“Camkan itu!” bisik William dan kemudian beranjak pergi.
Dewa mengepalkan tangannya menahan emosi memandang lelaki yang sudah senja itu menaiki mobilnya.“Jangan sekali-kali kau menyentuh dan mengganggu ibuku! Aku tidak peduli siapa kau! Aku akan membunuhmu!” ujar Dewa di dalam hatinya dengan gigi gemerutuk.“Kenapa? Kau marah pada papaku?” tanya Kalila menepuk pundak Dewa sambil tersenyum mengejek.Kalila tahu, William pasti mengatakan sesuatu tentang ibunya sehingga membuat Dewa begitu emosi. Karena, Dewa tidak akan sekesal itu kalau hanya dia yang dihina. Tapi, kalau menyangkut ibunya, emosi Dewa naik berkali-kali lipat. “Aku ingatkan, jangan ganggu ibuku!” ujar Dewa dengan kesal dan meninggalkan wanita yang beberapa jam lalu sudah sah menjadi istrinya itu.Cess!Dewa menyalakan rokoknya ketika tiba di halaman belakang di dekat kolam renang. Emosinya masih cukup tinggi. Namun, beberapa saat kemudian Dewa menyunggingkan senyuman di bibirnya, karena apa yang William takutkan juga sudah terjadi, sebuah perusahaan Kalila telah jatuh ke tangannya, walaupun dengan sebuah perjanjian yang berat. “Kau terlambat, William. Perusahaan itu sudah jatuh ke tanganku,” gumam Dewa sambil menghembuskan asap rokoknya dengan kasar.Dewa yakin kalau dia pasti bisa membuktikan kepada Kalila kalau dia akan membuat perusahaan tersebut semakin maju.Hingga sore hari Dewa masih duduk disana, dia tidak tertarik untuk beranjak sedikitpun. Hingga dia merasa lelah dan bosan disana barulah beranjak masuk. Kepalanya sedikit pusing, dia akan beristirahat sejenak.Kriet!Dewa membuka pintu kamar dengan hati-hati. Dan betapa terkejutnya Dewa saat melihat Kalila dengan tubuh tanpa busana, dan sedang menonton film dewasa. Kalila sedang memuaskan dirinya dengan kedua jari tangannya. Namun, hal aneh yang Kalila tonton adalah film dengan hubungan sesama jenis.“Apa yang kau lakukan, Kalila?” tanya Dewa dan tidak mendapat jawaban membuat Dewa semakin keheranan dengan sang istri.Lama Dewa terpaku melihat Kalila yang seperti tidak terpengaruh dengan kehadirannya, atau mungkin Kalila tidak sadar kalau Dewa sudah masuk ke kamar. Kalila terus saja memejamkan matanya dengan tangan yang sangat lincah bermain di berbagai bagian sensitifnya. Bahkan beberapa kali terdengar desahan lembut dari mulutnya membuat Dewa semakin tergoda.“Kenapa tidak memintaku saja? Aku bahkan bisa melakukan seperti apapun yang kau inginkan,” tanya Dewa pelan dan tidak mendapatkan jawaban dari sang istri.Melihat tubuh polos Kalila, rasanya Dewa tidak mampu menahan hasratnya. Toh saat ini mereka sudah sah, persetan dengan surat perjanjian. Salah Kalila sendiri yang mengajaknya tidur di kamar yang sama, dan Kalila memancingnya.Dewa mengunci pintu dan mendekat ke arah Kalila. “Aku akan membantumu, Kalila,” bisik Dewa yang langsung menindih tubuh polos Kalila, sehingga membuat Kalila sangat terkejut dan berusaha untuk menyingkirkan Dewa dari tubuhnya. Namun, Dewa dengan tiba-tiba melumat bibir tipis Kalila yang sedikit menghitam karena terlalu banyak merokok, membuat Kalila akhirnya pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Dewa. Meskipun usia Kalila sudah berkepala empat, namun dia memiliki tubuh yang indah. Kulitnya masih sangat kencang, tidak mengherankan kalau Dewa akhirnya tergoda melihat semua itu di depan matanya.“Jangan salahkan aku, Kalila. Kau yang menyuguhkan ini kepadaku. Ini sama saja dengan kucing diberi ikan, pasti akan dilahap,” ujar Dewa berbisik di telinga Kalila.Namun, tidak berapa lama…"Berhenti, Dewa! Aku tidak suka!" ujar Kalila kesal dan mendorong tubuh Dewa agar menjauh darinya.