Home / Romansa / Lelaki Pemalu dan Calon Dokter / Telepon Ibu Memberi Sebuah Tanya (5)

Share

Telepon Ibu Memberi Sebuah Tanya (5)

Author: Asa Jannati
last update Last Updated: 2022-05-03 00:03:15

-Telepon Ibu Memberi Sebuah Tanya-

Alqi tergemap, mendengar tangisan Rosmina. Ia beristighfar beberapa kali. Lalu mulai menenangkan ibunya.

“Bu, tenang. Sabar.” Ia tak mencoba bertanya ada apa sebenarnya. Dibiarkannya suara wanita penyabar yang kasih sayangnya begitu luas kepada anak-anaknya itu tetap menangis.

“Alqi ... Nak, anak Ibu tersayang …” Serak suara itu di antara isak.

“Iya, Bu.”

“Pulanglah, Nak. Ibu kangen. Ayah sakiiit ….”

“Ayah sakit, Bu?”

“Iya, sakit. Pulanglah, Nak. Kamu pokoknya harus pulang. Jangan di Jakarta lagi.”

“Jangan di Jakarta lagi, Bu?”

“Iya, Nak, huhuhu …. Pulanglah, Nak, Ibu mengkhawatirkanmu. Khawatir kamu kenapa-kenapa? Ibu takuut. Pulang sajalah, Nak. Kamu tinggal di kampung. susah senang kita di kampung saja. Ibu janji, akan segera lunasi semua hutang Ibu. Ibu pasti bisa lunasi hutang itu. Bismillah, Nak .... Cari rejeki di sini saja. Bareng-bareng sama Ayah Ibu.”  Wanita yang sangat Alqi kasihi itu kembali menangis. 

Dalam benak Alqi menjadi penuh tanya. Kenapa ibunya tiba-tiba jadi begitu mengkhawatirkannya? Memintanya untuk pulang? Bukankah kemarin beliau sudah mengijinkannya merantau? 

“Ibu, maksudnya bagaimana? Ayah sakit? Alqi harus pulang?”

“Iya, Nak. Pokoknya kamu harus pulang. Kamu pulang, Nak. Ayah sakit, Ibu juga kangen. Ibu khawatir kamu … kamu … ” Rosmina tak melanjutkan kata. Terdengar isak tangisnya kembali. Sangat pilu.

“Bukankah Ibu sudah restui Alqi merantau, Bu? Doakan saja Alqi dalam shalat-shalat Ibu, ya. Alqi akan baik-baik saja.”

“Nak … sejujurnya kemarin Ibu setengah hati merestui kamu pergi ke Jakarta. Hanya saja karena ayahmu menyetujui ddan mencegah larangan Ibu. Ibu tidak jadi melarangmu. Nak, pulang, ya, Nak.” 

Wanita ini seperti begitu mengharap kepulangan Alqi. Kerinduan  Alqi  semakin menjadi-jadi mendengar tangisan Rosmina. Ia tak tega mendengar kesedihan wanita tegar di seberang telepon yang sejatinya jarang menangis itu. Dari dulu Rosmina  pandai menyembunyikan segala lara dan duka di hadapan anak-anaknya. Seperti ketika ia sampai diam-diam meminjam uang rentenir sebagai jalan keluar dari masalah keuangan yang menghimpitnya. Bahkan Sang Suami tak pernah tahu.

“Nak, pulang, Nak.” Sekali lagi wanita itu memohon. Ini membuat Alqi gamang. Kenapa dengan ibunya?

“Bu, ini baru satu bulan Alqi  diterima kerja. Tak mungkin mendapatkan ijin cuti, tapi apakah sakit Ayah parah, Bu?” 

Wanita di seberang sana terdiam.

“Bu, kok diam? Ayah mana?”

“Ayahmu sedang ke tokonya, Nak. Walaupun sakit dia paksakan tetap jualan.”

Alqi sedikit lega. Artinya sang Ayah tidak sakit seperti yang terbayang dalam benaknya. Terbujur kaku tak bisa bangun.

“Bu, berarti Ayah kelelahan. Sebaiknya minta Ayah jangan terlalu memforsir kerja. Alqi lihat kalau malam sekarang Ayah bikin kerajinan bingkai foto buat dijual. Banyak istirahat saja dulu.”

“Ya, Nak.”

“Ibu bersabar saja dulu, ya. Ibu percaya sama Alqi. Alqi akan jaga diri baik-baik di sini.”

