Beranda / Romansa / Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta / Bab 7 Menyebalkan Vs Menyenangkan

Share

Bab 7 Menyebalkan Vs Menyenangkan

Penulis: Diny Nia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Melody tersenyum seorang diri di bangku bawah pohon taman kampus. Tangan gadis itu sibuk memencet abjad-abjad di layar touchscreen handphone-nya. Di sebelahnya Sisil tak kalah sibuk, gadis itu asyik bertelepon ria dengan Kevin calon tunangan pujaan hatinya. Semakin mendekati acara pertunangan sepertinya mereka nampak semakin lengket.

"Sil, elo yakin kan si Ansya ini bukan teman atau kenalan elo, dia bener-bener tahu banyak tentang kita, lho," jawil Melody pada sahabatnya yang baru saja mengakhiri acara berteleponnya.

"Gue yakin banget, Mel. Sejak elo cerita kapan hari gue udah nyari info kemana-mana, ke teman-teman gue yang lain juga dan pada yakin nggak ada yang kenal dia."

"Iya nih orang, akrab sama gue tapi kok misterius juga, ya?"

"Di ajak video call sama ketemuan belum mau juga?"

"Belum Sil, tapi gue nyaman aja, sih, pada dasarnya gue juga nggak ngebet banget pengin ketemu dia, terserah dia aja, orang dia yang datang ke gue."

"But, betewe kayaknya elo beneran nyaman sama dia. Pacaran online aja dah, buat hiburan hahaha," saran Sisil yang asal nyeplos.

"Nggak tau deh, seenggaknya dia nggak menyebalkan kayak Es Batu itu, Sil."

Keduanya tertawa ngakak bersamaan.

Belum juga tawa mereka berakhir sebuah bayangan orang berdiri tergambar di depan dua orang gadis itu. Dua kepala mungil mereka mendongak melihat siapa seseorang yang berani-beraninya berdiri tak sopan di depan mereka. Ternyata makhuk itu adalah sesosok dingin yang barusan mereka bicarakan. Tawa Melody berhenti mendadak, raut wajahnya segera berubah menampilkan kejutekannya. Sedangkan Sisil hanya nyengir kuda tanpa ekspresi apa-apa. Hanya tawanya aja yang tiba-tiba terhenti sama halnya dengan yang di lakukan Melody.

"Ada apa? datang tak di undang, ganggu aja. Segera pergi aja sana," pengusiran Melody dengan nada jutek menyambut raut dingin Alfa yang belum mengeluarkan suaranya sampai dengan saat ini.

Tanpa kata, cowok itu hanya menyodorkan satu amplop putih panjang.

"Di tunggu ke ruang dekan," hanya kalimat pendek itu yang Alfa ucapkan. Dengan rasa heran tingkat tinggi Melody menerima amplop yang di sodorkan ker arahnya. Begitu amplop berpindah tangan, tanpa kata dia yang sedingin es batu itu ngeloyor pergi dari hadapan dua manusia cantik yang terbengong takjub dengan sikap antik cowok itu.

"Kalimat elo, salah," celetuk Sisil tiba-tiba, pandangan matanya belum lepas mengikuti langkah Alfa.

"Apa?"

"Harusnya yang elo bilang, datang tak di undang, pulang tak di antar. Tuh lihat ngeloyor aja tanpa pamit."

Tawa Melody menyembur keras, di toyornya kepala sahabat konyolnya itu,  "jailangkung kali."

"Kok ada ya orang macam dia, pinter sih pinter, songongnya minta ampun. Eh lo di kasih amplop apaan, uang belanja bulanan?"

"Eh, gue bukan bininya, ngapain di kasih uang belanja?"

"Kali aja membiasakan elo buat jadi bininya, di latih buat atur uang belanja."

"Haha, resek lo."

Melody segera membuka amplop yang dia terima dari Alfa dengan di temani Sisil yang kepo di sampingnya. Begitu melihat isi amplop itu dan membaca secarik informasi yang tertulis pada surat di dalamnya, jeritan Melody terpekik membahana sampai mengagetkan mahasiswa lain yang juga duduk-duduk tak jauh dari dua gadis itu.

"Sil, makalah karya gue yang kemarin di ikutkan lomba karya ilmiah masuk final. Temenin gue sekarang ke ruang dekan ya, Sil," dengan tak sabar Melody berdiri dan menarik paksa tangan Sisil. Setengah berlari mereka berdua tergesa menuju ruang dekan.