“Kalila…,” panggil Dewa bingung dan serba salah, sambil mencoba kembali meraih tubuh Kalila. Namun, Kalila dengan cepat bangun dari tempat tidur, membuat Dewa hanya bisa memeluk bantal."Tapi, ada apa, Kalila? Aku hanya ingin membantumu untuk mendapatkan kepuasan. Bukankah itu yang kau inginkan? Kita sama-sama akan mendapatkan yang kita inginkan. Kita saling membutuhkannya, Kalila,” ujar Dewa.“Jangan coba lakukan itu lagi, Dewa. Aku tidak pernah menginginkan hal itu darimu,” jawab Kalila sambil menatap tajam kepada Dewa. Sangat berbeda saat tadi Kalila sedang memuaskan dirinya sendiri.Dewa masih mencoba untuk meraih tubuh Kalila, namun tangan Dewa ditepis oleh Kalila dan kemudian Kalila berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Dewa yang masih menahan hasratnya."Apa-apaan ini? Ada apa dengannya?" tanya Dewa pelan sembari menyugar kasar rambutnya."Dasar perempuan aneh! Kenapa dia tiba-tiba berhenti!""Arrrrghtt!"Dewa berteriak marah sambil menatap tajam ke arah kamar mandi."Astaga, wanita seperti apa yang aku nikahi ini, ya Tuhan. Bagaimana bisa dia menolak disentuh suaminya?" tanya Dewa yang kemudian merebahkan tubuhnya diatas pembaringan. Mencoba untuk memejamkan matanya dan melupakan semua yang barusaja terjadi. Kalila berada di kamar mandi dengan waktu yang cukup lama dan entah apa yang dia lakukan disana, bahkan Dewa sampai mengantuk menunggu Kalila keluar."Apa yang dilakukan perempuan itu di dalam sana? Ngapain coba dia sangat lama di dalam kamar mandi. Giliran di puaskan tidak mau!" kesal Dewa dengan mata yang terus melihat ke arah pintu yang masih tertutup rapat itu.Ceklek!Suara pintu kamar mandi terbuka, dan Dewa dengan segera berdiri untuk masuk ke dalam kamar mandi, dia sudah sangat kecewa dengan Kalila.Kalila keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk dan rambut yang basah. Hal itu jelas memancing hasrat Dewa.Braak!Dewa dibuat semakin kesal, sehingga segera masuk ke kamar mandi dan membanting pintu dengan kasar."Dasar gak ada akhlak!" teriak Dewa dari dalam kamar mandi dan berharap agar Kalila bisa mendengar teriakannya."Dia yang memancing, tapi dia juga yang menghina. Perempuan tua gila!" kesal Dewa dan menghidupkan shower dan mulai mengguyur tubuhnya di bawah kucuran air hangat, agar dia kembali merasakan kesegaran tubuhnya.Setelah selesai membersihkan diri, Dewa segera meninggalkan kamar itu karena dia tidak ingin terpancing lagi."Kau mau kemana?" tanya Kalila yang sedang mengeringkan rambutnya dan masih dengan hanya mengenakan handuk."Merokok!" jawab Dewa ketus."Jangan kebanyakan merokok nanti mati muda!" kekeh Kalila mencibir.Dewa tidak peduli, dia keluar menuju halaman belakang dan menikmati sebatang rokok juga segelas kopi untuk menghilangkan sakit kepala akibat hasrat yang tertahan."Baru satu hari sudah sangat pusing begini. Bagaimana seterusnya?" tanya Dewa bergumam sembari menghela nafas dalam. Dia tidak bisa membayangkan seperti apa rumah tangganya bersama Kalila nanti.Saat makan malam, Kalila bahkan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dengan mereka, Kalila masih saja mengenakan pakaian serba minimnya. Dan seolah-olah dia memang sengaja memancing hasrat Dewa."Kenapa hanya menunduk?" tanya Kalila kepada Dewa ketika melihat Dewa yang seolah-olah tidak mau melihatnya."Biar gak terpancing!" jawab Dewa kesal."Kau harus terbiasa," ujar Kalila dengan santai, dan tidak peduli dengan Dewa yang mengernyitkan keningnya tidak mengerti dengan maksud yang disampaikan oleh Kalila.Dewa hanya melengos."Kalila…," panggil Dewa setelah menghabiskan makan malamnya."Hmm." Kalila hanya menjawab dengan deheman dan tidak peduli."Belikan rumah untuk tempat tinggal ibuku!" ujar Dewa kemudian yang melancarkan aksinya dengan menagih janji yang Kalila ucapkan kemarin. Karena Dewa juga tidak akan membiarkan ibunya terus-terusan tinggal di kontrakan di area lokalisasi.