Gerald membalikkan badan dan menatap Xavia dengan kecewa, “Xavia, tentu saja aku nggak akan lupa semua yang kamu bilang. Bahkan karena kamulah aku merasa mendapatkan semangat hidup dan harapan selama masa sulit itu. Kamu tahu? Rasanya aku ingin memberi semuanya untukmu. Tapi sayang, kamu malah minta putus. Sejujurnya, sampai saat ini pun aku masih sakit hati. Tapi aku selalu berharap kamu baik-baik saja, sekarang maupun nanti. Kamu harus melanjutkan hidupmu tanpa aku.”Sudah tidak mungkin lagi bagi Gerald untuk kembali bersama Xavia, apalagi setelah beberapa hal yang terjadi di hari-hari terakhir ini. Gerald tidak sedang berkata asal, dia serius akan ucapannya.Perlahan Xavia mulai bisa mengontrol dirinya setelah mendengar kata-kata Gerald, tapi raut merah di wajahnya belum memudar. Dulu, seorang pria dengan sangat tulus mencintainya dan rela berkorban apapun untuknya. Sayangnya, dia ingin mencari kenyamanan yang lebih.Xavia tidak mampu mengatakan bahwa dia dulu juga mencintai Gerald
Tuan Harrison tidak menyangka bahwa Gerald, orang super kaya di Mayberry ternyata begitu rendah hati. Sangat jauh dari bayangannya. Ditambah lagi, Gerald bersedia membantu pelaksanaan programnya.Sementara itu di sisi Gerald, dia merasa masih belum bisa sepenuhnya berbaur. Tetapi dia juga tidak terburu-buru. Gerald tahu butuh waktu baginya untuk menyesuaikan diri dengan dunianya yang baru.Gerald bersiap untuk meninggalkan villa setelah semua tamu pulang. Ada ujian yang harus diikutinya besok jadi dia harus segera pulang dan berlatih. Tiba-tiba sebuah suara memanggilnya."Tuan Gerald!"Terlihat Jane dengan tergopoh gopoh menghampiri Gerald, masih dengan bekas merah di pipinya. Melihat Jane, Gerald jadi merasa kasihan. Staf senior yang cantik ini begitu galak dan tegas. Bahkan Gerald sendiri hampir kalah menghadapinya waktu itu."Ya? Kau butuh sesuatu?" tanya Gerald."Begini, Tuan. Saya sudah tidak ada shift siang ini, jadi saya akan pulang. Saya mau menawarkan mengantar Tuan Gerald ke
Gerald menatap wajah Jane lekat dan menyadari sepertinya ada yang tidak beres. Gerald lalu menoleh ke arah yang tadi diperhatikan Jane. Detik kemudian dia terkejut. Di sana ada dua orang pria dan satu wanita. Salah satu dari pria itu terlihat memiliki status sosial yang tinggi, sebuah mobil Maserati terparkir di depannya. Dia sedang berbincang dengan pria dan wanita yang lainnya. Yang membuat Gerald terkejut, dia mengenal pria dan wanita itu. Pria itu adalah Danny Xanders, teman sekelasnya dan yang wanita adalah Jacelyn Leigh, teman asrama Alice Bradford. Astaga, sejak kapan mereka berdua menjadi pasangan? Gerald mulai menduga-duga. Sepertinya Jane mengenal mereka juga. Pria yang berada di depan mobil lalu menoleh dan mengenali mobil Jane. Seketika raut wajahnya berubah riang dan segera berlari kecil menghampiri Jane. “Sial! Eh... Maaf, Tuan Gerald, saya tidak mengumpat Anda. Yang saya maksud adalah orang itu, Luke Evans. Saya hanya tidak mengira dia ada di sini. Orang ini kenapa
Jane menggertakkan giginya dengan geram. Di sampingnya, Jacelyn menempel erat di lengan Danny. Sejujurnya, melihat Jane yang cantik dengan mobil mewahnya, Jacelyn sempat merasa iri. Terlebih lagi, sejak tadi Jane tidak menghiraukan Jacelyn sama sekali. Jacelyn semakin jengkel dibuatnya.Mendengar kalimat terakhir Luke, Jacelyn jadi tersulut, dia lalu berbisik pada Luke dan Danny, "Kayanya Jane menyembunyikan sesuatu deh. Dia punya teman-teman yang hebat dan bisa membeli mobil mewah dengan mudah... Tapi apakah dia punya seseorang yang spesial? Kalau nggak om-om girang paling ya brondong jalanan."Plakk!Belum selesai Jacelyn berkata, tiba-tiba Jane menamparnya dengar keras, “Hei, mulutmu itu hati-hati ya, kalau bicara! Apa maksudmu berondong jalanan?”“Dasar jalang! Beraninya kamu nampar aku!” kata Jacelyn sambil memegangi pipinya yang terasa panas. Jane bersiap untuk menyerang Jacelyn lagi tapi urung karena Luke menghalau tangannya. “Jane Sayang, beritahu aku apa omongan Jacelyn tadi