“Oiya, Nak, kamu ingat Pak Sutopo. Tetangga rumah kita dulu. Nah dia sudah tiga tahun kerja di pertambangan kalimantan, di Tanah Laut.  Kemarin Ibu sempat dengar dia pulang ke sini cari orang karena di sana masih dibutuhkan banyak tenaga, Nak. Kalau kamu mau merantau, pergilah ke kalimantan. Nanti Ibu carikan nomor hapenya, ya?”

Alqi mengerutkan dahi. Kenapa dengan ibunya? Kenapa tadi memintanya untuk pulang, dan sekarang memintanya untuk bekerja saja di Kalimantan? Bukankah di Jakarta atau 

Kalimantan sama saja? Ini membuatnya berpikir lebih jauh.

“Bu, sabar saja dulu. Alqi tekuni dulu pekerjaan di sini. Nanti kalau Alqi mau ke Kalimantan, Alqi kabari.”

Sang Ibu menghela napas panjang. Entah apa yang ada dalam benaknya. Sempat ia masih berusaha membujuk. Alqi hanya mendengarkan ucapan ibunya dan mengiyakan saja.

“Ya sudah, ya, Bu. Nanti malam Alqi telepon lagi, Alqi masih kerja. Ibu jaga kesehatan.”

 Telepon ditutup setelah Alqi berucap salam. Ada satu pertanyaan yang masih bermain di kepalanya.

***Aj

Dua bulan bekerja, Alqi berhasil membeli motor butut cash. Ia tak mau membeli motor baru dengan cicilan. Rupanay dia sudah paham dengan prinsip cicilan yang juga riba. Motor butut berharga empat juta cukup baginya, yang pentign surat-suratnya lengkap. Ia bersyukur  tak perlu berjalan kaki lagi bila mendadak ada panggilan urgent dari kantor. Sebagai security memang harus siap stanby kapanpun diperlukan meski diluar jam kerja.

Dua hari lalu lelaki pendiam ini telah menyebar brosur usaha service laptop yang coba ia jadikan pekerjaan sampingan. Sepulang kerja, malamnya dia akan membereskan laptop-laptop yang rusak untuk dibenahi. Lumayan, bisa menambah tabungannya. Ia sudah bertekad untuk terus menabung guna melunasi hutang orang tuanya. Maka dia juga harus menambah pundi-pundi pemasukan selagi waktunya cukup.

Lagi-lagi dilihatnya motor butut diteras kosnya itu dengan bangga. Motor butut itu bisa meluncur ke rumah orang-orang yang memanggilnya untuk menservice laptop, juga mengantarnya kembali ketika laptop sudah betul.

“Weits, side job baru, nich.” ujar Deni yang baru saja muncul di kontrakan Alqi.

“Eh, masuk, Kang. Tumben main. Bini lagi nggak ada di rumah?”

“Weits tahu aja, lo, Al. Iya, Bini sama anak lagi ke rumah orang tuanya. Di rumah sepi, jadi ya main sini aja, kali-kali bisa godain kamu pacaran.”

“Pacaran, pacaran sama siapa, Kang? Sama angin biar masuk angin?” 

Deni terkekeh.

“Bisa ngelawak juga, lo, Al. Kang Deni pikir kamu beku terus, kayak es di frezer nggak cair-cair.”

“THR kali Kang nggak cair-cair,” balasnya lagi.

Diamatinya rekannya itu yang kembali fokus menekan keyboards dan mengamati angka-angka pada layar laptop yang rusak itu. Terdengar bunyi tilawah dengan volume kecil yang diputar dari gawai.

“Kamu memang keren Al, sulit kan itu benerin laptop rusak. Lumayan juga cuannya, yakan? Calon-calon orang masa depannya sukses ini, ulet begini. Salut Akang sama kamu ….”

“Ya lumayan, Kang. Ngisi waktu kosong sehabis pulang kerja, ‘kan …?”

“Nah, ya juga, si. Biar nggak kelayapan kayak saya. Tapi kenapa kamu nggak coba peruntungan lain. Ya nyoba-nyoba jadi artis gitu, kamu kan ganteng mirip artis siapa, tu, ya? Oh Dimas seto, bener-bener, kamu mirip Dimas Seto. Cakepan kamu malah.”

“Udah banyak Kang yang jadi artis. Biar saya jadi tukang service laptop aja.”