“Apa?! Rumah?” tanya Kalila pura-pura kaget.“Jangan pura-pura tidak mengerti, Kalila!” bentak Dewa kesal.Kalila tersenyum jahat, dia sudah tahu Dewa pastinya sangat mengincar hartanya. Karena tidak ada yang dicari oleh orang miskin seperti Dewa melainkan sebuah harta kekayaan. Apalagi Dewa adalah seorang mantan narapidana, tidak akan mudah mencari pekerjaan yang layak yang bisa menghasilkan uang yang banyak."Enak sekali kau minta rumah. Kau pikir beli rumah itu seperti beli kacang goreng," jawab Kalila dengan tersenyum sinis.Dewa menatap lekat mata Kalila. Dia tersenyum miring melihat tingkah sang istri. Kalila seolah memang sengaja memancing emosi Dewa."Sesuai dengan janji yang pernah kau ucapkan, kalau kau akan menjamin kehidupan yang layak untukku dan ibuku," jawab Dewa dengan santai namun dengan penuh penekanan.Dewa tidak mau terpancing emosi. "Kita baru saja sah menjadi suami istri, kau langsung meminta rumah. Apakah tidak bisa menunggu besok, atau di hari lain. Masih bany
“Jadi, apa?” tanya Dewa setelah menuruti keinginan Kalila. Dia duduk kembali dengan mata yang terus menatap Kalila dengan tajam."Baiklah, besok bawa ibumu pindah ke sebuah rumah di perumahan Bumi Residence, rumah nomor 54 blok A," jawab Kalila pelan sembari menenggak minuman yang baru saja disediakan oleh bi Karni.Dewa hanya terdiam beberapa saat dan menolak satu gelas kecil minuman berwarna kuning kecoklatan itu yang ditawari oleh Kalila.Meskipun Dewa tinggal di lingkungan yang bebas dan tidak baik, tapi Dewa selalu menghindari minum minuman yang memabukkan itu."Jangan pernah membohongiku, Kalila!" ujar Dewa yang memastikan kalau Kalila tidak akan berbohong dengan apa yang disampaikannya."Aku tidak berbohong, aku memiliki satu rumah disana yang baru aku beli beberapa bulan lalu dan belum ditempati. Ambil saja itu untuk ibumu," jawab Kalila yang kemudian menyalakan satu batang rokok dan menghisapnya dengan pelan."Kau akan tahu akibatnya kalau kau berbohong!" ujar Dewa kesal dan
“Seperti yang kau lihat, Kalila,” jawab Rasti pelan.Kalila tersenyum sinis ke arah sang ibu mertuanya itu. Tentu saja dia bisa melihat bagaimana kondisi Rasti saat ini.Tanpa sepengetahuan Dewa, antara Rasti dan Kalila memiliki masalah yang rumit. Karena ternyata Kalila pernah menjalin kasih dengan Farheen di belakang Rasti. Sebelum Rasti mengetahui dia hamil, dia mendapatkan fakta kalau Farheen sedang menjalani sebuah hubungan dengan perempuan yang lebih muda, dan itu Kalila. Bahkan Kalila sempat meminta Rasti untuk memutuskan Farheen. Dan hanya beberapa waktu, Rasti mengetahui kalau dia hamil.Pada akhirnya Rasti dan juga Kalila ditinggalkan oleh Farheen, karena Farheen menghilang tanpa jejak bahkan hingga saat ini.Rasti masih menunduk, dia hanya bisa menghela nafas berat. Dia tidak menyangka kalau mereka akan bertemu lagi. Dan Kalila yang dulu adalah rivalnya, sekarang malah menjadi menantunya."Apa kabarnya sang rival yang saat ini menjadi ibu mertuaku?" tanya Kalila lagi kepada
