Menghentakan kakinya, saat terbang keatas langit. Tubuhnya telah ber transformasi menjadi seekor Phoenix dengan bulu merah keemasan. Terus terbang berputar putar, kini Xiao Chen mulai menunjukann aura dominasi dari hewan suci terkuat di tiga daratan. Kyaaaaaat! Kyaaaaaat! "Si-sial... Dia berhasil menyadari sumbatan darahnya..." gadis itu berkata, lalu menatap pemuda klan Naga yang sejak tadi hanya diam saja. "Kamu tahan dia sebentar... Bukankah kamu seekor Naga yang mampu mengimbangi seekor Phoenix?" "Ta-tapi ketua sekte Awan Berkabut masih belum pergi... Aku..." "Takut? Itu tidak akan pernah terjadi, selama aku ada disisimu..." Pemuda itu mengangguk, lalu mulai bertransformasi menjadi seekor Naga. Dua eksistensi keberadaan hewan suci yang begitu kuno kini terlihat. Keduanya benar benar menunjukan dominasi mereka. Namun dalam pertempuran, dua hewan legenda ini begitu sulit ditentukan kemenangannya. Entah siapapun itu, hanya akan terjawab ketika Xiao Chen mulai menyerang.
"Bocah aku tahu bagaimana rasa kekecewaanmu terhadapku... Namun yang harus kamu ketahui, Aula Langit tidak ada tandingannya, bahkan di tiga daratan, sekalipun ada yang berani menyinggung mereka, makan mereka tidak akan berbelas kasih...""Yaa, aku tahu itu... Karena aku sudah menyelesaikan masalahku, kamu bisa pergi... Anggap saja, aku seperti yang kalian pikirkan, aku adalah orang luar..."Tidak ingin berdebat, semua ini dikarenakan rasa sakit hatinya. Hingga ketua sekte Awan Berkabut hanya bisa menggelengkan kepala, lalu berkata, "Apa benar dia anak dari Kaisar Phoenix itu? Sayang sekali, dia belum mengetahui luasnya tiga daratan..."Meski lirih, dan Xiao Chen telah menjauh. Dia mulai tersenyum tipis, lalu menghentikan langkah dan membalas ungkapan remeh yang ketua sekte Awan Berkabut katakan. "Yaa, aku belum mengetahui luasnya tiga daratan. Namun, kelak kamu tunggu saja bagaimana namaku menggoncang kekuatan tiga daratan..."Beberapa saat berjalan, dan membantu Parna kultivator mem
"Baiklah, aku akan menerimanya... Sekarang bangkitlah, dan semua orang ambil pill yang ada disampingku. Semua harus dibagi secara rata?!"Semua orang tersenyum lebar. Pasalnya mereka mengira Xiao Chen ini membuat banyak pill untuk cadangan perjalanannya. "Pe-pemimpin yang benar saja?!""Be-benar... Di daratan ini, pill tingkat lima tidak pernah ditemukan, dan pemimpin memberi kami secara cuma cuma?"Xiao Chen tersenyum, dia mengambil lima butir pill pemulih luka dalam, lalu memperlihatkan pill itu dan segera menelannya. "Aku tidak membutuhkannya, ambilah dan bagi secara rata... Anggap, pill ini adalah hadiah dari kemenangan yang kita raih! Jangan sampai ada yang tidak kebagian loh?""Benar juga! Kapan lagi dapat merasakan manfaat pill dengan kualitas yang tinggi?"Semua orang mulai berebut mengambil satu persatu pill sesuai kebutuhan mereka. Bahkan Jendral Baimo yang terlihat tenang juga ikut berebut. Sungguh hal ini membuat perasaan haru muncul didalam hatinya. Meraih beberapa pil
Gadis rubah menjelaskan panjang lebar tentang fungsi dari Pohon Kepahitan. "Baiklah aku akan menyetujuinya..."Melihat gadis rubah juga bukan orang yang kejam. Xiao Chen kemudian melihat tatapan Xiao Fei mulai berubah. Hingga melamun sebentar, tiba tiba Xiao Fei berteriak dan merasa seakan ketakutan."Akkkkh!""Xiao Fei?"Menatap wajah ayahnya, Xiao Fei segera memeluk ayahnya dengan erat, rasa ketakutan membuat tubuhnya bergetar, dan dia hanya berkata, "a-ayah aku takut... Fei'er takut kegelapan!""Fei'er tenang... Sekarang ada ayah," sembari melepas pelukan Xiao Fei, lalu memandangi bola mata yang terlihat begitu indah ketika melihatnya. Sejenak terdiam, akhirnya Xiao Chen tidak ingin mengatakan kondisi sesungguhnya yang dialami oleh Xiao Fei. Melanjutkan perjalanan, keduanya terus menuju kearah barat. Hingga memakan waktu satu hari setelahnya, akhirnya perjalanan mereka terbayar, karena keduanya telah tiba di depan gerbang besar, yang terlihat sangat kuno dan dijaga oleh dua patu
