Setelah berjalan sebentar, keduanya tiba di ruang pribadi yang dimaksud. Setelah melangkah ke dalam, keduanya melihat Master Nacol duduk bersila dengan mata terpejam di samping tempat pembakaran dupa, tampaknya ia sedang bermeditasi. Setelah mendengar langkah Gerald dan Jace, Master Nacol membuka matanya dan menyapa, "Oh, hai, Tuan Crawford!" Tanpa membuang waktu, Gerald langsung menjawab sapaan itu dan langsung ke topik obrolan. Jace sudah memberitahu Master Nacol tentang apa tujuan Gerald di sini. Menurut pemahaman Master Nacol, Gerald sedang mencari informasi di mana Kota Kuno berada. Master Nacol bersedia menemui Gerald karena Gerald tidak hanya memberikan sumbangan besar-besaran untuk konferensinya kali ini, tetapi dia juga mendengar—dari Jace—bahwa Gerald telah menyelamatkan nyawa semua bayi itu! Dengan pemikiran itu, Master Nacol tentu saja sangat menghormati Gerald.“Memang benar aku tahu di mana Kota Kuno itu. Aku pernah pergi ke sana dengan seorang guruku yang sayang s
Guru Tuan Nacol berusaha mati-matian untuk melindungi Nacol dan memerintahkan dia melarikan diri ke Rumah Keluarga Gunter untuk mencari perlindungan dan meminta bantuan. Pada saat itu, pemuda itu telah membunuh delapan belas orang dengan sangat mudah. Nacol dan gurunya baru tahu bahwa pria itu punya kemampuan ilmu hitam. Sihirnya tampaknya berasal dari bunga aneh yang dia pegang.Beberapa saat setelah Nacol melarikan diri, pemuda itu mengejarnya dan entah bagaimana dia menempelkan bunga itu di dada Nacol. Segera setelah itu, Nacol merasa jiwanya tercabik-cabik dan kekuatan hitam menguasai seluruh tubuhnya. Meski begitu, Nacol tahu bahwa dia tidak boleh membiarkan dirinya kalah. Gurunya masih menunggu anggota Keluarga Gunter yang lain untuk datang menyelamatkannya. Nacol menggertakkan giginya dan berusaha merangkak saat dia mendengar jeritan orang-orang yang sedang sekarat di belakangnya. Pria itu sungguh kuat dan kejam… Tak satu pun dari mereka mampu melawannya! Setelah merangkak ja
Gerald semakin bingung setelah mendengar cerita Tuan Nacol. Namun seperti ada suara yang membisikinya bahwa ada rahasia tersembunyi di balik Dead Annie. Tetapi Gerald tidak mau mengungkapkan keraguannya pada Tuan Nacol. Bagaimanapun juga, Tuan Nacol adalah pria yang sangat sederhana dan penyabar. Karena dia bukan lagi pemuda yang tidak berpengalaman seperti dulu, dia sudah melepaskan semua kebencian dan dendamnya. Sekarang dia hanya berkonsentrasi dan fokus untuk bermeditasi. Dia benar-benar mengagumi fakta bahwa Gerald telah menyelamatkan lebih dari seratus nyawa bayi. Jadi Tuan Nacol akan menjawab semua pertanyaan Gerald. Tuan Nacol juga menuliskan surat khusus untuk memperkenalkan Gerald kepada keluarga Gunter. Itu akan membantu Gerald melewati hambatan yang tidak perlu.Meskipun Tuan Nacol jarang berkomunikasi dengan Keluarga Gunter, dia masih memiliki hubungan dengan Keluarga Gunter karena gurunya. Gerald sangat bersyukur dan berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Tuan Na
Cedera Chester hampir sepenuhnya sembuh. Jadi Gerald mengajak Chester dan membawa surat itu. Mereka tiba di Kota Qerton saat senja hari. “Hari sudah mulai gelap. Haruskah kita pergi ke gunung hari ini?” tanya Chester. “Kita akan mencari hotel untuk bermalam dulu. Kita akan pergi ke gunung besok pagi-pagi sekali!” Gerald menjawab sambil menatap langit. Dia juga melihat sekeliling Kota Qerton. Kota ini dikelilingi oleh gunung-gunung menjulang yang tak terhitung jumlahnya.Kemudian Chester mencari hotel dan memesan dua kamar. Setelah meletakkan barang bawaan mereka di kamar masing-masing, keduanya pergi makan di sebuah restoran sederhana. Mereka memesan beberapa hidangan khas lokal dan kembali ke hotel setelah cukup kenyang. Namun tiba-tiba resepsionis di meja depan memanggil mereka.“Tuan! Saya benar-benar minta maaf!” Resepsionis itu menghampiri dengan senyum memelas. "Ada apa?" tanya Chester. “Mmm, hotel kami hampir penuh dipesan. Jadi, kami membatalkan pesanan Anda. Barang-barang