“Ibu tenang saja, semua akan baik-baik saja. Percayalah kepadaku,” jawab Dewa sambil tersenyum ke arah Rasti.Rasti mengangguk pelan. "Jangan sampai Kalila merebutmu dari ibu," gumam Rasti, namun hanya dalam hatinya, karena hal yang paling ditakutkannya adalah kehilangan Dewa. Dan dia tahu siapa Kalila, seorang wanita licik yang melakukan apa saja demi tujuannya.Dewa tahu, meskipun Rasti adalah seorang kupu-kupu malam. Namun, Rasti menyayanginya sangat tulus. Apapun Rasti lakukan demi kehidupannya yang lebih baik. Perjuangan Rasti tidak mudah, dulu saat Dewa kecil di umur Rasti yang masih sangat muda, Rasti sudah harus berjuang membesarkan seorang anak tanpa memiliki suami dan keluarga yang lainnya. Dewa berjanji dia akan membuat Rasti bahagia, dan tidak akan membiarkan Rasti menderita."Dewa, sebaiknya kita segera pergi dari sini. Karena banyak sekali pekerjaan yang harus aku kerjakan di kantor," ucap Kalila kemudian. Semakin lama disana, Kalila semakin merasa gerah berada di rumah
"Kau benar-benar licik, Kalila. Kita tidak pernah membuat janji seperti itu," ujar Dewa sambil menatap tajam ke dalam mata Kalila.Bahkan, semua peserta meeting lebih memilih untuk mengambil break karena melihat perdebatan antara Dewa dan Kalila."Semua itu bisa dibuat jika kau punya uang, Dewa," kekeh Kalila."Bagaimana kalau aku bisa membuat perusahaan itu semakin maju?" tanya Dewa kepada Kalila.Kalila terdiam sejenak, kemudian menyilangkan tangannya di depan dada, seolah sedang memikirkan tawaran apa yang akan diberikannya kepada Dewa."Yakin kau bisa? Untuk orang tidak berpengalaman sepertimu, aku rasa hanya bisa menghancurkannya," kekeh perempuan paruh baya itu meremehkannya."Kau tinggal sebut saja, bagaimana bila aku bisa membuktikan kemampuanku? Apa kau yang harus aku masukkan ke penjara?" tanya Dewa mendesak Kalila."Aku akan berikan kau saham di Golden Line sebesar 50%," jawab Kalila sembari tersenyum menghina. Golden Line adalah perusahaan milik William Nurmanegara.Bagi K
Braaak!"Apa yang kalian lakukan? Dasar jalang!" teriak Dewa."Kalian benar-benar menjijikkan!" teriak Dewa sembari membanting barang-barang yang ditemuinya.Tangan terkepal dengan sorot mata yang tajam, benar-benar mengerikan. Dewa menatap ke atas ranjang seolah ingin menguliti apa yang dia lihat."Aarrght!" Dewa berteriak kesal.Dewa marah bukan main, bahkan dia berteriak marah. Ingin sekali dia menghajar dua orang yang sedang bergumul diatas ranjang tersebut."Akan ku bunuh kalian!" Dewa tampak berjalan dengan marah mendekati ranjang. Namun, semua itu di urungkannya. Bagaimana mungkin dia menghajar perempuan, harga dirinya terasa seperti terkoyak-koyak."Ternyata aku kurang cantik, Kalila…," kekeh Dewa dengan urat kening dan leher yang menonjol saking marahnya."Apa ini alasannya, Kalila?" tanya Dewa kepada sang istri yang masih berada di atas pembaringan."Kenapa? Kenapa Kalila? Kenapa kau seperti ini?!" tanya Dewa dengan kemarahan yang belum reda di wajahnya."Apa dia sangat per
“Aku akan menyembuhkanmu, Kalila,” ujar Dewa setelah terdiam beberapa saat melihat tubuh Kalila yang polos. Sebisa mungkin Dewa menahan hasratnya, karena dia tahu wanita di depannya itu tidak normal.“Apa aku tidak salah dengar?” tanya Kalila menyipitkan matanya mendengar apa yang disampaikan oleh Dewa.“Aku akan membantu kau sembuh dari penyakit ini!” jawab Dewa tegas mengulangi perkataannya agar Kalila memberikan dia waktu dan kesempatan untuk menyembuhkan Kalila menjadi wanita normal lainnya.“Kau pikir aku sakit? Aku tidak sakit, Dewa. Inilah hidupku, Dewa. Kau tidak mengenalku dengan baik, jadi jangan sembarangan berkata. Aku tidak suka! Dan jangan campur kehidupan pribadiku!” teriak Kalila marah saat mendengar Dewa mengatakan dia sakit, dan perlu penyembuhan.Bagi Kalila apa yang dia dan Desti lakukan itu adalah hal yang wajar, mereka sering bersama dan timbul rasa saling mencintai. Dan juga sesama wanita, mereka tidak akan pernah saling menyakiti, itu yang menjadi pedoman Kalil
