambil menghalangi jalan pria tua itu. “Bukan sesuatu yang penting. Tuan hanya menyuruh saya untuk terus mengawasi Gerald dan memastikan pelelangan berjalan tepat waktu,” kata Tetua Ketiga sambil menelan ludah, ia harus sangat berhati-hati dengan yang ia katakan. Setelah mendengar itu, Mia sedikit tersipu. Ia terlihat gelisah dan gusar kemudian menambahkan, "Lagi pula, apa bagusnya dia?" “Hmm, saya pikir Anda sudah tahu ini. Tuan Besar tampaknya bermaksud menjadikan Gerald sebagai menantunya jika pemuda itu memenuhi semua harapannya. Jika itu terjadi, paling tidak Anda akan bisa mempertahankan reputasi," gumam Tetua Ketig