“Oh, iya, ya. Nanti kalau kamu jadi artis juga, mereka sepi job.”

Alqi terkekeh. Matanya tetap fokus menekuri layar laptop, tangannya sibuk menekan tuts keyboards kesana kemari mengetik kode-kode pemrograman.

Terdengar Adzan Isya. Alqi segera bangkit untuk shalat.

“Ayok, Kang, kita ke masjid,” ajaknya pada Deni. Deni mengangguk mengikuti Alqi.

Sepulang dari masjid, di teras kos-kosan sudah ada Santa duduk menunggu. Gadis ini, sudah beberapa kali datang ke kosan Alqi untuk sekedar mengantarkan makanan, minuman atau camilan. Alqi tak bisa menolak karena Santa adalah juga atasannya di kantor. Namun ia jadi sedikit tak enak hati karena Santa jadi terbiasa datang membawakan oleh-oleh, bahkan ketika sepulang dinas dari luar kota mengikuti bosnya, dia akan datang membawakan oleh-oleh.

“Bang Alqi, baru pulang dari masjid ya? Nih aku baru pulang dari Ciwidey, ada oleh-oleh buat kamu.” Ia menyodorkan satu plastik ukuran sedang itu kepada Alqi. Alqi tak bisa menolak lagi-lagi ditodong seperti itu. Ia terima juga pemberian itu karena khawatir Santa tersinggung bila menolaknya.

“Buat saya, mana, Bu Bos? Masak Alqi saja dikasih?” Kang Deni, lelaki berusia tiga puluh lima tahun itu nyeletuk.

“Eh, saya nggak ngira ada kamu di sini juga, Kang.” Wanita seksi yang wajahnya lumayan manis itu mengeluarkan dua lembar uang ratusan dari dompetnya. 

Nih, buat jajan Rado,” ucapnya menyebut anak lelaki Deni.

“Ashiaap, waduww, gede amat, makasih, Bu Bos,” balasnya sembari mencium dua lembar uang kertas yang terlihat masih baru itu.

Alqi kembali menekuri laptop di ruang tamunya. Sementara Santa, yang memang tinggalnya tak jauh dari kosan Alqi ikut duduk mengamati disebelah Alqi sembari sesekali bertanya tentang bahasa pemrograman. Sesekali ia juga mengobrol dengan Deni.

Tak lama Santa beranjak ke dapur, membuatkan teh untuk Deni dan Alqi.

"Nih teh, biar makin enak ngobrolnya," ucap Santa setelah kembali lagi ke ruang tamu.

“Waduh jadi enak, nih saya. Makasih Bu Santa, jarang-jarang nih kita dibikinin teh spesial langsung sama sekretaris cantik. Biasanya Bu Sekretaris bikinin buat Bos Direktur aja," sambar Deni.

"Ya sekali-kali, Kang, mumpung di sini," balas Santa sembari meletakkan satu lagi teh panas ke meja Alqi.

"Udahlah, Qi. Kalau uang hasil nyervis-nyervis gini udah cukup. Lamar ajalah Bu Santa. Dia baik banget. Sama kamu juga kan perhatian terus. Setuju Akang, Mah,” celetuk Deni menyadari bahwa perhatian Santa pada Alqi adalah bentuk rasa suka.

Mendengar wejangan Deni, Alqi terbatuk-batuk. Santa lekas mengambilkannya air putih dan membantu Alqi minum. Dua mata sepasang muda-mudi saling tatap lekat. Alqi segera menundukkan pandangan, beristighfar dalam hati. Terlebih wanita di hadapannya ini memakai pakaian dengan belahan dada yang terbuka. Alqi merasa risih ketika tak sengaja pandangannya jatuh ke sana.

"Widiw, mesranya .... Udah deh, ah, Qi. Halalin ... halalin ...." Goda Deni melihat adegan barusan.

"Apaan Kang Deni, temennya batuk malah digodain." Santa menepiskan tangan ke dekat wajah Deni.

Alqi kemudian masuk ke dalam. Menuju kamar, meninggalkan mereka berdua.

To Be Continued.