Begitu sampai di ruang dekan, Melody mengatur nafas sejenak. Setelah melihat ke arah sahabatnya sebentar dan mendapatkan anggukan pendukung semangat dari gadis sahabat separuh jiwanya itu, dia segera mengetuk pintu ruang perlahan. Ketika kata silahkan di dengar dari dalam, Melody melangkah masuk sedangkan Sisil setia menunggu di luar ruang karena merasa tidak ikut berkepentingan.B

Begitu memasuki ruang yang cukup luas itu, mata jernih Melody mendapati senyum Bapak Dekan yang menyambutnya sambil duduk di kursi singgasananya. Selain itu ada juga dosen kaprodi fakultasnya dan dosen walinya, di sebelah yang lain nampak pula si Es Batu yang duduk dengan sikap diam dan dingin, di tambah dua orang mahasiswa lagi yang Melody kenal sebagai teman seangkatan satu jurusan tapi beda kelas. 

Beberapa menit para mahasiswa yang berhasil masuk di babak final karya ilmiah remaja itu mendapat beragam pengarahan berarti dari dosen-dosen mereka. Beberapa waktu ada sesi tanya jawab dan tak lama kemudian mereka di persilahkan keluar untuk mengikuti kelas kuliah yang sudah mulai berlangsung kembali.

"Gimana?" tanya Sisil begitu melihat sahabatnya keluar dari ruang. Wajahnya nampak khawatir tapi juga tersirat bahagia yang tertahan. Meski bukan dia yang berhasil tapi dia adalah supporter terbaik untuk sahabatnya. Mimik wajah Sisil segera berubah ketika seseorang keluar juga dari ruang dekan. Es Batu, cowok itu keluar dengan ekspresi datar.

Sisil dan Melody menatap diam ketika Alfa melewati mereka tanpa suara sapa atau sekedar lirikan, hanya berjalan dengan tatapan dan langkah lurus.  Gayanya seperti biasa, seolah menganggap tak ada makhluk lain selain dirinya sendiri di muka bumi ini.

"Ada ya ... " desis Sisil penuh keheranan menilai sikap Alfa.

"Tsut ... udah cuekin aja, elo mau gue ceritain tentang lomba ini apa kagak?"

Sisil menahan diri dari kepenasarannya tentang Alfa, bersiap menyimak cerita Melody tentang lomba yang di ikutinya dan sekarang berhasil masuk final.

Finally, bla-bla-bla Melody menceritakan dengan singkat mengenai lomba karya ilmiah yang sedang di ikutinya sambil berjalan menuju ruang kuliah mereka siang ini. Ketika mereka hampir sampai di ruang kelas, selayaknya terpasang rem cakram pada kedua kaki gadis itu mereka terhenti dengan tiba-tiba. Tak jauh dari pintu kelas, mereka mendapati seorang wanita cantik dan seorang cowok yang tengah berbincang dengan asyik. Wajah si perempuan yang tak lain Bu Hesta, dosen kuliah mereka siang ini nampak berbinar cerah, di depannya ada Alfa yang meskipun tak nampak tertawa ataupun tersenyum, tapi wajahnya terlihat lembut bersahabat. Bukan tampang datar atau kaku yang terbiasa dia perlihatkan sehari-harinya.

"Aku yakin kamu akan berhasil, Al. Doa aku selalu bersamamu," ucapan Bu Hesta yang berhasil dua gadis itu curi dengar. Alfa nampak mengangguk,  kemudian mereka melangkah bersama masuk ke ruang kelas di ikuti Melody dan Sisil di belakang keduanya.

Aku dan Kamu.

Uhuk, kenapa perut gue selalu mual ya kalau denger mereka berkomunikasi seperti itu? batin Melody.

Begitu duduk di bangku, Melody menatap sejenak ke arah Alfa yang berjarak 2 bangku sebaris dengannya. Di lihatnya cowok itu sedang mengeluarkan buku-bukunya dengan santai. Tanpa sengaja, mungkin karena feeling merasa sedang di perhatikan seseorang secara tiba-tiba kepala yang sepaket dengan wajah tampan itu menatap ke arah Melody. Bukan wajah santai lagi yang Melody lihat, tapi sudah kembali menjadi wajah malaikat pencabut nyawa yang datar dan kaku seperti biasanya.

"Es batu pencabut nyawa," bisiknya dari jauh. Alfa melihat bibir gadis itu bergerak mengucapkan kalimat, tapi dengan acuhnya dia abaikan. Di tolehkannya kembali kepalanya untuk melihat ke arah depan karena perkuliahan sudah di mulai.