"Kau terlalu bersemangat," jawab Kalila sambil memejamkan matanya, dia menggeleng mendengar pertanyaan Dewa. "Shiit!"Hal itu membuat Dewa merasa terhina karena sebagai seorang lelaki perkasa dia bahkan tidak bisa menaikkan hasrat Kalila. Padahal Dewa melakukan dengan penuh perasaan, bahkan hasratnya sendiri tidak bisa ditahan ketika melihat tubuh mulus Kalila."Mulutmu boleh mengatakan kau tidak bernafsu, kau tidak tertarik. Tapi, setiap bagian tubuh kau itu memberikan respon yang berbeda. Jangan jadi orang yang munafik, Kalila," ujar Dewa kesal.Dewa berpikir kalau Kalila hanyalah menahan dirinya agar tidak tergoda dengan lelaki. Itu semua karena dia takut dan merasa dibayangi masa lalu membuat Kalila memaksakan dirinya kalau dia tidak tertarik dengan lelaki.Dari tubuh Kalila, Dewa tahu sebenarnya dari dalam tubuhnya masih merespon sentuhan lelaki. "Nikmati saja apa yang kau rasakan, Kalila. Aku tahu, mungkin kau tidak lagi terbiasa, namun kalau kau mau berubah itu belumlah terla
"Kok bisa seperti ini?" tanya Dewa pelan."Surat apa?" tanya Rasti yang heran melihat perubahan ekspresi di wajah Dewa. Seperti sedang menyimpan sesuatu yang sangat berat.Dewa memberikan selembar surat tersebut kepada Rasti. Dan dari membaca kop nya saja Rasti tahu kalau surat itu adalah dari pengadilan."Gugatan dari Kalila?" tanya Rasti lagi."Bukan.""Terus?""Ini surat putusan perceraian. Kalila begitu pintar, entah kapan dia memasukkan gugatan dan sidang tahu-tahu sudah ada keputusan seperti ini," ujar Dewa lagi sambil menggeleng.Bahkan Dewa sendiri sangat heran saat mendapati surat itu dikirimkan ke rumahnya, karena seharusnya yang bersangkutan harus mengambil sendiri."Betapa matangnya persiapan kamu, Kalila. Sehingga aku tidak sadar apa yang kamu lakukan," gumam Dewa lagi sembari berlalu menuju kamarnya."Dewa, suratnya kamu simpan. Dan lebih baik seperti ini. Kamu tidak pernah mengkhianatinya, dan ini adalah keputusan Kalila sendiri," ujar Rasti, dan dalam hatinya Rasti ter
“Terserah papa mau percaya atau tidak, yang pasti saya memiliki semua buktinya. Dan dibawa ke jalur hukum pun semua akan percuma. Karena saya memang memiliki bukti yang kuat, dan juga penjual perusahaan itu juga adalah pemilik perusahaan itu sendiri,” jawab Dewa pelan.“Kau pikir aku akan percaya!” teriak William.Dewa hanya bisa menghela nafas berat mendengar semua apa yang William katakan.“Kau tunggu saja, Dewa! Kau pasti akan hancur! Kembalikan KL Group biar aku maafkan engkau!” teriak William.“Akan aku kembalikan jika Kalila yang minta!” Tut!Setelah mengatakan demikian Dewa mematikan sambungan telepon kepada William. Dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan kepada William. Karena dia tahu William tidak akan pernah percaya dengan apapun yang dia katakan. Dan William pastinya akan tetap menyalahkannya.“Dia baru tahu, dan ini artinya babak baru pasti akan di mulai,” gumam Dewa pelan.“Pekerjaan selanjutnya akan lebih berat, baik Deka maupun Kalilagara pastinya akan menjadi target