Related chapters

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Rumah Masa Kecil Mungkinkah Kembali (6)

    Bab 6-Rumah Masa Kecil Mungkinkah Kembali-“Ya Allah, Qi, baru aja Kang Deni senang punya temen lurus kayak kamu bisa ngajarin shalat, tempat nanya soal agama, eh malah sekarang mau pindah kerja ….” Deni muram. Diusap wajah itu dengan ujung bahunya.“Kita masih sering ketemu, Kang.” Alqi menepuk pundak Kakang ketemu gede yang cukup menghibur hari-harinya belakangan ini.“Bang Alqi. Santa sediiihh banget. Kenapa, si harus pindah? Nanti kita jadi jarang ketemu, deh. Jangan sombong ya kalau udah ada di tempat kerja yang baru ….” Dua sudut bibir perempuan dengan wajah mirip Prilly Latuconsina itu tertarik ke bawah.“Jangan sedih, Bu Bos. Ini malah jalan terbaik. Kan kalau nanti kalian jadi nikah, nggak boleh kerja satu kantor. Ini bentuk pengorbanan Alqi, mengalah, resign dari sini,” candanya yang ditimpali Alqi dengan mata membulat.“Insyaa Allah kita masih bisa silaturahmi, Bu Bos,” jawab Alqi.“Ya, janji, ya Bang, tetep komunikasi. Tetep mau jawab kalau saya WA. Sukses ditempat yang b

    Last Updated : 2022-05-05
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Maukah Kamu Datang Menemui Papa? (7)

    -Maukah Kamu Datang Menemui Papa?- (7)Kemudian ia fokus lagi membereskan service-an laptop di depannya. Di sampingnya berjajar sembilan buah laptop yang menanti untuk dibenahi juga. Seperti biasa, lantunan murotal bervolume kecil terdengar mengalun dari gawainya.“Bang Alqi ….” Seorang wanita sudah berdiri di depan pintu kosnya. Tubuhnya basah wajahnya berurai air mata.---“Bu San-ta,” jawab Alqi terbata. Tanpa diminta, Santa langsung masuk ke ruang tamu kosannnya. Alqi segera bangkit berdiri, tergagap.“Bang, Papa Santa kecelakaan,” isaknya.“Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.”“Tolong antar Santa ke Primaya Hospital Tangerang, naik motor, biar cepat sampai, Bang.” Alqi terpegun sesaat. Kemudian menatap wanita yang sedang menangis ini. “Tolong, Bang. Santa nggak tahu lagi mau minta tolong siapa. Santa nggak tahu apakah Papa selamat atau nggak. Tolong kalau perlu nanti Santa bayar.” Terbata di antara tangisan Santa memohon.Alqi menjadi iba, dan alangkah kurang ajarnya bila tak

    Last Updated : 2022-05-13
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Kedermawanan Gadis Berhati Salju- (8)

    -Kedermawanan Gadis Berhati Salju- (8)Sebuah WA masuk dari Santa.[Alhamdulillah. Semoga terus Allah sehatkan, ya.] balas Alqi.[Papa mau kenal kamu lebih jauh, Bang. Mama juga. Maukah kamu nanti datang sekali lagi menjenguk Papa?]----Seketika Alqi tertegun. Sebuah tawaran baik. Bersilaturahmi. Alqi mencoba tak ingin punya penilaian berlebihan. Tapi di sisi lain ada tanya dalam benaknya. Apakah keluarga Santa mengira ia memiliki hubungan khusus dengan Santa? Jika, ya, Alqi merasa tak perlu datang, karena akan semakin sulit menghindar dan akan menyakiti Santa nantinya. Ia tak hendak ingin menjalin hubungan dekat dengan perempuan manapun saat ini.Ia lelaki yang punya prinsip tak pacaran, tak dekat dengan wanita manapun. Ia begitu menghormati wanita, memacarinya artinya adalah menjatuhkan martabatnya sebagai seorang wanita.Ia ingat pesan Ustadz Ibrahim yang sering berceramah di masjid Salman, kampusnya, laki-laki baik-baik tak akan memacari perempuan manapun. Berdekatan dengan lawan

    Last Updated : 2022-05-13
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Fatya, Mahasiswi Kedokteran UI (9)