“Berlutut dan bersujud di depan Nona Sime sekarang juga! Siapa tahu Nona Sime mau memaafkanmu!” Pengawal itu berkata dengan suara dingin. “Saudaraku, kau harus memaafkan ketika kau mampu untuk memaafkan. Tidak perlu berlebihan. Kami sama sekali tidak bermaksud menyinggungmu," kata Gerald. Setelah itu, dia berjalan untuk mengambil kopernya yang tadi ditendang oleh pengawal itu dan bersiap untuk pergi lagi. “Pfft! Apakah aku mengatakan bahwa kau diizinkan untuk pergi? Siapa tadi yang mengatakan bahwa dia tidak peduli apakah aku Nona Sime atau Nona Some? Dave, aku ingin kau mematahkan semua giginya!” ujar wanita muda itu dengan dingin. Chester sangat geram dan hanya bisa menahan amarahnya. Ketika salah satu pengawal mendengar kata-kata Nona Sime, dia menendang lagi koper yang diambil Gerald. "Kau mau cari mati rupanya!" Keempat pengawal itu berteriak serempak. Sambil mengatakan itu, mereka mengeluarkan tongkat dan mengayunkannya ke arah Gerald dan Chester."Hmph?” Meskipun Gerald a
Aiden bersama sekelompok pria dan wanita. Gerald melirik mereka beberapa kali karena dia merasa ada kekuatan batin di sekeliling mereka. Tampaknya mereka semua adalah orang-orang yang mahir bela diri. “Aku baru tiba pagi ini, Kakak! Kenapa kamu ada di sini? Apakah untuk mengikuti pelatihan juga?” tanya Aiden heran. “Pelatihan apa?” tanya Gerald. "Uhuk! Ugh!” Tiba-tiba seorang gadis yang berdiri di samping Aiden terbatuk sebagai isyarat kepada Aiden agar tidak melanjutkan omongannya."Ini adalah kakakku. Kami berdua mau ngobrol sebentar. Kalian pergi duluan saja,” kata Aiden sambil menatap mereka. Gerald awalnya bermaksud mengangguk pada mereka untuk menyapa. Toh, bukankah mereka teman Aiden? Tetapi rupanya tak satu pun dari mereka memandang Gerald atau menyapanya. Mereka langsung masuk ke dalam lift."Siapa mereka? Apakah mereka dari wilayah militer?” Gerald tidak bisa menahan rasa penasarannya begitu mereka tiba di kamar Gerald. Terutama karena Gerald sangat ingin tahu tentang p
Tidak lama setelah itu, Gerald, Aiden, dan Chester turun.“Hei! Aiden, sini!”Gadis-gadis itu melihat mereka dan segera menyapa Aiden. Pemimpin gadis-gadis itu adalah seorang gadis bernama Lijane. Lijane dan Aiden sama-sama lulusan dari Universitas Sunnydale. Setelah lulus, Lijane bekerja di kota kelahirannya, Kota Qerton. Tetapi dia selalu berkomunikasi dengan Aiden.Meskipun semua gadis itu sangat cantik dan mempesona, masih ada peringkat di antara mereka. Lijane berada di peringkat kedua. Karena di antara mereka, ada seorang gadis dengan rambut yang sangat panjang. Dia sangat cantik dan sempurna dengan riasan make-up tipis. Setiap kali dia tersenyum, seolah dunia sekitarnya langsung membekuBeberapa pria yang sedang menunggu bus di halte di sebelah mereka langsung mengeluarkan ponsel dengan niat jahil. Mereka diam-diam memotret gadis jangkung nan cantik itu.Namanya Xola, dia adalah teman akrab Lijane.Hari ini mereka mau jalan-jalan dan bersenang-senang bersama. Mereka sudah s
Jadi mereka memutuskan duduk di meja ujung.Gerald tidak menyadari bahwa kedatangannya menarik perhatian salah satu pelayan yang ada di sana. Pelayan itu diam-diam melirik Gerald beberapa kali.Setelah mengkonfirmasi identitas Gerald, dia meletakkan piring yang dipegangnya sebelum kemudian berbalik dan pergi. Pada saat yang sama, dia juga mengatakan sesuatu di walkie-talkie-nya.Sementara itu, seorang wanita cantik yang berpakaian sangat mewah dan elegan muncul dan langsung menarik perhatian banyak orang. Dia memiliki senyum yang sangat indah dan berjalan menuju meja di depan yang sudah ditempati oleh orang-orang dari tim pelatihan."Fernando! Kamu di sini?"Wanita itu tersenyum sambil menyapa seorang pria bermata sipit yang duduk di sana. Kemudian ia tersipu. Wajahnya yang cantik bersemu merah begitu melihat pria bernama Fernando."Matilda, lama tidak bertemu!" jawab Fernando yang hanya mengangkat matanya dan memaksakan senyum di wajahnya yang dingin.“Nona Matilda! Kau berjanj