Wajah Xiao Chen seketika berubah menjadi datar, suara dingin mulai keluar ketika dia mendapatkan sebuah pengetahuan dari ingatan yang ditinggalkan oleh gurunya. "Bukankah hanya sekedar kristal jiwa...,"Swuuuuuuuuuush! Hanya dengan sekali kibasan tangan, gunungan kristal jiwa terbentuk, bahkan kristal berwarna biru muda yang terang itu seakan terus muncul dari atas kehampaan. "Ka-kaya sekali..." semua orang terkejut, bahkan mereka kini hanya bisa terdiam akibat apa yang telah dilakukan oleh Xiao Chen. "Apa gunungan kristal jiwa ini masih tidak cukup untuk membeli satu set pakaian di tempatmu...," suara dingin kembali terdengar. Yang pasti, pelayan toko pakaian itu segera menelan ludahnya. Pandangannya ikut berubah, apalagi mengingat selagi ada Kristal Jiwa pasti semuanya bisa dibeli secara cash. "Tu-tuan a-aku...""Ada apa ini? Kenapa begitu ramai?" tiba tiba suara pria paruh baya, bertumbuh gemuk, dengan kumis panjang melingkar keluar dari toko. Menatap kearah keramaian, tentu
Melihat makian pemuda itu terhadap ayahnya, Xiao Fei ingin sekali menampar wajahnya. "Fei'er untuk apa mendengarkan suara hantu di siang bolong?"Menenangkan Xiao Fei agar tidak terprovokasi oleh ungkapan Qian Lu. Xiao Chen kemudian berkata, "pelayan berapa harganya?"Sang pelayan terdiam, namun pandangan matanya terus tertuju pada Qian Lu yang tiba tiba menghampiri Xiao Chen. "Tciiiih! Memang anak desa sepertimu memiliki kristal jiwa! Biar ku kasih paham, satu set pakaian itu jika tidak salah berharga seratus ribu kristal jiwa... Apa kamu mampu membelinya hah?""Benarkah seperti yang hantu ini katakan?" Xiao Chen menaikan alisnya, dia mencoba memastikan harganya kepada sang pelayan yang kini hanya bisa menganggukan kepalanya. "Kenapa pasti tidak mampu membelinya kan! Gadis cantik, tidur semalam denganku, kelak satu tahun kemudian aku pasti akan membelinya untukmu!" ucap percaya diri Qian Lu. Wajah Xiao Fei memerah mendengar perkataan Qian Lu. Jelas dia merasa terhina atas perkata
"..." luka akibat rahangnya yang patah, Qian Lu hanya bisa menarik pakaian ayahnya. Dia berharap ayahnya akan membunuh pemuda berambut putih, yang membuatnya tidak bisa berbicara. Namun hal yang tidak terduga terjadi, Qian Zhan yang merupakan ayah dari Qian Lu, selaku kepala desa Tibet itu bergerak cepat. Lalu melancarkan sebuah tamparan keras yang tertuju pada Xiao Chen. Melihat hal ini, dan Xiao Chen tidak bisa tinggal diam mulai ikut mengayunkan tinjunya. Meski Qian Zhan telah mengawali serangan, namun kecepatan Xiao Chen ini lebih cepat. Hingga tamparannya meleset, yang ada sebuah bogem mentah telak mengenai wajahnya, lalu membuat tubuhnya meluncur deras kearah permukaan tanah! "Si-sialan kepala desa kalah hanya dengan sekali tinju?""Siapa identitas pemuda itu?""Tidak mungkin jika dia berasal dari daratan Tian Zhou?!"Memelototkan matanya, Qian Lu segera menunjuk kearah Xiao Chen. Sontak ketiga panatua di desanya itu mengetahui perintah dari anak kepala desa. Ketiga tiganya
