Sementara itu, di Aula Utama ...Teguh dan Xena sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di luar.Dua orang itu bolak-balik memeriksa setiap sudut di lapangan serta Aula Utama, bahkan sampai ke atas.Namun, mereka masih belum menemukan apa pun.Keduanya terus mencari, hingga tanpa sadar kembali lagi di depan lukisan dinding."Ini aneh."Teguh menatap lukisan, lalu meletakkan tangan di atasnya. "Istana ini dibangun di dekat lahar, tapi udaranya sangat lembap. Seharusnya, ada sumber air yang cukup besar di sekitar sini."Xena juga bingung. Sorot matanya jatuh pada rambatan lumut di sudut ruangan, lalu dia berkata dengan heran, "Ya. Kalau nggak ada sumber air, udaranya nggak akan lembap dan nggak akan tumbuh lumut seperti itu."Keduanya sama-sama bingung."Ayo, kita periksa lagi!"Teguh berkata dengan gigi terkatup, "Aku curiga ada sungai bawah tanah di sini.""Bisa jadi."Keduanya sudah tidak ingat berapa kali mereka mondar-mandir memeriksa area ini.Cari lagi ...Mereka pun kembali bolak
Teguh merogoh saku dan mengeluarkan kompas yang sudah disiapkannya sejak pencarian harta karun ini dimulai.Setelah itu, dia pun mulai mencari arah."Seharusnya lokasi itu ada di ..."Sambil melihat kompas, Teguh berjalan bersama Xena hingga tiba pada suatu titik di Aula Utama yang luas itu. "Ini dia!" serunya.Di bawah lantai?Xena mengernyit dan membungkuk, lalu mengetuk-ngetuk lantai. Hanya saja, tidak ada yang aneh dengan lantai itu.Namun, Teguh menatap tajam ke arah lantai dan berkata, "Xena, coba hancurkan bagian ini!""Baiklah kalau begitu!"Xena pun mengangguk dan mengumpulkan tenaga. Dengan sekuat tenaga, dia melayangkan tinjunya ke bawah.Bum!Kekuatan Alam Bela Diri Raja diledakkan tanpa ragu, kemudian meluluhlantakkan lantai hingga benar-benar pecah. Sesuatu yang tersembunyi di bawahnya pun mulai terlihat.Sebuah tangga batu yang mengarah ke bawah terbentuk di depan mereka. Lorong tangga itu menembus ke kegelapan dan ujungnya sama sekali tidak bisa terlihat.Namun, Teguh b
Mendengar perkataan itu, Teguh refleks merasakan tubuhnya bergetar. Dengan heran, pria itu menatap Xena tanpa bisa berbicara.Teguh sangat terkejut dan sama sekali tidak mengerti."Jangan banyak berpikir."Xena berkata, "Kamu juga nggak mau lihat bajuku yang basah, 'kan? Aku cuma mau pinjam mantelmu sebentar.""Kalau bajuku sudah kering, mantelmu akan kukembalikan."Ah, ternyata begitu,' batin Teguh, merasa lega."Ini ..."Tanpa pikir panjang, dia melepas mantel dan mengulurkannya."Kamu jangan lihat."Setelah menerima mantel, Xena berkata dengan malu-malu.Meskipun pemberani, dia bukan wanita asal-asalan."Oh!"Teguh segera balik kanan.Suara gesekan pakaian yang dilepas pun terdengar.Tak lama, Xena berkata, "Kamu sudah boleh berbalik."Teguh pun berbalik.Sret!Beberapa lembar pakaian Xena yang basah tampak menjuntai dari tangan wanita itu.Yang Xena kenakan merupakan mantel milik Teguh yang tampak kebesaran untuk tubuhnya yang mungil. Namun, penampilan ini justru memiliki daya tari
Teguh mulai mengamati lukisan di dinding gua dengan saksama.Kali ini, Teguh bisa lebih cepat memahami makna di balik lukisan tersebut.Hanya saja ...Makin lama Teguh amati, lukisan itu makin terkesan misterius.Awalnya, dia hanya ingin melihat garis-garis yang menyerupai urat nadi dan lenkungan serupa titik akupunktur. Teguh kira, itu adalah gambar diagram aliran energi untuk latihan.Kemudian, Teguh melihat gambar orang-orang kecil yang sedang beribadah. Lantas, memperhatikan altar di tengah-tengahnya, membuat dia menyimpulkan letak sungai bawah tanah dari situ.Namun, sekarang ...Teguh makin menemukan banyak detail.Contohnya, dalam air sungai di lukisan dinding, ternyata ada ikan yang sedang bermain-main.Jika sebelumnya Teguh tak menganggap penting ikan tersebut.Sebaliknya, kini Teguh mengerti.Setiap elemen yang terdapat dalam lukisan dinding seolah-olah sedang mengomunikasikan sesuatu.Lalu, apa makna dari ikan-ikan ini?"Hah?"Ketika sedang kebingungan, seketika Teguh menciu