    -Fatya, Mahasiswi Kedokteran UI-'Aku harus fokus mencari jalan keluar untuk membayar biaya Ayah,' bisiknya.Ia melangkah pergi ke toilet rumah sakit, membersihkan diri, berganti pakaian, lalu beranjak ke mushala rumah sakit. Berwudlu dan melaksanakan shalat sunnah berakaat-rakaat. Alqi mencari tenang dari kegundahan yang merajai hatinya.***ajSeusai shalat dan bermunajat pada Allah memohon diberi kemudahan hidup dan perlindungan, Alqi merenung. Ia masih terus berpikir bagaimana mengganti uang Fatya. Karena tak ada perjanjian hutang piutang antara keluarganya dengan Fatya. Artinya uang talangan dari Fatya harus segera dibayar. Annisa, adiknya juga tadi sempat memintanya untuk berbicara pada Fatya soal pembayaran rumah sakit yang ditalanginya.Alqi mendesah resah, menghembuskan napas berkali-kali. Dalam rekeningnya hanya ada delapan juta. Mungkin juga akan habis untuk biaya perawatan ayahnya dan obat-obatan. Gontai ia berjalan menuruni tangga masjid. Duduk di bangku-bangku taman ruma

    Last Updated : 2022-05-16
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Ditemui Santa dan Menjemput Fatya (11)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 11-Ditemui Santa dan Menjemput Fatya-Alqi jadi penasaran, beberapa kali Nida menyebut wanita yang sellau memasang fotonya di facebook. siapa sebenarnya?“Bang Alqi!” Seseorang menyebut namanya di depan pintu. Terlihat Sri dibelakangnya.--Alqi terpegun, di depannya sudah ada Santa. Santa terpaku menatap Alqi, ada kilatan bening di matanya. “Santa …?” Al terbangun, kaget. Ia segera keluar kamar. Meminta asistennya melanjutkan sisa pekerjaanya pada laptop yang sedikit lagi selesai.Alqi melangkah mengajak Santa menuju teras rumah. Ia mempersilahkan Santa duduk. “Kemana saja kamu selama ini, Bang?” tanya Santa to the point setelah ia duduk. Alqi tak langsung menjawab. Tatapannya tertuju pada bunga-bunga taman di hadapannya.“Maaf, ya, Santa. Saya sudah lama nggak menghubungi kamu.”“Bukan cuma nggak menghubungi, Bang. Tapi juga nggak pernah menjawab WA-WA dari saya, panggilan telepon dari saya!”Santa nampak emosional.“Apa susahnya, sih, Bang, se

    Last Updated : 2022-05-20
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Dua Hati yang Menjaga (12)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 12-Dua Hati yang Menjaga-“Subhanallah.” Itu saja yang keluar dari bibir Alqi.Nida menunggu jawaban selanjutnya abangnya.“Bang? Kok diem, bisa nggak?”“Ihh, Abang, nih, nanti Kak Fatya keburu disamber orang jahat. Eh Astaghfirullahaladzim. Aduh, Bang buruan jawab bisa nggak. Kasihan dianya.”Alqi menatap jam, pukul setengah delapan malam. Ia ragu karena belum pernah menjemput perempuan, terlebih yang bukan muhrim, dan Fatya tidak memintanya langsung. Alqi sangat sungkan. Kemudian ia mengingat kembali banyak kebaikan Fatya untuk keluarganya. Alqi hanya bingung bagaimana jika nanti hanya bergoncengan berdua ditambah motornya adalah motor butut.“Dek, dia beneran minta dijemput? Gimana kalau dia nggak mau dijemput Abang. Dia ‘kan sangat menjaga diri. Gimana kalau sekarang sudah ada temannya yang jemput?“Bang, orang dia aja bikin status, nyari-nyari kendaraan atau orang yang mau ngjemput dia nggak ada.”“Sama sekali nggak ada kendaraan di sana, Nida?”

    Last Updated : 2022-05-26
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Kebaikan Hati Wanita Pualam (12)

    -Kebaikan Hati Wanita Pualam- 12Alqi memasuki gerbang rumah megah Lilyana kembali. Tapi sekilas matanya melihat sebuah mobil yang tadi ia kenal. di seberang jalan itu, ternyata mobil Santa terparkir. ‘Ada apa dengan gadis itu? Kenapa semalam ini dia belum pulang?’---Alqi terdiam mematung, tak berusaha mendekat, tapi benaknya berpikir, apa yang harus dilakukan. Kemudian dia melangkah masuk ke dalam rumah, menuju ke dalam kamarnya. Mungkin memang lebih baik membiarkannya saja, tak perlu menemuinya. Ini sudah larut. Seharusnya dia sudah pulang. Bukankah tadi sudah pamit pada simbok. Seharusnya sebagai wanita, dia tahu diri tak baik malam-malam di jalanan, terlebih dia sekarang sudah berjilbab. Atau ini bentuk kecewa dan protesnya karena tadi diabaikan Alqi?Alqi membersihkan diri, mandi dengan air hangat sebentar. Kepalanya terasa agak sedikit pusing, mungkin efek terkena sedikit hujan dan angin di jalanan tadi.Setelah mandi, ia ke dapur, membuat rebusan air hangat yang diberi jahe,