"Elo kenapa?" bisik Sisil dengan kaki melintang menyepak bangku tempat duduk Melody membuat gadis itu terkejut dengan segera menoleh ke arah Sisil. Melihat ekspresi penuh tanya gadis di bangku sampingnya itu, yang dia lakukan hanyalah menggeleng sambil meringis tak jelas.

"Melody, Sisil, apakah kalian masih berniat mengikuti kuliah?" tiba-tiba Bu Hesta menegur mereka, sepertinya dosen itu cukup mengawasi tingkah dua orang gadis itu sejak masuk kelas tadi.

"Masih, Bu," suara Sisil menggema di kelas, namun tidak dengan Melody. Gadis itu memilih tidak menjawab. Sensi pribadi, boleh di kata seperti itu.

...

Sore yang cerah, sambil duduk di dekat kolam ikan koi kesayangannya Melody memainkan gawai di tangannya.

"Lagi apa, Lo?" tiba-tiba sebuah sapaan mampir di notif pesannya. Es Batu Pencabut Nyawa, nama yang panjang. Iya, gadis itu baru saja me-rename nama di contact handphonenya. Dan, panjang umurnya, seseorang yang baru saja dia ganti namanya justru sekarang menyapa lewat pesan.

"Lagi pacaran," balas singkat Melody, tak lupa di fotonya kolam ikan koi di depannya.

"Nggak nyebur sekalian?"

"Emang gue Mermaid?"

"Mermaid? Hem, nama yang bagus."

"Resek, Lo."

"Belajar sono cara presentasi yang baik, dua hari lagi bukan waktu yang lama. Udah hafalin belum isi makalah elo yang jangan-jangan hasil njiplak itu."

"Sotoy, Lo. Makalah elo sendiri paling yang njiplak. Elo sono yang belajar, ngapain ngurusin gue."

"Dasar Dodol."

"Es Batu."

Sungguh nggak pernah ada manis-manisnya interaksi dua sejoli itu. Entah takdir apa nantinya yang berhasil membawa mereka bersama.

Tring.

Notif pesan lagi.

"Hai, Cinta," sapaan manis itu berhasil membuat senyum manis Melody mengembang sempurna. Beberapa jam saat dia masih sibuk di kampus tadi berhasil untuk melupakan rasa rindunya pada Ansya.

What, rindu? Melody menggeleng mengenyahkan fikiran dan kata hatinya barusan.

"Hai, Bad," balas Melody akhirnya.

"Hahaha, ah rindunya gue dengan panggilan sayangmu ini."

Melody sedikit menelan ludah membaca kata rindu yang di tuliskan oleh Ansya.

"Elo kok nggak marah gue panggil, Bad. Padahal kan dalam Bahasa Inggris tulisan bad itu kalo di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti jelek."

"Nggak lah, gue seneng kok di panggil seperti itu, rasanya manis."

"Gombal, Lo. Bikin hati gue kelepek-kelepek aja."

"Serius hati elo kelepek-kelepek? apakah kira-kira sudah mulai ada cinta buat gue?"

"Ngarep, ih."

"Gue serius ngarep, nih. Karena jujur rasanya gue semakin sayang sama elo. Kita pacaran aja, yuk."

Debar jantung Melody tiba-tiba semakin cepat. Semisal laju mobil, yang tadi awal kecepatannya cuma 60 km/jam sekarang menjadi 120 km/jam, naik dua kali lipat. 

Aih, gue berkali-kali di tembak cowok, tapi nggak pernah deg-deg an kayak gini. Lah kali ini apa yang terjadi sama gue? Kenapa gue gemeter gini, ya? Melody merasa salah tingkah seorang diri.

"Elo ... elo, bercanda kan, Bad?" balas Melody pada akhirnya.

Tiba-tiba sebuah panggilan telepon dengan nama yang tertera pada layar handphone Melody membuat gadis itu serasa semakin ingin pingsan saja

Bad (emot love). Eh sadar nggak sih, mulai kapan Melody nulis contact kayak gitu di handphonenya.

Dengan tangan gemetar Melody memencet tanda telepon berwarna hijau di layar.

"Halo," sapanya dengan berusaha menetralkan detak jantung dan gemetarnya.

"Halo Cinta. Gue fikir elo nggak mau angkat telepon gue karena keburu pingsan."

"Gue masih sadar."

"Syukurlah. Cinta, gue serius, gue nggak bercanda dengan permintaan gue tadi."

"Tap-tapi kita nggak pernah bertemu Bad, gimana elo bisa suka sama gue?"

"Kita pernah bertemu, Cinta. Hanya saja elo nggak pernah menyadari keberadaan gue."