Sungai bawah tanah itu sangat dalam.Menurut perkiraan Teguh, kedalamannya mungkin mencapai lebih dari 20 meter, itu pun belum sampai dasar. Suasana di sekitarnya juga gelap gulita, tidak ada sedikit pun cahaya yang terlihat.Mereka hanya bisa mengandalkan bayangan untuk menentukan keberadaan sesuatu di sana.Xena tak bermaksud untuk menyelam terlalu dalam.Hanya saja, ketika sedang mencari ikan sebelumnya, keberadaan ikan memang di kedalaman ini.Tak lama kemudian ...Xena segera melihat segerombolan ikan dalam air.Karena itu, dia segera melambaikan tangan kepada Teguh dan mereka mengikuti gerombolan ikan ke arah yang tidak diketahui.Ini pasti akan menjadi perjalanan yang panjang.Kawanan ikan itu berenang dengan amat santai. Namun, mereka memang selalu berenang menuju kejauhan.Belasan menit kemudian.Teguh terkejut saat melihat seberkas cahaya samar di depannya!"Wush!"Xena juga tampak senang. Gerakan berenangnya jadi lebih cepat.Sementara itu, Teguh ...Pria itu seketika merasa
"Oke."Keduanya langsung menemukan sebuah gua, lalu mengumpulkan kayu bakar kering untuk membuat api."Kresek, kresek ...""Ssh ..."Begitu api unggun menyala, rasa dingin di sekitar pun mulai berkurang.Untuk menghindari rasa canggung seperti yang sebelumnya, kali ini Teguh tidak menawarkan bantuannya pada Xena. Mereka bergantian membakar makanannya masing-masing tanpa menimbulkan masalah apa pun."Terima kasih."Teringat akan situasi berbahaya di bawah air, Teguh pun berterima kasih dengan tulus. "Kalau bukan karena kamu, tadi aku mungkin ..."Teguh tak melanjutkan kalimatnya, hanya menggelengkan kepala.Saat ini, wajah Xena ...Tampak bercahaya karena pantulan api unggun.Cantik dan bersinar.Entah apa yang tengah dia pikirkan.Usai mendengar perkataan Teguh, dia mengalihkan perhatiannya kembali. Mata jernih Xena menatap wajah Teguh, samar-samar bertengger rasa kecewa di sana."Sama-sama."Xena hanya menggeleng sembari berkata serius, "Sebenarnya ... saat kamu tiba-tiba bilang kalau
Keduanya mengeringkan pakaian masing-masing.Lalu, makan daging hewan liar untuk mengisi perut.Setelah itu, menyusuri jalan gunung berliku yang ditumbuhi rerumputan liar hingga menemukan sebuah penginapan di area wisata."Halo.""Kami terpisah dengan teman-teman kami di tempat ini. Ponsel kami juga kehabisan daya. Bisakah kami meminjam telepon kalian?"Teguh langsung menemui resepsionis.Resepsionis itu adalah seorang gadis muda yang baik hati. Melihat Teguh yang tidak kelihatan seperti orang jahat, dia meminjamkan teleponnya. Sesekali matanya menatap Teguh dengan sorot mata heran.Teguh tak ambil pusing dan langsung menelepon Bayangan. "Bayangan, ini aku!""Kak Teguh!""Syukurlah kamu baik-baik saja.""Kamu di mana sekarang? Aku akan segera mencarimu!"Di ujung telepon, terdengar suara yang penuh kegembiraan milik Bayangan.Setelah kembali ke ibu kota bersama Sekte Obat-obatan, Elang Hitam segera menemui Bayangan dan menjelaskan tentang keadaan Teguh. Hal itu membuat seluruh Pasukan
"Sekarang, Pasukan Serigala sudah menjadi kekuatan terbesar di Serenara."Nada suara Bayangan terdengar bangga."Bagus!"Teguh mengangguk puas, senyum bahagia terukir di bibirnya. Akan tetapi, dia tetap mengingatkan, "Bayangan, kamu harus ingat. Serenara adalah milik semua orang.""Kamu dan Delapan Senapati harus selalu introspeksi diri. Jangan sombong dan merasa lebih tinggi dari orang lain. Tetaplah dekat dengan rakyat.""Jangan pernah merendahkan mereka.""Pasukan Serigala ...""Nggak boleh jadi Kaisar Palsu kedua, mengerti?"Meskipun ...Gaya kepemimpinan Pasukan Serigala memang selalu begini. Namun, Teguh tetap serius mengingatkannya."Siap!"Bayangan menanggapi dengan serius, "Kak Teguh, jangan khawatir. Gaya kerja Pasukan Serigala selalu menjadi dasar utama. Nggak akan ada masalah."Teguh mengangguk dengan perasaan lega.Para pria di Pasukan Serigala merupakan orang-orang yang sudah Teguh bimbing secara pribadi. Bagai makan sambil menutup mata, dia tahu persis apa yang mereka pi