“Kenapa? Apa ibu salah? Ibu rasa semua yang ibu katakan itu benar, dan kamu juga sudah mengetahuinya. Tapi, kamu selalu menepisnya dan seolah-olah kamu tidak tahu!”Ternyata Rasti semakin menjadi, bukannya dia berhenti saat mendengar Dewa mulai emosi malah Rasti semakin meninggikan suaranya.“Untuk apa kamu sedih dengan kepergian mereka, seharusnya ini adalah awal yang baik untuk kamu! Kamu bisa menjadi seperti kamu yang seharusnya!”“Ibu, tolong berhenti. Biarkan Dewa berpikir untuk semua ini,” ujar Dewa pelan dengan pandangan Dewa yang memelas meminta Rasti untuk tidak lagi melanjutkan perkataannya.Dewa tahu kalau Rasti memang tidak merestui dengan Kalila, namun selama ini Rasti tidak pernah mengungkapkan keberatannya secara langsung. Mungkin saat ini Rasti merasa takut karena sumber kekayaan mereka berasal dari Kalila.“Ibu sudah mencoba untuk menerima Kalila dalam beberapa tahun ini, ibu sudah mencoba untuk mengerti perasaan kamu. Namun, belakangan ibu tahu kalau dia adalah penyu
"Aku tidak bisa menahanmu lagi," ujar Dewa pelan sembari memegang tangan Kalila dengan erat. Dia tidak menyangka kalau ternyata hubungannya dengan Kalila akan seperti ini."Jangan lupa hidup bahagia," ujar Kalila dengan suara yang serak.Sebenarnya dalam hati Kalila terasa begitu berat meninggalkan Dewa. Karena jujur dalam hatinya dia sudah jatuh cinta kepada Dewa. Namun, Kalila terus berusaha menyangkalnya.Dia jatuh cinta bersamaan dengan Danaya juga jatuh cinta kepada lelaki yang sama. Sehingga tidak ada pilihan baginya selain pergi meninggalkan Dewa. Dia tidak ingin Danaya semakin menjadi-jadi mengharapkan Dewa karena dia juga tidak ikhlas meskipun Danaya adalah anaknya sendiri.Disamping menjauhkan Danaya dari Dewa, kepergian Kalila juga untuk menjauhkan Danaya dari ambisi William. Kalila tidak akan membiarkan anaknya menjadi korban keserakahan keluarganya."Jangan lupa hubungi aku dimanapun kamu berada. Aku butuh kabar dari kamu yang akan membuat aku tenang," ujar Dewa sambil me
"Aku harus menyusulnya" teriak Kalila marah dan segera berbalik arah.Bahkan Kalila lupa kalau dia ingin berganti pakaian tujuannya pulang.Hap!Dewa menahan tangan Kalila dan kemudian menggeleng, dia tidak ingin Kalila menyelesaikan masalah dalam keadaan emosi."Biarkan saja dulu," ujar Dewa pelan.Kalila menepis tangan Dewa dengan erat."Biarkan gimana? Kamu dengar sendiri kan apa yang akan papa lakukan kepada Danaya? Bagaimana kamu akan membiarkannya? Atau kamu memang setuju dan mendukung papa agar aku tidak pergi?" tanya Kalila yang meluapkan amarah yang tidak terbendung itu.Pikirannya saat ini benar-benar kalut. Bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada anaknya itu? Dia tidak mau anaknya yang tidak mengerti apapun menjadi korban kakeknya. Dia tidak ingin Danaya dimanfaatkan oleh William.Dewa membimbing Kalila untuk duduk di sofa depan televisi, dengan menggenggam tangan Kalila, Dewa mulai berbicara secara lembut dan pelan."Tidak mungkin papa akan memaksa Danaya sekarang. Papa pas
