Jam tujuh malam keluarga Melody sudah duduk manis di ruang makan keluarga Alfa. Tak hanya Alfa, nampak juga Boy, cowok tanggung kelas sepuluh yang merupakan adik dari Alfa ikut bergabung di antara mereka. Sejak tadi cowok yang sedang menginjak puber itu suka sekali curi-curi pandang memperhatikan wajah imut Melody.
“Ma, beneran Kak Mel ini temen kuliahnya Kak Alfa?” tanya Boy dengan suara seraknya khas remaja baligh, bocah ini sepertinya berpembawaan lebih terbuka. Nela yang sebenarnya sedari tadi memperhatikan tingkah konyol putra keduanya itu tersenyum lebar.
“Iya bener, tanya aja sama orangnya mumpung ada di sini.”
“Malu mau nanya langsung. Sebenarnya pengin percaya, tapi kok susah percaya, ya?”
“Kenapa emangnya? Kak Melody terlalu imut, ya?” goda Melody sambil tersenyum yang sepertinya menyukai sikap terbuka Si Boy.
Boy nampak sedikit malu begitu ternyata Melody yang mengeluarkan suara menanggapi
Alfa mengajak Melody menikmati malam di balkon lantai dua rumah besar itu.Semilir angin memainkan rambut sebahu Melody. Kedua tangan gadis itu menumpu pada pagar kaca pembatas balkon yang setinggi dada. Pandangannya lurus menatap ke depan, sama sekali tak menghiraukan keberadaan Alfa di sebelahnya."Elo nggak ingin bertanya sesuatu ke gue?" tanya Alfa setelah sekian lama tak mendengar suara Melody."Gue nggak ada perlu bicara sama elo," jawab Melody ketus."Trus ngapain ikut kesini kalau nggak ada perlu sama gue?" tanya Alfa memancing pembiacaraan."Menghormati orang tua," jawab singkat Melody berusaha membuat Alfa merasa gagal tak berhasil mengajaknya bicara."Oh, kirain ada yang mau di bahas juga sama gue."Melody kembali diam. Dia berusaha keras menahan diri supaya tak banyak bicara karena sebenarnya banyak cacian, banyak pertanyaan yang ingin dia ungkapkan pada cowok itu."Elo nggak kangen sama gue?" tanya Alfa tiba-tiba y
Jam sudah menunjuk empat sore ketika Melody masuk ke kamar bernuansa putih ungu tempat istirahat ternyamannya. Kebiasaan baik gadis itu, setelah dari luar rumah dan selelah apapun dia tak akan langsung naik ranjang. Begitupun dengan sore ini, setelah meletakkan tas kuliah di tempatnya dia segera masuk ke kamar mandi. Menyegarkan tubuh dan fikirannya dengan air shower kemudian berganti pakaian rumahan, kaos lengan pendek bergambar minnie mouse di padu dengan celana pendek di atas lutut. Setelahnya barulah dia merebahkan tubuh penatnya di kasur empuk yang terasa begitu nyaman."Mbak Melody," panggil Bi Iyah dari luar pintu kamar.Melody yang baru saja memasuki dunia kaum rebahan kembali bangun dan berjalan ke arah pintu."Iya, Bi, ada apa?" tanya Melody melihat Bi Iyah yang berdiri di depan pintu dengan segelas jus mangga kesukaanya."Ini minumnya mbak, lumayan buat obat lelah," Bi Iyah menyodorkan segelas jus yang di pegangnya sambil tersenyum. Melody sege
"Oke semuanya, kuliah hari ini saya akhiri semoga hari kalian menyenangkan," salam Hesta mengakhiri perkuliahannya di kelas Melody.Melody sedang membereskan buku dan alat tulisnya ketika dia dengar suara Hesta di dekatnya. Dan ternyata dosen cantik itu memang sedang berdiri tak jauh di depan bangkunya."Mel, bisa ke ruang saya sebentar setelah ini?" tanya Hesta dengan nada lembut dan senyuman di bibir."Ada apa ya, Bu?" tanya Melody keheranan karena jarang banget dan bahkan tak pernah Hesta ataupun dirinya saling ada keperluan selain urusan perkuliahan. Dan seingatnya kuliahnya di kelas Hesta lancar dan aman-aman aja nggak ada masalah."Ada sedikit hal yang mau aku bicarakan sama kamu, saya tunggu, ya," perjelas Hesta kemudian berlalu pergi dari hadapan gadis yang masih berfikir tentang apa yang akan di bicarakan oleh Hesta.Sisil mendekati Melody yang bersiap berdiri."Perlu gue tungguin di dekat ruang dosen?" tanya Sisil bersiap diri. Gad
Melody bergelung malas di tempat tidurnya. Ini adalah hari ketiga tanpa kabar dari Ansya. Begitu juga dengan Alfa, yang tak menampakkan batang hidung konyolnya. Alfa tak muncul di hidupny adalah berkah, tapi jika Ansya yang menghilang maka itu adalah musibah bagi Melody.Dari balik kaca jendela kamarnya Melody menerawang ke arah langit malam. Temaram sinar purnama menembus sela-sela korden dan kaca.Ting.Dengan begitu semangatnya Melody meraih handphone di dekatnya dan memeriksa pesan yang dia terima. Hatinya segera berubah warna menjadi pink, ungu atau purple pink begitu melihat siapa yang mengiriminya pesan."Hai, Cinta, Sayang, apa kabar?"Dengan kecepatan penuh Melody segera membalas pesan itu."Aku baik-baik saja, kangennnnnnn ... ""Haha, segitu rindunya ya sama aku?""Kamu jahat," kalimat Melody mulai merajuk."Maaf, Sayang, aku baru bisa hubungi kamu. Aku lagi sibuk banget, banyak kerjaan. Maaf, ya.""Iya