Melody mengerutkan kening mendengar kalimat terakhir yang Ansya ucapkan. Sekilas mendengar logat suara cowok itu dia merasa seperti mengenal. Tapi selama ini dia tidak pernah merasa bertemu dengan seseorang yang istimewa. Hanya teman-teman se-fakultas yang sering menyatakan suka padanya, tapi kemarin Ansya bilang dia tidak kuliah di tempat yang sama dengan dirinya. Atau anak-anak relasi papa yang beberapa pernah di kenalkan dengannya itupun nggak banyak yang berlanjut dengan komunikasi yang intens.

"Ah, elo bikin gue penasaran, Bad."

"Sudahlah, jika sudah tiba saatnya nanti gue pasti datang ke elo. Untuk sementara, gimana dengan permintaan gue tadi, bisakah kita mencobanya?"

"Tapi, Bad?"

"Ah maafkan, ada yang memberatkan hati elo atau gue salah ngomong, ya?"

"Gue, gue suka kenal sama elo, Bad. Kasih gue waktu, ya? Gue perlu waktu untuk berfikir, meskipun mungkin pada akhirnya nanti status kita pacaran online, tapi kalau jodoh kita pasti bertemu, kan? Sebelum ke arah situ ada hal rahasia juga yang harus gue beritahu ke elo."

"Iya, gue tahu elo pasti nggak akan gegabah terima gue dan itu lebih membuat penilaian gue ke elo semakin baik dan tinggi."

"Dan elo semakin membuat gue melayang kayak judul lagunya Ungu album pertama."

Melody dan Ansya tertawa bersama. Sejujurnya, ada yang berkembang dan bermekaran di hati Melody, tapi entah mengapa dia menolak untuk mengungkapkannya sekarang. Hatinya masih berperang dan hal itulah yang membuat Melody tidak bisa serta merta memutuskan kelanjutan kisahnya dengan Ansya.

Ah, apapun yang akan terjadi nanti, Ansya harus mengetahui semua tentang gue biar dia nggak kaget di kemudian hari, terlebih ketika gue nggak bisa melawan kehendak takdir hidup gue, batin Melody. Setelahnya gadis itu beranjak pergi meninggalkan koi-koi di kolam peraduan mereka yang sore ini menjadi saksi bahagia dan galau hatinya.

Bab terkait

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 8 Hati Yang Berkata

    Tiga hari berlalu dari permintaan Ansya. Setiap harinya mereka masih tetap berkomunikasi dengan baik, penuh dengan canda tawa dan perhatian yang manis dari Ansya untuk Melody. Melody belum berani memberikan keputusan untuk cowok itu. Dia sudah jujur pada hatinya sendiri bahwa dia menyukai Ansya. Sejujurnya juga ingin segera memberi jawaban "iya". Tapi keberadaan Alfa meski penuh dengan tingkah menyebalkan dan juga memikirkan hati orang tua mereka tetap menjadi pertimbangan yang utama. Di satu sisi, meskipun belum pernah bertemu, dia tidak mau asal menjawab sekedar untuk bersenang-senang saja. Melody tetap berusaha menghargai perasaan Ansya. Gadis itu selalu begitu, meski banyak hati yang dia tolak, tapi dia selalu berusaha untuk melakukannya dengan baik supaya tidak terlalu menyakiti hati orang itu. Bukan tanpa alasan, apalagi untuk seorang Ansya. Melody bisa merasakan dia cowok yang baik, kedekatan komunikasi mereka beberapa hari ini, pendekatan manis dari Ansya yang tanpa pa

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 9 Hari Yang Entah Kenapa

    Semilir angin memainkan rambut kecoklatan Melody. Gadis itu duduk santai di balkon kamarnya. Sejauh mata memandang nampak taman kesayangan mama yang segar bersih terawat, kolam ikan koi kesayangannya dan kolam renang tempat biasanya dia dan keluarga bersantai sekaligus berolah raga. "Jadi apa yang pengin elo bicarakan sama gue?" tanya Ansya di telepon mereka sore ini. "Sebelumnya gue minta maaf, Bad. Gue siap apapun yang bakal elo putusin ke gue setelah tahu semua tentang gue." "Iya, Cinta. Gue siap dengerin apapun yang mau elo sampaikan. Gue simak dulu. Sekarang elo bicara dulu aja biar gue sempat memikirkannya." Ini adalah acara bertelepon langsung mereka yang kedua dan kali ini Melody yang berinisiatif menelepon duluan meskipun berawal dengan rasa dag dig dug teleponnya bakal di terima atau enggak. Ada rasa adem dan tenang mendengar suara Ansya yang begitu sabar dan pengertian padanya. "Elo sekarang dimana? Gue ganggu nggak kalau ma

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 10 Kenapa Gue Selalu Kalah?