“Aku tidak gila, cobalah kamu lihat video itu. Mungkin itu tidak dengan kualitas bagus, tapi cukup puas sebagai kenang-kenangan,” jawab Dewa dengan kembali menarik selimut dan kembali memejamkan matanya.Kalila tidak menjawab, dia sedang mengunduh video yang dikirimkan oleh Dewa. Walaupun dia sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh Dewa memvideokan aktivitas mereka bercinta, namun Kalila sangat penasaran apakah memang dia berhasil melakukannya. Kalila merasa tidak percaya kalau dia akhirnya bisa mengatasi segala ketakutannya, dan bisa menghilangkan traumanya saat berhubungan badan dengan lelaki.Akhirnya video yang dikirimkan oleh Dewa sudah selesai terdownload, dan Kalila melihat video yang berdurasi beberapa menit itu membuatnya tercengang. Dia melihat bagaimana liarnya dia saat bermain bersama Dewa, bahkan terlihat kalau Kalila yang lebih banyak mendominasi permainan.Suara desahan dan erangannya terdengar jelas di dalam video tersebut, membuat wajah Kalila memerah. Dia merasa
“Maksudnya?” tanya Kalila bingung.“Kita harus menyelesaikan semua yang tertunda,” jawab Dewa.“Jangan gila! Aku sedang tidak mau melakukan apapun selain minum! Jangan membuat aku marah!” bentak Kalila kepada Dewa.Dewa hanya menghela nafas berat dan tetap memarkirkan mobil yang dikendarainya.“Ini adalah hotel bintang lima dilengkapi dengan bar dan club terbaik. Ada ruang VIP yang akan menjaga privasi kita agar tidak terganggu oleh orang lain,” ujar Dewa sembari mematikan mesin kendaraannya.Kalila terdiam, dia tidak menyangka kalau ternyata Dewa tahu tempat seperti ini yang berada di tempat yang sangat sejuk dan nyaman. “Selain itu juga pemandangan kebun teh yang menghijau dan tiupan angin dari perkebunan ini membuat minum kamu semakin nikmat. Sudah aku katakan aku akan memberikan kenangan yang terbaik buat kamu,” lanjut Dewa yang kemudian mengajak Kalila untuk segera turun.“Darimana kamu tahu tempat seperti ini?” tanya Kalila penasaran.“Internet. Aku pernah mencari di internet t
Tap!Dewa segera menangkap tangan tua William yang akan menampar Kalila. Sedangkan Kalila sudah memejamkan matanya, karena dia tahu tangan itu pasti mendarat di wajahnya. Meskipun sudah keriput, tapi tenaga William masih cukup kuat untuk menampar anaknya."Jangan main kekerasan, Pa," ujar Dewa yang kemudian melepaskan tangan William sambil menatap tajam lelaki yang sudah berumur itu."Jangan ikut campur!" teriak William marah."Tidak bisa! Dia adalah istriku, tidak ada seorangpun yang boleh menyakitinya. Sekalipun ayah kandungnya sendiri!" teriak Dewa dengan emosi yang meledak-ledak.Kalila yang mendapat perhatian seperti itu dari Dewa merasa begitu senang. Dia benar-benar mendapatkan perlindungan dari seorang suami. Hatinya menghangat, namun dia juga tidak bisa merubah keputusannya. Apalagi melihat tingkah William yang bahkan sudah mengincar Danaya.Wajar kalau saat ini William tidak terlalu mengejar Kalila untuk berpisah dengan Dewa dan menikah dengan temannya, ternyata William sed
Tangan Dewa kemudian bergerak ke bawah diantara kedua paha Kalila, kemudian bermain di sana keluar masuk pada inti Kalila sehingga desahan kembali keluar dari bibir tipis Kalila.Juga sesuatu yang sudah mengeras sejak tadi diantara kedua paha Dewa pun sepertinya sudah mendesak ingin mengambil alih tangan Dewa, dan seolah-olah berkata; “Ini adalah waktunya untuk menuju landasan.”“Baiklah, sudah waktunya kamu beraksi,” gumam Dewa dalam hatinya sambil menatap miliknya yang sudah siap tempur. Dewa membuka kedua paha Kalila, tidak ada penolakan dari Kalila. Bahkan sepertinya Kalila terbius dengan yang dimiliki oleh Dewa. Karena mata Kalila sejak tadi tidak beralih dari pusaka kebanggan Dewa tersebut.Tok! Tok! Tok!Sayup-sayup terdengar pintu ruangan Dewa diketuk dari luar. Dewa tidak peduli, karena dia sudah mengunci pintu itu jadi tidak akan ada orang yang bisa masuk.“Ada yang mengetuk,” ujar Kalila menahan tubuh Dewa yang berada diatas tubuhnya.“Abaikan, dan jangan pedulikan. Seharu