    Last Updated : 2022-05-26
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Nisa Ingin Bisa Kuliah, Bang (13)

    Lelaki dengan Seribu TahajudNisa Ingin Bisa Kuliah, Bang (13)... Fatya ingin lebih bermanfaat. Gimana kalau Fatya ingin uang itu digunakan untuk biaya kuliah nisa dulu, sisanya mungin bisa Abang gunakan untuk yang lain.""Iya, Nida setuju. Kak Nisa sangat pengen kuliah, Bang," timpal Annida.Alqi terpegun ... diam, lama ....----Berbagai rasa berkecamuk dalam benaknya. Ada rasa malu, karena lagi-lagi wanita ini bagai malaikat selalu datang menolong di saat yang benar-benar dibutuhkan. Tak enak hati, karena lagi-lagi dia yang menawarkan bantuan, bahkan di saat semua belum meminta. Sedih, karena sebagai lelaki, Alqi merasa tak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, impian keluarganya, justru selalu ada orang yang menolongnya."Bang, maafkan Fatya. Fatya tak berniat lain." Fatya merasa ucapannya barusan khawatir akan menyinggung Alqi. Ia menyadari seperti mengatur hidup seseorang karena memiliki uang.Alqi menghela napas dalam. Bahu bidangnya ikut bergerak naik mengikuti gerakan paru-p

    Last Updated : 2022-05-26

Latest chapter

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Akhir yang Bahagia (TAMAT)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 42 Ending.-Akhir yang Bahagia-Jika tak ia turuti, khawatir akan mengecewakannya. Dituruti, maka akan semakin timbul rasa bersalah dalam benaknya.Alqi kembali merenung. Lama keduanya terduduk dalam diam."Maksud Fatya, Abang masih bisa membayarnya dengan cara lain."Alqi yang duduk menatap lantai, mendongakkan wajah."Cara lain?" Kedua alis lebat itu hampir menyatu."Maksudnya Fatya …." lanjutnya karena tak kunjung ada jawaban."Emm …. Bagaimana kalau gantinya …. Fatya minta Abang datang kepada Ayah Ibu untuk melamar Fatya?"Deg! Suara itu lirih, sangat lirih. tapi berhasil membuat Alqi tersentak hebat. Kedua bola matanya membulat. Fatya telah menegakkan kepalanya. Kini mata jeli itu menatap mata elang di hadapannya. Dengan ribuan debar yang hadir dalam dada, ia berusaha kuat menatap mata itu. Berusaha menunjukkan bahwa ia sedang tak main-main dengan permintaannya. Secepat kilat Alqi membuang pandang ke arah lain. Wajah pualam, kedua mata menyejukk

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Permintaan Fatya untuk Alqi (41)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 41-Permintaan Fatya untuk Alqi-"Masya Allah, ini indah sekali Fatya. Terima kasih, ya." "Sama-sama, Bang." Fatya mengangguk. Ada semu merah di pipinya.---"Abang doakan juga, semoga Fatya lekas wisudanya, ya ....""Amiiin, semoga lekas Sarjana Kedokteran dan jadi Dokter," timpal Nida menggelendot ke bahu Fatya."Doakan, ya, Nida, Bang.""Insyaallah …."Kemudian Fatya menyalami Rosmina dan Lilyana. Rosmina memeluk Fatya erat. "Nak Fatya, terima kasih sudah menyempatkan datang ke wisuda Alqi. Masyaallah Ibu senang sekali. Nak Fatya seorang wanita yang pasti selalu ada tepat ketika kami benar-benar membutuhkan pertolongan. Terima kasih, Nak. Terima kasih … Ibu sangat terharu Nak Fatya datang. Pasti ini di antara kesibukan kuliah Nak Fatya, menyempatkan waktu untuk datang." "Nggak, Bu. Fatya pasti menyempatkan datang. Akan sangat rugi kalau Fatya nggak ikut hadir merasakan kebahagiaan ini."Fatya mengusap-usap punggung Rosmina dalam pelukannya. Har