Semua orang harus dibuat jatuh berlutut ketika aura kuat mencoba menindas, dan menekan tubuh para kultivator yang telah memukuli Qian Lu. Menghilang menggunakan kekuatan ruang, Qian Yu yang merupakan paman dari Qian Lu itu berkata dengan nada kesal. "Nak dimana ayahmu? Bisa bisanya membiarkan anak bodoh sepertimu dihakimi oleh warganya sendiri?"Qian Lu yang rahangnya patah itu mencoba menjelaskan menggunakan gerak gerik tangan, dan tubuhnya. Jelas dia mencoba memberikan cerita menggunakan bahasa isyarat. "Aku tidak mengerti, kamu kemari... Katakan dengan jelas dan sejujurnya!" Qian Yu menarik tubuh salah satu pria kearahnya menggunakan energi Qi. Pria itu tidak bisa mengatakan apapun, kecuali apa yang dia lihat. Mendengar semua ini, kedua bola mata Qian Yu memerah, pandangannya juga berubah tajam, lalu berkata dengan suara yang begitu menggelegar. Bahkan mengguncang satu desa hanya dengan teriakan biasa! "Siapa pemuda itu?!""Ka-kami tidak tahu, dia bersama gadis muda, dan rambu
Swoooooooshh! Hanya membutuhkan waktu satu menit. Serangan akhir dari segalanya telah tercipta didepan mulut keduanya. Xiao Jian berhasil membentuk tombak raksaksa dengan mengandalkan seluruh energi Qin nya yang tersisa. Namun tidak dengan Xiao Chen, dia yang ingin mengakhiri pertempuran ini segera menyatukan seluruh eksistensi kemampuan dari tiga elemennya yang telah membentuk bintang raksaksa tiga warna. Belum kedua serangan itu bertabrakan, akan tetapi fluktuasi energi dari gesekan eksistensi tahap Abadi telah terjadi pada keduanya. Gelombang energi menyebar begitu mengerikan. Hingga keduanya memekik kembali diikuti oleh melesatnya serangan keduanya yang saling berlawanan arah. Swuuuuuuuuuung! Tekanan fluktuasi bertambah kuat, lalu diikuti oleh menyebarnya cahaya dan rusaknya ruang sejauh seribu kilometer dari tempat pertempuran. Suara ledakan bagaikan hancurnya satu benua pun ikut menyebar. Booooommm! Saaat ini, suasana menjadi hening. Namun kerusakan masih terjadi
"A-apa tumbuh lagi..." Xiao Jian sedikit terkejut, namun setelahnya senyum kemenangannya lenyap. Yang diikuti oleh pernyataan anaknya yang selalu meminta bantuan bagaimana cara menghadapi Xiao Chen yang tubuhnya abadi. "Ternyata ini keluhan Yue'er selama perintah ku untuk membunuhmu... Xiao Chen, aku benar benar meremehkan mu..." Xiao Chen tidak menjawab apapun, Kultivasi tahap Abadi adalah segalanya. Selagi apa yang dia inginkan, pasti dia dapat menciptakannya dengan kekuatannya itu. Swuuuuuuuush! Tidak ingin menghadapi Xiao Chen dan berniat kabur untuk saat ini. Xiao Jian akan memikirkan bagaimana cara membunuh sosok Xiao Chen dimasa depan nanti. Akan tetapi, kejutan terjadi. Ruang seakan terkuci. Apa yang ditakuti oleh Penguasa Ashura juga muncul di benak Xiao Jian. "Po-pohon kepahitan... Se-sepertinya aku sudah tidak bisa untuk melarikan diri lagi?!" Melihat ke arah Xiao Chen, tiba tiba rantai emas mengikat tubuhnya secara cepat. Tidak bisa reflek menghancurkan, bahkan m
Merasa tidak ada gunanya untuk terus berbicara, karena musuh utama belum tereliminasi. Tiba tiba kesadaran Roh jiwa didalam tubuhnya bergejolak. Resonansi dari kelahiran kekuatan Abadi dapat dirasakan secara jelas oleh Xiao Chen saat ini. "Apa energi ini berasal dari paman?" Swuuuuuuuuush! Lenyap dari tempatnya, Xiao Chen muncul di perbatasan barat wilayah Aula Langit yang disambut oleh pasukan elite milik ayahnya. "Penguasa... Sepertinya ada kelahiran Abadi yang baru..." Xiao Chen menganggukan kepalanya untuk membenarkan ungkapan itu. "Benar... Kalian berjagalah disini, ingat beri pesan jika ada sesuatu yang buruk..." "Baik penguasa... Tapi kemana Penguasa akan pergi?" Tersenyum tipis, Xiao Chen segera menjawab pertanyaan itu. "Menyambut, dan memberi selamat kepada paman setelah naik menjadi tahap Abadi..." Sempat merasakan energi yang mencapai tahap Abadi memiliki aura Phoenix, Xiao Chen sudah mengetahui siapa entitas itu. "Baiklah..." Swuuuuuuuush!