“Eh ada apa, sih ini?" Kerumunan semakin besar dan orang semakin penasaran."Belum tahu, tapi kayaknya sih ada ribut-ribut antara gadis seksi sama pria kaya itu. Dan dengar-dengar yang wanita selingkuh sama gigolo yang sembunyi di dalam mobil. Dan sekarang mereka bertengkar hebat!""Aah, benar! Si pria selingkuhannya ada di dalam mobil. Wah, ini akan jadi tontonan seru!""Kalau aku yang ada di dalam mobil itu, gadis itu nggak akan kena masalah. Woohoo!! Hahaha!" para pria yang berkerumun di sana ramai berceloteh.Gerald yang masih duduk mematung di dalam mobil rasanya ingin bisa menghilang seketika. "Danny, apa yang terjadi?" Dua orang meringsek muncul dari kerumunan, satu pria dan satu wanita. Mereka berdua segera menghampiri Danny."Hai, Victor, Whitney... Kami sedang butuh bantuan di sini," jawab Danny lalu menjelaskan kondisi yang terjadi.Kerumunan semakin besar dan semua orang ingin melihat tontonan gratis itu dengan menerka-nerka klimaksnya akan seperti apa. "Hmm jadi begitu c
Ketika Whitney tahu bahwa harga gaun itu mencapai sepuluh ribu dolar, Whitney kaget. Karyawan toko juga heran alasan pemberian bosnya untuk Gerald bisa ada di tangan wanita lain. Dari situlah kemudian Whitney mendapat informasi. Selama ini Whitney penasaran dari mana Gerald mendapatkan kekayaannya. Gerald pernah bilang kalau dia punya teman-teman yang disegani. Hari ini temannya itu mengantarnya menggunakan Mercedes Benz, di waktu yang lalu menggunakan Ferrari. Oke, sekarang semua puzzlenya telah terkumpul. Misteri tentang kekayaan Gerald sudah terkuak. Baru Whitney tahu hari ini ternyata Gerald hanyalah pria miskin yang hina. Masuk akal!"Hmpph!" Victor menggeram, "Nggak nyangka, ya selama ini kamu kelihatannya orang baik, ternyata kamu sebusuk ini. Aku jadi kasihan sama Mila yang mau berteman dengan pecundang sepertimu."Kerumunan orang di sana mulai berisik melempar komentar:"Hahaha! Ooh, ternyata pria itu raja gigolo!" "Lumayan tampan sih, tapi nggak terlalu istimewa. Kok, dia
Gerald menoleh ke arah suara itu berasal. Terlihat Mila dengan raut cerianya."Hei, kamu ke sini mau latihan nyetir?" sambut Gerald."Yap! Aku mau ikut ujian kedua besok. Oh, ya, kamu sudah mau ujian ketiga, ya?" tanya Mila.Di pertemuan yang lalu, Mila belum sempat menyelesaikan ujian ke-duanya. Jadi dia harus ikut jadwal susulan. Gerald mengangguk."Oke, kalau gitu kita latihan bareng aja, semoga kita bisa sama-sama lulus, ya!""Boleh! Ayo, kitaaa... latihan nyetiiirr... semangaaat!"Gerald dan Mila sudah menjadi teman akrab sekarang. Dulu, Gerald sering canggung dan gugup kalau berada di dekat Mila.Mereka berdua berlatih sepanjang siang sampai sore karena keesokan harinya mereka harus mengikuti ujian masing-masing.Saat pelaksanaan ujian besoknya, Gerald bisa melalui sesi teori dan praktek dengan mulus. Ia lalu dinyatakan lulus dan beberapa hari lagi dia sudah bisa mendapatkan SIMnya.Gerald dan Mila sudah sepakat bahwa setelah selesai ujian mereka akan bertemu di gerbang masuk te
Selama bertahun-tahun Mila dan Irene memang selalu bersaing. Bahkan hal kecil pun bisa jadi perdebatan besar. Hari ini Mila untuk kesekian kalinya dibuat geram oleh Irene, tapi Mila tidak bisa berkata apa-apa.“Mila!”Gerald sejak tadi memperhatikan perdebatan mereka. Melihat Mila yang hampir kalah, Gerald berpikir mungkin ini saatnya dia datang dan menengahi."Eh, Gerald!" Mila tersentak kaget menyadari kedatangan Gerald. ‘Ah, harusnya Gerald tidak datang di saat aku sedang dipermalukan begini,’ pikir Mila."Woaah, Mila, siapa ini?" Irene memperhatikan Gerald dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Melihat Gerald yang berpenampilan sederhana, senyum Irene mengembang. Pasalnya, teman-teman Irene adalah orang terpandang dan berada. Bertolak belakang dengan Mila. ‘Ah bagaimana bisa Mila berteman dengan pria lusuh begini? Mila ada-ada saja. Kalau melihat cara pria ini memanggil Mila tadi, sepertinya mereka berdua punya hubungan spesial,’ gumam Irene dalam hati. “Ini temanku, namanya Ger