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Semu Merah di Pipi Fatya (40)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 40Semu Merah di Pipi Fatya"Selamat, Bang, sudah menjadi sarjana yang membanggakan keluarga." Suara seorang wanita yang Alqi sangat kenali terdengar dari balik punggungnya.---Alqi berbalik.Seorang wanita berjilbab biru berdiri bersama dua orang pria."Santa.""Ya, Bang. Santa turut senang akhirnya Abang bisa menuntaskan pendidikan Abang. Sekali lagi selamat, ya."Santa memberikan sebuah box berpita yang sepertinya berisi kue, kepada Alqi."Terima kasih, Santa. Terima kasih juga bingkisannya. Kamu datang saja sudah membuat saya senang.""Tentu Santa datang, ini 'kan hari bahagia Abang. Abang banyak memberi pelajaran berharga dalam hidup Santa. Abang banyak membuat Santa semakin dekat dengan Allah. Semakin paham arti syukur yang sebenarnya."Wanita yang semakin mengulurkan jilbabnya lebih panjang itu sumringah."Santa juga turut senang, mendengar cerita dari Nida, Abang berkumpul kembali dengan Bu Lilyana. Santa takjub mendengar kisah Abang. Abang le

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Wisuda dan Cumlaude (39)

    Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 39-Wisuda dan Cumlaude-Dari balik pintu, dua orang Dokter sahabat Lilyana itu mengusap pipi yang basah, ikut bahagia.---Hari-hari selanjutnya Alqi banyak berdiskusi dengan para dokter yang menangani Rosmina dan Lilyana. Dua cinta terbaiknya kini yang sedang benar-benar ia usahakan kesembuhannya.Alqi telah memutuskan untuk tak akan banyak mempertanyakan tentang masa lalunya lagi kepada dua orang wanita itu. Sejatinya mereka berdua sangat menyayanginya. Rosmina yang begitu tulus membesarkannya dalam kekurangan. Lilyana yang sudah melahirkannya dan membuatnya ada di dunia ini.Itu anugerah terbesar dalam hidupnya yang sengaja Allah rancang seperti itu. Segala yang sudah terjadi mengandung ketetapan Allah. Ketetapan Allah tidak melulu sama seperti apa yang kita ingini. Terkadang kita perlu merenung lebih dalam untuk menangkap maksud Sang Pemberi Hidup. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyuka

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Pelukan Penerimaan

    Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 38-Pelukan Penerimaan-"Assalamualaikum." Alqi mengucap salam. Tatapannya tepat bertemu dengan seorang wanita berjilbab yang sedang terbaring lemah itu. Ada iba menjalari hatinya. Melihat tubuh lemah dengan infus dan selang oksigen yang terpasang di hidung.Ia melangkah masuk perlahan dan duduk disebelah wanita itu. Hilang sudah kekecewaan yang bersemayam selama ini melihat Lilyana terbaring lemah. Lelaki yang hatinya selalu dekat kepada Allah dan dekat kepada kebaikan ini seakan mendapat petunjuk-Nya untuk segera meluaskan maaf dan melangitkan doa kepada wanita yang telah pernah berjuang melahirkannya ke dunia ini."Semoga lekas sembuh, ya, Bu," ucap Alqi.Lilyana hanya diam. Kemudian matanya sedikit memejam. Alqi mendapat informasi bahwa Lilyana sudah tak bicara sejak kemarin sore. Hanya matanya yang sesekali terbuka saat terjaga dan akan memejam kembali untuk tidur.Lama Alqi menunggunya membuka mata kembali, namun Lilyana tetap terpejam."Ibu m

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Berdamai dengan Ego Diri (37)

    Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 37-Berdamai dengan Ego Diri'Lihatlah Al, bukan cuma kamu yang sakit, bahkan mereka juga sama terguncangnya. Mereka begitu menyayangimu.'Alqi lekas bangkit mengambil handuk untuk mandi. Membersihkan diri. Shalat sunnah dua rakaat mencoba mencari tenang. Menyandarkan diri pada Sang Pemilik Jiwa. Setelah itu ia meluncur dengan motor tuanya.Ia ingin segera bertemu Rosmina, wanita sederhana yang dalam ketakberpunyaannya sejak dulu selalu bersahaja. Tak pernah merasa kurang dengan apapun yang ia punya. Yang sudah sedemikian baiknya merawatnya yang bukan anak kandungnya tapi tak sedikitpun terasa ada yang berbeda. Bahkan sedemikian baiknya menjaga rahasia tentang siapa dirinya selama bertahun-tahun lamanua. Bahkan Alqi bisa merasakan bagaimana sebegitu kuatnya mimpi Rosmina untuk bisa menguliahkannya di Institut terkemuka di negeri ini. Tetap meyakini mampu menguliahkannya meski dengan segala keterbatasan. Hingga pada akhirnya garis nasib membuatnya ter