Puluhan ribu kultivator yang tak lain anggota halaman dalam berdatangan kearah sumber suara. Meski mereka belum mengenal siapa sosok Chen Xiao, tapi dari daftar buronan yang Xiao Jian sebarkan. Sosok Chen Xiao adalah Xiao Chen, yang memiliki wajah tampan, disertai rambut panjang terurai memutih dengan tampilan elegan. "Kaa-kamu Xiao Chen! Berani sekali datang kemari!" "Xiao Chen apa kamu ingin menyerahkan dirimu?!" "Tahu diri juga kamu datang tanpa dicari?!" Raut wajah Xiao Chen berubah menjadi datar, tidak ada rasa takut yang terlintas di wajahnya. Yang pasti, ribuan pasukan lain, yangg merupakan anak buah dari Kaisar Phoenix di masa lalu telah berkumpul di satu titik, tepat di istana utama perkumpulan lima penguasa di halaman dalam. "Aku tidak memiliki waktu untuk meladeni kalian, sekarang... Katakan dimana Xiao Jian, dan tiga penguasa lainnya!" Swuuuuuuuuuung! Hanya menunjuk satu jari kebawah, sontak tekanan gravitasi yang mengerikan harus membuat puluhan ribu kultivator
Swoooooosh! Dibarengi dengan ungkapan rasa terkejutnya, Xiao Chen telah berhasil menciptakan bintang tiga warna diatas telapak tangannya. Berkelebat cepat, sosoknya kemudian lenyap dari pandangan. Seketika tubuh bagian punggung dari Penguasa Ashura terasa dingin. Hingga dia membalikan tubuhnya, dia hanya bisa membelalakan matanya diikuti oleh rasa sakit yang menghantam tubuhnya. Boooooooooosh! Bintang kecil itu telah terlepas dari kendali tangan Xiao Chen. Untuk memastikan sosok Penguasa Ashura akan tewas, Xiao Chen menikmati pemandangan itu hingga tak lama. Ledakan maha dahsyat, diikuti oleh robekan ruang terjadi sejauh seratus kilometer dari area pertempuran keduanya. Situasi menjadi hening setelah ledakan maha dahsyat itu. Hingga mata Xiao Chen harus menyipit. Pasalnya dia melihat bayangan Roh yang berusaha kabur dari tempatnya berada. "Tidak cukup untuk menghancurkan Roh abadinya?" Swoooooooosh! Seuliet bayangan membentuk sebuah pedang melesat cepat kearah pelarian
Menghentikan apa yang akan dia lakukan kembali. Kini Penguasa Ashura segera mundur setelah lonjakan energi dahsyat keluar dari tubuh Xiao Chen. "Tidak mencapai satu hari... I-ini mustahil... Ternyata semengerikan itu energi jiwa bintang..." Ungkapan kejutnya berhenti. Saat ini, dia melihat bintang raksasa diatas langit telah lenyap. Bahkan sosok Xiao Chen yang tadinya terbaring itu mulai berdiri, dan membuka matanya. "Inikah kultivasi yang diinginkan semua orang? Bahkan, mereka yang menginginkan tahap ini, akan melegalkan semua cara demi mencapainya..." Suaranya terdengar biasa, namun jelas Penguasa Ashura dapat mendengar nada kebencian didalam suara itu. "Kamu baru naik menjadi tahap Langit Abadi... Untuk apa aku takut padamu?" "Benarkah?" Swuuuuuuuuuuung! Xiao Chen meledakan sedikit aura didalam tubuhnya. Sontak udara di tiga daratan Benua Langit bergetar hebat. Fenomena alam yang tadinya terus meramaikan suasana kini bertambah menjadi lebih mengerikan. "Membunuh semua o