    Melody duduk bersebelahan dengan Sisil yang setia menemani di aula gedung tempat di laksanakan presentasi final lomba karya ilmiah remaja. Total peserta ada 25 mahasiswa dan mahasiswi dari seluruh universitas di kota mereka. Dari total peserta, empat orang adalah perwakilan dari almamater Melody. Sungguh pencapaian yang luar biasa dan membuat bangga. Dari 25 peserta tersebut hanya akan di ambil enam orang pemenang yaitu juara 1 sampai dengan juara 3 dan juara harapan 1 sampai dengan juara harapan 3. Pemenang pertama otomatis akan mewakili universitas di kota mereka menuju persaingan nasional universitas se-Indonesia. “Nomor peserta sembilan, Melody Cinta Efenira Atma dari Universitas Saktya Jaya di persilahkan ke atas panggung.” Melody segera berdiri dari tempat duduk, menggenggam sejenak tangan sahabatnya yang mengangguk sambil tersenyum memberikan semangat. Menoleh sebentar ke arah dosen-dosen pendamping sekaligus ke teman-teman satu universitasnya. Senyuman dan ac

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 11 Acara Pertunangan Sisil

    “Ayo dong, Ma, dandannya lama banget sih, ngalah-ngalahin gadis yang belum laku kawin,” celetuk Melody yang menunggui mama merias diri di kamarnya. Sudah ketiga kalinya gadis itu menengok ke kamar mama, dan akhirnya dia duduk di ranjang orang tuanya sengaja merecoki Meira yang belum selesai-selesai berdandan sejak tadi.“Aish, kamu nih, ya, sabar dikit dong ah. Ini lho wajah mama banyak kerutan, bikin nggak sempurna penampilan. Iya kalau kamu, pake make up gitu juga udah cantik banget, pasti nanti Alfa terpesona.”“Ngapain bawa-bawa nama Alfa sih, Ma. Emang dia bakal tahu secantik apa Melody malam ini?”“Ya pasti tahulah, kan nanti dia berangkat bareng kita.”“Hah, apa? Ogah ah, Ma, lagian dia nggak di undang tuh sama Sisil.”“Oh, ketahuan nih akhirnya, jangan-jangan Sisil nggak undang Alfa karena kamu, ya? Padahal semua teman sekelasnya katanya di undang, tapi kemarin

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 12 Sudah Sejauh Itu?

    Melody mematut diri di depan cermin. Blouse pendek warna biru langit, celana jeans 7/8 warna putih, tas selempang kecil dan flat shoes putih menyempurnakan gaya santainya di minggu pagi ini. Seperti biasa, rambutnya yang tak terlalu panjang dia biarkan tergerai, kali ini sebuah jepit mungil dia sematkan di bagian samping antara rambut poninya, mempermanis tampilannya dan tampak semakin imut. Lipgloss tipis dia ulaskan di bibir pink alaminya, pun begitu dengan bedak tipis yang juga menyapu wajah cantiknya. Wajah putih dan bersih Melody sepertinya emang tak membutuhkan banyak polesan, apalagi karakter gadis itupun adalah type yang santai. Pesolek bukan, tapi di kata tomboi pun enggak. Simple, itulah keseharian Melody. Wajah oriental manadonya yang sedikit bergeser ke wajah gadis ala korea mungkin oleh-oleh dari ngidam Meira yang pada waktu hamil pengin banget pergi ke negeri gingseng yang penuh oppa-oppa cakep dan unnie-unnie cantik itu, namun tak kesampaian karena kondisi kesehatan p

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 13 Surprise

    Melody sedang bersenda gurau bersama Sisil dan beberapa teman sekelas mereka di koridor kelas karena jadwal kuliah hari ini batal di sebabkan dosen mereka sedang berhalangan hadir karena kecelakaan ketika menuju kampus untuk mengajar. “Nanti update kondisi Pak Krisna, ya, Dik. Kalau sudah boleh di kunjungi biar kita bisa segera jenguk,” saran Melody pada Dika ketua kelasnya. “Siap, Mel. Nanti gue cari info perkembangan kesehatan Pak Krisna, semoga beliau nggak terlalu parah lukanya.” “Aamiin … “ jawaban serentak Melody dan teman-temannya. “Ke kantin yuk, mumpung kita masih ngumpul di kampus bersama, sekali-kali ngantin bareng,” usul Chacha. “Kayak mau kemana aja, Lo,” ledek Sinta yang sebenarnya tiba-tiba merasa terharu. “Skripsi kita udah pada jalan gess … semoga semua lancar, nanti semester depan tiba-tiba udah ada yang lulus aja, jadi nggak bisa ngumpul kan kayak hari ini,” bela Chacha pada usulnya tadi. “Kok, elo bikin gue