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Hati yang Terguncang Membawa Sakit

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 36-Hati yang Terguncang Membawa Sakit- Kami memang akan bergerak cepat kalau sudah ada laporan pengaduan seperti ini. Akan saya ajak diskusi Kapolsek setempat untuk menangani daerah Galanghani," jelas Sandi antusias.Kemudian AKBP Sandi Nugraha mengajak Alqi dan Ustadz Hamdani untuk makan siang di restaurant dekat Polres. Ramah sambutannya karena teringat jasa Alqi ketika di Jakarta pernah membantu mencarikan rumah sakit untuk ibunya yang patah tulang. Alqi cukup dikenal baik juga karena adik kandung AKBP Sandi, Rendi adalah teman akrab juga satu angkatannya di ITB.Usai berbincang, Alqi dan Ustadz memutuskan untuk pulang.Esoknya, Sarmi masih terus melakukan penagihan dengan penyitaan paksa. Rupanya ini jadi agenda rutin Sarmi bulan ini. Sudah banyak debiturnya yang menumpuk pembayaran di masa paceklik ini rupanya. Teguran Ustadz Hamdani kemarin tak berpengaruh apa-apa baginya. Ia tetap dengan agenda penagihan. Dengan mudah itu dijadikan alasan pena

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Jalan Allah Untuk Alqi (35)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 35-Jalan Allah Untuk Alqi-Berkali ia pergi meninggalkan Lilyana yang sudah menunggu di ruang tamu kantornya berjam-jam. Ia bukan tak suka. Hanya merasa butuh waktu, untuk bisa menatap wajah Lilyana kembali sebagai ibu kandungnya.--*Alqi berjalan kaki melewati hutan dan sawah-sawah tempat dimana dulu ia bermain dengan teman-teman kecilnya. Menelusuri gang demi gang di kampungnya. Shalat dari masjid ke masjid seperti halnya dulu ia selalu berpindah masjid, mencari masjid yang lebih jauh dari rumah demi bisa mendapat pahala ibadah shalat berjamaan yang lebih besar. Setelah hampir dua tahun ia datang ke desa ini kembali. Desa Galanghani. Alqi memutuskan untuk datang. Ia ingin ziarah ke makam Almarhum Achmad. Ingin mendoakan lebih dekat, ingin melepas rindu dan melepas penat yang belakangan menghimpitnya. Berziarah ke makam Acmad, Alqi rasa itu adalah pilihan yang tepat."Assalamualaikum ya ahli kubur, ya ayahandaku, lelaki tauladan nan shalih yang kes

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Membunuh Waktu-waktu yang Terasa Menyakitkan

    -Membunuh Waktu-waktu yang Terasa Menyakitkan-Assalamualaikum." Suara seorang wanita yang sangat familiar di telinga Alqi mengejutkannya.Rosmina yang sedang duduk segera bangkit. Matanya menatap nanar kepada seseorang di hadapannya.----Dua orang itu beku saling memindai satu sama lain untuk beberapa saat. Kemudian tatapan Rosmina menjadi penuh kaca-kaca. "Bu Lilyanaaa …." Sapanya penuh getar.Lilyana melangkah maju memeluk Rosmina seketika.Yang terjadi seperti yang sudah bisa diperkirakan. Dua orang wanita matang usia yang sudah lama tak pernah bersua. Mereka bertangisan satu sama lain. Untuk beberapa lama saling tergugu.Rosmina memegangi lengan Lilyana, menuntunnya masuk ke dalam rumah. Tinggalah Alqi yang terbengong berdiri mematung melihat mereka berdua seakan sahabat lama yang saling rindu karena telah lama tak bersua.Ia merapikan peralatan mandi motornya, membersihkan kaki, cuci tangan lalu duduk di sebuah kursi pada teras rumahnya."Saya buatkan teh hangat dulu, ya, Bu.

DMCA.com Protection Status