Hati Alfa di liputi perasaan senang melihat seorang bocah laki-laki sedang bermain mobil remote control di depannya. Sesekali mata bulat si bocah melihat ke arahnya seolah mengatakan, “Aku suka dengan mainan ini,” dan sesekali juga senyum tak akan mahal terbit di bibir Alfa sebagai balasannya untuk tatapan terima kasih bocah itu. “Di minum dulu, Al,” ucap Hesta yang baru datang sambil menyuguhkan segelas jus segar di meja tamu. Perempuan itu begitu menghafal kesukaan Alfa, hingga begitu Alfa mengabarinya bahwa dia akan datang ke rumah membawakan oleh-oleh untuk Alvaro dengan segera dia menuju supermarket terdekat untuk membeli buah mangga kesukaan Alfa. Kebetulan juga saat ini sedang musim-musimnya, jadi tidak terlalu sulit mencari buah itu. “Terima kasih,” jawab Alfa singkat, matanya tak lepas memperhatikan Alvaro yang sibuk dengan mainan barunya. Berlari kesana kemari membetulkan arah mobilnya karena belum mahir mengoperasikan remote control di tangannya. H
Melody berjalan sendiri di koridor kampus, Sisil sedang bersama Kevin di perpustakaan. Mengobrak-abrik isi perpustakaan untuk referensi skripsi Kevin. Melody yang sedikit badmood nggak mau berdekatan dengan dua sahabat konyolnya itu yang mengerjakan skripsi dengan bumbu-bumbu romantisme mereka berdua yang entah kenapa akhir-akhir ini bikin Melody sedikit baper. Dia memilih meninggalkan keduanya karena lima menit lagi kuliah terakhirnya di hari ini segera di mulai. Tergesa dia menuju kelasnya di siang panas padahal jam baru menunjukkan pukul sebelas siang. Baper Melody melanda ketika rindu mendera hatinya. Siapa lagi kalau bukan untuk kekasih dunia mayanya. Sampai dengan saat ini hubungannya dengan Ansya masih berjalan cukup manis. Perhatian Ansya membuat gadis yang belum pernah menjejakkan kaki di dunia percintaan itu melambung ke angkasa raya. Di balik keindahan dan rasa manis sekarang ini, Melody mungkin sama sekali tak mengira jika kedekatannya dengan cowok itu akan
Alfata Langit Angkasa. Lelaki dua puluh satu tahun yang memiliki garis keturunan Jawa-Manado. Berpostur tubuh ideal dengan tinggi kurang lebih 180cm dan berat badan 67 kg. Kulitnya putih segar dengan garis-garis macho yang membuatnya tampak begitu menarik perhatian. Hobi olahraganya berhasil membentuk body sixpack bak roti sobek di perut seksinya (jika saja ada yang berhasil melihat itu). Bisa benar-benar di buktikan ketika dia memakai kostum basket dan sedang bermain dengan anggota klub lokal di sport center komplek perumahannya meski itu hanya bisa terjadi satu minggu sekali, lebih tepatnya di hari sabtu sore. Untuk melihat kesempurnaan fisiknya di hari dan jam biasa jangan harap, karena cowok itu lebih menyukai memakai kaos santai yang menyembunyikan postur tubuh seksinya. Alfa bukan type yang suka tebar pesona atau pamer body menawannya untuk menarik perhatian lawan jenis. Dia lebih suka tampil simple tanpa menonjolkan kelebihan apapun tentang dirinya. Ke
Dua minggu kemudian dari segala cerita tentang Melody, Alfa dan Hesta yang sudah terjadi. ... "Kemana sih, Mel?" tanya Sisil penuh keheranan ketika Melody menarik tangannya secara paksa dan mengajaknya berlari tergesa padahal kuliah mereka baru berakhir dua menit yang lalu. "Ke gedung A, Es Batu lagi sidang skripsi hari ini di sana," jawab Melody sambil berjalan cepat tanpa melepaskan tangan Sisil yang masih erat di genggamnya. "Eh, pantesan beberapa waktu terakhir ini dia nggak pernah muncul di kelas kita, kok elo nggak pernah cerita, sih," ujar Sisil baru nyadar dengan nafas sudah ngos-ngosan berkat olah raga dadakan yang di adakan Melody. "Males bahas soal dia," jawab Melody singkat. Kekecewaan Melody yang belum hilang sepenuhnya setelah melihat apa yang terjadi antara cowok itu dan Hesta di ruang dosen masih tersimpan rapat di ingatan Melody. Gadis itu galau dengan perasaan yang ada di hatinya, dia nggak bisa mengartikan apa