"Jika tahu diri minggirlah... Hari ini energi jiwa bintang harus menjadi milikku...," suara dingin kembali terdengar, diikuti oleh kemunculan penguasa Ashura yang kini telah benar benar terlihat dimata Kaisar Roh, Chei Wian, dan juga Yao Ling secara jelas. "Meski aku mati, sebelum proses yang dilakukan Yao Yi berhasil... Aku juga tidak akan pernah menyesal!" Pedang tipis muncul digenggaman tangan Kaisar Roh. Dia tanpa rasa takut berada di garda depan untuk melindungi Xiao Chen. Tak hanya Kaisar Roh yang menunjukan keberaniannya, Chei Wian, bahkan Yao Ling yang kultivasinya telah menurun mulai mengeluarkan senjata kebanggan mereka secara serentak! "Hanya para keroco yang tak tahu diri... Mengingat kita pernah berteman, aku tidak akan membunuh kalian?!" Swuuuuuuush! Penguasa Ashura melesat cepat, hanya sekedipan mata. Kaisar Roh, Chei Wian, dan Yao Ling harus terpental ke arah yang berbeda. Waktu yang begitu singkat itu, bahkan tidak sempat untuk mereka memberikan perlaw
"Pasti janjimu akan terwujud..." Yao Yi menjawab penuh keyakinan. Xiao Chen tersenyum hangat kepada istrinya itu. Lambaian lembut kearah rambut panjang nan halus itu membuat Yao Yi nyaman. Namun setelah pagi harinya. Xiao Chen yang tertidur diatas atap Paviliun Phoenix Abadi tersadar. Bahwa dia melupakan hari bahagianya sendiri. Namun dia juga teringat, saat ini tubuhnya sendiri tidak dapat menahan lagi ganasnya racun yang menyerang seluruh organ penting didalam tubuhnya. Menggunakan kekuatan ruang, dia mencari istrinya ke seluruh tempat. Namun dia tidak menemukannya. Hingga dia bertemu dengan Kaisar Roh yang tengah menatap patung sosok Xiao Chen berada. "Senior apa kamu melihat istriku?" Kaisar Roh menggelengkan kepalanya, "bukankah seharusnya tadi malam dia bersamamu?" "..." Hanya diam tak menjawab, wajah Xiao Chen seketika menunjukan kekhawatirannya. Namun jari lembut menepuk bahunya. Sosok yang dia cari ternyata muncul di belakangnya sembari tersenyum kecil. "Gege...
Cahaya merah darah menembus ruang begitu cepat diikuti oleh gerakan dari bintang Raksaksa yang kembali bergerak kearah Xiao Chen. Dua tekanan hebat kembali terjadi, namun Xiao Chen harus membelalakan matanya. Pasalnya hal mengejutkan terjadi, bintang merah darah dihadapannya hancur. Diikuti oleh ledakan dahsyat yang membuat tubuhnya terlempar begitu jauh. Sama halnya dengan Xiao Jian. Namun kondisinya tak separah yang dialami oleh Xiao Chen. Dia hanya terlempar, lalu merasakan serangan balik dari gabungan ribuan formasi yang dia ciptakan. "Si-sial tidak bisa melanjutkan pertempuran lagi..." Merasa kondisi pertempuran bisa berbalik. Dan tak mungkin dapat membawa tubuh Xiao Chen. Kini Xiao Jian segera memerintahkan semua pasukannya untuk mundur. Tanpa ingin mengejar empat penguasa itu yang kabur, Yao Yi segera menggunakan kekuatan ruangnya. Dia muncul dan menangkap tubuh Xiao Chen yang lemas. Bahkan kulit pada seluruh tubuhnya terasa dingin dan terlihat memucat. "Ra-racunmu.