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 14 Acara Di Rumah Alfa

    Jam tujuh malam keluarga Melody sudah duduk manis di ruang makan keluarga Alfa. Tak hanya Alfa, nampak juga Boy, cowok tanggung kelas sepuluh yang merupakan adik dari Alfa ikut bergabung di antara mereka. Sejak tadi cowok yang sedang menginjak puber itu suka sekali curi-curi pandang memperhatikan wajah imut Melody.“Ma, beneran Kak Mel ini temen kuliahnya Kak Alfa?” tanya Boy dengan suara seraknya khas remaja baligh, bocah ini sepertinya berpembawaan lebih terbuka. Nela yang sebenarnya sedari tadi memperhatikan tingkah konyol putra keduanya itu tersenyum lebar.“Iya bener, tanya aja sama orangnya mumpung ada di sini.”“Malu mau nanya langsung. Sebenarnya pengin percaya, tapi kok susah percaya, ya?”“Kenapa emangnya? Kak Melody terlalu imut, ya?” goda Melody sambil tersenyum yang sepertinya menyukai sikap terbuka Si Boy.Boy nampak sedikit malu begitu ternyata Melody yang mengeluarkan suara menanggapi

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 15 Gue Bingung Dengan Sikap Elo

    Alfa mengajak Melody menikmati malam di balkon lantai dua rumah besar itu.Semilir angin memainkan rambut sebahu Melody. Kedua tangan gadis itu menumpu pada pagar kaca pembatas balkon yang setinggi dada. Pandangannya lurus menatap ke depan, sama sekali tak menghiraukan keberadaan Alfa di sebelahnya."Elo nggak ingin bertanya sesuatu ke gue?" tanya Alfa setelah sekian lama tak mendengar suara Melody."Gue nggak ada perlu bicara sama elo," jawab Melody ketus."Trus ngapain ikut kesini kalau nggak ada perlu sama gue?" tanya Alfa memancing pembiacaraan."Menghormati orang tua," jawab singkat Melody berusaha membuat Alfa merasa gagal tak berhasil mengajaknya bicara."Oh, kirain ada yang mau di bahas juga sama gue."Melody kembali diam. Dia berusaha keras menahan diri supaya tak banyak bicara karena sebenarnya banyak cacian, banyak pertanyaan yang ingin dia ungkapkan pada cowok itu."Elo nggak kangen sama gue?" tanya Alfa tiba-tiba y

Bab terbaru

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 66 Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta (TAMAT)

    Entah berapa jam Melody tak sadarkan diri dia tak mengetahuinya. Ketika matanya terbuka dia hanya menyadari bahwa kini sedang tidak berada di kamarnya. Sebentar memutar bola matanya hanya ruang kamar serba putih yang di lihatnya. Bau obat menyeruak ke indera penciumannya dan tepat di pergelangan tangannya dia merasakan ada rasa menekan dengan sedikit nyeri. Sebentar segera dia coba menggerakkan tangan dan mengangkatnya. Yang di lihatnya pertama kali adalah selang bening kecil, dan ternyata yang membuat pergelangan tangannya terasa tertekan dan nyeri adalah jarum yang menancap di situ, secara reflek Melody mendongak ke atas melihat kantong infus berisi tinggal separuh yang tergantung di situ. Perlahan ingatan Melody kembali, tentang bagaimana pada akhirnya dia bisa berada di sini. Tak salah lagi, ini adalah rumah sakit. Dengan gerakan lemahnya spontan dia mengelus perut ratanya yang sedikit masih terasa nyeri. Matanya memanas, entah kenapa dia merasakan kehilangan bahkan pada

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 65 Menuju Akhir Kisah

    Sebulan berlalu dari semua kejadian dan kisah tentang Bimo. Cowok itu akhirnya harus merasakan indahnya tinggal di dalam penjara, kasusnya cepat di putuskan karena banyak saksi dan diapun cukup kooperatif tak banyak perlawanan ataupun sanggahan atas tindak kejahatannya. Tak hanya kasus melukai Melody dan Alfa, dia terjerat juga kasus penggunaan narkotika. Di luar itu, ternyata Bimo juga terjerat kasus penggelapan uang perusahaan. Karena begitu urusan pekerjaan yang biasanya di pegang oleh Bimo di alih tangankan kepada orang lain nampak banyak kejanggalan pada laporan aliran keuangan. Terutama keuangan perusahaan Pak Edward yang masuk ke perusahaan Fendy Atma. Setelah di telusur lagi oleh tim forensik kepolisian, di temukan Bimo tak main sendiri, dia di bantu oleh Alisa, perempuan berstatus kekasih tersembunyi Bimo yang bekerja di bagian keuangan perusahaan Fendy Atma. Melody hanya menatap sedih gadis bernama Alisa yang sampai bersujud memohon ampun atas kesalahannya. Namun u

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 64 Welcome Back, Alfa

    Melody telungkup di sisi ranjang tempat tubuh Alfa tak sadarkan diri. Sebentar pun dia tak mau meninggalkan lelaki yang sama sekali belum membuka mata semenjak kemarin di bawa ke rumah sakit, masuk ruang operasi sampai dengan di pindahkan ke ruang observasi khusus dengan campur tangan kekuasaan uang atas keinginan keluarga. Mimpi buruk seolah mengejar Melody setiap kali matanya terpejam, hingga menjadikannya bertahan berusaha membuka mata. Tangannya menggenggam erat tangan Alfa, doa tak henti dia panjatkan berharap tiba-tiba tangan itu bergerak balik menggenggam erat tangannya. Hampir dua puluh empat jam belum ada tanda-tanda bahwa Alfa akan tersadar, semua peralatan medis lengkap yang di butuhkan berada di kamar yang cukup luas ini.Meira, Nela, Fendy, Rudi, Boy, Rheiga, Sisil dan Kevin berjaga di luar. Bergantian mereka keluar masuk ruang berusaha membujuk Melody supaya bersedia untuk istirahat sejenak meredakan lelah dan setresnya. Tak henti meyakinkan gadis itu bahwa Alfa

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 63 Melawan Bimo

    Melody masih mengikuti langkah Bimo yang memperlakukan dirinya sebagai tawanan. Dirinya benar-benar tak habis fikir bagaimana seorang Bimo nekat melakukan kejahatan seperti ini di kondisi sekarang. Sama sekali tidak mempertimbangkan keadaan yang bisa saja tidak berpihak padanya. "Mas Bimo, sadarlah, tindakan Mas Bimo ini tidak benar, berbahaya," Melody masih berusaha bersikap baik menyadarkan cowok ini. Di apa-apain juga, selama bekerjasama dengannya dia selalu menampakkan sikap baik di depannya. Urusan sikap dia itu asli atau palsu, buat Melody saat ini tak jadi soal. Dia hanya ingin selamat dan tidak terjadi apa-apa dengan dirinya dan Bimo, apalagi dengan tindakan-tindakan kekerasan. "Selama ini aku sudah berusaha bersikap benar tapi hal itu tak pernah nampak di mata dan hati kamu, Mel. Hari ini, nggak ada salahnya kan aku sekali berbuat tidak benar tapi pada akhirnya bisa memiliki hidup bersama kamu. Setelah ini kita akan menikmati indahnya surga dunia bersama, Me

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 62 Bimo Yang Tak Terduga

    Meeting di hari kedua lebih seru dari hari kemarin. Lebih banyak hal dan permasalahan di masing-masing grup yang di bahas pada hari ini selain dari perwakilan masing-masing grup yang harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kuartal satu. Dan tepat mulai jam tiga sore, beberapa kolega yang merupakan tamu undangan mulai di ikutkan masuk ke forum. Termasuk Pak Edward dan sesuai prediksi Alfa, Bimo nampak hadir juga saat ini. Semenjak seseorang yang sedang Alfa waspadai itu masuk ruang, tak hentinya mata cowok itu menatap tajam ke arah Bimo tanpa sungkan-sungkan lagi tak memikirkan apakah cowok itu akan merasa atau tidak jika ternyata sedang di lihatnya. Alfa sengaja memperhatikan setiap gerak gerik Bimo yang sering mencuri pandang ke arah Melody padahal saat ini gadisnya itu banyak diam karena di sesi ngobrol bersama kolega ini para peserta meeting lebih banyak berbincang dengan Pak Fendy selaku Presdir Fendy Atma Group. Setelah penuh dengan diskusi seru antara pes

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 61 Meeting

    Melody sedang berada di ruang kerja Fendy bersama Dista. Mereka membahas rencana meeting direksi kuartal pertama tahun ini yang biasanya di adakan dengan menginap di sebuah cottage atau hotel sekaligus untuk refreshing karyawan di sepertiga tahun pertama. Yang bertujuan untuk menjaga semangat kerja para pejabat perusahaan supaya tetap fresh dalam memimpin dan mempertahankan kinerja terbaik di masing-masing bagiannya. “Jadi gimana, Dis, budgetnya apakah sudah fixed semua?” tanya Fendy pada Dista. “Sudah, Pak. Tadi sudah saya serahkan kepada Alisa supaya di aturkan booking ball room beserta kamar-kamarnya,” jelas Dista. “Berapa total pesertanya nanti?” tanya Fendy selanjutnya. “Total 7 orang direktur di tambah 16 orang manager, Pak,” jawab Dista sambil melihat catatan anggaran budgetnya. “Baik, nanti hitungkan sekalian seperti biasa buat kita, kamu ajak putri dan suami kamu juga, kan? Kasian di tinggal sibuk terus sama kamu,” ujar Fendy sambil t

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 60 Tersiksa Rencana

    Begitu Melody menyusul Boy ke lantai dua, Rheiga segera berjalan ke arah kamar tamu yang terletak tak jauh dari ruang keluarga. Di sofa ruang keluarga tempat biasanya di pakai untuk nonton tivi bersama, nampak Alfa dan Hesta yang sedang duduk berdua. Rheiga menahan langkahnya dan berlindung di balik almari hias tempat pajangan pernak pernik koleksi Nela. Dari tempat itu terdengar jelas pembicaraan Hesta dan Alfa.“Al, kamu sungguh bisa maafin kesalahanku, kan?” rayu Hesta tak ubahnya gadis SMA yang mau di putuskan oleh pacarnya. Entah hilang kemana urat malu perempuan itu yang pada hari ini masih nekat untuk menemui lelaki yang kemarin jelas-jelas menolaknya.Alfa diam sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.“Al, aku mohon, aku tahu kamu marah sama aku, tapi aku tahu hatimu tak sejahat itu ke aku. Apapun yang kamu katakan ke aku di rumahku kemarin bagiku tak lebih dari emosi kamu saja,” lanjut Hesta dengan nada penuh hiba. Menu

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 59 Masih Penuh Sandiwara

    Minggu pagi yang cerah. Rheiga dan Alfa sedang duduk santai di pinggir lapangan basket komplek perumahan Alfa. Pagi-pagi tadi Rheiga menyusulnya, mereka menghabiskan waktu bersama dengan jogging menikmati kebersamaan pertemanan mumpung Rheiga sedang tak ada job. Sesuatu hal langka yang terjadi pada Rheiga dan Alfa di hari minggu. Aktifitas pagi mereka awali dengan jogging dan berakhir di sport center komplek perumahan. Ikut tanding basket sebentar bersama klub lokal komplek yang kebetulan sedang menggelar latihan bersama. Sambil beristirahat mereka membahas beberapa hal dan terutama tentang kejadian yang masih hangat kemarin. Tentang Hesta dan Melody. "Jadi elo jalanin rencana sesuai obrolan kita kapan hari?" tanya Rheiga pada Alfa. "Iya, dan sepertinya dugaanku tak meleset jauh, Bimo nampak begitu gencar dan lebih antusias mendekati Melody. Gue hanya perlu menangkap basahnya saja sebagai bukti." "Yang penting elo dan Melody harus tetap hati-hati, kar

  • Lelaki Berengsek Yang Ternyata Ku Cinta   Bab 58 Sandiwara Cinta

    Semenjak insiden Alfa dan Hesta pada hari itu, sepertinya Bimo benar-benar merasa peluang untuk mendekati Melody lebih terbuka lagi. Seperti yang dia lihat untuk waktu saat ini, jika dulu hubungan Alfa dan Melody nampak begitu baik dengan hal nyata bahwa Alfa tak segan menunjukkan perhatiannya untuk Melody di depan publik, yang terjadi sekarang adalah kebalikannya. Mereka berdua nampak saling diam. Melody memasang sikap cueknya, nampak begitu acuh dengan Alfa. Pun begitu dengan Alfa, yang ikut mendiamkan Melody dengan tak banyak mengajaknya bicara. Hanya satu dua kata saja mereka nampak bertukar suara, dan itupun tentang kerja. Tak banyak yang tahu rencana mereka berdua, hanya Dista satu-satunya yang mengerti semua cerita tentang Melody. Itupun Melody sampaikan di luar jam kerja, ketika mereka memutuskan pulang kerja bersama dan shoping bersama. Jika saja Dista tak melihat kejadian di ruang Melody pagi harinya, mungkin dia pun termasuk dalam orang-orang yang tidak akan Melod

DMCA.com Protection Status